Você está na página 1de 24

TUTORIAL KLINIK

ANATOMI, FISIOLOGI, PATOFISIOLOGI LARING DAN FARING

DISUSUN OLEH :
Pram Galuh
012116487

PEMBIMBING KLINIK:
Kolonel CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN THT


RUMAH SAKIT TK.II dr. SOEDJONO MAGELANG
2016

LEMBAR PENGESAHAN
TUTORIAL KLINIK
ANATOMI, FISIOLOGI, PATOFISIOLOGI LARING DAN FARING
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas
Kepaniteraan Klinik Departemen THT Rumah Sakit Tk.II
dr. Soedjono Magelang

Oleh :

Pram Galuh
012116487

Magelang, Maret 2016


Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

(Kolonel CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT )

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini. Penulis berharap agar laporan ini dapat
dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan instasi.
Dalam penyelesaian laporan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Kolonel CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT
2. Teman-teman Departemen stase THT yang selama ini selalu memberikan dukungan
Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini, penulis masih mempunyai banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan untuk menyempurnakan
laporan ini.

Magelang, Maret 2016

Penulis

A. Faring
1. Anatomi faring
Pharynx atau Faring merupakan organ berbentuk corong sepanjang 15 cm yg tersusun
atas jaringan fibromuscular yg berfungsi sbg saluran pencernaan dan juga sbg saluran

pernafasan. Pharynx terletak setinggi Bassis cranii (bassis occipital dan bassis sphenoid)
sampai cartilage cricoid setinggi Vertebrae Cervical VI. Bagian terlebar dr pharynx
terletak setinggi os. Hyoideum dan bagian tersempitnya terletak pd pharyngoesophageal
junction. Pharynx sbg organ pencernaan menghubungkan antara cavum oris dan
Oesophagus. Sedangkan sbg organ pernafasan berfungsi utk menghubungkan antara
cavum nasi dan Larynx.

2. Pembentuk dinding Pharynx


-

Membrane mucosa yang tersusun atas epitel squamos pseudokompleks bersilia pada

bagian atas dan epitel squamos kompleks di bagian bawah.


Submucosa
Jaringan fibrosa, membentuk fascia pharyngobasillaris yang melekat pada bassis
crania

Jaringan muscular yang terdiri atas otot sirkular dan longitudinal


Jaringan ikat longgar yang membentuk fascia buccopharyngeal

3. Otot-otot faring

4. Hubungan Pharynx
Cavum pharyngeum berhubungan dengan organ-organ disekitarnya melalui :
- Choanae (nares posterior) menghubungkan dengan cavum nasi
- Ostium pharyngeum tuba auditiva eustachii dengan cavum tympani
- Isthmus faucium dg cavum oris propia- Additus laryngis dengan larynx

Portae oesophagus dengan oesophagus

5. Pembagian Pharynx
Pharynx dibagi menjadi :
a) Nasopharynx (Epipharynx)
Nasopharynx merupakan bagian dari pharynx yang terletak di bagian atas sehingga
nasopharynx juga disebut dengan epipharynx. Nasopharynx memiliki skeletopi
setinggi Bassis cranii sampai Vertebrae cervical I.

Syntopi Nasopharynx(Nasofaring)/ Epifaring (Epipharynx)


Nasopharynx memiliki syntopi :
- ventral : choanae (nares posterior), menghubungkan pharynx dg cavum nasi
- superior : sinus speniodalis
- belakang : vertebrae cervical yg dipisahkan oleh fascia prevertebrae dan m.
-

Capitis
lateral : dinding medial leher
inferior : palatum mole

Bangunan pd Nasopharynx (Nasofaring)/ Epipharynx (Epifaring)


Terdapat beberapa bangunan yang terletak pd nasopharynx, antara lain :
- ostium pharyngeum tuba auditiva eustachii, menghubungakn pharynx dg caum
-

tympani
adenoid (tonsilla pharyngea/ tonsillo luscha), merupakan kelenjer limfe

submucosa
recessus pharynx (fossa rosenmulleri), di belakang torus tubarius
isthmus nasopharynx, batas antara nasopharynx dan oropharynx yg akan tertutup
oleh pallatum molle saat proses deglutition/ menelan

b) Oropharynx/ Orofaring
Merupakan bagian dari pharynx yang terletak di tengah. Memiliki skeletopi setinggi
Vertebrae cervical II sampai Vertebrae Cervical III.
Oropharynx memiliki syntopi sebagai berikut :
- superior : nasopharynx (isthmus nasopharynx, palatum mole)
- ventral : cavum oris propia dg arcus palatopharynx dan uvulae
- dorsal : Vertebrae Cervical II III
- Lateral : dinding medial leher
- Inferior : tepi atas epiglottis, basis lingua

Bangunan pd Oropharynx/Orofaring
Ada beberapa bangunan yg terdapat pd oropharynx, antara lain :
- Tonsilla palatine (faucial tonsil/ amandel), di dinding lateral dextra et sinistra di
-

recessus tonsillaris antara arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus


Fossa supratonsilaris, mucosa di atas tonsil berbentuk segitiga di antara arcus

palatoglossus dan arcus palatopharyngeus


Tonsila lingualis, pd basis linguae (1/3 posterior linguae)

c) Laringopharynx (Hipopharynx)
Merupakan bagian bawah dr pharynx. Maka dr itu, juga disebut dg hipopharynx.
Laringopharynx terletak setinggi Vertebrae Cervical IV sampai Vertebrae Cervical VI.

Syntopi Laringofaring (Laringopharynx)/ Hipofaring (Hipopharynx)


Laringopharynx memiliki syntopi :
- Superior : oropharynx (setinggi tepi atas epiglottis)
- Ventral : tepi belakang epiglottis, additus laryngis
- Dorsal : vertebrae cervical III VI
- Lateral : dinding lateral leher
- Inferior : portae esophagus
6. Persarafan Sensorik Membrana Mucosa Pharynx
-

Nasopharynx: nervus maxillaris (V2).


Oropharynx: nervus glossopharyngeus.
Laryngopharynx (di sekitar aditus laryngis): ramus laryrrgeus internus dari nervus
vagus.

7. Vaskularisasi Pharynx
Pharynx mendapatkan darah dari arteria pharyngica ascendens, cabang-cabang
tonsilar arteria facialis, cabang-cabang arteria maxillaris, dan arteria lingualis.
8. Aliran Limfe Pharynx

Limfe dialirkan dari pharynx langsung menuju ke nodi lymphoidei cervicales


profundi atau tidak langsung melalui nodi retropharyngeales atau paratracheales, baru
menuju nodi lymphoidei cervicales profundi.
B. Tonsila palatine
1. Anatomi Tonsila palatina
Tonsila palatina berbentuk dua massa jaringan limfoid, masing-masing terletak di
dalam cekungan di dinding lateral orofaring diantara arcus palatoglossus dan
palatopharyngeus. Setiap tonsil diliputi oleh membrana mucosa dan permukaan
medialnya yang bebas menonjol ke dalam faring. Permukaannya berbintik-bintik yang
disebabkan oleh banyak muara kelenjar yang terbuka ke crypta tonsillaris. Permukaan
lateral tonsila palatina diliputi oleh capsula fibrosa. Capsula ini dipisahkan dari musculus
constrictor pharyngis superior oleh jaringan areolar jarang, vena palatina externa berjalan
turun dari palatum molle di dalam jaringan ikat jarang untuk bergabung dengan plexus
venosus pharyngeus. Lateral terhadap musculus constrictor pharyngis superior terdapat
musculus styloglossus, lengkung arteria facialis, dan arteria carotis interna. Tonsila
palatina mencapai ukuran maksimum pada masa kanak-kanak dan ukurannya menjadi
sangat berkurang.

2. VaskularisasiTonsil

Arteri yang mendarahi tonsil adalah ramus tonsilaris arteria facialis. Vena-vena
menembus musculus constrictor pharyngis superior dan bergabung dengan vena palatina
externa, vena pharyngealis, atau vena facialis.
3. Aliran Limfe Tonsil
Limfe mengalir dari tonsil ke nodi lymphoidei cervicales profundi bagian atas,
tepat di bawah dan di belakang angulus mandibulae.
4. Cincin Waldeyer Jaringan Limfe
Jaringan limfoid yang terdapat disekitar pintu masuk system respirasi dan
pencernaan membentuk sebuah cincin. Bagian lateral cincin dibentuk oleh tonsila
paiatina dan tonsila tubaria (jaringan limfoid di sekitar muara tuba auditiva di dinding
lateral nasofaring). Bagian atasnya dibentuk oleh tonsila pharyngeus yang terdapat di atap
nasofaring, dan bagian bawahnya dibentuk oleh tonsila lingualis yang terdapat pada
sepertiga bagian posterior lidah.
C. Laring
1. Anatomi Laring
Laring adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada pintu masuk
jalan napas dan berperan dalam pembentukan suara. Laring terletak di bawah lidah dan os
hyold diantara pembuluh-pembuiuh besar leher dan terletak setinggi vertebra cervicalis
keempat, kelima, dan keenam. Ke atas, Laring terbuka ke laringofaring, ke bawah laring
berlanjut sebagai trachea. Di depan laring ditutupi oleh ikatan otot-otot infrahyoid dan di
lateral oleh glandula thyroidea. Kerangka laring dibentuk oleh beberapa cartilago, yang
dihubungkan oleh membrana dan ligamentum dan digerakkan oleh otot. Laring dilapisi
oleh membrana mucosa.

2. Cartilago Laring

Cartilago Thyroidea
Cartilago thyroidea merupakan cartilago terbesar laring dan terdiri dari dua lamina
cartilago hyalin yang bertemu di garis tengah pada tonjolan bersudut V (disebut
Adam's apple). Pinggir posterior menjorok ke atas sebagai cornu superius dan ke
bawah cornu inferius. Pada permukaan luar setiap lamina terdapat linea obliqua
sebagai tempat lekat otot-otot.

Cartilago Cricoidea
Cartilago cricoidea dibentuk oleh cartilago hyalin dan berbentuk seperti cincin cap,
mempunyai lamina yang lebar di belakang dan arcus yang sempit di anterior.
Cartilago cricoidea terletak di bawah cartilago thyroidea dan pada masing-masing
permukaan lateralnya terdapat facies articularis untuk bersendi dengan cornu inferius
cartilago thyroidea. Di posterior, pada setiap lamina di pinggir atasnya terdapat facies
articularis untuk bersendi dengan basis cartilago arytenoidea. Semua sendi ini adalah
jenis sinovial.

Cartilago Arytenoidea
Terdapat dua buah cartilago arytenoidea, kecil, berbentuk pyramid, dan terletak pada
permukaan belakang laring. Cartilago ini bersendi dengan pinggir atas lamina
cartilage cricoidea. Masing-masing cartilago mempunyai apex di atas yang bersendi
dengan cartilago corniculata yang kecil, serta basis di bawah yang bersendi dengan
lamina cartilago cricoidea, dan sebuah processus vocalis yang menonjol ke depan dan
merupakan tempat lekat dari ligamentum vocale. Processus muscularis yang
menonjol ke lateral, menjadi tempat lekat Musculus cricoarytenoideus lateralis dan
posterior.

Cartilago Corniculata
Dua buah cartilago kecil berbentuk kerucut, bersendi dengan apex cartilaginis
arytenoideae. Menjadi tempat lekat plica aryepiglottica.

Cartilago Cuneiforme
Dua cartilago kecil yang berbentuk batang ini terletak di dalam plica aryepiglottica
dan berperan memperkuat plica tersebut.

Epiglotis

Merupakan cartilago elastis berbentuk daun yang terletak di belakang radix linguae.
Tangkainya dilekatkan di belakang cartilago thyroidea. Sisi epiglottis dihubungkan
dengan cartilago arytenoidea oleh plica aryepiglottica, yang merupakan sebuah
lipatan membrana mucosa. Pinggir atas epiglottis bebas. Membrana mucosa yang
melapisinya berjalan ke depan, meliputi permukaan posterior lidah sebagai plica
glossoepiglottica mediana. Lekukan pada membrana mucosa di kanan dan kiri plica
glossoepiglottica disebut vallecula. Di sebelah lateral, membrana mucosa berjalan ke
dinding pharynx membentuk plica glossoepigloftica lateralis.

3. Membrana dan Ligamentum pada Larynx

Membrana Thyrohyoidea
Membrana thyrohyoidea menghubungkan pinggir atas cartilage thyroidea dengan os
hyoid. Pada garis tengah, membrana ini menebal, membentuk ligamentum
thyrohyoideum medianum. Pada kedua sisinya, membrana ini ditembus oleh vasa
laryngea superior dan nervus laryngeus internus, sebuah cabang dari nervus laryngeus
superior.

Ligamentum Cricotracheale
Ligamentum cricotracheale menghubungkan cartilago cricoidea dengan cincin
trachea pertama.

Membrana Quadrangularis
Membrana quadrangularis terbentang antara epiglotis dan cartilago arytenoidea.
Pinggir bawahnya yang menebal membentuk ligamentum vestibulare, ligamentum
vestibulare merupakan isi dari plica vestibularis.

Ligamentum Cricothyroideum
Pinggir bawah ligamentum cricothyroideum dilekatkan pada pinggir atas cartilago
cricoidea. Pinggir superior ligamentum ini tidak melekat pada cartilago thyroidea,
tetapi berjalan terus ke atas pada facies medialis cartilago thyroidea. Kedua pinggir
atasnya yang bebas, yang hampir seluruhnya tersusun dari jaringan elastis,
membentuk ligamentum vocale yang penting. Ligamentum vocale merupakan isi dari
plica vocalis (pita suara). Ujung anterior dari masing-masing ligamentum vocale
dilekatkan pada cartilago thyroidea. Ujung posterior dilekatkan pada processus
vocalis cartilago arytenoidea.

4. Pintu Masuk Larynx (Aditus Laryngis)


Aditus larlmgis menghadap ke belakang dan atas ke arah laryngopharynx. Pintu ini lebih
lebar di depan daripada belakang dan dibatasi di depan oleh epiglotis; di lateral oleh plica
aryepiglottica, yaitu lipatan membrana mucosa dan di posterior oleh cartilago arytenoidea
dan cartilago corniculata. Cartilago cuneiformis terletak di dalamnya serta memperkuat
plica aryepiglottica dan menimbulkan elevasi kecil pada pinggir atas.
5. Fossa Piriformis
Fossa piriformis adalah recessus di kedua sisi lipatan dan pintu masuk.Di mediai dibatasi
plica aryepiglottica dan di lateral oleh cartilago thyroidea dan membrana thyrohyoidea.
6. Lipatan Larynx
-

Plica Vestibularis
Plica vestibularis merupakan sebuah lipatan yang terfiksasi pada masing-masing sisi
larynx. Masing-masing dibentuk oleh membrana mucosa yang menutuPi ligamentum
vestibulare, mengandung banyak vascular, dan berwama merah muda.

Plica Vocalis (Pita Suara)


Plica vocalis merupakan sebuah lipatan yang mudah bergerak pada masing-masing
sisi larynx dan berperan pada pembentukan suara. Masing-masing dibentuk oleh
membrana mucosa yang menutupi ligamentum vocale, tidak mengandung pembuluh
darah dan berwarna putih. Plica vocalis bergerak pada respirasi, warna putihnya
mudah dikenali jika diperiksa dengan laryngoscope. Celah di antara kedua plica
vocalis disebut rima glottis. Gloltts dibatasi di depan oleh plica vocalis dan di
belakang oleh permukaan medial cartilago arytenoidea. Glottis merupakan bagian
yang paling sempit dari larynx dan berukuran sekitar 2.5 cm dari depan ke belakang
pada pria dewasa, dan lebih kecil pada wanita. Pada anak-anak, bagian bawah larynx
di dalam cartilago cricoidea merupakan bagian yang paling sempit.

7. Cavitas Laryngis
Cavitas laryngis terbentang dari aditus sampai ke pinggir bawah cartilago cricoidea
dimana ruang ini berlanjut sebagai trachea. Dapat dibagi dalam tiga bagian:
-

Vestibulum laryngis, terbentang dari aditus laryngis sampai ke plica vestibularis.


Daerah tengah, terbentang dari plica vestibularis di atas sampai setinggi plica vocalis

di bawah.
Daerah bawah, terbentang dari plica vocalis di atas sampai ke pinggir bawah cartilago
cricoidea di bawah.

8. Otot laring

9. Persarafan Larynx
Saraf Sensoris
Di atas plica vocalis: ramus laryngeus internus, cabang dari nervus laryngeus superior
nervus vagus. Di bawah plica vocalis: nervus laryngeus recurrens.
Saraf Motoris
Semua otot-otot intrinsik larynx, kecuali musculus cricothyroideus dipersarafi oleh
nervus laryngeus recurrens. Musculus cricothyroideus dipersarafi oleh ramus laryngeus
externus dari nervus laryngeus superior nervus vagus.
10. Vaskularisasi Larynx
Setengah bagian atas larynx: ramus laryngeus superior arteria thyroidea superior.
Setengah bagian bawah larynx: ramus laryngeus inferior arteria thyroidea inferior.
11. Aliran Limfe Larynx
Pembuluh limfe bermuara ke dalam nodi lymphoidei cervicales profundi.
D. Fisiologi faring dan laring

FUNGSI FARING
1.
2.
3.
4.

Respirasi
Resonansi suara
Artikulasi
Menelan

FUNGSI LARING
1. Respirasi
Untuk mengatur besar kecilnya rima glotis
Bila m. krikoaritenoid posterior kontraksi Menyebabkan prosesus vokalis kartilago
aritenoid bergerak ke lateral Sehingga rima glotis terbuka (abduksi)
2. Menelan
a. Oral : Terjadi secara sadar
Makanan yg telah dikunyah dan bercampur dengan liur makanan akan
membentuk bolus makanan Bolus bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah,
terletak di tengah lidah akibat kontraki otot instriksik lidah Kontraksi m. levator veli
palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole
terangkat dan bagian atas dinding posterior faring (Passavants ridge) terangkat pula
Karena lidah terangakat ke atas, sehingga bolus akan terdorong ke posterior Bersamaan
dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi m. levator veli palatini
Selanjutnya terjadi kontraksi m. palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium
tertutup, diikuti oleh kontraksi m. palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan
berbalik ke rongga mulut
b. Faringeal
Terjadi secara refleks pada fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan dari faring ke
esophagus Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi m. stilofaring, m.
salfingofaring, m. tirohioid, dan m. palatofaring Aditus laring tertutup oleh
epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika
ventirkularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika dan m.
aritenoid obliqus Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran udara ke
laring karena refleks yang menghambat pernapasan Sehingga bolus makanan tidak
akan masuk ke dalam saluran napas Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke
arah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaan lurus
c. Esofageal
Adalah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung.

Dalam keadaan istirahat introitus esofagus selalu tertutup Karena ada rangsangan
bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka akan terjadi relaksasi m. krikofaring
Sehingga introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk ke dalam esofagus.
Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi
tonus introitus esofagus pada waktu istirahat Sehingga makanan tidak akan
kembali ke faring. Refluks dapat dihindari Adanya kontraksi dari m.konstriktor
faring inferior pada akhir fase faringeal, mempengaruhi gerakan bolus di bagian
esofagus atas Selanjutnya bolus makanan akan didorong ke distal oelh gerakan
peristaltik esofagusDalam keadaan istirahat sfingter esofagus bagian bawah akan
tertutup dg tekanan rata-rata 8 mmHg > tekanan di dlm lambung.--> Pada akhir fase
esofageal sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik
esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal Selanjutnya setelah
bolus makanan lewat, makasfingter akan menutup kembali
3. Proteksi
Untuk mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea
Caranya: dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan
Kontraksi otot-otot ekstrinsik laring pengangkatan laring keatas Penutupan aditus
laring Kartilago aritenoid bergerak ke depan (kontraksi m.tiroaritenoid & m.aritenoid)
& m. ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter. Penutupan rima glotis Karena aduksi
plika vokalis Kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot- otot
intrinsik
4. Sirkulasi
Berfungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah
Terjadinya perubahan trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari
alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah
5. Fonasi
Fungsi laring sbg fonasi : dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya
nada. Ketegangan plika vokalis Plika vokalis aduksi ( m.krikotiroid akan
merotasikan kartilago tiroid ke bawah & ke depan, menjauhi kartilago aritenoid)
bersamaan ( m. krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid
ke belakang) Sebaliknya kontraksi m. krioaritenoid akan mendorong kartilago arotenoid
ke depan sehingga plika vokalis akan mengendor Kontraksi serta mengendornya plika
vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada
6. Batuk

Benda asing & debu Bersentuhan dan melekat palut lendir Absorpsi kuman dan
benda asing dalam palut & di bunuh o/ enzim lisozim Rangsangan terhadap reseptor
batuk di saluran napas
Ditangkap oleh sensor taktil & kemoreseptor aferen (n.vagus) ke pusat pusat napas
medula oblongata Timbul respon batuk Inspirasi udara keparu-paru
Menutupnnya glotik o/ gerakan epiglotis Menutupnya pita suara Udara inspirasi
tertahan di paru-paru Udara yang tertahan menimbulkan tekanan dalam alvolus
Kontraksi kuat otot-otot abdominal dan interkosta Ekspirasi secara mendadak
Epiglotis dan pita suara terbuka Udara dengan cepat melewati bronkus besar dan
trakea Timbul refleks batuk Pengeluaran benda-benda asing dari saluran napas

E. Cegukan
1. Definisi cegukan
Cegukan/ hiccup/ singultus adalah kontraksi tiba-tiba yang tak disengaja pada
diafragma dan umumnya terjadi berulang-ulang setiap menitnya. Istilah hiccup muncul
dan digunakan orang untuk menirukan suara yang dikeluarkan saat cegukan (hik..hik..).
sedangkan singultus berasal dari bahasa latin yang berarti menarik napas saat seseorang
sedang terisak-isak.
2. Mekanisme cegukan

Kontraksi otot-otot pernapasan (diafragma dan otot-otot diantara tulang rusuk)


menyebabkan gerakan menarik napas (dada mengembang) tiba-tiba diikuti dengan
menutupnya epiglottis (katup saluran napas) secara tidak normal cegukan (hik..hik..)

F. Pemeriksaan faring laring


1. Anamnesa
- Keluhan Utama Pada Faring
a. Nyeri tenggorok
Frekuensi
Lama tiap serangan
Apakah sakit tenggorokan disertai demam, sekret, ekspektorasi, kesulitan
enelan, kesulitan bernafas, perubahan suara atau batuk?
Lokasi dan lamanya pembengkakan eksterna

Apakah ada nyeri alih, misal nyeri telinga


Pengobatan yang sudah diberikan
Apakah perokok
b. Nyeri menelan (odinofagia)
Lamanya
Apakah semakin sulit menelan
Apakah disertai nyeri menelan, nyeri ulu hati
Bagaimana dengan makanan biasa
Dimana kira2 letak sumbatan
Apakah ada regurgitasi
Apakah BB menurun
c. Dahak di tenggorokan
Lamanya sekret
Apakah sekret mukoid, purulen atau bercampur darah
Apakah banyak atau sedikit
Apakah sekret dibatukkan atau diludahkan
Apaakah bertambah buruk pada saat bangun pagi
d. Sulit menelan (disfagia)
e. Rasa sumbatan di leher

Keluhan Utama Pada Laring


a. Suara serak (disfoni)/ tidak keluar suara sama sekali (afoni)
Lamanya
Apakah timbul mendadak atau perlahan
Apakah suara hilang sama sekali pada setiap waktu
Apakah pernah serak sebellumnya
Apakah serak didahului pilek atau sakit tenggorokan
Apakah rasa tidak nyaman di daerah laring
Apakah pasien batuk
Apakah riwayat minum alkohol berlebihan
b. Batuk

Lamanya
Dibagian tenggorokan mana
Apakah yang dibatukkan
Faktro memperberat
Penurunan bb
Kehilangan nafsu makan
Hemoptisis
Riwayat merokok
c. Disfagia
d. Rasa ada sesuatu di leher
Lamanya
Lokasi
Apakah perasaan tersebut intermiten atau terus menerus
Nyeri atau tidak
Apakah ada kesulitan menelan tau bernafas
Apakah pasien gelisah dan mencemaskan kanker

G. Pemeriksaan fisik
Nasofaring :
Rhinoskopi anterior
Rhinoskopi posterior
Palpasi
Nasofaringoskopi
Orofaring : Dengan tongue spatel :
Pilar anterior dan posterior.
Mukosa orofaring
Tonsila Palatina
Gerakan palatum
Laringofaring :
Laringoskopi indirect
Laringoskopi direct

:
:

- cermin laring
- dengan lumina - dengan laringoskop

Yang dinilai
Dinding belakang faring
Warna, granulasi, post nasal drip
Dinding depan dan samping
Lidah, tonsil lingua
Uvula ditengah atau tidak
Gigi geligi
Fossa tonsil dan isinya
Fossa tonsil : abses
Tonsila palatina : hiperemis, kripte, detritus. Permukaan rata, pembesaran

Pemeriksaan hipofaring dan faring


- Pasien duduk lurus agak condong ke depan dengan leher agak fleksi.
- Kaca laring dihangatkan dengan api lampu spiritus agar tidak terjadi kondensasi uap air
-

pada kaca waktu dimasukan ke dalam mulut.


Sebelum dimasukan ke dalam mulut, kaca yang sudah dihangatkan dicoba dulu pada kulit

tangan kiri apakah tidak terlalu panas.


Pasien membuka mulut dan menjulurkan lidahnya sejauh mungkin. Lidah dipegang
dengan tangan kiri memakai kassa steril dan ditarik keluar dengan hati-hati sehingga

pangkal lidah tidak menghalangi pandangan kea rah laring.


Kaca laring dimasukkan ke dalam mulut dengan arah kaca ke bawah, bersandar pada

uvula dan palatum molle.


Melalui kaca dapat terlihat hipofaring dan laring.

Memeriksa besarnya tonsil


-

T0 : tonsil dalam fosa tonsil atau telah diangkat


T1 : besarnya arkus anterior uvula
T2 : besarnya arkus anterior uvula
T3 : besarnya arkus anterior uvula
T4 : besarnya mencapai uvula atau lebih

Você também pode gostar