Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRAK
Pemboran Sidetrack menggunakan teknologi coiled tubing (Coiled Tubing Drilling) Merupakan hal yang
baru dalam dunia perminyakan, terutama di Indonesia. Sidetrack merupakan awal pertama pada pemboran
berarah dan horizontal pada open hole maupun cased hole untuk menghindari fishing dan daerah objective lain
yang jauh dari target. Alasan digunakanya CTD dikarenakan bisa dilakukan pada underbalance, lebih ekonomis
dan praktis, ramah lingkungan serta mudah pengoperasianya. Sifat dasar shale seperti mudah mengembang
menimbulkan masalah yang berdampak luas pada jalannya operasi pemboran seperti penyimpangan arah dan
sulitnya pengangkatan cutting serta tidak efektifnya laju penembusan. Untuk itu diperlukanya analisa pada
faktor formasi, Weight on Bit (WOB) dan modifikasi Bottom Hole Assembly (BHA) serta desain lumpur
pemboran. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada waktu
pemboran sidetrack menggunakan coiled tubing yang dilakukan pada formasi shale serta analisanya sehinga
sebagai acuan untuk pemboran berikutnya. Untuk lebih komprehensif di sajikan pula kasus pemboran sidetrack
menggunakan coiled tubing pada sumur X dilapangan Y di Laut Jawa, Indonesia. Kesimpulan secara garis
besar pada makalah ini adalah Mengetahui sifat- sifat shale sangat menentukan sekali dalam pertimbangan
penentuan Bottom Hole Assembly ( BHA ) dan juga desain lumpur untuk kelancaran operasi pemboran, Sebagai
contoh untuk mepertahankan laju penembusan dibutuhkan jenis bit yang memiliki kekuatan penetrasi tinggi
pada formasi lunak untuk itu Poly Diamond Crystaline (PDC ) bit diganti dengan Thermally Sterable
Polycrystalline ( TSP ) dengan perbesaran motor. Keunggulan coiled tubing drilling dibanding jenis pemboran
lain yaitu dapat di lakukan dalam kondisi underbalance, hemat waktu dan tempat, ramah lingkungan sehingga
perkembanganya akan menjadi teknologi pemboran yang mempunyai prospek cerah
1. PENDAHULUAN
2.
Teknologi
Coiled
Tubing merupakan hal yang baru
dibidang teknologi pemboran.
Teknologi ini mulai dikenalkan di
Indonesia
ada
tahun
1996.
Perkembangan
selanjutnya,
dikembangkan oleh ARII pada
tahun 1997 untuk pemboran
(pilot project) pada sumur
sumur yang telah mengalami
penurunan produksi. Pengertian
dari coiled tubing adalah suatu
tubing yang dapat digulung
terbuat dari campuran baja dan
carbon secara kontinyu. Pada
operasi pemboran menggunakan
coiled tubing, drill pipe tidak
digunakan
seperti
pada
pemboran konvensional (rotary
drilling). Pemboran mengunakan
coiled
tubing
mempunyai
beberapa kelebihan diantaranya;
dapat digunakan pada kondisi
underbalance sehingga dapat
keuntungan
yang
telah
disebutkan diatas mendorong
pengembangan untuk aplikasi
coiled tubing terutama dalam
pemboran
sidetrack
yang
merupakan langkah pertama bagi
sebagian besar operasi pemboran
berarah dan horisontal pada
sumur terbuka maupun yang
telah
bercasing.
Pekerjaan
sidetrack juga sering digunakan
untuk
menghindari
pekerjaan
fishing yang berlarut- larut atau
membor daerah obyektif lain
Pemboran
dilakukan
dengan cara underbalance
sehinga
dapat
meningkatkan
laju
penetrasi dan mengurangi
kerusakan formasi.
o Bersifat ringan dan
mudah
dipindahkan.
o
Tingkat keamanan
tinggi.
CTD
dilakukan melalui
annular preventer
(striper)
sehinga
Blow
Out
Preventer
(BOP)
mudah
ditutup
selama
stripping
maupun snubing.
o
Mengurangi
dampak
lingkungan Unitnya
berukuran
kecil
dibanding dengan
unit
pemboran
konvensional,
maka
tingkat
kebisingan
lebih
rendah
serta
cutting
yang
dihasilkan
lebih
sedikit.
o
Lebih ekonomis
dalam operasional.
Bila diperhitungkan
dari segi waktu,
biaya
kebutuhan
fluida
pemboran,
pengangkutan
menara
serta
operasi yang akan
dilaksanakan maka
coiled
tubing
drilling
dapat
dirasakan
lebih
murah dan lebih
menguntungkan.
5.
Secara
umum
prinsip kerja CTD adalah sama
dengan pemboran konvensional.
Perbedaanya adalah pada tubing
yang saling menyambung dan
seluruh rangkaian tidak dapat
berputar. Fungsi kerja alat serta
susunanya
berbeda
sesuai
Kelurusan
Lubang
Kekurangan dari operasi
CTD adalah fleksibilitas
yang diberikan pada CT.
kelurusan
lubang
dipengaruhi
oleh
jenis
formasi yang ditembus.
Hal
yang
perlu
diperhatikan
dalah
pendesainan Bottom Hole
Assembly
(BHA)
yang
sesuai
sehingga
berat
pada
bit
dapat
dioptimumkan
untuk
menghasilkan
laju
penembusan ( ROP ) yang
tinggi.
Pembersihan
Lubang
Pembersihan cutting pada
pemboran
CTD
sering
menjadi
masalah.
Hidrolika lumpur pada CTD
sangat
rendah
dikarenakan diameternya
yang sangat kecil. Sehinga
diperlukan lumpur jenis
visplex
untuk
mengimbangi
kesulitan
pengangkatan
cutting
dipermukaan.
Lumpur
visplex mempunyai sifat
dapat bersifat gel pada
saat operasi behenti dan
kembali seperti semula
saat
pemboran
berlangsung lagi.
Tekanan
Tekanan
merupakan
parameter
yang
paling
penting,
sehinga penganalisan dan
test tekanan merupakan
hal yang utama dalam
operasi pemboran karena
dengan mengetahui datadata
tekanan
dapat
8.
Batasan
dan
kerugian
CTD
dapat
di
kategorikan menjadi beberapa
faktor sebagai berikut:
Faktor
Diameter
Pada
beberapa
aplikasi
pemboran
dengan
slimhole
sangat
menguntungkan
tetapi
kendalanya adalah ketidak
mampuan
dalam
membuat diameer yang
lebih besar.
Faktor
Rotasi
Karena
coiled tubing tidak dapat
berputar pengaturan arah
pada directional drilling
harus
digunakan
downhole tools.
Fator
Kelelahan
CT
Meskipun kelelahan CT
dapat dimonitor tetapi
sulit dalam meramalkan
ketepatan kelelahan CT
yang digunakan selama
operasi pemboran.
9.
Peralatan
dalam
operasi CTD dibagi menjadi dua
kategori peralatan dipermukaan
dan dibawah permukaan, untuk
peralatan dipermukaan akan kami
munculkan secara singkat dan
lebih ditekankan untuk peralatan
bawah permukaan sebagai acuan
untuk penyelesaian studi kasus
yang
menyangkut
masalah
modifikasi
BHA
untuk
mengantisipasi
masalah
Bit
Jenis
bit
yang
digunakan dalam operasi
CTD adalah drag bit.
Karena
jenis
ini
mempunyai
diameter
kurang dari 6. Ada dua
jenis drag bit yaitu Polly
Diamond Compact (PDC )
bit
dan
Thermally
Steerable
Polyrystalline
( TSP) bit. Jenis bit ini laju
penetrasinya tinggi dan
berat bit rendah jika
digunakan
downhole
motor berkecepatan tingi.
Laju pemboran sebesar 5
60 ft perjam pada
formasi sangat keras dan
menengah. Jenis bit ini
juga
menghasilkan
getaran yang sangat kecil
sehinga
memperpajang
umur peralatan downhole.
Jenis
TSP
bit
sering
Sidetracking
melalui
bagian casing yang dikikis
( Milled ).
Whipstocking
melalui
bagian casing yang dikikis
(Milled ).
Whipstocking
melalui
jendela casing.
15.
Setiap
metode
mepunyai
keuntungan
dan
kerugian. Pengukuran direkam
dengan satu dari tiga sistem
pengukuran
untuk
orientasi
tergantung pada tipe sidetrack.
Metode yang paling banyak
digunakan
didasarkan
atas
pertimbangan kedalaman ukuran
casing
dan
kondisi
lubang.
Lubang sumur bercasing disurvey
untuk melokalisir posisi titik kick
of
jika
diperlukan.
Operasi
pemboran sidetrack pada lubang
berselubung
seringkali
menghadapi
resiko
tinggi
dibandingkan
dengan
lubang
terbuka (open hole ). Operasi
pemboran sidetrack akan lebih
sulit dalam lubang kecil dan
menghabiskan
banyak
waktu
karena
menyangkut
prosedur
yang rumit dan kebutuhan untuk
membuka bagian casing atau
membuat
lubang
melaluinya.
Rangkaian
pipa
bor
akan
bergesekan dengan lubang yang
dikikis ( milled ) pada casing dan
kasus yang terburuk yang akan
terjadi yaitu rangkaian pipa bor
akan terjepit. Peralatan khusus
yang sering digunakan dalam tipe
pemboran ini adalah casing
cutter/section mill dan whipstock,
tapi peralatan whipsock dapat
menyebabkan
problem
selanjutnya dan meningkatkan
biaya operasi.
16.
Terdapat
resiko
pada pergerakan dan perputaran
whipstock
selama
operasi
pemboran
sidetrack
ataupun
dalam
pembran
berdeviasi
setelah sidetrack. Penggunaan
whipstock pada operasi sidetrack
umumnya menghabiskan banyak
bagian
atas
dari
pengikisan casing.
daerah
19.
Sub
pengukuran
Measured While Driling (MWD)
dihubungkan dalam rangkaian
motor
sidetrack.
Langkah
selanjutnya adalah mengukur dan
merekam
koreksi
tool
face,
perbedaan siku antara indikator
magnet. Orientasi selesai dengan
diputarya rangkaian pipa bor
menuju arah toolface dengan
arah
yang
telah
dikoreksi.
Kemudian putaran ditahan, swivel
dikunci pada travelling block jika
kelly tidak digunakan. Rangkaian
pipa bor diturunkan perlahan
kemudian pemboran sidetrack
segera dimulai.
20.
Pengukuran
yang
tepat diambil secara periodik
untuk verifkasi dengan membuat
rangkaian
pipa
bor
sampai
menjadi berhenti sesaat. Putaran
bit dan tenaga putar reaktif dapat
diabaikan, ketika peralatan MWD
memerikan arah yang tepat pada
tool face. Kemudian pemboran
dilanjutkan sampai lubang sumur
baru hasil sidetrack berada pada
arah yang tepat dan mempunyai
kurva
naik
tetap
kemudian
dilanjutkan pemboran berarah
atau horisontal.
21.PEMBAHASAN
21.1.
Kondisi
Sumur
Lapangan Y
di
22.
Status sumur ini
ditutup sementara dikarenakan
adanya kerusakan mekanik pada
tubing. Tubing telah dilakukan
penyemenan. Semen retainer
diset pada kedalaman 5882 ft
sampai top semen 5807 ft. Pada
semen ini tidak terdapat tubing
diatas semen plug. Pemboran
sidetrack
pada
sumur
ini
dilakukan pada kedalaman 5665
ft
hingga
mencapai
target
kedalaman 6535 ft. Pekerjaan
yang dilakukan adalah membuat
window terlebih dahulu baru
dilakukan
pemboran
berarah.
Berarah
25.
Pertama
kali
rangkaian BHA V disusun sebagai
berikut : 6 1/8 Str- 1 Bit, 3 1/2
Power Pack Motor dengan sudut
1.5 0, Universal Bottom Hole
Orienting Sub, 3 1/16 monel
Drill Coillar, Orientor, Check
Valve, Circulating Sub, Hidraulic
Disconnect, NRJ Oriented UBHO.
Rangkaian disambung dengan CT
2 3/8 dan diturunkan pada
kedalaman terakhir 5669.5 ft
kemudian ditarik kembali sampai
kedalaman
5640
ft
untuk
mencoba survey dengan MWD,
ternyata tidak ada sinyal yang
keluar. Kemudian dicoba untuk
menaik-turunkan rangkaian drill
string selama beberapa lama,
memompakan air laut 5 barel dan
kemudian diganti dengan lumpur
jenis visplex. Setelah selesai
dicoba lagi mengamnbil survey,
tetapi MWD tidak juga bekerja.
penambahan DP untuk
peningkatan
WOB
merupakan
alternatif
untuk memperbesar laju
penembusan
dan
perbaikan pengangkatan
cutting.
3. Bit balling dapat diatasi
dengan
optimasi
pembersihan cutting yang
meliputi modifikasi BHA
dan lumpur pemboran.
4. Permasalahan perubahan
arah
tool
face
yang
berlawanan
ini
diatasi
dengan
menarik
CT
kepermukaan
sehingga
terjadi torque release dan
kemudian arah tool face
dikoreksi sesuai dengan
arah yang diinginkan
5. Pemboran menggunakan
teknologi coiled tubing,
khususnya
sidetrack,
merupakan teknologi baru
dibidang pemboran karena
pemboran ini dilakukan
pada
kondisi
underbalance. Menghemat
waktu
dan
tempat
sehingga
merupakan
teknologi
pemboran
alternatif
yang
mempunyai masa depan
yang cerah.
29.
Dilihat dari ROP
yang mulai mengecil kembali dan
untuk mengatasinya dilakukakan
wiper trip sampai kedalaman
6432 feet. Kemudian pemboran
dilanjutkan
kembali
sampai
dengan tool depth yaitu true
vertical depth 5678 feet dan
measurement depth 6535 feet,
survey dilakukan beberapa saat
dan seterusnya dilakukan back
reamed
ke
window
pada
kedalaman 5660 feet dan pompa
dimatikan.
30.KESIMPULAN
1. Formasi
shale
adalah
formasi yang lunak dan
mudah terjadi swelling
sehingga jika dilakukan
pemboran
sidetrack
menggunakan
teknologi
CTD
akan
mempunyai
permasalahan diantaranya
:
Kesulitan
pengangkatan
cutting
akibat
kecilnya diameter
CT string.
Bit balling, karena
pembersihan
cutting
tidak
seimbang dengan
cutting
yang
dihasilkan
oleh
dominasi shale.
Kesulitan
pengarahan
tool
face
dikarenakan
shale mempunyai
torque ( torsi )
yang besar.
2. Pemilihan bit jenis TSP
dengan
pembesaran
ukuran
motor
dan
31.DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.iatmi.or.id/assets/
bulletin/pdf/2001/2001-01.pdf
2. Alexander
Sas
Jawarossky.
(1991),. Coiled Tubing Operations
and Service part 2, Word Oil
Magazine, December.
3. Harry. Budiharjo dan Donika
Rokhim. (2000), Teknologi Coiled
Tubing dan contoh aplikasinya di
lapangan, April,. Buletin Teknologi
Mineral,
FTM,
UPNVeteran
Yogyakarta. hal 52 56.
4. Leising. L.J and Newman K.R.
(1992). Coiled Tubing Drilling
Society of Petroleum Engineers
Inc.
32.
33.
34.