Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Hana Andrina, S.Ked
04054821618022
04054821618023
Pembimbing:
dr. Ismail Bastomi, SpOT
HALAMAN PENGESAHAN
LaporanKasus
Anterior
Disusunoleh:
04054821618022
04054821618023
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Junior di
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang, Periode 21 Maret 2016 30 Mei 2016.
KATA PENGANTAR
Pujian syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Ruptur Ligamentum Cruciatum Anterior untuk memenuhi tugas laporan kasus
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Ismail Bastomi, SpOT, selaku pembimbing yang telah membantu memberikan
ajaran dan masukan sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan telaah
kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis.Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberi
manfaat dan pelajaran bagi kita semua.
Palembang, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB IPENDAHULUAN................................................................................
BAB II LAPORAN KASUS...........................................................................
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA....................................................................
3.1. Definisi............................................................................................
3.2. Anatomi..........................................................................................
3.3. Fisiologi..........................................................................................
3.4. Epidemiologi..................................................................................
3.5. Etiologi...........................................................................................
3.6. Manifestasi Klinis..........................................................................
3.7. Klasifikasi.......................................................................................
3.8. Patofisiologi...................................................................................
3.9. Dasar diagnosis..............................................................................
3.10. Penatalaksanaan.............................................................................
3.11. Komplikasi.....................................................................................
3.12. Prognosis........................................................................................
BAB IV ANALISIS KASUS...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera ACL adalah cedera lutut tersering yang dialami oleh atlet. Cedera
ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan zig-zag,
perubahan arah gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasideselerasi) seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal. Mayoritas cedera yang
terjadi adalah mekanisme non-kontak dengan valgus lutut dan twisting (puntiran).
Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau salah posisi lutut ketika
mendarat.
Trauma juga dapat menyebabkan robeknya ACL, terutama trauma
langsung pada lutut dengan arah gaya dari samping. Robekan ACL lebih dari 50%
atau robekan total dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi lutut. Atlet akan
merasa lututnya sering goyang, nyeri dan bengkak berulang sehingga kinerja
berolahraganya menurun. Ketidakstabilan sendi lutut juga akan menimbulkan
cedera lanjutan berupa rusaknya bantal sendi/meniskus dan tulang rawan sendi.
Banyak atlet yang akhirnya harus mengakhiri kariernya akibat cedera ACL
sehingga cedera ini sering disebut career ending injury.1
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Nama
Umur / Tanggal Lahir
Jenis kelamin
Pekerjaan
Agama
Alamat
Suku Bangsa
MRS
Rekam Medik
: Tn. MAD
: 26 tahun / 09 Oktober 1989
: Laki-laki
: Atlit senam artistik
: Islam
: Jalan Makam Kamp Sukorejo no 1870 RT 10 RW
02 Kelurahan Sukodadi Kecamatan Sukarami,
Palembang
: Sumatera
: 27Maret 2016
: 943813
Ayah
Nama
Pekerjaan
: Tn. AR
: Pensiunan
Ibu
Nama
Pekerjaan
: Ny. A
: Ibu Rumah Tangga
B. Anamnesis
(dilakukan alloanamnesis dengan penderita, 5 April 2016, pukul 16.00 WIB)
Keluhan Utama
Nyeri sesekali pada lutut sebelah kanan
Keluhan Tambahan
Lutut terasa goyah saat beraktivitas dan kaku.
Riwayat Perjalanan Penyakit
10 bulan yang lalu, os mengeluh nyeri di lutut sebelah kanan. Nyeri
terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri tidak menjalar. Keluhan timbul setelah os
terjatuh saat melakukan gerakan koprol di udara dan mendarat di lantai saat
senam artistik. Os mengaku mendengar suara pop saat terjadi cedera dan
tidak bisa berdiri setelahnya. Beberapa jam kemudian, os mengaku lutut
kanannya bengkak dan terasa panas. Kemudian os berobat ke dokter dan
dilakukan pemeriksaan MRI. Dokter mengatakan hasil pemeriksaan MRI
adalah ruptur ligamen pada lutut dan direncanakan untuk operasi namun os
menolak.
1 bulan yang lalu, os mengeluh nyeri sesekali di lutut sebelah kanan.
Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri tidak menjalar. Nyeri bertambah jika
os bergerak dan melakukan aktivitas senam artistik. Nyeri berkurang jika os
mengistirahatkan dan mengompres lututnya dengan handuk dingin. Selain itu,
os juga mengeluhkan lututnya terasa goyah dan kaku saat beraktivitas. Os
merasa hal tersebut sangat menganggu aktivitas dan membatasi gerakannya.
1 minggu SMRS, os mengeluh nyeri bertambah hebat. Nyeri tidak
berkurang walaupun telah beristirahat dan dikompres handuk dingin. Os juga
semakin sulit menggerakkan lutut kanannya. Penderita kemudian berobat ke
Graha Spesialis RSMH dan direncanakan untuk operasi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma yang sama sebelumnya disangkal.
Riwayat alergi disangkal.
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat Pengobatan
10 bulan menunda untuk dilakukan tindakan pembedahan
C. Pemeriksaan Fisik
Pre-Operasi
Keadaan Umum
Tanggal Pemeriksaan
Keadaan Umum
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu axila
VAS Skor
Berat Badan
Tinggi Badan
BMI
Keadaan Spesifik
: 5 April 2016
: Baik
: 110/80 mmHg
: 72 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
: 20 x/menit
: 37,2 C
: Skala nyeri 3
: 49,5 kg
: 156 cm
: 20,34 (normal)
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thorak
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Datar, scar (-), eritem (-), venektasi (-), spider naevi (-)
: Lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor <2
: Timpani
: Bising usus (+) normal
Feel
Movement
(-),
varus (-).
: suhu sama dengan sekitarnya, krepitasi (-), nyeri tekan (-),
pulsasi (+).
: gerakan luas dan tidak terbatas.
Aktif
Pasif
Fleksi lutut
Ekstensi lutut
0-150
0
0-150
0
Hasil
Interpretasi
Sensitivitas,
Ruptur
Spesifisitas
Sensitivitas:
ligamentum
cruciatum
Posterior drawer test
anterior
Tidak
41%
Spesifisitas:
95%
terjadi Sensitivitas:
ruptur
ligamentum
90%
Spesifisitas:
99%
cruciatum
Lachmanns test
posterior
Ruptur
ligamentum
cruciatum
McMurrays test
anterior
Tidak ada
Sensitivitas:
68-77%
Spesifisitas:
50-94%
lesi Sensitivitas:
Apley compression -
test
meniskus
Ruptur
ligamentum
cruciatum
anterior
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 29 Maret 2016
97%
Spesifisitas:
87%
Sensitivitas:
82%
Spesifisitas:
98%
Jenis Pemeriksaan
Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
15,0 g/dL
5.200.000/mm3
5400/mm3
45 %
235.000/L
0%
9%
41%
40%
10%
FAAL HEMOSTASIS
Waktu Perdarahan
Waktu Pembekuan
1 menit
9 menit
KIMIA KLINIK
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa
GINJAL
Ureum
Kreatinin
ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
82 mg/dL
28 mg/dL
1,22 mg/dL
138 mEq/L
4,1 mEq/L
Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan MRI tanggal 13 Juni 2015
Hasil:
Tampak high signal intensitity pada ACL, contour tampak shaggy
Tampak high signal intensitity pada meniscus anterior horn lateral
Celah sendi baik
Tak tampak soft tissue swelling
Kesan:
Ruptur ligamentum cruciatum anterior + curiga ruptur meniscus lateral
Pasca-Operasi (hari ke 5)
Keadaan Umum
Tanggal Pemeriksaan
: 12 April 2016
Keadaan Umum
: Tampak sakit ringan
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu axila
: 36,8 C
VAS Skor
Status Lokalis
Regio Genu Dekstra
Look
: tampak luka bekas operasi, warna kulit sama dengan
sekitarnya, deformitas (-), shortening (-), benjolan (-),
bengkak (-), hematom (-), valgus (-), varus (-).
Feel
: suhu sama dengan sekitarnya, krepitasi (-), nyeri tekan
(+), pulsasi (+).
Movement
: ROM aktif dan pasif terbatas
E. Diagnosis
Ruptur Ligamentum Cruciatum Anterior Dekstra
F. Penatalaksanaan
Non Farmakologi
-
Farmakologi
-
Arthroplasty
Tramadol 3 x 100 mg PO
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Ligamentum cruciatum anterior atau Anterior Cruciate Ligament (ACL)
adalah salah satu dari 4 ligamen utama yang menstabilisasi sendi lutut. Ligamen
ini tersusun dari serabut kuat (atau kolagen) yang berfungsi seperti untaian tali
atau kabel.Ligamentum cruciatum anterior mencegah tulang tibia dari pergeseran
yang berlebihan terhadap tulang femur dan menstabilisasi lutut untuk melakukan
berbagai aktivitas.2 Ruptur ACL adalah robeknya ligamentum cruciatum anterior
yang menyebabkan sendi lutut menjadi tidak stabil sehingga tulang tibia bergeser
secara bebas.
3.2. Anatomi3,4
Articulatio genus
Articulatio genus (sendi lutut) adalah sendi yang terbesar dan paling rumit
di seluruh tubuh. Pada dasarnya sendi ini terdiri atas dua buah sendi condylaris
antara condylus femoris medialis dan lateralis dengan condylus tibiae yang
bersesuaian serta sebuah sendi plana antara patella dan facies patellaris femoris.
Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel, tetapi
sebenarnya terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks ,yaitu:
1. Condyloid articulatio diantara dua femoral condylus dan meniscus dan
berhubungan dengan condylus tibiae
2. Satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal dari
patella dan femur.
Tipe
Sendi antara femur dan tibia adalah sebuah sendi sinovial tipe gingylimus
(sendi engsel), tetapi mempunyai sedikit kemungkinan gerak rotasi. Sendi antara
patella dan femur adalah sendi sinovial jenis plana.
Ligamentum-ligamentum
Ligamentum ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu ligamentum yang terletak di luar
capsula (ekstracapsular) dan di dalam capsula (intracapsular).
1. Ligamentum-ligamentum ekstracapsular
a) Ligamentum patella melekat (di atas) pada pinggir bawah patella dan di
bawah tuberositas tibiae. Sebenarnya ligamentum ini merupakan lanjutan
dari bagian tendon utama bersama m. Quadriceps femoris.
b) Ligamentum collaterale laterale berbentuk seperti tali dan melekat di atas
pada condylus lateralis femoris dan di bwah pada caput fibulae .Tendon m.
Popliteus berjalan di antara ligamentum dan meniscus lateralis.
c) Ligamentum collaterale mediale berbentuk pita pipih dan di atas melekat
pada condylus medialis femoris dan di bawah pada facies medialis corps
tibiae. Ligamentum ini melekat erat pada meniscus medialis.
d) Ligamentum poplitem obliquum adalah perluasan tendo yang berasal dari
m. Semimembranosus.Ligamentum ini memperkuat aspek posterior dari
capsula.
2. Ligamentum intracapsular
Meniscus
Meniscus merupakan fibrocartilago yang berbentuk seperti huruf C.
Pinggir luarnya tebal dan melekat pada capsula, dan pinggir dalamnya tipis,
cekung dan membentuk pinggir yang bebas. Permukaan atasnya berhubungan
langsung dengan condylus femoris. Permukaan bawahnya berhubungan langsung
dengan condylus tibiae. Fungsinya adalah memperdalam facies articularis
condylus tibiae untuk menerima condylus femoris yang cembung. Selain itu juga
berfungsi sebagai bantalan antara kedua tulang tersebut. Masing-masing meniscus
melekat pada permukaan atas tibia melalui cornu anterior dan posteriornya
.Karena meniscus medialis melekat juga pada ligamentum collaterale mediale
maka meniscus ini relatif tidak mudah bergerak.
Cedera lutut dan membran synovial
Membran synovial sendi lutut luas dan bila terdapat kerusakan permukaan
sendi, meniscus atau ligamentum, rongga synovial yang besar menjadi terdistensi
karena berisi cairan. Hubungan yang luas antara bursa suprapatellaris dan rongga
sendi mengakibatkan bursa ini ikut terenggang pula. Pembengkakan lutut dapat
meluas sampai tiga atau empat jari di atas patella dan ke lateral serta medial
masing-masing di bawah aponeurosis insersio m. Vastus lateralis dan medialis.
3.3. Fisiologi
Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi, ekstensi dan sedikit
rotasi. Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris, semimembranosus,
dan semitendinosus serta dibantu oleh m.gracilis, m.sartorius dan m. popliteus.
Fleksi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya tungkai bawah bagian belakang
dengan paha. Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi
mula-mula oleh ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi
sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta ligamentum
collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum obliqum menjadi
tegang, serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga dieratkan.
Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami ekstensi penuh ataupun sedikit
hiperekstensi, rotasi medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan pengetatan
semua ligamentum utama dari sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang
secara mekanis kaku. Rotasi femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia,
dan cartilago semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus femoris
dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-ekstensi dikatakan dalam
keadaan terkunci.
Selama tahap awal ekstensi, condylus femoris yang bulat menggelinding ke
depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan
condylus lateralis. Bila sendi lutut di gerakkan ke depan, femur ditahan oleh
ligamentum cruciatum posterior, gerak menggelinding condylus femoris diubah
menjadi gerak memutar. Sewaktu ekstensi berlanjut, bagian yang lebih rata pada
condylus
femoris
bergerak
kebawah
dan
cartilago
semilunaris
harus
lateral pada tibia. Sedangkan rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan
m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh m. biceps femoris.
Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat d gerakkan
ke depan dan belakang terhadap femur, hal ini dimungkinkan karena ligamentum
utama terutama ligamentum cruciatum sedang dalam keadaan kendur. Jadi di sini
tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan tonus otot yang
bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan ligamentum.4 Dari faktor-faktor ini,
tonus otot berperan sangat penting dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk
mengembalikan kekuatan otot ini, terutama m. quadriceps femoris setelah terjadi
cedera pada sendi lutut.
3.4. Epidemiologi
Berdasarkan suatu studi epidemiologi di Colorado pada tahun 2013, cedera
ligamentum cruciatum anterior terjadi sebanyak 20,5% dari total 3012 cedera lutut
yang terjadi pada atlit usia sekolah menengah atas. Cedera ligamentum cruciatum
anterior paling sering terjadi pada olahraga american football, sepak bola, voli,
basket, gulat, baseball, softball. Secara nasional, cedera ACL pada atlit laki-laki
terjadi sebanyak 124.626 kasus dan atlit wanita sebanyak 91.002 kasus pada anak
usia sekolah menengah atas.5
3.5. Etiologi
Ruptur ligamentum cruciatum anterior (ACL) sering terjadi pada kegiatan
olahraga yang pada dasarnya terdapat gerakan jongkok, memutar, menghentikan
gerakan, dan melompat. Ruptur ACL sering terjadi pada olahraga high-impact,
seperti sepak bola, futsal, bola voli, tenis, bulutangkis, bola basket dan olahraga
lain seperti beladiri.2
Sekitar 70% dari kejadian ruptur ligamentum cruciatum anterior terjadi
melalui mekanisme non-kontak dan 30% karena mekanisme kontak dengan objek
lain. Dalam fungsi normalnya, ligamentum cruciatum anterior dapat menahan
kekuatan sebesar 2200 N. Apabila lutut menerima kekuatan yang besar dan otot
tidak dapat membantu meredam tekanan, maka ACL akan mengambil alih semua
beban sehingga memungkinkan terjadinya robekan. Beban yang besar tersebut
terjadi ketika menerima hantaman keras di bagian lutut, hiperekstensi lutut,
berhenti secara mendadak lalu merubah arah gerak sambil berlari dan melakukan
gerakan berputar tiba-tiba.
3.6. Manifestasi Klinis7
-
Pada umumnya, penderita akan mendengar suara pop atau robekan saat
terjadi cedera
Ketidakstabilan lutut (goyah) dan tidak bisa berdiri setelah cedera terjadi
Nyeri pada lutut
Bengkak beberapa jam setelah terjadinya cedera yang menandakan
terjadinya pendarahan dalam sendi.
3.7. Klasifikasi4
Penilaian derajat cedera ACL dapat dilakukan berdasarkan robekan yang terjadi
dan tingkat keparahannya, yaitu:
A. Derajat 1:
Robekan mikro pada beberapa serabut ligamen disertai nyeri ringan dan
sedikit bengkak. Umumnya tidak menimbulkan gejala ketidakstabilan dan
dapat kembali beraktivitas setelah proses penyembuhan.4
B. Derajat 2:
Robekan parsial lebih banyak terjadi pada serabut ligamen dengan sedikit
perdarahan, nyeri yang lebih dan memar pada sendi lutut. Terjadi
penurunan fungsi dan dapat menimbulkan gejala ketidakstabilan. 4
C. Derajat 3:
Robekan total dengan hematoma dan hemarthrosis disertai gejala
ketidakstabilan yang sangat bermakna. 4
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dinilai dari:
-
Look,
lihat
apakah
ada
deformitas,
shortening,
pembengkakan,
Pada kasus yang dicurigai adanya robekan pada ligamentum cruciatum anterior,
dapat dilakukan beberapa tes provokasi sendi lutut yaitu Anterior Drawer Test,
Lachmanns Test dan Pivot Shift Test.
Anterior drawer test dilakukan dengan memposisikan pasien berbaring dengan
lutut difleksikan 90. Pemeriksa memegang tibia di atas caput medial dan lateral
dari musculus gastrocnemius dengan kedua tangan dan ibu jari diletakkan pada
sisi dari ligamen patella. Kemudian pemeriksa menarik tangan ke arah anterior
sehingga tibia tertarik ke arah anterior. Hasil tes dikatakan positif jika terjadi
perpindahan abnormal dari tibia ke arah anterior.
Pemeriksaan Lachman
Pivot Shift Test
Pasien dalam posisi supine, pemeriksa menggunakan satu tangan menekan caput
fibula dan lainnya menekan pergelangan kaki pasien. Kaki bagian bawah diputar
secara internal dan lutut sepenuhnya diekstensikan. Paha kemudian fleksi 30
derajat di pinggul sementara lutut juga fleksi, dan pemeriksa memberikan tekanan
valgus dan beban aksial simultan dengan tangan atas nya. Jika ligamen anterior
rusak, maka terjadi pergeseran tibia ke arah lateral.
3.11. Penatalaksanaan
Secara non-farmakologi, dapat dilakukan beberapa tindakan setelah terjadinya
cedera untuk mengurangi nyeri dan bengkak, yaitu:
-
3.13. Prognosis
Quo ad Vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: Dubia ad bonam
BAB IV
ANALISIS KASUS
Ruptur ACL merupakan cedera lutut tersering yang dialami oleh atlet.
Cedera ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan zigzag, perubahan arah gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasideselerasi) seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal.
Berdasarkan anamnesis riwayat pekerjaannya, penderita adalah seorang
atlit senam artistik yang sering melakukan gerakan koprol di udara. Saat
ruptur ACL + curiga ruptur meniscus lateral. Kebanyakan pada ruptur ACL yang
akut dicurigai pula terjadinya ruptur meniscus lateral.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis sudah
dapat menegakkan diagnosis ruptur ACL. Untuk penatalaksaan lebih lanjut, dapat
dilakukan terapi non-farmakologi, pembedahan dan rehabilitasi medik sesuai
dengan keperluan dan aktivitas pasien. Secara non-farmakologi, dapat dilakukan
RICE (Rest, Ice compression, Compression bandage, dan Elevation), secara
farmakologi apabila timbul nyeri dapat diberikan obat analgesik dan dilakukan
arthroplasty elektif. Setelah dilakukan tindakan pembedahan, kemudian pasien
dapat dirujuk ke bagian rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi sendi
lututnya. Edukasi juga pasien agar melakukan pemanasan sebelum berolahraga,
tidak menggunakan lututnya untuk aktivitas berlebihan dan menghindari gerakan
secara tiba-tiba.
Daftar Pustaka
1. Zein, M.I. 2013. Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) Pada Atlet
Berusia Muda. Medikora: Yogyakarta, Indonesia, 11(2):111-121
2. McMillan, S. 2013. Anterior Cruciate Ligament Reconstruction.
Burlington: Lourdes Medical Associates Professional Orthopaedics
3. Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 176-179.
4. Thompson, J.C. 2010. Netter Orthopaedic Anatomy 2nd Ed. Elsevier:
Philadelpia, United States of America.
5. Joseph, A.M., Collins, C.L., Henke, N.M, dkk. 2013. A Multisport
Epidemiologic Comparison of Anterior Cruciate Ligament Injuriesn High
School Athletics. Journal of Athletic Training: United States Of America,
48(6):810-817
6. Cimino, F., Volk, B.S., Setter, D. 2010. Anterior Cruciate Ligament Injury:
Diagnosis, Management, and Prevention. Am Fam Physician. 82:917-922
7. Schmidt, M.R. 2010. Biomechanical Analysis of Anterior Cruciate
Ligament
Injury
Mechanism.
Aalborg
University:
Denmark
(http://projekter.aau.dk/projekter/files/13571605/Report__Biomechanical_
Analysis_of_Anterior_Cruciate_Ligament_Injury_Mechanisms.pdf
diakses pada 12 April 2016)
8. Moore, K.L, Dalley A.F, Agur, Anne M.R. 2011. Clinically Oriented
Anatomy Sixth Edition. Lippincott Wiliams and Wilkins: Philadephia.