Você está na página 1de 80

ANALISIS PEMASARAN PRODUK RINSO

Disusun oleh:
Sella Safitri 4B Marketing
Mata Kuliah : Perilaku Konsumen
Dosen : Dr. Indah Martati, SE , MM

DAFTAR
ISI
..
KATA
PENGANTAR

DAFTAR
ISI
..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
..1
B. Rumusan
Masalah
..8
C. Tujuan
Penlitian
..9
D. Kegunaan
Penelitian
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Perilaku
Konsumen..10
B. Factor
Eksternal
.13
C. Kebutuhan
Konsumen
..14
D. Keputusan
Pembelian
...15
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Metode
Penelitian
25
B. Jenis-jenis Metode
Penelitianl.25

C. Populasi dan
Sampel
27
D. Metode Pengumpulan
Data30
E. Alat
Analisis
36
F. Model
Penelitian
39
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil
Responden
43
B. Deskripsi Jawaban
Responden.64
C. Deskripsi Hasil Pengujian
SPSS.70
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisi
..76
B. Pembahasan
76
C. Keterbatasan
Penelitian.7
8
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
.79
B. Saran
79
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.

1 Latar Belakang
3

Dewasa ini banyak produk deterjen yang masuk ke pasar dengan menawarkan berbagai
variasi keunggulan dan berbagai jenis deterjen.Persaingan bisnis deterjen di Indonesia
mengalami perkembangan yang sangat menjanjikan. Persaingan tersebut juga dapat dilihat dari
gencarnya para produsen deterjen di Indonesia semacam Rinso, Attack, Surf, Daia, So Klin,
Boom, B-29, Total, BuKrim, Ola dan masih banyak yang lain. Berbagai merek deterjen tersebut
juga menawarkan berbagai variasi keunggulan dan berbagai jenis deterjen bubuk, deterjen cair,
dan deterjen krim.
Seperti yang kita ketahui Rinso merupakan pemain lama dalam bisnis deterjen di Indonesia
harus memperhatikan kehadiran pesaing-pesaing baru yang dapat mengancam pangsa pasar
mereka.Kecamatan Sumbersari tidak luput dari pengamatan para produsen deterjen. Produkproduk mereka sekarang tidak hanya beredar diswalayan ataupun ditoko-toko besar, akan tetapi
juga beredar dikios-kios kecil yang ada didekat rumah mereka. Hal ini memungkinkan para
konsumen sekitar dapat lebih leluasa dalam memilih produk deterjen yang akan mereka gunakan
Produk deterjen merek Rinso merupakan merek paling awal yang keluar dipasaran, sebagai
merek deterjen yang pertama kali keluar dan Rinso sudah lama dikenal dan digunakan oleh
masyarakat Indonesia.Semakin banyaknya pesaing-pesaing baru perlu diperhatikan oleh pihak
manajemen Rinso agar pangsa pasar mereka tetap terus dapat dipertahankan atau dapat
ditingkatkan.Banyaknya deterjen-deterjen lain yang memasuki pasar yang mempunyai
kemungkinan merebut pangsa pasar dari Rinso.Hal ini dikarenakan pihak manajemen merekmerek tersebut berusaha dan bekerja keras untuk memasuki benak konsumen dan mencuri
perhatian konsumen. Salah satu cara yang digunakan adalah mengingatkan suatu merek melalui
periklanan dimedia televisi, yang dianggap sebagai suatu sarana yang dekat dengan konsumen.
Frekuensi penayangan iklan yang tinggi dan menggunakan selebritis sebagai model iklan serta
menawarkan berbagai keunggulan, sangatlah memungkinkan produk mereka dikenal dengan
baik oleh konsumen dan menjadi salah satu alternatif dalam mengambil keputusan pembelian
produk deterjen.Ini mungkin terjadi karena dengan iklan dipercaya dapat mengangkat asosiasi
merek dari suatu produk tersebut.
Deterjen Attack tidak mau ketinggalan dengan perkembangan yang terjadi dikancah industri
selama ini dan untuk mempertahankan eksistensinya dikancah industri, pengembangan produk
4

baru dengan inovasi produk dan didukung program periklanan ditetapkan sebagai kiat atau
strategi untuk mensiasati pasar. Pemilihan media iklan deterjen Attack merupakan alternatif yang
tepat karena dengan semakin berkembangnya industri pertelevisian, radio, internet maupun
sarana lainnya maka jangkauannya semakin luas meliputi sebagian besar wilayah negara
Indonesia, dan hal ini sangat menguntungkan perusahaan. Attack memiliki berbagai variant,
kemasan yang menarik, janji kemewahan mencuci pakaian saat menggunakan deterjen ini,
jaminan mutu dan kualitas yang ditawarkan diharapkan bisa menarik para konsumen untuk
beralih memakai deterjen ini.
Frekuensi penayangan iklan yang tinggi dan menggunakan selebritis yang terkenal sebagai
model iklan serta menawarkan berbagai keunggulan, sangatlah memungkinkan produk mereka
bisa dikenal dengan baik oleh konsumen dan menjadi salah satu alternatif dalam pengambilan
keputusan dalam membeli roduk deterjen tersebut.Hal ini mungkin terjadi karena dengan iklan
dipercaya dapat mengangkat asosiasi merek dari suatu produk tersebut.
Asosiasi merek (brand association) adalah segala kesan yang muncul dibenak seseorang
yang terkait dengan ingatan mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait merek akan
semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi
suatu merek atau dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi
komunikasinya, ditambah lagi jika kaitan tersebut didukung oleh asosiasi yang kuat dari kaitankaitan lain. Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi menonjol dalam persaingan bila
didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat (Durianto, 2001:69).
Kabupaten Jember terbagi oleh beberapa kecamatan yang salah satunya adalah Kecamatan
Sumbersari yang juga merupakan salah satu kecamatan dari tiga kecamatan kota di Kabupaten
Jember. Kecamatan Sumbersari ini luas wilayahnya adalah 37,05 km yang terbagi menjadi 6
kelurahan yaitu, Kelurahan Wirolegi, Kelurahan Karangrejo, Kelurahan Kranjingan, Kelurahan
Kebonsari, Kelurahan Tegal Gedhe dan Kelurahan Sumbersari. Kecamatan Sumbersari terdiri
dari berbagai profesi pekerjaan. Hal ini membuat keberagaman profesi serta sumber mata
pencarian masyarakat Sumbersari dan tentunya akan berpengaruh dalam daya beli masyarakat.
Kecamatan Sumbersari yang juga mempunyai penduduk dalam jumlah yang cukup besar
dijantung Kabupaten Jember yang terdiri dari keluarga yang didalamnya terdapat ibu rumah
tangga, dimana salah satu tugas dari ibu rumah tangga seperti mengurus anggaran rumah tangga,
5

menyiapkan makanan, dan lain-lain. Oleh karena itu, peluang pasar untuk bisnis deterjen jenis
bubuk khususnya pada Kecamatan Sumbersari sangat menjanjikan, karena produk-produk
deterjen jenis bubuk (Rinso dan Attack) sangat mempengaruhi konsumen dalam berfikir untuk
memakai merek yang sama atau pindah ke merek lain. Untuk mempertahankan kedua eksistensi
produk deterjen tersebut, maka perlu diadakan evaluasi tentang apa saja asosiasi yang
mempengaruhi para konsumen (khususnya dalam penelitian ini para ibu rumah tangga yang
membeli dan menggunakan deterjen Rinso atau Attack) dan yang dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi untuk memperbaiki asosiasi yang telah ada sehingga citra merek (brand image) dari
deterjen tersebut tetap terjaga.
TABEL 1.1
KATEGORI DETERJEN MENURUT JENISNYA

KATEGORI

MEREK
Wings
Ekonomi
Dangdut
Deterjen Krim Abadi
B-29
OMO
dan masih banyak lagi
Blu
Extra Aktif
Deterjen
Batang
Daia
dan masih banyak lagi
So Klin
Blu
Daia
Boom
Ola
Rinso
Surf
Deterjen
Bubuk
Attack
B-29
Total
Bukrim
Tide
Boom
dan masih banyak lagi
Sumber: diolah dari berbagai sumber

PRODUSEN
Grup Wings
Grup Wings
Grup Wings
Grup Wings
Pt Uniliver Indonesia
Pt Uniliver Indonesia
Grup Wings
Grup Wings
Grup Wings
Grup Wings
Grup Wings
Grup Wings
Grup Wings
Grup Wings
Grup Wings
Pt Uniliver Indonesia
Pt Uniliver Indonesia
Pt Kao Indonesia
PT Sinar Antjol
PT Birina Multijaya
PT Birina Multijaya
P&G
Grup Wings

Pada table 1.1 Terlihat bahwa jumlah perusahaan yang berada pada industri deterjen
cukup banyak, dan hal tersebut menunjukkan persaingan yang ketat dalam industri deterjen.
Menurut hasil studi PT. Corinthian Indopharma Corpora (CIC) pada Desember 2002, industri
6

deterjen telah menguasai pangsa pasar sekitar 91%, baik dari segi volume maupun nilai
penjualan deterjen berdasarkan kinerja pada tahun 2001(www.kompas.com). Kemudian menurut
data AC Nielsen, pertumbuhan pasar sabun cuci/deterjen tahun 2006 telah mencapai 95%
(Majalah Cakram Edisi 27109/2006).Semakin banyaknya jenis dan merek deterjen yang
beredar, membuat masyarakat lebih leluasa untuk memilih merek deterjen yang sesuai dengan
kebutuhandan keinginannya.Secara umum, pasar deterjen bubuk di Indonesia terbagi dalam tiga
kelas.Kelas tersebut digolongkan berdasarkan posisi harga masing-masing merek, karena setiap
merek memiliki beberapa variandengan harga berbeda-beda.Data tersebut disajikan pada Tabel
1.2 berikut:
TABEL 1.2
KATEGORI DETERJEN BUBUK

HARGA

MEREK DETERJEN
Rinso (Unilever), So Klin (Grup Wings),
Attack (PT. Kao), Tide (P&G).
Surf (Unilever), Daia (Grup Wings), B29
(PT. Sinar Antjol), Total dan BuKrim (PT.
Birina Multidaya), dll.
Boom, dan beberapa merek lokal lain

Rp. 10-14 ribu/kg


Rp. 7.500-10.000/kg
Rp. 6.000-7.500/kg
Sumber: www.swa.co.id

Pada table 1.2 Merek Rinso dari Unilever merupakan penguasa pasar dalam industri
deterjen bubuk hingga tahun 1980. Dominasi Rinso dalam pasar deterjen membuat Rinso
menjadi merek generik untuk menyebut produk deterjen bubuk (Swa 7/XXII/24 Agustus-6
September 2006). Memasuki tahun 1990 mulai muncul merek-merek lain yang memasuki pasar
deterjen bubuk di Indonesia. Bertambahnya merek-merek baru dalam pasar deterjen bubuk,
membuat posisi Rinso tidak sekokoh dahulu, meskipun masih memimpin pasar.Berikut disajikan
peta persaingan produk kategori deterjen bubuk.

TABEL 1.3
PETA PERSAINGAN PRODUK KATEGORI DETERJEN BUBUK

PRODUSEN
WINGS
UNILIVER

MEREK

HARGA

So Klin

3 Varian, Rp. 10. 39013.00/kg


2 Varian Rp. 8.285/kg
4 Varian Rp. 11. 49014.490/kg
2 varian Rp. 9. 445/kg

Daia
Surf
Rinso

BUDGET
IKLAN (RP/
JUTA)

BRAND
VALUE

BRAND
SHARE

44.684

69,6

11,6

28.816

90,3

15,9

85.272

278,7

44,5

49.845

39,9

6,8

KAO

Attack

3 varian Rp. 13. 55013. 845/900 grm

30.68

82,1

14,4

Sumber: Riset SWA dalam majalah SWA 17/XXII/24 Agustus-6 September 2006 Data belanja iklan dari
Nielsen Media Research (tidak termasuk iklan luar ruang)

Pada table 1.3 Terlihat persaingan ketat dalam industri deterjen bubuk. Pertumbuhan
industri deterjen bubuk yang menyasar kalangan menengah atas, saat ini mulai mendekati titik
jenuh.Hal ini membuat produsen deterjen bubuk mulai beralih untuk menggarap segmen pasar
menengah ke bawah.Kenaikan harga BBM dan kondisi perekonomian yang terasa sangat berat
oleh konsumen kalangan bawah, membuat produsen deterjen bubuk menghadirkan merek
pendamping dengan tawaran harga yang lebih murah dengan harapan dapat memacu
pertumbuhan pasar pada segmen menengah ke bawah.Unilever dengan merek utama Rinso
menghadirkan Surf sebagai merek pendamping.Grup Wings dengan merek utama So Klin
menghadirkan Daia dan Boom.Namun berbeda dengan dua pesaingnya, merek Attack dari Kao
tidak menghadirkan 4merek pendamping untuk memacu pertumbuhan pasar pada segmen
menengah ke bawah. Berikut disajikan pangsa pasar deterjen bubuk:

TABEL 1.4
PANGSA PASAR DETERJEN BUBUK

MEREK
Rinso
So Klin
Attack

2004
31.90%
9.90%
6.65%

2005
50.89%
7.09%
6.32%

2006
51.23%
7.01%
5.98%

Sumber: Modifikasi dari Majalah Swa dan Majalah Marketing 2004 dan 2005 & http: //digilib.its.ac.id

Pada Tabel 1.4 terlihat bahwa dominasi Rinso sebagai penguasa pasar pada industri
deterjen bubuk tidak tergoyahkan, danhal tersebut dibuktikan dengan memiliki pangsa pasar
terbesar pada industry deterjen bubuk di antara deterjen bubuk merek lain. Sementara itu Attack
mengalami penurunan pangsa pasar dari tahun 2004 sampai tahun 2006. Penurunan pangsa pasar
deterjen bubuk merek Attack merupakan gambaran perilaku pembelian konsumen yang menurun
terhadap produk tersebut.Dalam mengatasi permasalahan yang terjadi, maka Attack perlu
berupaya melakukan strategi-strategi pemasaran yangbertujuan untuk meningkatkan pangsa
pasarnya.Strategi yang ditawarkan kepada konsumen umumnya dilakukan melalui inovasi, baik
dari produk maupun pemasarannya sebagaimana yang dikatakan oleh Musa Chandra, Executive
8

Officer

Marketing

DivisionPT

Kao

Indonesia

(Marketing

Edisi

Khusus

Februari

2007).Banyaknya perusahaan yang bergerak pada industri deterjen bubuk menunjukan bahwa
dalam industri tersebut mempunyai tingkat persaingan yang ketat.Persaingan yang sangat ketat
mendorong produsen Attack untuk melakukan berbagai strategi dalam memenangkan persaingan
tersebut.Indikasi pertimbangan konsumen dalam membeli produk saat initidak hanya terbatas
5pada fungsional dari produk itu sendiri.Berikut data tentang alasan konsumen dalam pembelian
suatu produk.
120
100
80
60
40
20
0
Buatan Luar Negeri

Harga

Kebutuhan

Sumber:Majalah Mix;Juni;2005
GAMBAR 1.1
ALASAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK

Gambar 1.1 tersebut menunjukan bahwa beberapa alasan konsumen dalam memutuskan untuk
membeli suatu produk. Sebanyak 15,3% alasan konsumen dalam membeli produk karena produk
tersebut buatan luar negeri, sebanyak 62,6% alasan konsumen membeli suatu produk
karena popularitas merek dari produk tersebut, sebanyak 74,2% konsumenmenyatakan bahwa
konsumen membeli suatu produk karena harga dari produk tersebut. Sebanyak 84,5% alasan
konsumen membeli suatu poduk karena mudah didapat, 94,2% konsumen membeli produk
tersebut karena kebutuhan dan 98,2% karena kualitas dari produk tersebut bagus. Dari
Gambar1.1 dapat disimpulkan bahwa kualitas produk diindikasikan mempunyai pengaruh yang
besar bagi pertimbangan konsumen dalam memutuskan pembelian suatu poduk.Selain kualitas
9

produk, kemasan yang menarik menjadi salah satu pertimbangan bagi konsumen dalam
melakukan pembelian.Kotler (2006:230) mengemukakan bahwa kemasan merupakan kegiatan
merancang dan membuat wadah atau pembungkus satu produk.Kemasan yang menarik selain
berfungsi untuk mempertahankan dan melindungi produk juga dapat memberikan informasi baru
dari produsen ke konsumen.Kemasan yang menarik juga dapat memberikan kenyamanan dalam
membawa, membuka, menutup dan menyimpan produk tersebut, dan yang terpenting konsumen
dapat melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut karena dirasakan manfaat
kemasannya.Berikut merupakan data mengenai penilaian konsumen terhadap kemasan produk
kategori deterjen bubuk.
TABEL 1.5
PACKAGING CONSUMER BRANDING AWARD 2005

RAN
K
1
2
3
4
5

BRAN
D
Rinso
Attack
So Klin
Surf
Daia

BRANDIN
G
0.902
0.755
0.787
0.645
0.78

DESIG
N
0.779
0.713
0.565
0.771
0.547

TECHNICAL
PRINTING
0.547
0.847
0.847
0.845
0.845

MERCHANDISI
NG
0.909
0.776
0.88
0.717
0.837

BRAND
SCORE
4.259
3.786
3.661
3.65
3.611

Pada table 1.5 Terlihat bahwa deterjen bubuk Attackberada pada urutan kedua dibawah
Rinso yang menduduki urutan pertama pada penghargaan kemasan deterjen bubuk di Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa penilaian konsumen Indonesia terhadap kemasan deterjen bubuk
Attack cukup baik apabila dibandingkan dengan pesaingnya yaitu So Klin, Surf, dan Daia.Upaya
yang dilakukan Attack dalam meningkatkan pangsa pasarnya yaitu dengan meningkatkan
kualitas produk yang dimiliki deterjen bubuk Attack.Merek Attack yang memasuki pasar deterjen
bubuk pada tahun 1992 berupaya keras untuk mengkomunikasikan keunggulan bentuk
konsentrat dan formula yang memanfaatkan enzim agar mendapat perhatian masyarakat luas.
Menurut Lisasari Koosman, Brand Manager (Household)PT. Kao Indonesia, menyatakan bahwa
Attack merupakan satu satunya deterjen bubuk yang berbentuk konsentrat di pasar deterjen
bubuk Indonesia (Majalah Cakram Edisi 27109/2006). Attack menghadirkan tiga varian produk
diantaranya: Attack Clean Maximizer untuk noda membandel bahkan yang terdapatdi balik serat
sekalipun; Attack Color untuk mencuci bersih serta menjaga warna pakaian tetap cemerlang; dan
Attack Softener untuk mencuci bersih sekaligus membuat lembut dan wangi pakaian dalam satu

10

langkah. Dengan adanya tiga varian produk tersebut, tidak mengurangi daya cuci khas Attack
yang tetap maksimal serta gampang dibilas.Selain itu ragam kemasan juga turut dikembangkan
deterjen bubuk Attack.Attack kini hadir dalam kemasan 900 gram, 450 gram, dan 180 gram.
Kemasan klip yang hadir pada awal kemunculan Attack kini diganti dengan kemasan roll n lock.
Melalui kemasan ini, untuk menyimpannya tinggal melipat dan langsung mengunci (Majalah
Cakram Edisi 27109/2006). Keputusan pembelian produk akan dipengaruhi oleh kualitas
produk, karena kualitas produk merupakan unsur-unsur yang melekat pada suatu produk yang
dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.
Kualitas produk merupakan salah satu faktor penentu produk juga dipengaruhi oleh kemasan,
karena kemasan yang pertimbangan konsumen sebelum membeli. Di samping itu, keputusan
pembelian menarik mempunyai suatu dampak pada persepsi konsumen, dimana persepsi yang
positif akan memberikan kontribusi dalam keputusan pembelian produk. Dengan demikian,
antara kualitas dan kemasan produk memiliki keterkaitan dalam mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen terhadap produk, karena dengan persepsi yang positif dari kemasan yang
menarik akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dengan pertimbangan kualitas
produk yang melekat pada produk tersebut. 8 Bertitik tolak dari masalah tersebut maka perlu
diadakan penelitian mengenai Pengaruh Kualitas Produk dan Kemasan Terhadap Keputusan
Pembelian Deterjen Bubuk Merek Attack.(Survei Pada Ibu Rumah Tangga Konsumen Deterjen
Bubuk di Kelurahan Kopo Bandung).
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggapan responden terhadap kualitas produk pada deterjen bubuk.
2. Bagaimana tanggapan responden terhadap kemasan pada deterjen bubuk.
3. Bagaimana tingkat keputusan pembelian konsumen pada deterjen bubuk.
4. Seberapa besar pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian deterjen bubuk.
5. Seberapa besar pengaruh kemasan terhadap keputusan pembelian deterjen bubuk.
6. Seberapa besar pengaruh kualitas produk dan kemasan secara bersama-sama terhadap
keputusan pembelian deterjen bubuk.

11

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data sebagai bahan analisis penelitian.
Adapun tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap kualitas produk deterjen bubuk.
2. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap kemasan deterjen bubuk .
3. Untuk mengetahui tingkat keputusan pembelian konsumen deterjen bubuk .
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian
deterjen bubuk.
5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemasanterhadap keputusan pembelian deterjen
bubuk.
6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas produk dan kemasan secara bersamasama terhadap keputusan pembelian deterjen bubuk.
1.4 Kegunaan Penelitian

1.Kegunaan akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah ilmu pemasaran khususnya
kualitas produk dan kemasan produk serta pengaruhnya terhadap keputusan pembelian
deterjen bubuk merek Rinso.
2.Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaa
yang bersangkutan sebagai bahan rekomendasi dalam mengembangkan kualitasproduk dan
kemasan produk pada perusahaan demi meningkatkan keputusan pembelian konsumen.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Perilaku Konsumen


12

1.

Pengertian
Perilaku Konsumen merupakan suatu tindakan yang tunjukkan oleh konsumen

dalam hal mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang
mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam arti lain perilaku ditunjukkan,
yakni bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang,
waktu, tenaga untuk mendapatkan atau menukarkan dengan barang atau jasa yang
diinginkannya. Analisis tentang berbagai faktor yang berdampak pada perilaku konsumen
menjadi dasar dalam pengembangan strategi pemasaran. Untuk itu pemasar wajib
memahami konsumen, seperti apa yang dibutuhkan, apa seleranya, dan bagaimana
konsumen mengambil keputusan, dan berikut pengertian perilaku konsumen menurut para
ahli :
1.

Menurut (John C. Mowen, 2002)bahwa, perilaku konsumen


(consumer behaviour) didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian
(buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan,

konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide.


2.
Sedangkan menurut (Philip Kotler, 2007)bahwa, perilaku
konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan
organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan memposisikan
barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka.
3.
(Peter dan Olson, 1999)menyatakan bahwa perilaku konsumen
adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi, keputusan adalah soal pilihan.
Untuk lebih jelasnya mereka menyatakan bahwa keputusan meliputi suatu
pilihan antara dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku.
4.
(Komaruddin Sastradipoera, 2003)menyatakan bahwa: perilaku
konsumen adalah proses dimana para individu menetapkan jawaban atas
pertanyaan: perlukah, apakah, kapankah, dimanakah, bagaimanakah, dan
dari siapakah membeli barang atau jasa.
5.
(Michael Salomon dan Stuart Elnora, 2003)menyatakan bahwa,
consumer behavior is the process involved when individuals or groups
selest, purchase, use, adn dispose of goods, services, ideas, or experiences
to satisfy their needs and desires. Yang dapat diartikan bahwa perilaku
konsumen merupakan suatu proses yang melibatkan seseorang ataupun
13

suatu

kelompok

untuk

memilih,

membeli,

menggunakan

dan

memanfaatkan barang-barang, pelayanan, ide, ataupun pengalan untuk


2.

memenuhi kebutuhan dan keinginan.


Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan masyarakat

di mana ia dilahirkan dan berkembang. Ini berarti konsumen berasal dari lapisan
masyarakat atau lingkungan yang berbeda akan mempunyai penilaian, kebutuhan,
pendapat, sikap, dan selera yang berbeda-beda, sehingga pengambilan keputusan dalam
tahap pembelian akan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor.
Ada duan factor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu factor internal dan
factor eksternal, berikut penjabarannya :
1.
Faktor Internal
I.
Motivasi
Motivasi menurut (Schiffman leon & Leslie Lazar Kanuk, 1991)adalah :
The driving force within individual that impuls then to action Yang artinya
: kekuatan penggerak yang menyebabkan atau memaksa seseorang untuk
bertindak atau melakukan kegiatan. Kekuatan penggerak tersebut diakibatkan
oleh rasa ketegangan yang merupakan hasil dari akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan. Setiap manusia secara pribadi baik secara sadar maupun tidak
sadar akan berusaha untuk mengurangi rasa ketegangan melalui tingkah laku
mereka dalam memenuhi kebutuhannya dan sekaligus untuk mengurangi rasa
ketegangan mereka. Seseorang akan mencoba memuaskan kebutuhan yang
pertama seperti makan, minum dan tempat tinggal Apabila kebutuhan yang
pertama sudah terpenuhi, barulah ia akan mencoba untuk memenuhi
kebutuhan yang lain .
Hirarki- kebutuhan menurut Abraham Maslow yang dikutip oleh (Kotler,
Philip, 1993), adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan fisiologis, misalnya; makan, minum, tempat tinggal dan
sebagainya.
2) Kebutuhan akan keselamatan, misahya; perlindungan dari bahaya,
ancaman, perasaan aman dan lain sebagainya
3) Kebutuhan sosial, misalnya; perasaan menjadi anggota lingkungan,
cinta kekeluargaan, kesenangan, pengakuan orang lain atau kelompok.
4) Kebutuhan akan penghargaan, misalnya; harga diri, status dan reputasi.

14

5) .Kebutuhan pernyataan din, misalnya; pengembangan dan perwujud


II.

diri, penyelesaian pekerjaan dan kreatifitas.


Persepsi
Persepsi menurut(Kotler, Philip, 1993)adalah : Proses dimana

seseorang memilih, mengorganisasi dan mengartikan masukan informasi


untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Faktor utama
dalam persepsi yaitu:
i. Stimulus faktor Yaitu faktor yang merupakan sifat fisik suatu obyek
ii.

seperti ukuran, warna dan ketajaman.


Individual faktor. Yaitu faktor yang merupakan sifat-sifat individual
yang tidak hanya meliputi proses, tetapi juga pengalaman diwaktu
yang lampau pada hal yang sama. Dalam keadaan yang sama,
persepsi seseorang terhadap produk dapat berbeda dengan persepsi

III.

orang lain.
Sikap
Sikap menurut(Amstrong, G dan Kotleer P., 1997)adalah :
Evaluasi,

peranan

dan

kecenderungan

seseorang

yang

konsisten menyukai atau suatu objek atau gagasan. Sikap konsumen


berdasarkan

pada

pandangan

terhadap

proses

belajar

baik

dari pengalaman ataupun orang lain. Sikap setiap orang berbeda-beda


menurut bagaimana cara seseorang memandang atau menilai sesuatu
dan diharapkan bahwa sikap seseorang dapat menentukan prilaku dari
orang tersebut dan dari sikap seseorang juga diharapkan dapat
mengetahui cara berpikir seseorang yang dipengaruhi tingkat
pmdidikannya.Sikap menurut (Winardi, 1991)adalah : Suatu keadaan
mudah terpengaruh yang dipelajari untuk bereaksi dengan cara
yang positif atau positif secara konsisten sehubungan dengan obyek
tertentu. Secara umum sikap dibentuk oleh informasi yang diperoleh
seseorang melalui pengalaman masa lalu dan hubungan dengan
IV.

kelompok acuan mereka (keluarga dan kelas sosial).


Kepribadian
Kepribadian menurut (Basu Swasta dan Hani Handoko,
1997)adalah : Karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang
yang memandang respomya terhadap lingkungan yang relatif konsisten
15

. Kepribadian seseorang dapat dikatakan sama seperti percaya diri,


V.

menghargai sesama, bersifat sosial, berjiwa romantis dan sebagainya


Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang
individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku
manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu. Menurut (Basu Swastha
Dharmmesta dan Hani Handoko, 1987)definisi belajar adalah : Belajar
adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai basil akibat
adanya pengalaman perubahan-perubahan perilaku tersebut, bersifat
tetap atau permanen dan bersifat iebih fleksibel.

2.1.2

Factor eksternal
I.
Keluarga
Keluarga terdiri dari keluarga inti ditambah dengan orang-orang yang
mempunyai ikatan saudara dengan keluarga tersebut, seperti kakek, nenek,
II.

paman, bibi, dan menantu


Kelas Sosial
Pengertian kelas sosial menurut (Kotler, Philip, 1993)adalah : Bagian
yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat yang
tersusun secara hirarki dan yang keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan
prilaku yang sama Lapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan
sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, tetapi ada pula yang
dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan yang
digunakan bagi tiap-tiap masyarakat berbeda-beda, ada yang berdasarkan

III.

pada keturunan, kepandaian, kekayaan dan lain-lain.


Kebudayaan
Kebudayaan menurut (Kotler, Philip, 1990)adalah : Faktor penentu
keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Mempelajari
perilaku konsumen sama artinya dengan mempelajari perilaku manusia,
sehingga perilaku konsumen dapat juga ditentukan oleh kebudayaan, yang
tercermin pada cara hidup, kebiasaan dan tradisi dalam memilih bermacam-

IV.

macam produk di pasar.


Kelompok Referensi
Kelompok referensi menurut (Amstrong, G dan Kotleer P., 1997)adalah :
Kelompok-kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau pengaruh
tidak langsung pada sikap dan prilaku seseorang. Kelompok referensi
16

mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan


pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku Anggota kelompok
referensi sering menjadi penyebar pengaruh dalam hal selera. Oleh karena
itu konsumen selalu mengawasi kelompok tersebut baik prilaku fisik
maupun mentalnya. Yang termasuk kelompok referensi ini antara lain;
serikat buruh, team olahraga, perkumpulan agama, kesenian dan lain
2.1.3

sebagainya.
Kebutuhan Konsumen
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku konsumen.Kita tidak
mungkin memahami perilaku konsumen tanpa mengerti kebutuhannya.Kebutuhan
konsumen mengandung elemen dorongan biologis, fisiologis, psikologis, dan sosial.
Apabila kebutuhan konsumen tidak terpenuhi, maka ia akan menunjukkan sikap kecewa.
Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi, konsumen akan memperlihatkan perilaku yang
gembira sebagai manifestasi rasa puasnya.

2.1.4

Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian adalah perilaku yang dilakukan konsumen sebelum melakukan

atau saat melakukan pembelian dalam memenuhi kebutuhannya.Dalam membeli dan


mengkonsumsi sesuatu terlebih dahulu konsumen membuat keputusan mengenai produk
apa yang dibutuhkan, kapan, bagaimana, dan dimana proses pembelian atau konsumsi itu
akan terjadi. Dengan kata lain diperlukan suatu proses pengambilan keputusan untuk
membeli sesuatu baik barang atau jasa.
Menurut (Setiadi, 2003)pengambilan keputusan yang diambil oleh seseorang dapat disebut
sebagai suatu pemecahan masalah. Setelah membeli produk konsumen akan mengalami proses
kepuasan sebagai tingkah laku paska pembelian yaitu suatu perasaan senang atau kecewa
seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja / hasil suatu produk
dan harapannya. Jika kinerja berada di bawah harapan, konsumen tidak puas. Jika kinerja
memenuhi harapan konsumen, maka akan menimbulkan kepuasan dan senang.
Pengenal
an

Pengenal
an

Pengenal
an

2.2 Studi Empiris (Penelitian terdahulu)


17

Pengenal
an

Pengenal
an

(susetyarsi, 2012)melakukan penelitian dengan judul Kemasan Produk Ditinjau Dari


Bahan Kemasan, Bentuk Kemasan Dan Pelabelan Pada Kemasan Pengaruhnya Terhadap
Keputusan Pembelian Pada Produk Deterjen Rinso,didalam penelitian ini yang menjadi
variable bebas ialah Kemasan (bahan kemasan, bentuk kemasan, pelabelan kemasan) serta yang
menjadi variable terkait ialah keputusan pembelian pada produk Rinso, dalam penelitian
tersebut menunjukkan bahwa bahan kemasan, bentuk kemasan dan pelabelan kemasam
mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian Rinso di Kota Semarang
bentuk kemasan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keputusan pembelian
dibanding variable lainnya.
(Retor, 2014) melakukan penelitian dengan judul Analisis, Persepsi, Pembelajaran,
Keyakinan Dan Sikap Terhadap Keputusan Pembelian Pada PT. Unillever Indonesia,
yang menjadi variable bebas ialah motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap serta
variable terkaitnya ialah keptusan pembelian pada PT. Unillever Indonesia, dalam penelitian ini
ialah dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dan skala likert
Sampeel yang digunakan 66 responden dari populasi sebanyak 194 konsumen , berdasarkan
teknik probability samping. Hsil penelitian menunjukkan Motivasi, Persepsi, Pembelajaran,
Keyakinan dan Sikap bepengaruh terhadap Keputusan Pembelian Paving Block pada PT.
Unillever.Variable yang doniman berpengaruh adalah sikap konsumen terhadap keputusan
pembelian.
(Andriyanto, 2010)melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Persepsi
Produk, Model, Dan Iklan Terhadap Minat Pembelian, Yang Dimediasikan Oleh Sikap
Terhadap Iklan Dan Merk Pada Deterjen Rinsoyang menjadi variable bebas ialah persepsi
produk/pesan, persepsi terhadap modal, persepsi terhadap iklan dan yang menjadi variable
terikat ialah minat beli pada deterjen rinso, hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat lima
jalur hubungan yang berpengaruh, yaitu persepsi terhadap iklan berpengaruh terhadap sikap
terhadap iklan, persepsi terhadap model berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek,
sikap terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek, sikap terhadap
merek berpengaruh sigifikan terhadap minat beli konsumen dan sikap terhadap iklan
berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen. Dua jalur hubungan yang tidak
berpengaruh signifiakn yaitu: persepsi model tidak berpengaruh terhadap sikap terhadap iklan,
dan persepsi terhdap produk tidap berpengaruh terhadap sikap terhadap merk.

18

(Kurniawan, 2010)melakukan penelitian dengan judul Analsisi Pengaruh Ekuitas


Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi pada Konsumen Deterjen
Attack)yang menjadi variable bebas dalam penelitian ini ialah kesadaran merek, asosiasi
merek, persepsi kualitas, loyalitas merek dan yang menjadi variable terikat ialah keputusan
pembelian pada deterjen attack, dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis accidental
sampling, kemudian dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan
analisis data secara kuantitatif dan kualitatif, dan berdasarkan dari hasil penelitian mengenai
pengaruh ekuitas merek (kesadaran merek, asosiasi merek, kualitas persepsi dan loyalitas
merek) terhadap keputusan pembelian konsumen attack di Purwokerto dapat diambil
kesimpulan bahwa variable dependen (keputusan pembelian) terbukti secara signifiakn baik
simultan maupun parsial depengaruhi oleh seluruh variable independen (kesadarn merek,
asosiasi merek, persepsi kualitas, loyalitas merek) yang diguanak dalam penelitian ini. Dari
variabel-variable dalam penelitian ini, pengaruh yang paling dominan terhadap variable
dependen (keputusan pembelian) adalh variabel loyalitas merek berarti vaviabel ini adalah yang
paling penting dalam mempengaruhi keputusan pembelian deterjen attack.
(STIE, 2010)melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Deterjen So Klinyang
menjadi variable bebas dalam penelitian ini ialah harga, kualitas produk, promosi dan yang
menjadi variabel terikatialah keputusan pembelian produk So Klin, tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga, kualitas produk, dan promosi terhadap
keputusan pembelian konsumen pada produk deterjen so klin baik secara simultan maupun
parsial dan faktor manakah dari ketiga variabel tersebut yang paling berpengaruh terhadap
keputusan pembelian. Metode penelitian mengguanakan jenis data primer dan data sekunde.
Data primer dalam penelitian ini berupa kuesioner yang desebar dengan teknik nonprobability
samplin kepada 100 responden yang pernah membeli atau menggunakanSo Klin, sedangkan
data sekunder berupa data jumlah penduduk kota palembang yang diperoleh dari BPS.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel harga, kualita produk dan
promosi terhadap keputusan pembelian produk Deterjen So Klin di palembang, berdasarkan
hasil analisi data harga, kualitas produk dan promosi secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang sigifikan terhadap keputusan pembelain kosumen pada produk Deterjen So Klin,

19

kualitas produk merupakan faktor yang paling berpengaruh signifikan terhadap keuputusan
pembelian konsumen pada produk Deterjen So Klin.
(CAHYA., 2009)melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Morivasi, Persepsi dan
Pembelajaran Terhadap Keputusan Pembelian Deterjen Merek Rinso Di Kota
Banjarnegarayang menjadi variable bebebas dalam penelitian ini ialah motivasi, persepsi,
pembelajaran dan variabel terikatnya ialah keputusan pembelian pada produk Rinso, dalam
penelitian ini menunjukan bahwa Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian, persepsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian serta pembelajaran berpengaruh positif dan signifika terhadap keputusan pembelian.

2.3 Mapping Theory


Variabel

No

Definisi
merupakan

Pengemasan
1

Literatur
kegiata Philip Kotler, 2003. Manajemen

merancang dan membuat wadah atau Pemasaran, Edisi sebelas. Jakarta :


bungkus sebagai suatu produk (Kotler, PT. Indeks
2003)
Kemasan (packaging) adalah kegiatan- Basu Swastha, 1999 Manajemen

Kemasan

kegiatan
2

yang

perencanan

bersifat

baran

yang

umum

dan Pemasaran Modern, Edisi Ketiga

melibatkan Yogyakarta, Liberty

penentuan kemasan bentuk atau desain


pembuatan bungkus atau suatu kemasan
suatu barang (Swastha, 1999)
Motivasi adalah tenaga pendorong dalam Schiffman, Leon dan Leslie Lazar

diri individu ang memaksa mereka untuk Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen.
bertindak(Schiffman, Leon dan Leslie Edisi Ketujuh. Cetakan Keempat.
Lazar Kanuk, 2008)
PT. Indeks. Jakarta.
Motivasi sebagai tenaga dorong dalam Oentoro,
Deliyant.

Motivasi

diri individu yang memaksa mereka Manajemen Pemasaran Modern.


2

untuk bertindak, yang timbul sebagai Edisi Kesembilan. Jilid 1 dan Jilid
akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi 2. Jakarta. Prehalindo. Penerbit
(Oentoro, 2012)

Persepsi

2012.

LaksBang

PRESSindo,

Yogyakarta.
Persepsi merupakan suatu proses dimana Swasta, Basu dan Irawan 2003.
20

konsumen

menyadari

dan Manajemen Pemasaran Modern,

menginterpretasikan lingkungan mereka Edisi kesebelas. Penerbit Liberti,


menyebutkan bahwa persepsi adalah cara Yogyakarta.
orang memandang dunia ini (Swasta,
Basu dan Irawasn, 2003)
Persepsi adalah proses yang dilakukan Suryani,

Tatik

individu untuk memilih, mengorganisasi, Konsumen


2

dan

menginterpretasikan

stimuli Implikasinya

(rangsangan), sehingga konsumen dapat Pemasaran.

di

2013.

Perilaku

Era

Internet.

pada

Strategi

Edisi

Pertama.

memberikan makna atas sutau obyek Cetakan Pertama. Graha Ilmu.


(Suryani, Tatik, 2013)
Yogyakarta.
Pembelajaran adalah hasil pengetahuan Schiffman, Leon dan Leslie Lazar
1
Pembelajaran

dan

pengalaman

yang Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen.

diperoleh(Schiffman, Leon dan Leslie Edisi Ketujuh. Cetakan Keempat.


Lazar Kanuk, 2008)
PT. Indeks. Jakarta.
Pembelajaran adalah perubahan perilaku Kotler, Philip dan Amstrong, Gary.

seseorang karena pengalaman (Philip 2004. Dasar-dasar Pemasaran.


Kotler dan Amstron Gary, 2004)
Jilid I. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif Assauri,
Sofyan.
2009.

yang dianut seseorang tentang suatu hal Manajemen Permasaran. Penerbit


(Assauri, 2009)

PT.

Raja

Grafindo

Persada,

Jakarta.
Kepercayaan adalah keyakinan bahwa Barnes, James G. 2003. Secrets of
seseorang akan menemukan apa yang Customer
diinginkan

pada

Kepercayaan

Keyakinan

mitra

Relationship

pertukaran. Management,

melibatkan

kesediaan Penerjemah : Andreas Winardi,

seseorang untuk bertingkah laku tertentu S.Pd. Yogyakarta. Penerbit Andi.


2

karena keyakinan bahwa mitranya akan Buku asli diterbitkan tahun 2001.
memberikan apa yang ia harapkan dan
suatu harapan yang umumnya dimiliki
seseorang
pernyataan

bahwa

kata,

orang

janji
lain

dipercaya(Barnes, 2001)
21

atau
dapat

Sikap adalah evaluasi, perasaan dan Kotler, Philip dan Amstrong, Gary.
kecenderungan yang konsisten atas suka 2004. Dasar-dasar Pemasaran.
1

atau tidak sukanya seseorang atas objek Jilid I. PT. Prenhallindo, Jakarta.
atau

ide

(Philip

Kotler

dan

Gary

Amstrong, 2004)
Sikap konsumen merupakan suatu respon Oentoro,

Sikap

Deliyant.

2012.

yang diberikan oleh peasan iklan dan Manajemen Pemasaran Modern.


2

ditangkap

oleh

konsumen,

sikap Edisi Kesembilan. Jilid 1 dan Jilid

memiliki beberapa fungis, yaitu fungis 2. Jakarta. Prehalindo. Penerbit


penyesuaian, ego defensive, ekspresi nila LaksBang

PRESSindo,

dan pengetahuan (Oentoro, 2012)


Yogyakarta.
Kesadaran
merek
merupakan
A.
Shimp
Terence.
2003.
kemampuan sebuah merek untuk muncul
Periklanan
dan
Promosi,
dalam benak konsumen ketika mereka
Erlangga, Jakarta.
sedang memikirkan kategori produk
tertentu dan seberapa mudahnya nama
tersebut dimunculkan(Terence, 2003)
Kesadaran
merek
merupakan Durianto, Darmadi. Sugiarto dan

Kesadaran
Merek

kesanggupan seorang calon pembeli toni

Sitinjak.

untuk mengenali, mengingat kembali Menaklukkan


2

2001.
Pasar

Strategi
Melalui

suatu merek sebagai bagian dari suatu Riset Ekuitas dan Perilaku Merek.
kategori

produk

tertentu(Durianto, PT Gramedia Pustaka Utama.

Darmadi, Sugiarto dan Toni Sitinjak, Jakarta.


2001)
Harga adalah sejumlah uang sebagai alat Djaslim Saladin, 2001,

Harga

tukar untuk memperoleh produk atau jasa Manajemen Pemasaran, Analisis,


1

(Saladin, 2001)

Perencanaan, Pelaksanaan dan


Pengendalian. Penerbit
:Lindakarya, Bandung.

Harga merupakan jumlah uang (ditambah Basu Swastha dan Irawan, 2005,
beberapa produk kalau mungkin) yang Asas-asas
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah Yogyakarta.
22

Marketing,

Liberty,

kombinasi dari produk dan pelayanannya


(Basu Swastha dan Irawan, 2005)
Kualitas produk adalah karakterisitik Nitisusastro,
prooduk atau jasa yang bergantung pada Perilaku
kemampuannya
Kualitas
Produk

untuk

Mulyadi
Konsumen

memuaskan Perspektif

2012,
dalam

Kewirausahaan,

kebutuhan pelanggan yang dinyatakn Alfabeta, Bandung.


atau

diimplikasikan.

Suatu

produk

lazimnya memiliki dua juenis manfaat,


yakni manfaat fungsional dan manfaat
psikologis (Nitisusastro, 2012)
Kualitas produk adalah keseluruhan ciri Kotler, Philip. 2005. Manajemen
serta dari suatu produk atau pelayanan Pemasaran.
2

Jilid

II.

Edisi

pada kemampuan untuk memuaskan Kesebelas. Alih Bahasa Benyamin


kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat Molan. Jakarta. : Indeks
(Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid II,
2005)
Promosi adalah unsure dalam bauran J,William Stanton.Dasar-Dasar
pemasaran yang didayagunakan untuk Pemasaran Manajemen.penerbit

memberitahukan,

membujuk,

dan Danang Sunyoto:

mengingatkan tentang produk perusahaan Yogyakarta, 2012


(Stanton, 2012)
Promosi adalah suatu bentuk komunikasi Fandy Tjiptono, 2001, Strategi
yang berusaha menyebarkan informasi, Pemasaran, Edisi 1, Penerbit Andi,

Promosi

mempengaruhi,
2

mengingatkan

membujuk,
pasar

sasaran

dan Yogyakarta.
atas

perusahaan dan produknya agar bersedia


menerima, membeli, dan loyal pada
produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.(Fandy, 2001)

2.4 Hipotesis
H1

: Kemasan diduga berpengaruh positif terhadap terhadap keputusan pembelian produk

Deterjen Rinso.
23

H2

: Motivasi secara simultan diduga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

produk Deterjen Rinso .


H3

: Persepsi secara simultan diduga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

produk Deterjen Rinso.


H4

: Pembelajaran secara simultan diduga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

produk Deterjen Rinso.


H5

: Keyakinan secara simultan diduga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

produk Deterjen Rinso.


H6

: Sikap secara simultan diduga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

Deterjen Rinso.
H7

: Kesadaran merek secara simultan diduga berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian produk Deterjen Rinso.


H8

: Harga secara simultan diduga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

Deterjen Rinso.
H9

: Kualitas Produk secara simultan diduga berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian produk Deterjen Rinso.


H10 : Promosi secara simultan diduga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
produk Deterjen Rinso.

24

2.5 Kerangka Penelitian

VARIABEL BEBAS

VARIABEL TERRKAIT

KEMASAN

SIKAP

KESADARAN
MEREK

MOTIVASI

KEPUTUSAN
PEMBELIAN

HARGA

PERSEPSI

KUALITAS
PRODUK

PEMBELAJARAN

PROMOSI

KEYAKINAN

25

Yang menjadi variabel bebas dari kerangka penelitian ini ialah kemasan, motivasi, persepsi,
pembelajaran, keyakinan, sikap, kesadaran merek, harga, kualitas produk, promosi dan yang
menjadi variabel terikat ialah keputusan pembelian.

26

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 METODE PENELITIAN
Metode Penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian akan dilaksanakan. Metode
penelitian ini sering dikacaukan dengan prosedur penelitian atau teknik penelitian. Hal ini
disebabkan karena ketiga hal tersebut saling berhubungan dan sulit dibedakan.
Metode penelitian membicarakan megenai tata cara pelaksanaan penelitian, sedangkan
prosedur

penelitian

membicarakan

alat-alat

yang

digunakan

dalam

mengukur

atau

mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi prosedur


penelitian dan teknik penelitian.

3.2 Jenis Jenis Metode Peelitian


Jenis jenis metode penelitian terkait dengan jenis penelitiannya sendiri sebagai berikut.
1. Metode Historis
Metode historis merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode historis
bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan,
menilai, memverifikasi dan mensintesiskan bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi
yang dapat dipertahankan, seringkali dalam hubungan hipotesis tertentu. Dengan metode historis,
seorang ilmuwan sosial peneliti historis yaitu orang yang mengajukan pertanyaan terbuka
mengenai peristiwa masa lalu dan menjawabnya dengan fakta terpilih yang disusun dalam
bentuk paradigma penjelasan.
Dengan demikian, penelitian dengan metode historis merupakan penelitian yang kritis terhadap
keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara teliti
dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber sejarah serta interprestasi dari sumbersumber keterangan tersebut.
3.3 Metode Deskriptif

27

Metode deskriptif merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode
penelitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang
melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktekpraktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan menetukan apa yang dilakukan
orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Dengan demikian metode penelitian deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara sistematis
fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual
dan cermat. Metode deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis), akan tetapi juga memadukan.
Bukan saja melakukan klasifikasi, tetapi juga organisasi. Metode penelitian deskriptif pada
hakikatnya adalah mencari teori, bukan menguji teori. Metode ini menitikberatkan pada
observasi dan suasana alamiah.
3. Metode Korelasional
Metode korelasional merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode
korelasional merupakan kelanjutan metode deskriptif. Pada metode deskriptif, data dihimpun,
disusun secara sistematis, faktual dan cermat, namun tidak dijelaskan hubungan diantara
variabel, tidak melakukan uji hipotesis atau prediksi. Pada metode korelasional, hubungan antara
variabel dteliti dan dijelaskan. Hubungan yang dicari ini disebut sebagai korelasi. Jadi, metode
korelasional mencari hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti.
Tujuan metode korelasi yaitu untuk meneliti sejauh mana variabel pada satu vektor yang
berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya. Jika pada metode ini, hanya dua variabel yang
dihubungkan, maka disebut korelasi sederhana dan jika lebih dari dua variabel dihubungkan
disebut korelasi berganda. Pada metode ini, pencarian hubungan (korelasi) antara dua variabel
menggunakan koefisiesn korelasi atau koefisien determinasi.
4. Metode Eksperimental
Metode eksperimental merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode
eksperimental merupakan metode penelitian yang memungkinkan peneliti memanipulasi variabel
dan meneliti akibat-akibatnya. Pada metode ini variabel-variabel dikontrol sedemikian rupa,
sehingga variabel luar yang mungkin mempengaruhi dapat dihilangkan.
28

Metode eksperimental bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan memanipulasikan
satu atau lebih variabel, pada satu atau lebih kelompok eksperimental dan membandingkan
hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Manipulasi adalah
mengubah secara sistematis sifat-sifat atau nilai-nilai variabel bebas. Kontrol merupakan kunci
metode eksperimental, sebab tanpa kontrol manipulasi dan observasi akan menghasilkan data
yang meragukan.
5. Metode Kuasi Eksperimental
Metode kuasi eksperimental merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian.
Metode kuasai eksperimental hampir menyerupai metode ekperimental, hanya pada metode ini,
peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel bebasnya.
Metode kuasi eksperimental mempunyai dua ciri, yaitu sebagai berikut : (1) peneliti tidak
mampu meletakkan subjek secara random pada kelompok eksperimental atau kelompok kontrol.
Yang dapat dilakukan peneliti adalah mencari kelompok subjek yang diterpa variabel bebas dan
kelompok lain yang tidak mengalami variabel bebas.
(2) Peneliti tidak dapat mengenakan variabel bebas kapan dan kepada siapa saja yang
dikendakinya.
3.4 POPULASI & SAMPLE
A. Pengertian atau definisi populasi
Populasi adalah merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang memiliki
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Itulah definisi populasi dalam penelitian.
Populasi di sini maksudnya bukan hanya orang atau makhluk hidup, akan tetapi juga bendabenda alam yang lainnya. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek atau
subyek yang dipelajari, akan tetapi meliputi semua karakteristik, sifat-sifat yang dimiliki oleh
obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu orangpun bisa digunakan sebagai populasi, karena satu
orang tersebut memiliki berbagai karakteristik, misalnya seperti gaya bicara, disiplin, pribadi,
hobi, dan lain sebagainya.
29

Di bawah ini beberapa pengertian populasi menurut para ahli:

Menurut, Ismiyanto populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian
yang dapat berupa; orang, benda, / suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan atau
dapat memberikan informasi (data) penelitian.

Sedangkan Arikunto Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang


ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi.

Dan menurut Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas,
obyek/subjek yang mempunyai kuantitas & karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

B. Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut,
ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga
dapat mewakili populasinya. Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh
yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan
waktu, maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi. Sampel
yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif atau dapat mewakili.
apa itu populasi?
C. Cara atau teknik pengambilan sampling
Teknik Sampling yaitu merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat berbagai macam teknik
sampling untuk menentukan sampel yang akan dipakai dalam penelitian. Teknik sampling pada
dasarnya bisa dikelompokkan menjadi 2 (dua) maca yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. berikut dibawah ini penjelasannya:

30

Probability sampling adalah suatu teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, tekhnik
ini terdiri atas:

Simple random sampling: dikatakan simple atau sederhana sebab pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam
populasi tersebut. Cara ini dapat lakukan jika anggota populasi dianggap homogen.

Dispropotionate Stratified Random Sampling: Suatu teknik yang digunakan untuk


menentukan jumlah sampel, jika populasi berstrata tetapi kurang proporsional.

Proportionate stratified random sampling: salah satu teknik yang digunakan jika populasi
mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen serta berstrata secara proporsional.

Area sampling (Cluster sampling): Teknik sampling daerah dipakai untuk menentukan
sampel jika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, seperti misalnya
penduduk dari suatu negara, provinsi atau dari suatu kabupaten.

Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, teknik ini terdiri atas:

Sampling Sistematis: suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.

Sampling Kuota: Teknik untuk menentukan sampel yang berasal dari populasi yang
memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Seperti misalnya, jumlah
sampel laki-laki sebanyak 70 orang maka sampel perempuan juga sebanyak 70 orang.

Sampling aksidental: Sauatu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber data.

31

Purposive Sampling: Suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau
sleksi khusus. Seperti misalnya misalnya, kamu meneliti kriminalitas di Kota atau daerah
tertentu, maka kamu mengambil informan yaitu Kapolresta kota atau daerah tersebut,
seorang pelaku kriminal dan seorang korban kriminal yang ada di kota tersebut.

Sampling Jenuh: Suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil atau
sedikit, yaitu kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang relatif kecil.

Smpling Snowball: Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil atau
sedikit, lalu kemudian membesar. Atau sampel berdasarkan penelusuran dari sampel yang
sebelumnya. Seperti misalnya, penelitian mengenai kasus korupsi bahwa sumber
informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu informn seterusnya.

3.5 METODE PENGUMPULAN DATA


A. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah
data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok
fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji,
laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah,
dan lain sebagainya.

32

B. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan
apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber
langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan
data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket,
wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket
terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan
wawancara.
1. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk
dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika
respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam
Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan
penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
33

Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka
harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.

Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak


mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden
yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.

Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban
yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya
diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden
yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau
situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa,
semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang
penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.

34

Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan
dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data
penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena
hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam
peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan,
kamera photo, dll.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan
karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel
kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian
kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang
ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis.
Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material
lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan
hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data

35

1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika
pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:

Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.

Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.

Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum
dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.

Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan
langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal,
perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku
tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal
dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi
secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak mau
berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak
ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi.
Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah
satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara

36

dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :

Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden

Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru

Bisa membaca isyarat non verbal

Bisa memperoleh data yang banyak

Sementara kekurangannya adalah :

Membutuhkan waktu yang lama

Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah

Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan

Pewawancara perlu dilatih

Bisa menimbulkan bias pewawancara

Responden bias menghentikan wawancara kapanpun

Wawancara via phone


Kelebihan

Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka

37

Bisa menjangkau daerah geografis yang luas

Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)

Kelemahan

Isyarat non verbal tidak bisa dibaca

Wawancara harus diusahakan singkat

Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun
dihilangkan dari sampel

3.Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaanpertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan
lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan
kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara
pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan
kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan
memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu
kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak
memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan
untuk tujuan tersebut.
Etika dalam Pengumpulan Data
Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :

38

1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang prinsip


kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab
peneliti.
2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian
kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian
kepada subjek dengan jelas.
3. Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan, dan jika hal
tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus diungkapkan
dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan alasan spesifik
mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
4. Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak boleh
dilanggar
5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan responden yang tidak
mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
6. Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan eksperimen
setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
7. Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik secara fisik
maupun mental.
8. Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang
dikumpulkan selama study.
3.6 ALAT ANALISIS
Secara general ada 2 (dua) macam metode analisis yang umumnya digunakan dalam penelitian
yaitu (1) Analisis data secara Kualitatif, (2). Analisis data Secara Kuantitatif. Metode analisis
yang digunakan pada penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif tidak menggunakan
alat statistik, namun dilakukan dengan menginterpretasi tabel-tabel, grafik-grafik, atau angka39

angka yang ada kemudian melakukan uraian dan penafsiran. Sedangkan Analisis data secara
Kuantitatif adalah metode analisis yang digunakan pada penelitian dengan pendekatan analisis
kuantitatif dan menggunakan alat statistik.
Jika pendekatan analisis menggunakan alat statistik berarti analisis data dilakukan menurut
dasar-dasar statistik. Ada dua macam alat statistik yang digunakan yaitu: Statistik Deskriptif dan
Statistik Inferensial.
Pengelompokan Analisis Berdasarkan Variabel
Jika dilihat dari jumlah variabel yang dianalisis ada 3 jenis analisis data yaitu:
Analisis Univariat, analisis yang menggunakan 1 variabel.
Analisis Bivariat, analisis yang menggunakan 2 variabel.
Analisis Multivariat, analisis yang menggunakan 3 atau lebih variabel
Jika dengan menganalisis data kualitatif diperoleh gambaran yang teratur tentang suatu peristiwa
atau kejadian maka statistik ini disebut Deskriftif misalnya pengukuran nilai sentral (Rata-rata,
Median, Modus), deviasi, perhitungan angka indeks, ukuran korelasi, dan trend.
Metode lebih lanjut dimana dalam analisis tersebut memberikan cara bagaimana menarik
kesimpulan mengenai ciri-ciri populasi tertentu berdasarkan hasil dari analisis serangkaian
sampel yang diambil dari populasi tersebut dinamakan Metode Statistik Inferensial Pemilihan
Metode Analisis data menggunakan pendekatan kualitatif atau kuantitatif. Dalam pendekatan
kuantitatif persyaratan pertama yang harus terpenuhi adalah alat uji statistik yang akan
digunakan harus sesuai.
Pertimbangan utama dalam memilih alat uji statistic ditentukan oleh pertanyaan untuk apa
penelitian tersebut dilakukan dan ditentukan oleh tingkat/skala, distribusi dan penyebaran data.
Pertimbangan kedua dalam memilih alat uji statistik ini adalah luasnya pengetahuan statistik
yang dimiliki serta ketersediaan sumber-sumber dalam hubungannya dengan perhitungan dan
penafsiran data. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif berbeda dengan pendekatan
kuantitatif, dalam pendekatan kualitatif perhatian dipusatkan kepada prinsip umum yang
mendasari perwujudan dan satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia atau pola yang ada.
40

Analisis yang dilakukan adalah gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh pola yang berlaku, dan pola tersebut dianalisis
dengan teori yang objektif.
Penelitian kualitatif mampu mengungkapkan gejala yang ada di masyarakat secara sistematis.
Oleh karena itu urutan atau sistimatika yang ada dalam penelitian memberikan urutan serta pola
berfikir secara sistematis dan komplek. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini mampu
mengungkap gejala yang ada di masyarakat secara sistematis serta mampu mengungkapkan
kejadian yang sebenarnya sehingga akan sulit ditolak kebenarannya.
Dalam memilih metode analisis perlu dipertimbangkan:

Kecocokan/kesesuaian metode.
Kehandalan/ketangguhan.
Kepekaan.
Kecepatan/kemudahan.
Kepraktisan / fleksibel.
Keamanan.
Cara menentukan metode analisis yang akan digunakan:
Menetapkan tujuan.
Jenis metode.
Kemungkinan penggunaan metode.
Macam atribut metode yang digunakan.
Pemilihan metode alternative.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode analisis adalah:
Apakah analisis dilakukan untuk 1 sampel, jarang atau sering dengan contoh yang sama.
Pereaksi apa saja yang harus tersedia.
Berapa lama waktu yang diperlukan.
41

Apa jenis matriks sampel yang dianalisis.


Berapa tingkat ketelitian yang diharapkan.
Apa ada zat pengganggu.
Apa ada badan khusus atau persyaratan peraturan, batas tindakan, atau batas pelaporan.
Apakah diperlukan prosedur yang mampu menseleksi,mendeteksi, dan identifikasi untuk
campuran.
Berapa biaya yang harus dibayar pelanggan.
Jika menggunakan metode yang dikembangkan sendiri harus:
Merupakan kegiatan yang direncanakan
Ditugaskan kepada personil yang memenuhi persyaratan
Dilengkapi dengan sumber daya laboratorium yang memadai.
Apabila menggunakan metode non standar, maka harus :
Mendapat persetujuan pemilik sampel
Memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan oleh pemilik sampel
Sesuai dengan tujuan analisis.
3.7MODEL PENELITIAN
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan bantuan melalui program SPSS (Statistical
Product And Service Solution) versi 20.00 for windows. Adapun alat analisis yang digunakan
adalah sebagai berikut :
3.5.1. Uji Validitas
Uji validitas item digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam
kuisioner atau skala, apakah item-item pada kuisioner tersebut sudah tepat dalam
mengukur apa yang ingin diukur.
Dengan menggunakan metode korelasi pearson, yaitu dengan mengkorelasikan
masing-masing skor item dengan skor total item. Skor total item adalah
penjumlahan dari keseluruhan item.
Keputusan untuk validitas :
Jika r hitung > r tabel, maka item dikatakan valid
Jika r hitung < r tabel, maka item dikatakan tidak valid (Priyatno, 2013:20)

42

3.5.2. Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat
pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran
tersebut diulang. Metode uji reliabilitas yang sering digunakan adalah
Cronboachs Alpha. Metode ini sangat cocok digunakan pada skor berbentuk
skala misalnya 1-4 atau 1-5.
Menurut Sekaran (1992) yang dikutip oleh Priyatno, pengambilan keputusan
untuk uji reliabilitas adalah sebagai berikut :
Cronboachs Alpha < 0,6
= reliabilitas buruk
Cronboachs Alpha 0,6-0,79 = reliabilitas diterima
Cronboachs Alpha 0,8
= reliabilitas baik
(Priyatno, 2013:30)
3.5.3. Analisis Korelasi Pearson
Korelasi Pearson atau dikenal juga dengan korelasi Product Moment Pearson,
merupakan analisis untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang
mempunyai distribusi data normal. Data yang digunakan adalah tipe interval atau
rasio. Dalam perhitungan korelasi Pearson akan didapat koefisien korelasi yang
menunjukkan keeratan hubungan antara dua variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi
berkisar antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Semakin mendekati 1 atau -1 maka
hubungan semakin erat. Jika mendekati 0 maka hubungan semakin lemah. (Priyatno,
2012:103)
3.5.4. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh
antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen dan
memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel independen. (Priyatno,
2012:127)
Adapun persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Y
= Keputusan Pembelian
a
= Konstanta
X1
= Faktor Budaya
X2
= Faktor Sosial
X3
= Faktor Kepribadian
X4
= Faktor Psikologi
b1, b2, b3, b4 = Besaran koefisien dari masing-masing variabel
e
= Kesalahan Estimasi

43

3.5.5. Uji F (Simultan)


Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Pembuktian hipotesis pertama (uji F) dengan menggunakan asumsi bahwa:
a. Ho : b1, b2, b3 = 0
Artinya, secara simultan antara 4 variabel independen yaitu Faktor Budaya, Faktor
Sosial, Faktor Kepribadian, Faktor Psikologi tidak berpengaruh secara signifikansi
terhadap variabel dependen (Keputusan Pembelian).
b. Ha : b1, b2, b3 0
Artinya, secara simultan antara 4 variabel independen yaitu Faktor Budaya, Faktor
Sosial, Faktor Kepribadian, Faktor Psikologi berpengaruh secara signifikansi
terhadap variabel dependen (Keputusan Pembelian).
Ada dua cara untuk menguji hipotesis pertama, yaitu :
a. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel :
Ho diterima jika Fhitung< Ftabel
Ho ditolak jika Fhitung> Ftabel
b. Berdasarkan probalitas (hasil perhitungan ANOVA program SPSS)
Ho diterima jika Fsignifikan> 0,05
Ho ditolak jika Fsignifikan< 0,05 (Priyatno, 2012:137-138)
3.5.6. Uji t (Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen.
Dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
a. Ho : b = 0
Artinya secara parsial antara 4 variabel independen yaitu Faktor Budaya, Faktor
Sosial, Faktor Kepribadian, Faktor Psikologi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (Keputusan Pembelian)
b. Ho : b 0
Artinya secara parsial antara 4 variabel independen yaitu Faktor Budaya, Faktor
Sosial, Faktor Kepribadian, Faktor Psikologi berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (Keputusan Pembelian)
Ada dua cara untuk menguji hipotesis tersebut, yaitu :
a. Membandingkan thitung dengan ttabel :
Ho diterima jika thitung< ttabel
Ho ditolak jika thitung> ttabel
44

b. Berdasarkan signifikansi :
Ho diterima bila tsignifikan> 0,05
Ho ditolak bila tsignifikan< 0,05 (Priyatno, 2012:130-140)
3.5.7. Koefisien Determinasi
R Square (R2) atau kuadrat dari R, yaitu menunjukkan nilai koefisien determinasi.
Angka ini akan diubah ke bentuk persen, yang artinya persentase sumbangan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. (Priyatno, 2012:123).

BAB IV
PENYAJIAN DATA

4.1

PROFIL RESPONDEN
Penelitian ini mengkaji tentang Pengaruh Faktor Budaya,Sosial,Pribadi, dan Psikologi

Terhadap Keputusan Pembelian Deterjen RINSO di Kota Samarinda. Penelitian ini dilakukan
terhadap 100 responden pengguna Deterjen RINSO di Kota Samarinda, yang dimana 100
responden tersebut telah memberikan informasi berupa data demografi responden yang berkaitan
dengan jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan domisili
responden (kecamatan tempat tinggal responden), yaitu sebagai berikut :
4.1.1

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan data kuesioner yang telah dikumpulkan, maka diperoleh profil responden

berdasarkan jenis kelamin yang ditampilkan pada Tabel 4.1 berikut :


Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
1
2

Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan

N
44
56
45

%
44%
56%

Jumlah
100
Sumber : Hasil pengumpulan data kuesioner tahun 2016 yang diolah

100%

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


PRIA
56%

44%

WANITA

Dari Tabel 4.1 di atas tampak bahwa jenis kelamin pengguna Deterjen RINSO didominasi
oleh Wanita yakni sebanyak 56 orang (56%) sedangkan pengguna Deterjen RINSO untuk Pria
yakni sebanyak 44 orang (44%), artinya Wanita lebih tertarik dengan Deterjen RINSO.

4.1.2

Deskripsi Responden Berdasarkan Usia


Berdasarkan data kuesioner yang telah dikumpulkan, maka diperoleh profil responden

berdasarkan usia yang ditampilkan pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
No
1
2
3

Usia
N
17 25 Tahun
95
26 35 Tahun
4
>36 Tahun
1
Jumlah
100
Sumber : Hasil Pengumpulan data kuesioner tahun 2016 yang diolah

46

%
95%
4%
1%
100%

Responden
Berdasarkan Usia
4%
1%
17-25 TAHUN
26-35 TAHUN
>36 Tahun

95%

Dari Tabel 4.2 di atas tampak bahwa kelompok umur paling banyak adalah antara 17 25
Tahun yakni sebanyak 95 orang (95%), usia 26-25 Tahun yakni sebanyak 24 orang (24%),
sedangkan kelompok umur paling sedikit adalah usia > 36 Tahun yakni hanya 1 orang (1%),
artinya bahwa pengguna Deterjen RINSO di Kota Samarinda didominasi oleh kalangan muda
yang usianya adalah usia produktif dan usia kerja yaitu pada usia 17 25 Tahun.

4.1.3

Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Berdasarkan data kuesioner yang telah dikumpulkan, maka diperoleh profil responden

berdasarkan pendidikan terakhir yang ditampilkan pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3
Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No
1
2
3
4
5
6
7

Pendidikan Terakhir
n
%
SD
SMP/Sederajat
1
1%
SMA/Sederajat
71
71%
Diploma
10
10%
S1
15
15%
S2
1
1%
S3
2
2%
Jumlah
100
100%
Sumber : Hasil Pengumpulan data kuesioner tahun 2016 yang diolah

47

Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


SMP/Sederajat
SMA/Sederajat

1% 2% 1%

Diploma

15%

S1

10%

S2
71%

S3

Dari Tabel 4.3 di atas tampak bahwa tingkat pendidikan pengguna Deterjen RINSO pada
tingkat pendidikan SMP yakni 1 orang (1%), SMA yakni 71 orang (71%), Diploma yakni 10
orang (10%), S1 yakni 15 orang (15%), S2 yakni 1 orang (1%), S3 yakni 2 orang (2%). Artinya
bahwa tingkat pendidikan pengguna Deterjen RINSO di Kota Samarinda didominasi oleh
pengguna Deterjen RINSO pada tingkat pendidikan SMA yakni sebanyak 71 responden (71%)
dari 100 responden.

4.1.4

Deskripsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan


Berdasarkan data kuesioner yang telah dikumpulkan, maka diperoleh profil responden

berdasarkan status pernikahan yang ditampilkan pada Tabel 4.4 berikut :


Tabel 4.4
Jumlah Responden Berdasarkan Status Pernikahan
No
1
2

Status Pernikahan
n
Belum Menikah
94
Menikah
6
Jumlah
100
Sumber : Hasil Pengumpulan data kuesioner tahun 2016 yang diolah

48

%
94%
6%
100%

Responden Berdasarkan Status Pernikahan


6%

Belum Menikah
Menikah

94%

Dari Tabel 4.4 di atas tampak bahwa pengguna Deterjen RINSO di Kota Samarinda
terbanyak adalah dengan status pernikahan belum nikah yakni sebanyak 94 orang (94%) dari 100
responden. Sedangkan pengguna Deterjen RINSO di Kota Samarinda dengan status pernikahan
sudah nikah hanya mencapai 6 orang (6%).

4.1.5

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Berdasarkan data kuesioner yang telah dikumpulkan, maka diperoleh profil responden

berdasarkan pendidikan terakhir yang ditampilkan pada Tabel 4.3 berikut :


Tabel 4.5
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis Pekerjaaan
n
%
Pelajar
2
2%
Mahasiswa/i
79
79%
Karyawan Swasta
9
9%
Aparatur Sipil Negara
3
3%
Guru
2
2%
TNI/POLRI
1
1%
Staff BAZNAS
1
1%
Karyawan BUMN
1
1%
Wirausaha
2
2%
Jumlah
100
100%
Sumber : Hasil Pengumpulan data kuesioner tahun 2016 yang diolah
49

Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Pelajar
Mahasiswa/i
Karyawan Swasta

2% 1% 1% 1% 2% 2%
3%

Aparatur Sipil Negara


Guru

9%

TNI/Polri
Staff Baznas
Karyawan BUMN

79%

Wirausaha

Dari data Tabel 4.5 diatas, tampak bahwa jenis pekerjaan terbanyak dari pengguna
Deterjen RINSO di Kota Samarinda adalah Mahasiswa/I yaitu sebanyak 79 orang (79%).
Sedangkan untuk jenis pekerjaan yang lain seperti Karyawan Swasta yaitu sebanyak 9 orang
(9%), Aparatur Sipil Negara sebanyak 3 orang (3%), Pelajar, Guru, dan Wirausaha merupakan
jumlah responden yang sama untuk pengguna Deterjen RINSO di Kota Samarinda yaitu 2 orang
(2%), dan TNI/POLRI, Staff BAZNAS, dan Karyawan BUMN juga merupakan jumlah
responden yang sama untuk penggunaDeterjen RINSO di Kota Samarinda yaitu hanya 1 orang
(1%). Artinya dapat disimpulkan bahwa, pengguna Deterjen RINSO di Kota Samarinda
didominasi oleh mahasiswa.

4.1.6

Deskripsi Responden Berdasarkan Domisili Responden


Berdasarkan data kuesioner yang telah dikumpulkan, maka diperoleh profil responden

berdasarkan pendidikan terakhir yang ditampilkan pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.6
Jumlah Responden Berdasarkan Kecamatan Tempat Tinggal
No
1
2

Kecamatan
Palaran
Samarinda Seberang

n
2
29
50

%
2%
29%

3
4
5
6
7
8
9
10

Samarinda Ulu
15
Samarinda Ilir
3
Samarinda Utara
10
Sungai Kunjang
10
Sambutan
3
Sungai Pinang
1
Samarinda Kota
17
Loa Janan Ilir
10
Jumlah
100
Sumber : Hasil Pengumpulan data kuesioner tahun 2016 yang diolah

15%
3%
10%
10%
3%
1%
17%
10%
100%

Responden Berdasarkan Domisili Responden


Palaran
Loa Janan
Samarinda Seberang

10% 2% 10%

Samarinda Kota
Samarinda Ilir

15%
10%
1%
3%
3% 17%

Sambutan
29%

Sungai Pinang
Samarinda Utara
Samarinda Ulu
Sungai Kunjang

Dari Tabel 4.6 diatas tampak bahwa alamat tempat tinggal responden berdasarkan kecamatan
di dominasi oleh pengguna yang tinggal di kecamatan Samarinda Seberang yaitu sebanyak 29
orang (29%), sedangkan yang terendah terletak pada kecamatan Sungai pinang yaitu hanya 1
orang (1%). Sedangkan untuk kecamatan lainnya seperti Samarinda Kota sebanyak 17 orang
(17%), Loa Janan Ilir sebanyak 10 orang (10%), Palaran sebanyak 2 orang (2%), Sungai
Kunjang sebanyak 10 orang (10%), Samarinda Ulu sebanyak 15 orang (15%), Samarinda Utara
sebanyak 10 orang (10%), Sambutan sebanyak 3 orang (3%), dan Samarinda Ilir sebanyak 3
orang (3%).

51

NO

4.2
JAWABAN
Teknik
jawaban responden
penelitian
likert

dengan

minimum interval 1
Kemudian
perhitungan

rata-

responden.
responden

berupa

dari masing-masing
setiap

variabel.

tanggapan dari 100


variabel-variabel
didapat

dari

menggunakan
SPSS version 2.1.
ringkasnya

dapat

penjelasannya
ini :
4.2.1

Jawaban
Variabel
Tabel 4.7

Variabel Psikologis

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

INDIKAT
RATAOR
TOTAL RATA
X1.1
X1.2
5
4
9
4.5
4
4
8
4
3
3
6
3
4
3
7
3.5
4
4
8
4
3
3
6
3
4
3
7
3.5
5
2
7
3.5
5
4
9
4.5
4
3
7
3.5
3
4
7
3.5
4
4
8
4
5
3
8
4
4
3
7
3.5
5
3
8
4
5
2
7
3.5
4
4
8
4
3
5
8
4
4
4
8
4
5
3
8
4
3
4
7
3.5
4
3
7
3.5
4
4
8
4
4
4
8
4
5
5
10
5
3
4
7
3.5
4
4
8
4
4
4
8
4
4
2
6
3
5
2
7
3.5
3
2
5
2.5
5
3
8
4
4
4
8
4
3
4
7
3.5
4
5
9
4.5
3
3
6
3
3
3
6
3
3
3
6
3
4
4
8
4
5
2
7
3.5
4
4
8
4
5
3
8
4
4
4
8
4
3
4
7
3.5
3
3
6
3
4
3
7
3.5
522
4
6
3
3
4
7
3.5
5
4
9
4.5
4
4
8
4

DESKRIPSI
RESPONDEN
analisis
deskripsi
terhadap

variabel

menggunakan skala
memberikan angka
dan

maksimal

5.

dilakukan
rata

jawaban

Deskripsi

jawaban

distribusi persentase
indicator

untuk

Berdasarkan

hasil

responden

tentang

penelitian

yang

mengolah

data

software

statistics

Untuk

lebih

dilihat
seperti

di

bawah

Responden
Psikologis (X1)

(X1)

Tabel 4.8
Deskripsi Variabel Psikologis (X1)
Item
X1.1
X1.2

STS
1
3
6

TS
2
5
15

N
3
26
39

S
4
46
35

SS
5
20
5

SUM
100
100

Untuk variabel Psikologis (X1) pada penelitian mini riset ini terdiri dari 3 (tiga) indicator, yaitu
Motivasi (X1.1), Persepsi (X1.2), dan Sikap (X1.3). Hasil deskripsi variabel Psikologis (X1)
adalah sebagai berikut :
1. Indikator Motivasi (X1.1)
Dari data Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel Psikologis
(X1) dengan indicator Motivasi (X1.1) , sebagai berikut :
5 = 20% atau 20 responden menyatakan sangat setuju
4 = 46% atau 46 responden menyatakan setuju
53

3
2
1

= 26% atau 26 orang menyatakan netral


= 5% atau 5 responden menyatakan tidak setuju
= 3% atau 3 responden menyatakan sangat tidak setuju

Dari data diatas dapat diartikan bahwa untuk variabel psikologis (X1) dengan indicator motivasi
(X1.1) menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala 3-4 dengan
persentase 72%. Dimana variabel psikologis indicator motivasi dengan pernyataan penggunaan
Deterjen RINSO untuk pemenuhan kebutuhan komunikasi didominasi oleh 46 responden dari
100 responden menjawab pada skala 4 (setuju). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
indicator motivasi (X1.1) menjadi salah satu alat ukur faktor Psikologis yang berpengaruh
terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk Deterjen RINSO.
2. Indikator Persepsi
Dari data Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel psikologis
(X1) dengan indicator persepsi (X1.2), sebagai berikut :
5 = 5% atau 5 responden menyatakan sangat setuju
4 = 35% atau 35 responden menyatakan setuju
3 = 39% atau 39 orang menyatakan netral
2 = 15% atau 15 responden menyatakan tidak setuju
1 = 6% atau 6 responden menyatakan sangat tidak setuju
Dari data diatas dapat diartikan bahwa untuk variabel psikologis (X1) dengan indicator persepsi
(X1.2) menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala 3-4 dengan
persentase 73%. Dimana variabel psikologis indicator persepsi dengan pernyataan Deterjen
RINSO memiliki keunggulan fitur didalamnya didominasi oleh 39 responden dari 100
responden menjawab pada skala 3 (tiga) yaitu netral. Sedangkan untuk jawaban pada skala 4
(empat) yaitu setuju sebanyak 35 responden dari 100 responden. Hal ini menunjukkan bahwa
pada pernyataan tersebut, menurut responden Deterjen RINSO sama halnya dengan deterjen
lainnya mengenai keunggulan produk sehingga lebih banyak responden yang menjawab netral.
Secara umum indicator Persepsi (X1.2) tidak menjadi salah satu alat ukur faktor Psikologis yang
berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk
Deterjen RINSO.
3. Indikator Sikap
Dari data Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel psikologis
(X1) dengan indicator sikap(X.3), sebagai berikut :
5 = 21% atau 21 responden menyatakan sangat setuju
54

4
3
2
1

=
=
=
=

42% atau 42 responden menyatakan setuju


21% atau 21 orang menyatakan netral
12% atau 12 responden menyatakan tidak setuju
4% atau 4 responden menyatakan sangat tidak setuju

Dari data diatas dapat diartikan bahwa untuk variabel psikologis (X1) dengan indicator sikap
(X1.3) menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala 3-5 dengan
persentase 84%. Dimana variabel psikologis indicator sikap dengan pernyataan percaya
terhadap deterjen RINSO didominasi oleh 42 responden dari 100 responden menjawab pada
skala 4 (empat) yaitu setuju. Secara umum indicator Sikap (X1.3) menjadi salah satu alat ukur
faktor Psikologis yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan
pembelian produk deterjen RINSO.

4.2.2

Jawaban Responden Faktor Sosial (X2)


Tabel 4.9
Faktor Sosial (X2)

55

Tabel 5.0
Deskripsi Variabel
Item
X2.1
X2.2
X2.3

Untuk

variabel

pada
dari

penelitian
3

Aktivitas

(tiga)
(X2.1),

Opini (X2.3). Hasil


Gaya Hidup (X2)
berikut :
1. Indikator
Dari
data
menunjukkan
responden
hidup
aktivitas
berikut :

(X2)

INDIKAT
RATAOR
TOTAL
RATA
NO
X2.1
X2.2
1
4
4
8
4
2
3
4
7
3.5
3
4
3
7
3.5
4
5
4
9
4.5
5
3
4
7
3.5
6
2
4
6
3
7
2
3
5
2.5
8
3
3
6
3
9
4
2
6
3
10
5
4
9
4.5
11
4
4
8
4
12
4
3
7
3.5
13
4
2
6
3
14
3
3
6
3
15
2
2
4
2
16
4
4
8
4
17
3
5
8
4
18
5
5
10
5
Gaya Hidup (X2)
19
5
5
10
5
STS
TS 4
N 5
S 9
SS 4.5 SUM
20
2 4
3 4
4 8
5 4
21 1
8 3
13 3
51 6
26 3 100
22 2
2 3
7 2
51 5
39 2.5 100
23 1
8 4
21 3
50 7
19 3.5 100
24 2
25
4
3
7
3.5
26
4
3
7
3.5
27
3
4
7
3.5 Gaya Hidup (X2)
28
2
5
7
3.5
mini riset ini terdiri
29
4
4
8
4
yaitu
30
5
4
9
4.5 indicator,
31
5
4
9
4.5 Minat (X2.2), dan
32
4
4
8
4
deskripsi variabel
33
3
3
6
3
34
4
3
7
3.5 adalah
sebagai
35
4
4
8
4
36
4
4
8
4
37
3
2
5
2.5
Aktivitas
38
3
2
5
2.5 Tabel
5.0
39
4
3
7
3.5
jawaban
40
4
3
7
3.5 bahwa
41
3
3
6
3 untuk variabel gaya
42
3
4
7
3.5
dengan
indicator
43
4
4
8
4
44
4
5
9
4.5 (X2.1) , sebagai
45
5
5
10
5
46
2
4
6
3
56 3
47
2
5
2.5
48
4
5
9
4.5
49
5
2
7
3.5
50
4
5
9
4.5

5
4
3
2
1

=
=
=
=
=

26% atau 26 responden menyatakan sangat setuju


51% atau 51 responden menyatakan setuju
13% atau 13 orang menyatakan netral
8% atau 8 responden menyatakan tidak setuju
2% atau 2 responden menyatakan sangat tidak setuju

Dari data di atas dapat diartikan bahwa untuk variabel gaya hidup (X2) dengan indicator
aktivitas(X2.1) menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala 4-5 dengan
persentase 77%. Dimana variabel gaya hidup indicator aktivitas dengan pernyataan deterjen
RINSO memainkan peran penting dalam aktivitas sehari-hari didominasi oleh 51 responden
dari 100 responden menjawab pada skala 4 (empat) yaitu setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
secara umum indicator Aktivitas (X2.1) menjadi salah satu alat ukur faktor Gaya Hidup yang
berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk
deterjen RINSO.
2. Indikator Minat
Dari data Tabel 5.0 menunkukkan bahwa jawaban responden untuk variabel Gaya Hidup
(X2) dengan indicator Minat (X2.2) , sebagai berikut :
5 = 39% atau 39 responden menyatakan sangat setuju
4 = 51% atau 51 responden menyatakan setuju
3 = 7% atau 7 orang menyatakan netral
2 = 2% atau 2 responden menyatakan tidak setuju
1 = 1% atau 1 responden menyatakan sangat tidak setuju
Dari data diatas dapat diartikan untuk variabel gaya hidup (X2) dengan indicator minat (X2.2)
menunjukkan bahwa rata-rata jawaban repsonden berada pada skala 4-5 dengan persentase 90%.
Dimana variabel gaya hidup indicator minat dengan pernyataan adanya keunggulan dalam
deterjen RINSO didominasi oleh 51 responden dari 100 responden menjawab pada skala 4
(empat) yaitu setuju. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum indicator Minat (X2.2) menjadi
salah satu alat ukur faktor Gaya Hidup yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian produk deterjen RINSO.
3. Indikator Opini
Dari data Tabel 5.0 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel Gaya Hidup
(X2) dengan indicator Opini (X2.3) , sebagai berikut :
5 = 19% atau 19 responden menyatakan sangat setuju
4 = 50% atau 50 responden menyatakan setuju
3 = 21% atau 21 orang menyatakan netral
57

2
1

= 8% atau 8 responden menyatakan tidak setuju


= 2% atau 2 responden menyatakan sangat tidak setuju

Dari data diatas dapat diartikan untuk variabel gaya hidup (X2) dengan indicator Opini (X2.3)
menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala 3-4 dengan persentase 71%.
Dimana variabel gaya hidup indicator opini dengan pernyataan deterjen RINSO mudah
digunakan dan dioperasikan didominasi oleh 50 responden dari 100 responden menjawab pada
skala 4 (empat) yaitu setuju. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum indicator Opini (X2.3)
menjadi salah satu alat ukur faktor Gaya Hidup yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen
dalam pengambilan keputusan pembelian produk Deterjen RINSO.

4.2.3

Jawaban Responden Faktor Pribadi (X3)


Tabel 5.1
Faktor Pribadi X3

58

Tabel 5.2
Deskripsi Variabel
Item
X3.1
X3.2

Untuk

variabel

penelitian mini riset


(dua)

indicator,

(X3.1),

dan

(X3.2).

Hasil

Sosial (X3) adalah


1. Indikator
Dari
data
menunjukkan
responden
Sosial

(X3)

Keluarga (X3.1)
5 = 12%
setuju

INDIKAT
RATAOR
TOTAL
RATA
NO
X3.1
X3.2
1
4
3
7
3.5
2
5
4
9
4.5
3
4
4
8
4
4
4
5
9
4.5
5
2
4
6
3
6
4
5
9
4.5
7
5
2
7
3.5
8
5
2
7
3.5
9
4
3
7
3.5
10
3
4
7
3.5
11
4
3
7
3.5
12
5
5
10
5
13
4
2
6
3
14
5
5
10
5
15
5
5
10
5
16
3
4
7
3.5
X3 Sosial
17
4
3
7
3.5
STS
TS5
N2
S7
SS 3.5 SUM
18
23
32
45
5 2.5
19 1
73
24 3
48 6
12 3 100
20 9
64
24 2
51 6
11 3 100
21 8
22
4
4
8
4
23
4
5
9
4.5
24
2
4
6
3 Sosial (X3) pada
25
4
2
6
3
ini terdiri dari 2
26
5
3
8
4
Keluarga
27
4
5
9
4.5 yaitu
28
4
4
8
4 Kelompok Acuan
29
3
4
7
3.5
deskripsi variabel
30
3
3
6
3
31
4
5
9
4.5 sebagai berikut :
32
4
2
6
3
33
5
4
9
4.5 Keluarga
5.2
34
4
3
7
3.5 Tabel
35
3
2
5
2.5 bahwa
jawaban
36
3
5
8
4
variabel
37
4
4
8
4 untuk
38
5
3
8
4 dengan
indicator
39
2
2
4
2
, sebagai berikut :
40
3
3
6
3 atau 12 responden
41
4
3
7
3.5
42
4
4
8
4 menyatakan sangat
43
5
5
10
5
44
3
4
7
3.5
45
5
4
9
4.5
46
4
4
8
4
59 4
47
4
8
4
48
3
3
6
3
49
4
5
9
4.5
50
4
3
7
3.5

4
3
2
1

=
=
=
=

48% atau 48 responden menyatakan setuju


24% atau 24 orang menyatakan netral
7% atau 7 responden menyatakan tidak setuju
9% atau 9 responden menyatakan sangat tidak setuju

Dari data diatas dapat diartikan untuk variabel sosial (X3) dengan indicator Keluarga (X3.1)
menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala 3-4 dengan persentase 72%.
Dimana variabel sosial indicator keluarga dengan pernyataan pendapat keluarga berpengaruh
terhadap keputusan pembelian RINSO didominasi oleh 48 responden dari 100 responden
menjawab pada skala 4 (empat) yaitu setuju. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum indicator
Keluarga (X3.1) menjadi salah satu alat ukur faktor Sosial yang berpengaruh terhadap perilaku
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian RINSO.
2. Indikator Kelompok Acuan
Dari data Tabel 5.2 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel Gaya Hidup
(X3) dengan indicator Kelompok Acuan (X3.1) , sebagai berikut :
5 = 11% atau 11 responden menyatakan sangat setuju
4 = 51% atau 51 responden menyatakan setuju
3 = 24% atau 24responden menyatakan netral
2 = 6% atau 6 responden menyatakan tidak setuju
1 = 8% atau 8 responden menyatakan sangat tidak setuju
Dari data diatas dapat diartikan untuk variabel sosial (X3) dengan indicator Kelompok Acuan
(X3.2) menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala 3-4 dengan
persentase 75%. Dimana variabel sosial indicator kelompok acuan dengan pernyataan
pembelian RINSO mengikuti kelompok pergaulan didominasi oleh 51 responden dari 100
responden menjawab pada skala 4 (empat) yaitu setuju. Hal ini menunjukkan bahwa secara
umum indicator Kelompok Acuan (X3.2) menjadi salah satu alat ukur faktor Sosial yang
berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian RINSO.

4.2.4

Jawaban Responden Variabel Keputusan Pembelian


Tabel 5.3
Variabel Y.1 Keputusan Pembelian

60

Tabel 5.4
Deskripsi Variabel
Pembelian
Item
Y1.1
Y1.2
Y1.3
Y1.4
Y1.5

Untuk

variabel

Pembelian (Y) pada


ini terdiri dari 5
yaitu

Pengenalan

Pencarian Informasi
Alternatif

(Y3),

Pembelian

(Y4),

Pembelian (Y5) .
variabel Psikologis
berikut :

INDIKAT
RATAOR
TOTAL
RATA
NO
Y1.1
Y1.2
1
3
4
7
3.5
2
3
4
7
3.5
3
4
4
8
4
4
4
3
7
3.5
5
2
4
6
3
6
2
5
7
3.5
7
4
5
9
4.5
8
3
4
7
3.5
9
5
3
8
4
10
4
4
8
4
11
4
2
6
3
12
3
4
7
3.5
13
2
3
5
2.5
14
3
5
8
4
15
3
4
7
3.5
16
2
2
4
2
17
4
3
7
3.5
18
4
3
7
3.5
19
3
4
7
3.5
20
3
5
8
4
Y1 Keputusan
21
4
3
7
3.5
22
4
3
7
3.5
TS4
N2
S6
SS 3 SUM
23STS
23
33
46
5 3
24 1
33
214
557
18 3.5 100
25 3
6
6
26
49
13 3.5 100
26
2
5
7
53
185
498
25 4 100
27 3
253
404
237
6 3.5 100
28 6
24
203
477
26 3.5 100
29 5
30
3
2
5
2.5
31
4
4
8
4
32
2
5
7
3.5 Keputusan
33
4
3
7
3.5
penelitian mini riset
34
4
2
6
3
indicator,
35
4
3
7
3.5 (lima)
36
4
4
8
4 Kebutuhan
(Y1),
37
3
5
8
4
(Y2),
Evaluasi
38
3
3
6
3
39
4
4
8
4 Keputusan
40
5
3
8
4 dan Perilaku Pasca
41
4
3
7
3.5
deskripsi
42
3
3
6
3 Hasil
43
2
4
6
3 (X1) adalah sebagai
44
5
5
10
5
45
4
2
6
3
46
3
3
6
3
614
47
4
8
4
48
4
4
8
4
49
5
5
10
5
50
2
4
6
3

1. Indikator Pengenalan Masalah


Dari data Tabel 5.4 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel Keputusan
Pembelian (Y1) dengan indicator Pengenalan Kebutuhan (Y1.1) , sebagai berikut :
5 = 18% atau 18 responden menyatakan sangat setuju
4 = 55% atau 55 responden menyatakan setuju
3 = 21% atau 21 orang menyatakan netral
2 = 3% atau 3 responden menyatakan tidak setuju
1 = 3% atau 3 responden menyatakan sangat tidak setuju
Dari data diatas dapat diartikan untuk variabel Keputusan Pembelian (Y.1) dengan indicator
Pengenalan Masalah (Y1.1) menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala
3-4 dengan persentase 76%. Dimana variabel keputusan pembelian indicator pengenalan
kebutuhan dengan pernyataan deterjen RINSO dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
didominasi oleh 55 responden dari 100 responden menjawab pada skala 4 (empat) yaitu setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa secara umum indicator Pengenalan Masalah (Y1.1) menjadi salah
satu alat ukur faktor Keputusan Pembelian yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian produk RINSO Indikator Pencarian Informasi.
Dari data Tabel 5.4 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel Keputusan
Pembelian (Y1) dengan indicator Pencarian Informasi (Y1.2) , sebagai berikut :
5 = 13% atau 13 responden menyatakan sangat setuju
4 = 49% atau 49 responden menyatakan setuju
3 = 26% atau 26 orang menyatakan netral
2 = 6% atau 6 responden menyatakan tidak setuju
1 = 6% atau 6 responden menyatakan sangat tidak setuju
Dari data diatas dapat diartikan untuk variabel Keputusan Pembelian (Y.1) dengan indicator
Pencarian Informasi (Y1.2) menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala
3-4 dengan persentase 75%. Dimana variabel keputusan pembelian indicator pencarian informasi
dengan pernyataan pencarian informasi tentang Deterjen RINSO melalui media massa dan
media sosial didominasi oleh 49 responden dari 100 responden menjawab pada skala 4 (empat)
yaitu setuju. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum indicator Pencarian Informasi (Y1.2)
menjadi salah satu alat ukur faktor Keputusan Pembelian yang berpengaruh terhadap perilaku
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian Deterjen RINSO.
2. Indikator Evaluasi Alternatif

62

Dari data Tabel 5.4 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel Keputusan
Pembelian (Y1) dengan indicator Evaluasi Alternatif (Y1.3) , sebagai berikut :
5 = 25% atau 25 responden menyatakan sangat setuju
4 = 49% atau 49 responden menyatakan setuju
3 = 18% atau 18 orang menyatakan netral
2 = 5% atau 5 responden menyatakan tidak setuju
1 = 3% atau 3 responden menyatakan sangat tidak setuju
Dari data diatas dapat diartikan untuk variabel Keputusan Pembelian (Y.1) dengan indicator
Evaluasi Alternatif (Y1.3) menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala 45 dengan persentase 74%. Dimana variabel keputusan pembelian indicator evaluasi alternative
dengan pernyataan pembelian Deterjen RINSO melihat harga, kualitas, dan desain didominasi
oleh 49 responden dari 100 responden menjawab pada skala 4 (empat) yaitu setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum indicator Evaluasi Alternatif (Y1.3) menjadi salah satu alat
ukur faktor Keputusan Pembelian yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian RINSO.
3. Indikator Keputusan Pembelian
Dari data Tabel 5.4 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel Keputusan
Pembelian (Y1) dengan indicator Keputusan Pembelian (Y1.4) , sebagai berikut :
5 = 6% atau 6 responden menyatakan sangat setuju
4 = 23% atau 23 responden menyatakan setuju
3 = 40% atau 40 orang menyatakan netral
2 = 25% atau 25 responden menyatakan tidak setuju
1 = 6% atau 6 responden menyatakan sangat tidak setuju
Dari data diatas dapat diartikan untuk variabel Keputusan Pembelian (Y.1) dengan indicator
Keputusan Pembelian (Y1.4) menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada
skala 2-3 dengan persentase 65%. Dimana variabel keputusan pembelian indicator keputusan
pembelian dengan pernyataan membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk memutuskan
membeli Deterjen RINSO didominasi oleh 40 responden dari 100 responden menjawab pada
skala 3 (tiga) yaitu netral disusul dengan 25 responden menjawab pada skala 2 (dua) yaitu tidak
setuju. Sedangkan untuk jawaban pada skala 4(empat) yaitu setuju hanya 23 responden dan pada
skala 5 (lima) yaitu sangat setuju hanya 6 responden. Hal ini menunjukkan bahwa pada
pernyataan tersebut responden tidak bisa memutuskan membeli Deterjen RINSO dengan waktu
yang relatif singkat, responden membutuhkan waktu yang lama untuk memutuskan membeli
63

Deterjen RINSO. Lalu dapat disimpulkan bahwa secara umum indicator Keputusan Pembelian
(Y1.4) tidak menjadi salah satu alat ukur faktor Keputusan Pembelian yang berpengaruh
terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian rinso.
4. Indikator Perilaku Pasca Pembelian
Dari data Tabel 5.4 menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel Keputusan
Pembelian (Y1) dengan indicatorPerilaku Pasca Pembelian (Y1.5) , sebagai berikut :
5 = 26% atau 26 responden menyatakan sangat setuju
4 = 47% atau 47 responden menyatakan setuju
3 = 20% atau 20 orang menyatakan netral
2 = 2% atau 2 responden menyatakan tidak setuju
1 = 5% atau 5 responden menyatakan sangat tidak setuju
Dari data diatas dapat diukur untuk variabel Keputusan Pembelian (Y.1) dengan indicator
Perilaku Pasca Pembelian (Y1.5) menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada
skala 4-5 dengan persentase 73%. Dimana variabel keputusan pembelian indicator perilaku pasca
pembelian dengan pernyataan merasa puas dengan deterjen RINSO didominasi oleh 47
responden dari 100 responden menjawab pada skala 4 (empat) yaitu setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa secara umum indicator Perilaku Pasca Pembelian (Y1.5) menjadi salah satu alat ukur
faktor Keputusan Pembelian yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian RINSO.
4.3 DESKRIPSI HASIL PENGUJIAN SPSS
4.3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data yang
diperoleh. Uji kualitas data dilakukan untuk meyakinkan kualitas data yang akan diolah, yang
terdiri dari pengujian validitas dan pengujian reliabilitas. Sugiyono (2009:352) menyatakan
uji

coba

dilakukan

setelah

instrumen/kuesioner selesai disusun, instrumen tersebut

diujicobakan pada sampel darimana populasi diambil. Nilai korelasi minimal 0.30 dan atau
probabilitas lebih kecil atau sama dengan 0.05 adalah dasar pengujian validitas kuesioner.
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden
dapat dipercaya atau dapat diandalkan dengan menggunakan analisis Reliability melalui metode
Cronbachs

Alpha(),

dimana

suatu

instrumen

dikatakan

reliabel

bila

memiliki

koefisienkeandalan atau alpha sebesar 0.60 atau lebih. Rangkuman dari hasil pengujian validitas
dan relabilitas instrument disajikan dalam Tabel 5.5 berikut ini :
64

Tabel 5.5
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
VARIABEL

INDIKATOR

KOEFISIEN
KORELASI

X1.1
0.791**
X1.2
0.711**
X1.3
0.778**
X2.1
0.854**
Gaya
X2.2
0.795**
Hidup (X2)
X2.3
0.747**
X3.1
0.936**
Sosial (X3)
X3.2
0.930**
Y1.1
0.729**
Keputusan
Pembelian
Y1.2
0.667**
(Y1)
Y1.3
0.661**
Y1.4
0.524**
Y1.5
0.743**
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS (2016)
Psikologis
(X1)

VALIDITAS

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

CRONBACH'S
ALPHA
(RELIABILITAS)

0.633 (Reliabel)

0.710 (Reliabel)
0.852 (Reliabel)
0.680 (Reliabel)

Data data Tabel 5.5 di atas pengujian validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa nilai
koefisien korelasi (r) dari setiap instrument yang digunakan dalam penelitian lebih besar dari
0.30 (r>0.30). Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian adalah valid. Demikian pula
terhadap nilai cronbachs alpha () dari masing-masing variabel menunjukkan angka 0.60,
sehingga dapat dikatakan bahwa instrument penelitian adalah reliabel. Dengan demikian
instrument penelitian tersebut layak digunakan untuk pengumpulan data.

4.3.2

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda


Setelah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada hasil analisis data, maka

selanjutnya dilakukan analisis regresi linear berganda untuk menguji hipotesa yang telah
dirumuskan. Rangkuman dari perhitungan regresi linear berganda antara variabel independen
yaitu Psikologis (X1), Gaya Hidup (X2), dan Sosial (X3) sebagai variabel bebas, serta variabel
dependen yaitu Keputusan Pembelian (Y) sebagai variabel terikat dengan menggunakan bantuan
program computer SPSS, disajikan dalam Tabel 5.6 berikut ini :

65

Tabel 5.6
Hasil Analisis Linear Berganda
Variabel
Psikologis (X1)
Gaya Hidup (X2)
Sosial (X3)
R
=

Koefisien Regresi
0.281
0.259
0.235
0.747

Thitung
3.601
3.123
5.244

Probabilitas
0.001
0.002
0.000

Fhitung
=
40.435
Sig F
=
0.000
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS (2016)
Dari data Tabel 5.5 di atas dapat di interprestasikan sebagai berikut :
a. Nilai koefisien regresi psikologis (X1) sebesar 0.281 dan nilai signifikan 0.001 lebih kecil
dari = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel psikologis (X1) berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) dengan peningkatan sebesar
0.281 .
b. Nilai koefisien regresi gaya hidup (X2) sebesar 0.259 dan nilai signifikan 0.002 lebih
kecil dari = 0.05 . Hal ini menunjukkan bahwa variabel gaya hidup (X 2) berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) dengan peningkatan
sebesar 0.259 .
c. Nilai koefisien regresi sosial (X3) sebesar 0.235 dan nilai signifikan 0.000 lebih kecil dari
= 0.05 . Hal ini menunjukkan bahwa variabel sosial (X 3) berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) dengan peningkatan sebesar 0.235 .

4.3.3

Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)


Untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu psikologis (X 1), gaya hidup (X2),

dan sosial (X3) sebagai variabel bebas, secara simultan terhadap variabel dependen yaitu
keputusan pembelian (Y) sebagai variabel terikat dengan signifikan 0.05 (5%), maka hasil uji
simultan (uji F) disajikan pada tabel 5.6 sebagai berikut :
Tabel 5.6
Hasil Uji Secara Simultan (Uji F)
66

ANOVAa
Model

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

22.297

7.432

Residual

17.646

96

.184

Total

39.942

99

Sig.
.000b

40.435

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN


b. Predictors: (Constant), SOSIAL, GAYA HIDUP, PSIKOLOGIS

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS (2016)

Dari data Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa hasil analisis regresi menggunakan F hitung
= 40.435 > Ftabel = 2.70 dengan tingkat signifikan adalah 0.000 < 0.05 , maka dapat disimpulkan
bahwa Ha diterima atau Ho ditolak yang berarti bahwa variabel psikologis, gaya hidup, dan sosial
berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembeliam deterjen RINSO di Kota Samarinda.

4.3.4

Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji T)


Uji hipotesis secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel independen yaitu psikologis (X1), gaya hidup (X2), dan sosial (X3) sebagai variabel
bebas terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y) sebagai variabel terikat, maka
hasil uji hipotesis secara parsial disajikan sebagai berikut :
Tabel 5.7
Hasil Uji Secara Parsial Variabel Psikologis (X1)
Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Sig.

Coefficients
B
1

(Constant)
PSIKOLOGIS

Std. Error
1.793

.243

.520

.067

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN

67

Beta

.614

7.386

.000

7.707

.000

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS (2016)


Dari data tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa hasil analisis regresi menggunakan T hitung
= 7.707 > Ttabel = 1.984 dengan tingkat signifikan adalah 0.000 < 0.05 , maka dapat disimpulkan
bahwa Ha diterima atau Ho ditolak yang berarti bahwa variabel psikologis berpengaruh secara
parsial terhadap keputusan pembelian Deterjen RINSO di Kota Samarinda.

Tabel 5.8
Hasil Uji Secara Parsial Variabel Gaya Hidup (X2)
Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Sig.

Coefficients
B
1

(Constant)
GAYA HIDUP

Std. Error

Beta

1.516

.301

.531

.075

.584

5.043

.000

7.119

.000

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS (2016)

Dari data tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa hasil analisis regresi menggunakan T hitung
= 7.119 > Ttabel = 1.984 dengan tingkat signifikan adalah 0.000 < 0.05 , maka dapat disimpulkan
bahwa Ha diterima atau Ho ditolak yang berarti bahwa variabel gaya hidup berpengaruh secara
parsial terhadap keputusan pembelian Deterjen RINSO di Kota Samarinda.

Tabel 5.9
Hasil Uji Secara Parsial Variabel Sosial (X3)
Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized
Coefficients

68

Sig.

B
1

(Constant)
SOSIAL

Std. Error

Beta

2.485

.202

.326

.056

12.317

.000

5.869

.000

.510

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS (2016)

Dari data tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa hasil analisis regresi
menggunakan Thitung = 5.869 > Ttabel = 1.984 dengan tingkat signifikan adalah 0.000 <
0.05 , maka dapat disimpulkan bahwa H a diterima atau Ho ditolak yang berarti bahwa
variabel sosial berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian deterjen
RINSO di Kota Samarinda.

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1

Analisis
Analisis penelitian mini riset telah dilakukan yakni terhadap instrumen penelitian dimana

pengujian terhadap asumsi Statistical Product and Services Solutions (SPSS) dilakukan dengan

69

menguji Validitas, Reliabilitas, Uji F, dan Uji T terhadap instrumen penelitian. Hasil pengujian
menyimpulkan bahwa data penelitian adalah valid, reliabel, dan signifikan.

5.2

Pembahasan
Pembahasan dibuat dengan melihat hubungan kausalitas yang terjadi sebagai pembuktian

hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini sesuai dengan data yang digunakan dan kajian
secara teoritis. Teori-teori ataupun hasil penelitian empiric yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya akan digunakan dalam melakukan pembahasan hasil penelitian, apakah teori atau
hasil penelitian empiric tersebut mendukung, menolak atau bertentangan dengan hasil pengujian
hipotesis yang dilakukan dalam penelitian.

5.2.1

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda


Hasil analisis penelitian menggunakan regresi linear berganda menghasilkan persamaan :
Y = 0.782 + 0.281 X1 + 0.259 X2 + 0.235 X3

Persamaan regresi linear berganda yang dihasilkan menunjukkan bahwa :


1. Koefisien regresi variabel psikologis adalah sebesar 0.281, artinya apabila bertambah satu
skala maka keputusan pembelian meningkat sebesar 0.281 . Ini menunjukkan bahwa
variabel psikologis berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
2. Koefisien regresi variabel gaya hidup adalah sebesar 0.259 , artinya apabila bertambah
satu skala maka keputusan pembelian meningkat sebesar 0.259 . Ini menunkukkan bahwa
variabel gaya hidup berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
3. Koefisien regresi variabel sosial adalah sebesar 0.235 , artinya apabila bertambah satu
skala maka keputusan pembelian meningkat sebesar 0.235 . Ini menunjukkan bahwa
variabel sosial berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

5.2.2

Pengaruh Faktor Budaya,Sosial,Pribadi dan Phisikologi Terhadap Keputusan


Pembelian

70

Uji statistic menjelaskan bahwa variabel budaya,sosial,pribadi dan teknologi berpengaruh


secara bersama-sama (simultan) terhadap keputusan pembelian deterjen RINSO di Kota
Samarinda dengan nilai koefisien yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
yang dikembangkan yaitu pengaruh antara budaya,sosial,pribadi dan phisikologi tehadap
keputusan pembelian adalah cocok (fit) karena hasilnya positif dan signifikan.
5.2.3

Pengaruh Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian


Hasil uji statistic dapat dijelaskan bahwa keadaan psikologis berpengaruh terhadap

keputusan pembelian konsumen untuk deterjen RINSO di Kota Samarinda dengan nilai koefisien
yang signifikan. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya khususnya penelitian dari Maleke
(2013). Penelitian-penelitian tersebut menemukan bahwa faktor internal psikologis terbukti
memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen dan pada penelitian ini juga
terbukti bahwa faktor internal psikologis berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.
Hal ini mengindikasikan bahwa faktor internal yaitu psikologis meruakan salah satu variabel
penting yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Hal ini karena psikologis atau
keadaan dalam diri konsumen turut berperan dalam penentuan dan pengambilan keputusan
konsumen khusunya dalam pembelian deterjen RINSO. Faktor psikologis sebagai bagian dari
pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan
pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Pilihan barang yang
dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologis yang penting.
5.2.4

Pengaruh Sosial Terhadap Keputusan Pembelian


Hasil uji statistic dapat dijelaskan bahwa faktor sosial berpengaruh terhadap keputusan

pembelian konsumen untuk deterjen RINSO di Kota Samarinda dengan nilai koefisien yang
signifikan. Dalam penelitian ini faktor sosial merupakan variabel ketiga yang paling kuat
pengaruhnya terhadap keputusan pembelian dilihat atau dibandingkan dengan kedua variabel
lainnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya khususnya penelitian dari Maleke (2013).
Penelitian-penelitian tersebut menemukan bahwa faktor sosial terbukti memiliki pengaruh
terhadap keputusan pembelian konsumen, begtu halnya dengan penelitian inijuga terbukti bahwa
faktor sosial berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Hal ini mengindikasikan
bahwa faktor sosial merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen. Hal ini karena sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain,
kehadiran itu bisa nyata anda rasakan dan lihat, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi.
71

Setiap bertemu orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi
sosial. Tingkah laku konsumen untuk melakukan pembeliansuatu produk atau menggunakan jasa.
5.3

Keterbatasan Penelitian
Penelitian mini riset ini pada hakekatnya telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai

dengan prosedur penelitian ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan-keterbatasan


dalam melakukan mini riset ini yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian mini riset ini hanya melibatkan sampel penelitian dalam jumlah terbatas, yakni
sebanyak 100 responden sehingga hasilnya belum dapat digeneralisasikan pada kelompok
sampel dengan jumlah yang besar.
2. Adanya keterbatasan penelitian mini riset dengan menggunakan kuesioner yaitu pada
jawaban yang diberikan responden. Terkadang jawaban yang diberikan oleh responden
tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya,.
3. Dalam pengujian hipotesis terdapat perbedaan hasil antara analisis regresi linear berganda
dengan uji t.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian tentang Pengaruh Brand Trust

Produk Detergen Rinso Terhadap Niat Beli Konsumen di Universitas Kristen Maranatha,
Bandung, maka dapat disimpulkan sebagaiberikut : Berdasarkan hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara brand trust terhadap niat beli
sebesar 28,94%, sedangkan sisanya sebesar 71,06% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diamati antara lain harga, atribut produk, iklan dan sebagainya.
72

-Nilai signifikan brand reliabilitysebesar 0,018, yang berarti H1 diterima karena nilai
signifikan

dari

brand

reliability

<0,05

sehingga

disimpulkan

bahwa

brand

reliabilityberpengaruh terhadap niat beli konsumen. Hal ini membuktikan bahwa kosumen
mempercayakan merek Rinso dalam memenuhi kebutuhan prouk detergen.
-Nilai signifikan brand intentionssebesar 0,009, yang berarti H1 diterima karena nilai
signifikan dari brand intentions<0,05 sehingga disimpulkan bahwa brand intentionberpengaruh
terhadap niat beli konsumen. Hal ini membuktikan bahwa konsumen mengandalkan merek Rinso
dalam memenuhi kebutuhan produk detergen.
6.2

Saran
1. Merek Rinso sebaiknya meningkatkan jaminan agar konsumen dapat lebih percaya dan
yakin bahwa dengan membeli sabun detergen Rinso bukan suatu hal yang dikhawatirkan
namun dapat memberikan suatu nilai yang lebih
dibandingkan merek lainya.
2. Merek Rinso sebaiknya melakukan perbaikan#perbaikan
terhadap segala kekurangannya dan mengikuti perkembangan jaman.
3. Merek Rinso sebaiknya harus memahami kebutuhan konsumen dan meningkatkan
perhatiannya untuk keperluan konsumen.

Merek Rinso sebaiknya meningkatkan kualitas produknya agar sabun detergen Rinso selalu
mengikuti perkembangan jaman dengan reputasi produk yang baik sehingga dapat selalu
memimpin kategori produk tersebut.

Daftar Pustaka
Amstrong, G dan Kotleer P. (1997). Prinsi-Prinsip pemasaran cetakan pertama. Jakarta:
Erlangga.

73

Andriyanto, K. (2010). Analisis pengaruh persepsi produk, model, dan iklan terhadap minat
pembelian, yang dimediasikan oleh sikap terhadap iklan dan merk pada Deterjen
Rinso(studi kasus pada mahasiswa fakultas ekonomi uns). 75.
Assauri, S. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Barnes, J. G. ( 2001). Secrtet of Customer Relationship Management. Yogyakarta: Andi.
Basu Swasta dan Hani Handoko. (1997). Manajemen pemasaran moden,. Yogyakarta: Liberty.
Basu Swastha dan Irawan. (2005). Asas-Asas Marketing. Yogyakarta: Liberty.
Basu Swastha Dharmmesta dan Hani Handoko. (1987). Manajemen pemasaran, analisi perilaku
konsumen. Yogyakarta: Liberty.
CAHYA., K. A. (2009). Pengaruh motivasi, persepsi dan pembelajaran terhadap keputusan
pembelian Deterjen Bubuk Merek Rinso. 1-13.
Durianto, Darmadi, Sugiarto dan Toni Sitinjak. (2001). Strategi Menaklukkan Pasar melalui
riset ekiutas dan perilaku merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fandy, T. (2001). Strategi pemasaran edisi 1. Yogyakarta: Andi.
G, B. J. (2003). Secrets of customer relationship management. Yogyakarta: Andi.
John C. Mowen. (2002). Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.
Komaruddin Sastradipoera. (2003). Manajemen Marketing, suatu pendekatan ramuan
marketing. Bandung: Kappa Sigma.
Kotler, P. (2003). Manajemen Pemasaran Edisi sebelas. Jakarta: PT. Indeks.
Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran Jilid II. Jakarta: PT. Indeks.
Kotler, Philip. (1993). Manajemem Pemasaran, perencanaan, implementasi dan kontro. Jakarta:
PT. Rosdakary.
Kotler, Philip. (1990). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kurniawan, Y. (2010). Analisis pengaruh ekiutas merek terhadap keputusan pembelian
konnsumen (studi pada konsumen Deterjen Attack di purwokerto). Skripsi , 89.
Michael Salomon dan Stuart Elnora. (2003). Marketing Real People, Real Choices, International
Edition,. New Jersey: Prentice Hall.
Nitisusastro, M. (2012). Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan. Bandung:
Alfabeta.
Oentoro, D. (2012). Manajemen Pemasaran Modern edisi kesembilan Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta,
Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.
74

Peter dan Olson. (1999). Perilaku konsumen dan strategi pemasaran edisi keempat. Jakarta:
Erlangga.
Philip Kotler dan Amstron Gary. (2004). Dasar-Dasar Pemasaran jilid 1. Jakarta: PT.
Prenhallindo.
Philip Kotler. (2007). Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid I. Jakarta: PT. Indeks.
Retor, S. T. (2014). Analisis motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikpa terhadap
keputusan pembelian pada PT. CONBOC INDONESIA SURYA MANADO. Journal
EMBA , 664-674.
Saladin, D. (2001). Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan dan
Pengendalian. Bandung: Lindakarya.
Schiffman leon & Leslie Lazar Kanuk. (1991). Consumer Behavior. New York: Prentice Hall.
Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. (2008). Perilaku Konusumen Edisi Ketujuh catatan
keempat. Jakarta: PT. Indeks.
Setiadi, N. J. (2003). perilaku konsumen konsep dan implikasi untuk strategi dan penelitian
bisnis pemasaran. Jakarta: Prenada.
Stanton, W. J. (2012). Dasar-dasar pemasaran manajemen. Yogyakarta: danang sunyoto.
STIE, M. (2010). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
pada produk Deterjen So Klin. 1.
Suryani, Tatik. (2013). Perilaku Konsumen di Era Internet. Implikasinya pada Strategi
Pemasaran. Edisi pertama . Yogyakarta: Graha Ilmu.
susetyarsi, T. (2012). Kemasan produk ditinjau dari bahan kemasan, bentuk kemasan dan
pelabelan pada kemasan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian pada produk Deterjen
Rinso di kota semarang. Journal STIE semarang , 19.
Swasta, Basu dan Irawasn. (2003). Manajemen Pemasaran Modern Edisi Kesebelas. Yogyakarta:
Liberti.
Swastha, B. (1999). Manajemen Pemasaran Modern Edisi ketiga. Yogyakarta: Liberty.
Terence, A. S. (2003). Periklanan dan promosi. Jakarta: Erlangga.
Winardi. (1991). Marketing dan perilaku kosumen. Bandung: Mandar Maju.

75

NO

DATA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

INDIKAT
RATAOR
TOTAL RATA
X2.1
X2.2
4
4
8
4
3
4
7
3.5
4
3
7
3.5
5
4
9
4.5
3
4
7
3.5
2
4
6
3
2
3
5
2.5
3
3
6
3
4
2
6
3
5
4
9
4.5
4
4
8
4
4
3
7
3.5
4
2
6
3
3
3
6
3
2
2
4
2
4
4
8
4
3
5
8
4
5
5
10
5
5
5
10
5
4
5
9
4.5
4
4
8
4
3
3
6
3
3
2
5
2.5
4
3
7
3.5
4
3
7
3.5
4
3
7
3.5
3
4
7
3.5
2
5
7
3.5
4
4
8
4
5
4
9
4.5
5
4
9
4.5
4
4
8
4
3
3
6
3
4
3
7
3.5
4
4
8
4
4
4
8
4
3
2
5
2.5
3
2
5
2.5
4
3
7
3.5
4
3
7
3.5
3
3
6
3
3
4
7
3.5
4
4
8
4
4
5
9
4.5
5
5
10
5
2
4
6
3
76 3
2
5
2.5
4
5
9
4.5
5
2
7
3.5
4
5
9
4.5

TABULASI

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
NO
33
34
135
236
337
438
539
640
741
842
943
10
44
11
45
46
47
48
49
50

INDIKAT
OR
TOTAL
X3.1
X3.2
4
3
7
5
4
9
4
4
8
4
5
9
2
4
6
4
5
9
5
2
7
5
2
7
4
3
7
3
4
7
4
3
7
5
5
10
4
2
6
5
5
10
5
5
10
3
4
7
4
3
7
5
2
7
3
2
5
3
3
6
4
2
6
4
4
8
4
5
9
2
4
6
4
2
6
5
3
8
4
5
9
4
4
8
3
4
7
3
3
6
4
5
9
2 TOTAL 6
INDIKAT 4
5
4
9
OR
Y1.1
4 Y1.2 3
7
33
42
75
33
45
78
44
44
88
45
33
78
22
42
64
23
53
76
44
53
97
34
44
78
55
35
8
10
43
44
87
45
24
69
4
4
8
77 4
4
8
3
3
6
4
5
9
4
3
7

RATARATA
3.5
4.5
4
4.5
3
4.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
5
3
5
5
3.5
3.5
3.5
2.5
3
3
4
4.5
3
3
4
4.5
4
3.5
3
4.5
3
RATARATA 4.5
3.5
3.5
2.5
3.54
44
3.54
32
3.53
4.5
3.5
3.54
45
4
3.5
3
4.5
4
4
3
4.5
3.5

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54

3
2
3
3
2
4
4
3
3
4
4
4
3
3
2
3
3
4
3
4
2
4
4
4
4
3
3
4
5
4
3
2
5
4
3
4
4
5
2
4
4
3
4

4
3
5
4
2
3
3
4
5
3
3
2
3
4
5
5
4
3
2
4
5
3
2
3
4
5
3
4
3
3
3
4
5
2
3
4
4
5
4
4
4
4
3

78

7
5
8
7
4
7
7
7
8
7
7
6
6
7
7
8
7
7
5
8
7
7
6
7
8
8
6
8
8
7
6
6
10
6
6
8
8
10
6
8
8
7
7

3.5
2.5
4
3.5
2
3.5
3.5
3.5
4
3.5
3.5
3
3
3.5
3.5
4
3.5
3.5
2.5
4
3.5
3.5
3
3.5
4
4
3
4
4
3.5
3
3
5
3
3
4
4
5
3
4
4
3.5
3.5

55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96

3
4
4
3
3
3
3
3
5
2
4
4
3
3
4
2
4
3
3
4
4
5
2
2
5
1
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3

3
4
5
4
4
4
3
3
5
4
3
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
2
4
5
3
3
4
4
4
4
5
3
4
3
4
4

5
3

79

6
8
9
7
7
7
6
6
10
6
7
9
7
7
8
6
8
6
7
8
8
10
4
6
10
4
6
8
8
8
7
8
6
7
6
7
7
10
7
8
8
8

3
4
4.5
3.5
3.5
3.5
3
3
5
3
3.5
4.5
3.5
3.5
4
3
4
3
3.5
4
4
5
2
3
5
2
3
4
4
4
3.5
4
3
3.5
3
3.5
3.5
5
3.5
4
4
4

97
98
99
100

80

9
8
8
6

4.5
4
4
3

Você também pode gostar