Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Pengertian
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan bendabenda yang menghasilkan panas (api, cairan dan panas, dan listrik) atau zat-zat yang bersifat
membakar (asam kuat, basa kuat).
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun
jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas
atau penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan
integritas kulit dan kematian sel-sel.
B. Etiologi
Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit tetapi juga amat
mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Seluruh sistem tubuh menunjukkan perubahan
reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar. Dan pada pasien dengan
luka bakar yang luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkomposisi sehingga timbul
berbagai macam komplikasi.
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bekas
dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal : suhu benda yang
membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas, api, air panas, minyak panas), listrik,
zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi, kebakaran, ruangan yang tertutup. Faktorfaktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :
cidera jaringan. Area yang terluar disebut zona hiperemia. Zona ini biasanya berhubungan
dengan luka bakar derajat I, yang seharusnya sembuh dalam seminggu.
Luka bakar ketebalan partial (partial thickness burn). Luka bakar ketebalan partial
dibedakan menjadi luka bakar superfisial (superfisial thickness burn) dan luka bakar
ketebalan partial dalam (partial thickness burn). Luka bakar ketebalan partial superfisial
(superfisial partial thickness burn) (yaitu luka bakar derajat I) merusak epidermis. Luka bakar
akibat terjemur matahari merupakan contoh dari tipe ini. Pada awalnya terasa nyeri dan
kemudian gatal akibat stimulasi reseptor sensoris. Biasanya akan sembuh dengan spontan
tanpa meninggalkan jaringan parut.
Cedera ketebalan partial dalam (deep dermal partial thickness burn) (yaitu luka bakar
derajat II) mengenai lapisan epidermis dan dermis, termasuk kelenjar keringat dan sebasea,
saraf sensoris dan motorik, kapiler, folikel rambut. Luka bakar ini akan terasa nyeri dan
berwarna merah-pink, dan akan membentuk lepuh serta edema subkutan. Tergantung pada
kedalamannya, luka ini akan sembuh dalam 3 sampai 35 hari. Jika luka ini mengalami
infeksi, atau suplai darahnya mengalami gangguan maka luka ini akan berubah menjadi luka
bakar ketebalan penuh.
Luka bakar ketebalan penuh (fullthickness burn). Biasanya disebut juga luka bakar
derajat III yang mengenai lapisan lemak. Lapisan ini mengandung kelenjar keringat dan akar
folikel rambut. Semua lapisan epidermis mengalami kerusakan. Luka akan tampak berwarna
putih, merah, coklat, atau hitam. Luka tidak akan menimbulkan rasa sakit karena semua
reseptor sensoris telah mengalami kerusakan total.
2. Keparahan luka bakar
Cedera luka bakar dapat berkisar dari lepuh kecil sampai luka bakar masif
derajat III. Cedera luka bakar dikategorikan ke dalam luka bakar minor, sedang, dan mayor.
Cedera luka bakar minor. Cedera luka bakar minor adalah cedera ketebalan
partial yang kurang dari 15% LPTT (luas permukaan tubuh total) pada orang dewasa dan
10% LPTT pada anak-anak, atau cedera ketebalan penuh kurang dari 2% LPTT. Pasien
dengan luka bakar minor.
Cedera luka bakar mayor. Pasien dengan luka bakar mayor biasanya dibawa ke
fasilitas perawatan luka bakar khusus setelah mendapatkan perawatan kedaruratan di tempat
kejadian.
3. Lokasi luka bakar
Luka bakar pada kepala, leher dan dada seringkali mempunyai kaitan dengan
komplikasi pulmonal. Luka bakar yang mengenai wajah sering menyebabkan abrasi kornea.
Luka bakar pada telinga membuat mudah terserang kondritis aurikular dan rentan terhadap
infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Luka bakar pada tangan dan persendiaan sering
membutuhkan terapi fisik dan okupasi yang lama dan memberikan dampak kehilangan waktu
untuk bekerja dan atau kecacatan fisik menetap serta kehilangan pekerjaan. Luka bakar pada
area perineal membuat mudah terserang infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan feses.
Luka bakar sirkumferensial ekstremitas dapat menyebabkan efek seperti penebalan pembuluh
darah dan mengarah pada gangguan vaskular distal. Luka bakar sirkumferensial toraks dapat
mengarah pada inadekuat ekspansi dinding dada dan insufisiensi pulmonal.
4. Agen penyebab luka bakar
Luka bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan agen yang menyebabkan
terjadinya luka bakar, termasuk : termal, listrik, kimia, radiasi.
5. Ukuran luka bakar
Ukuran luka bakar (presentase cedera pada kulit) ditentukan dengan salah satu
dari dua metoda : a) rule of nine dan b) diagram bagan Lund dan Browder yang spesifik
dengan usia. Ukuran luka ditunjukkan dengan presentasi LPTT (luas permukaan tubuh total).
C. Manifestasi Klinis
Pada pasien yang mendapatkan resusitasi cairan yang akan kembali normal pada 24
jam pertama post luka bakar, pemberian volume plasma selama 24 jam kedua, curah jantung
akan meningkat pada tingkat hipermetabolik dan secara bertahap akan kembali pada tingkat
yang lebih normal bersamaan dengan menutupnya luka.
Respons renalis. Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma ke
ginjal dan GFR (Laju Filtrasi Glomerular) akan menurun yang mengakibatkan haluaran urine.
Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskular tidak adekuat atau jika resusitasi cairan
terlambat di berikan, maka akan memungkinkan terjadinya gagal ginjal akut. Dengan
resusitasi cairan yang adekuat, maka cairan interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskular
dan terjadi fase diuresis.
Respon gastrointestinal. Respon umum yang biasanya terjadi pada pasien luka bakar >
20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek
respon hipovolemik dan neurologik, serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.
Pemasangan NGT akan mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan potensial
aspirasi. Dengan resusitasi yang adekuat, aktivitas gastrointestinal akan kembali normal pada
24-48 jam setelah luka bakar.
yaitu : respon
barier mekanik dan respon imun selular. Sebagai barier mekanik, kulit berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan diri yang penting dari organisme yang mungkin masuk. Terjadinya
gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh.
Burn Shock atau syok luka bakar, merupakan komplikasi yang seringkali dialami
pasien dengan luka bakar luas karena hipovolemik yang terjadi segera diatasi. Manifestasi
sistemik tubuh terhadap kondisi ini (Burgess, 1991) adalah berupa : respons kardiovaskular.
Perpindahan cairan intravaskular ke ekstra vaskuler melalui kebocoran kapilernya
menggambarkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti
dengan penurunan curah jantung, hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada
organ mayor, edema menyeluruh.
D. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh, panas
tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, luka bakar
dikategorikan sebagai luka bakar termal, radiasi, atau luka bakar kimiawi.
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun
jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas
atau penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan
integritas kulit dari kematian sel-sel.
E. Komplikasi
Komplikasi yang sering kali dialami oleh pasien luka bakar yang luas antara lain :
curling ulcer, sepsis, pneumoni, gagal ginjal, defermitas, kontraktur, hipertrofi jaringan yang
parut, dan dekubitus.
1. Hipertrofi jaringan parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami
pasien pada luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih jaringan parut mengalami
pembentukan secara aktif pada 6 bulan post luka bakar dengan warna awal merah muda dan
menimbulkan rasa gatal, pembentukan jaringan parut terus berlangsung dan berwarna
berubah menjadi merah, merah tua sampai coklat dan teraba keras atau tegang, setelah 12-18
bulan, jaringan parut akan mengalami tahap maturasi dan warna menjadi coklat muda dan
teraba lebih lembut atau lemas.
Pembentukan hipertrofi jaringan parut ini tidak dapat dicegah tetapi dengan
tindakan konservatif dapat diantisipasi sejak minggu-minggu awal fase penyembuhan luka
(fase pembentukan kolagen). Sering kali tindakan pembedahan juga diperlukan untuk
mengatasi jaringan parut terutama jika mempengaruhi fungsi gerak atau sendi,
mengakibatkan mobilitas dan mengganggu kenyamanan serta citra tubuh pasien, pembedahan
yang dilakukan bisa tergantung berulang kali (perlu lebih dari sekali tindakan pembedahan).
2. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau
mengurangi komplikasi kontraktur adalah pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
(awal cedera luka bakar). Ambulasi yang diakibatkan 2-3 kali/hari sesegera mungkin
(perhatikan jika ada fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misal : IV
lines, NGT, monitor EKG, dan lain-lain) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasi pasif).
F. Penatalaksanaan Luka
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan luka yaitu,
penyembuhan luka, infeksi dan penanganan luka.
1. Penyembuhan luka
Proses penyembuhan luka terbagi dalam tiga fase :
a. Fase inflamasi
Adalah fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca
luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskular dan proliferasi selular. Daerah luka
mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotinin, mulai timbul epitelesasi.
b. Fase fibroblastik
Fase yang dimulai pada hari ke-4 20 pasca luka bakar. Pada fase ini
timbul sebutan fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai
jaringan gravulasi yang berwarna kemerahan.
c. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan, kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan
aktivitas selular dan vaskular, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan
berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan
parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka, baik
yang bersifat menghambat maupun yang mendukung penyembuhan luka. Oleh karena itu
amatlah penting mengetahui riwayat kesehatan pasien, penyakit terdahulu dan kebiasaan
hidup pasien (seperti merokok, minum alkohol dan lain-lain).
2. Infeksi
Masalah utama yang sering kali dialami pasien luka bakar yaitu terjadinya
infeksi yang kemudian berakhir dengan sepsis, oleh karena itu amatlah penting bagi seorang
perawat untuk mampu mengidentifikasi adanya infeksi secara klinis dapat didefinisikan
sebagai pertumbuhan organisme pada luka yang berhubungan dengan reaksi jaringan.
3. Penanganan luka
Penanganan luka merupakan hal yang sangat penting dalam menangani pasien
luka bakar, baik untuk mencegah infeksi maupun menghindari terjadinya sindrom
kompartemen karena adanya luka bakar circumferencial. Ada berbagai macam hal yang dapat
dilakukan dalam menangani luka bakar sesuai dengan keadaan luka yang dialami pasien.
a. Pendinginan luka
Mengingat sifat kulit adalah sebagai penyimpan panas yang terbaik (heat
restore) maka pada pasien yang mengalami luka bakar tubuh masih tetap menyimpan energi
panas beberapa menit setelah terjadinya trauma panas. Oleh karena itu tindakan pendingin
luka perlu dilakukan untuk mencegah pasien berada pada zona luka bakar lebih dalaml,
tindakan ini juga dapat mengurangi perluasan kerusakan fisik sel. Mencegah dehidrasi dan
membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri.
b. Debridemen
Tindakan debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dari jaringan
nekrosis atau bahan lain yang menempel pada luka. Tindakan ini bisa dilakukan pada saat
c. Tindakan pembedahan
Luka bakar mengakibatkan terjadinya jaringan parut, jaringan parut
merupakan jaringan dermis dan epidermis yang berisi protein yang terkoagulasi yang dapat
bersifat progresif (Sidik, 1982) pada luka bakar circumferenial jaringan luka besar yang
terbentuk akan mengeras dan menekan pembuluh darah sehingga memerlukan tindakan
eskarotomi.
Eskarotomi merupakan tindakan pembedahan utama untuk mengatasi
perfusi jaringan yang tidak adekuat karena adanya eschar yang menekan vaskular
(Ignativicius, D, 1991 : 385). Tindakan yang dilakukan hanya berupa insisi dan bukan
membuang eschar. Apabila tindakan ini tidak dilakukan maka akan mengakibatkan tidak
adanya aliran darah ke pembuluh darah dan terjadi hipoksia serta iskemia jaringan.
d. Terapi isolasi dan manipulasi lingkungan
Luka bakar mengakibatkan imunosupresi (penekanan sistem imun) tubuh
selama tahap awal cedera. Oleh karenanya pasien luka bakar memerlukan ruangan khusus
dengan suhu, ruangan yang dapat diatur, udara bersih, serta terpisah dari pasien lain yang bisa
menimbulkan infeksi silang.
G. Resusitasi Cairan
1. Pemilihan cairan
Karena cairan luka mirip dengan plasma, maka larutan elektrolit yang
memiliki kandungan paling mirip dengan elektrolit plasma muncul sebagai cairan resusitasi
yang efektif untik mengatasi sindrom syok. Larutan garam hipertonik yang mengandung 250
mg natrium klorida/liter. Manfaat utama larutan hipertonik adalah volume yang diperlukan
akan lebih kecil dalam 24 jam pertama pasca luka bakar.
Dewasa
Larutan RL
Anak-anak
Larutan LL
pasca luka
4 mL/kg/% ditambah
bakar
24 jam kedua
10 kg ketiga 20 ml/kg
Ds / saline 0,45%
pasca luka
bakar
H. Pengkajian
1. Adanya nyeri
2. Tipe luka
3. Berat luka
4. Permukaan tubuh yang terkena
I. Fokus Diagnosa Keperawatan
1. Defisiti volume cairan berhubungand engan peningkatan kebocoran kapiler dan perpindahan
banyak cairan dari intravaskular ke ruang interstitial fase resusitasi.
Tujuan
Kriteria hasil :
a.
Intervensi :
a.
Pantau tanda-tanda vital tiap 2 jam termasuk tekanan vena sentral (jika terpasang
CVP) , haluaran urine.
Evaluasi :
Dengan resusitasi cairan yang adekuat, keseimbangan cairan diperkirakan tercapai dalam
24 26 jam.
2. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema trakea pelepasan (rontok)
epidermal jalan nafas, dan depresi siliaris pulmonal akibat cidera inhalasi.
Tujuan
Kriteria hasil :
a.
Berikan dorongan kepada pasien untuk batuk efektif, nafas dalam dan lakukan
penghisapan lendir jika diperlukan.
Lakukan nebulisasi.
f.
3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan luka bakar sirkumferensial yang
menyebabkan konstriksi.
Tujuan
Kriteria hasil :
a.
Intervensi :
a.
b. Kaji kedalaman luka bakar dan adanya luka bakar sirkumferensial serta lokasi luka
bakar.
c.
Kaji pengisian kapiler dari kulit yang tidak mengalami luka bakar pada ekstremitas
yang terkena luka bakar.
f.
g.
Antisipasi dan siapkan pasien untuk eskarotomi, perawatan pasien eskarotomi : kaji
kecukupan sirkulasi, periksa nadi, perhatikan warna kulit, gerakan dan sensasi
ekstremitas yang terkena.
4. Nyeri berhubungan dengan luka bakar, pemajanan ujung saraf, pengobatan dan anestesi.
Tujuan
: Pasien akan lebih nyaman dengan mengungkapkan nyeri atau rasa tidak
nyaman terkontrol atau reda.
Kriteria hasil :
a.
Intervensi :
a. Kaji respon pasien terhadap nyeri saat perawatan luka, terapi fisik dan saat
istirahat,
gunakan skala nyeri untuk mengkaji tingkat nyeri pasien.
b. Berikan obat sebelum melakukan prosedur rawat luka yang menyakitkan : 45 menit
untuk obat oral : 5-10 menit untuk obat IV.
c.
Jelaskan semua prosedur pada pasien, ajak pasien berkomunikasi saat memberikan
perawatan luka dan melakukan prosedur tertentu.
f.
g.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema nyeri dan kontraktus sendi.
Tujuan
Kriteria hasil :
a.
Pasien mampu melakukan ROM aktif pada bagian yang mengalami luka bakar.
Intervensi :
a.
Kaji ROM dan kekuatan otot pada area luka bakar yang mempunyai
kecenderungan untuk terjadinya kontraktur setiap hari.
b.
Pertahankan area luka bakar dalam posisi fungsi fisiologik di dalam batas yang
dipertegas oleh cidera, penanduran kulit, alat terapeutik
c.
Jelaskan rasional untuk perubahan posisi dan aktivitas pada pasien, anggota
keluarga.
d.
Konsul pada ahli terapi okupasi dan fisioterapi untuk mendapatkan jadwal
rehabilitatif individual, sesuaikan jadwal dengan kebutuhan.
e.
Berikan dorongan untuk melakukan ROM aktif selama 2-4 jam ketika pasien
bangun, kecuali bila ada kontraindikasi karena prosedur penanduran kulit yang
baru dilakukan.
f.
Gunakan pressure dressing seperti verban elastik dan jobst pressure garment untuk
mencegah kontraktur dan mengatasi hipertrofi jaringan parut yang dapat
menghambat mobilitas.
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian
: 8 Maret 2008
Jam pengkajian
: 00.30 Wib
1. Pengkajian awal
a. Airway maintenance
1) Pasien bernafas spontan
2) Kesadaran : CM
3) Bicara jelas
4) Irama nafas teratur
b. Breathing
1) RR : 24 x/menit, spontan
2) Cappilary refill normal
3) Warna kulit kemerahan (bagian luka bakar)
4) Pengembangan dada dan diafragma simetris
c. Cirkulation
N : 108 x/menit, S : 36,6C
2. Pengkajian dasar
a. Identitas pasien
1) Nama
: An. S
2) Tempat/tanggal lahir
3) Umur
: 22 bulan
4) Jenis kelamin
: Perempuan
5) Alamat
: Banyudono, Boyolali
6) Suku
: Jawa
7) Bangsa
: Indonesia
8) Agama
: Islam
Tn. A
2) Umur
39 tahun
3) Jenis kelamin
: Laki-laki
4) Suku/bangsa
: Jawa/ Indonesia
5) Pekerjaan
: Swasta
6) Hubungan dg pasien
: Ayah
3. Keluhan utama
: Anak menangis
4. Riwayat keperawawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang di IGD RS PKU Muhammadiyah Surakarta pada pukul 00.30 WIB,
keluarga pasien mengatakan pasien tersiram air panas, di area paha kanan kiri sampai bawah
lutut, kejadian itu terjadi pada pukul 18.00 WIB sampai di IGD pasien dilakukan medikasi.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga pasien mengatakan anaknya belum pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya, tidak punya riwayat alergi.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan
menular.
5. Pemeriksaan fisik
KU
Kesadaran
Composmentis
Tanda-tanda vital
S : 36,68C, R : 24 x/menit, BB : 10 kg
1) Mata
2) Hidung
3) Telinga
4) Leher
Sonor
Jantung : I
Pekak
Bunyi I : II terdengar
Kepala
Dada
Paru :
Abdomen :I
Ektremitas
Atas
Bawah :
tpm.
Genetalia
Kemerahan
Kulit
6. Pemeriksaan penunjang
8. Data fokus
a. DS : Keluarga mengatakan An. S tersiram air panas.
b. DO :
1) Luka bakar pada kedua paha kanan kiri sampai bawah lutu
2) Terdapat bulla
3) Dasar luka berwarna kemerahan
4) Kerusakan pada epidermis
5) Vital sign : N : 108 x/menit, S : 36,6C, RR : 24 x/menit
B. Analisa Data
N
o
Data
Etiologi
Problem
DS
1. : Keluarga mengatakan An. S
Adanya luka
Gangguan rasa
bakar
nyaman nyeri
An. S menangis
(combustio)
kemerahan
DS
2. : -.
Terdapat bulla
Kerusakan pada epidermis
Adanya luka
Defisit volume
cairan
BB : 10 kg
bakar
(Combustio)
RR : 24 x/menit
-
C. Prioritas Masalah
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan adanya luka bakar.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka bakar.
D. Intervensi
1. Dx. I
Tujuan
Kriteria hasil :
a.
Intervensi :
a.
Kriteria hasil :
a.
E. Implementasi
No.
Dx
I,II
Hari/tgl/
Implementasi
jam
Sabtu, - Mengkaji KU pasien
Respon
KU : sedang
8-032008
- Observasi tanda-tanda vital
dan skala nyeri
N : 108 x/menit,
S : 36,6C,
II
II
- Menimbang BB pasien
00.35 - Membantu medikasi
- Mengalihkan perhatian
Rr : 24 x/menit
BB 10 kg
Luka tampak bersih
Pasien masih
menangis
Infus RL masuk 10
tpm
Keluarga kooperatif
Pasien digendong
bangsal
ibunya
F. Evaluasi
No.
Hari/taggal/jam
Evaluasi
Ttd
Dx
I
Sabtu
08 Maret 2008
01.15
Intervensi dilanjutkan
Sabtu
08 Maret 2008
01.15
elektrolit
: :
Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA