Você está na página 1de 25

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan bendabenda yang menghasilkan panas (api, cairan dan panas, dan listrik) atau zat-zat yang bersifat
membakar (asam kuat, basa kuat).
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun
jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas
atau penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan
integritas kulit dan kematian sel-sel.

B. Etiologi
Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit tetapi juga amat
mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Seluruh sistem tubuh menunjukkan perubahan
reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar. Dan pada pasien dengan
luka bakar yang luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkomposisi sehingga timbul
berbagai macam komplikasi.
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bekas
dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal : suhu benda yang
membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas, api, air panas, minyak panas), listrik,
zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi, kebakaran, ruangan yang tertutup. Faktorfaktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :

1. Keluasan luka bakar.


2. Kedalaman luka bakar
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
5. Fraktur atau luka-luka lain yang menyerupai
6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti : diabetes, jantung, ginjal dan lain-lain
7. Obesitas
8. Adanya trauma inhalasi
Keparahan cidera luka di klasifikasikan berdasarkan pada resiko mortalitas dan
resiko kecacatran fungsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keparahan cidera termasuk
sebagai berikut :
1. Kedalaman luka bakar
Kerusakan kulit akibat luka bakar sering kali digambarkan sesuai dengan kedalaman
cidera dan digolongkan dengan istilah ketebalan partial dan ketebalan penuh, yang
berhubungan dengan berbagai lapisan kulit.
Umumnya luka bakar mempunyai kedalaman yang tidak sama. Setiap area luka bakar
mempunyai tiga zona cidera. Area terdalam merupakan area yang paling banyak mengalami
kerusakan dan zona terluar mengalami paling sedikit kerusakan.
Area yang paling dalam disebut zona koagulasi, dimana terjadi kematian selular. Area
pertengahan di sebut zona statis, tempat terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi, dan

cidera jaringan. Area yang terluar disebut zona hiperemia. Zona ini biasanya berhubungan
dengan luka bakar derajat I, yang seharusnya sembuh dalam seminggu.
Luka bakar ketebalan partial (partial thickness burn). Luka bakar ketebalan partial
dibedakan menjadi luka bakar superfisial (superfisial thickness burn) dan luka bakar
ketebalan partial dalam (partial thickness burn). Luka bakar ketebalan partial superfisial
(superfisial partial thickness burn) (yaitu luka bakar derajat I) merusak epidermis. Luka bakar
akibat terjemur matahari merupakan contoh dari tipe ini. Pada awalnya terasa nyeri dan
kemudian gatal akibat stimulasi reseptor sensoris. Biasanya akan sembuh dengan spontan
tanpa meninggalkan jaringan parut.
Cedera ketebalan partial dalam (deep dermal partial thickness burn) (yaitu luka bakar
derajat II) mengenai lapisan epidermis dan dermis, termasuk kelenjar keringat dan sebasea,
saraf sensoris dan motorik, kapiler, folikel rambut. Luka bakar ini akan terasa nyeri dan
berwarna merah-pink, dan akan membentuk lepuh serta edema subkutan. Tergantung pada
kedalamannya, luka ini akan sembuh dalam 3 sampai 35 hari. Jika luka ini mengalami
infeksi, atau suplai darahnya mengalami gangguan maka luka ini akan berubah menjadi luka
bakar ketebalan penuh.
Luka bakar ketebalan penuh (fullthickness burn). Biasanya disebut juga luka bakar
derajat III yang mengenai lapisan lemak. Lapisan ini mengandung kelenjar keringat dan akar
folikel rambut. Semua lapisan epidermis mengalami kerusakan. Luka akan tampak berwarna
putih, merah, coklat, atau hitam. Luka tidak akan menimbulkan rasa sakit karena semua
reseptor sensoris telah mengalami kerusakan total.
2. Keparahan luka bakar
Cedera luka bakar dapat berkisar dari lepuh kecil sampai luka bakar masif
derajat III. Cedera luka bakar dikategorikan ke dalam luka bakar minor, sedang, dan mayor.

Cedera luka bakar minor. Cedera luka bakar minor adalah cedera ketebalan
partial yang kurang dari 15% LPTT (luas permukaan tubuh total) pada orang dewasa dan
10% LPTT pada anak-anak, atau cedera ketebalan penuh kurang dari 2% LPTT. Pasien
dengan luka bakar minor.
Cedera luka bakar mayor. Pasien dengan luka bakar mayor biasanya dibawa ke
fasilitas perawatan luka bakar khusus setelah mendapatkan perawatan kedaruratan di tempat
kejadian.
3. Lokasi luka bakar
Luka bakar pada kepala, leher dan dada seringkali mempunyai kaitan dengan
komplikasi pulmonal. Luka bakar yang mengenai wajah sering menyebabkan abrasi kornea.
Luka bakar pada telinga membuat mudah terserang kondritis aurikular dan rentan terhadap
infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Luka bakar pada tangan dan persendiaan sering
membutuhkan terapi fisik dan okupasi yang lama dan memberikan dampak kehilangan waktu
untuk bekerja dan atau kecacatan fisik menetap serta kehilangan pekerjaan. Luka bakar pada
area perineal membuat mudah terserang infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan feses.
Luka bakar sirkumferensial ekstremitas dapat menyebabkan efek seperti penebalan pembuluh
darah dan mengarah pada gangguan vaskular distal. Luka bakar sirkumferensial toraks dapat
mengarah pada inadekuat ekspansi dinding dada dan insufisiensi pulmonal.
4. Agen penyebab luka bakar
Luka bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan agen yang menyebabkan
terjadinya luka bakar, termasuk : termal, listrik, kimia, radiasi.
5. Ukuran luka bakar
Ukuran luka bakar (presentase cedera pada kulit) ditentukan dengan salah satu
dari dua metoda : a) rule of nine dan b) diagram bagan Lund dan Browder yang spesifik
dengan usia. Ukuran luka ditunjukkan dengan presentasi LPTT (luas permukaan tubuh total).

Ketepatan penghitungan bervariasi bergantung pada metoda yang digunakan untuk


memperkirakan luasnya luka bakar yang terjadi.

6. Usia korban luka bakar


Usia pasien mempengaruhi keparahan dan keberhasilan dalam perawatan luka
bakar. Angka kematian terjadi lebih tinggi jika luka bakar terjadi pada anak-anak yagn
berusia dari 4 tahun, terutama mereka dalam kelompok usia 0-1 tahun dan pasien berusia di
atas 65 tahun.

C. Manifestasi Klinis
Pada pasien yang mendapatkan resusitasi cairan yang akan kembali normal pada 24
jam pertama post luka bakar, pemberian volume plasma selama 24 jam kedua, curah jantung
akan meningkat pada tingkat hipermetabolik dan secara bertahap akan kembali pada tingkat
yang lebih normal bersamaan dengan menutupnya luka.
Respons renalis. Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma ke
ginjal dan GFR (Laju Filtrasi Glomerular) akan menurun yang mengakibatkan haluaran urine.
Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskular tidak adekuat atau jika resusitasi cairan
terlambat di berikan, maka akan memungkinkan terjadinya gagal ginjal akut. Dengan
resusitasi cairan yang adekuat, maka cairan interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskular
dan terjadi fase diuresis.
Respon gastrointestinal. Respon umum yang biasanya terjadi pada pasien luka bakar >
20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek
respon hipovolemik dan neurologik, serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.
Pemasangan NGT akan mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan potensial

aspirasi. Dengan resusitasi yang adekuat, aktivitas gastrointestinal akan kembali normal pada
24-48 jam setelah luka bakar.

Respon imunologi. Respon imunologik dibedakan dalam 2 kategori

yaitu : respon

barier mekanik dan respon imun selular. Sebagai barier mekanik, kulit berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan diri yang penting dari organisme yang mungkin masuk. Terjadinya
gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh.
Burn Shock atau syok luka bakar, merupakan komplikasi yang seringkali dialami
pasien dengan luka bakar luas karena hipovolemik yang terjadi segera diatasi. Manifestasi
sistemik tubuh terhadap kondisi ini (Burgess, 1991) adalah berupa : respons kardiovaskular.
Perpindahan cairan intravaskular ke ekstra vaskuler melalui kebocoran kapilernya
menggambarkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti
dengan penurunan curah jantung, hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada
organ mayor, edema menyeluruh.

D. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh, panas
tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, luka bakar
dikategorikan sebagai luka bakar termal, radiasi, atau luka bakar kimiawi.
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun
jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas
atau penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan
integritas kulit dari kematian sel-sel.

E. Komplikasi
Komplikasi yang sering kali dialami oleh pasien luka bakar yang luas antara lain :
curling ulcer, sepsis, pneumoni, gagal ginjal, defermitas, kontraktur, hipertrofi jaringan yang
parut, dan dekubitus.
1. Hipertrofi jaringan parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami
pasien pada luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih jaringan parut mengalami
pembentukan secara aktif pada 6 bulan post luka bakar dengan warna awal merah muda dan
menimbulkan rasa gatal, pembentukan jaringan parut terus berlangsung dan berwarna
berubah menjadi merah, merah tua sampai coklat dan teraba keras atau tegang, setelah 12-18
bulan, jaringan parut akan mengalami tahap maturasi dan warna menjadi coklat muda dan
teraba lebih lembut atau lemas.
Pembentukan hipertrofi jaringan parut ini tidak dapat dicegah tetapi dengan
tindakan konservatif dapat diantisipasi sejak minggu-minggu awal fase penyembuhan luka
(fase pembentukan kolagen). Sering kali tindakan pembedahan juga diperlukan untuk
mengatasi jaringan parut terutama jika mempengaruhi fungsi gerak atau sendi,
mengakibatkan mobilitas dan mengganggu kenyamanan serta citra tubuh pasien, pembedahan
yang dilakukan bisa tergantung berulang kali (perlu lebih dari sekali tindakan pembedahan).
2. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau
mengurangi komplikasi kontraktur adalah pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
(awal cedera luka bakar). Ambulasi yang diakibatkan 2-3 kali/hari sesegera mungkin
(perhatikan jika ada fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misal : IV
lines, NGT, monitor EKG, dan lain-lain) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasi pasif).

Presure garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang


bertujuan menekan timbulnya hipertrofi scar, di mana penggunaan presure garment ini dapat
menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.

F. Penatalaksanaan Luka
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan luka yaitu,
penyembuhan luka, infeksi dan penanganan luka.
1. Penyembuhan luka
Proses penyembuhan luka terbagi dalam tiga fase :
a. Fase inflamasi
Adalah fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca
luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskular dan proliferasi selular. Daerah luka
mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotinin, mulai timbul epitelesasi.
b. Fase fibroblastik
Fase yang dimulai pada hari ke-4 20 pasca luka bakar. Pada fase ini
timbul sebutan fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai
jaringan gravulasi yang berwarna kemerahan.

c. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan, kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan
aktivitas selular dan vaskular, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan
berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan
parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka, baik
yang bersifat menghambat maupun yang mendukung penyembuhan luka. Oleh karena itu

amatlah penting mengetahui riwayat kesehatan pasien, penyakit terdahulu dan kebiasaan
hidup pasien (seperti merokok, minum alkohol dan lain-lain).

2. Infeksi
Masalah utama yang sering kali dialami pasien luka bakar yaitu terjadinya
infeksi yang kemudian berakhir dengan sepsis, oleh karena itu amatlah penting bagi seorang
perawat untuk mampu mengidentifikasi adanya infeksi secara klinis dapat didefinisikan
sebagai pertumbuhan organisme pada luka yang berhubungan dengan reaksi jaringan.
3. Penanganan luka
Penanganan luka merupakan hal yang sangat penting dalam menangani pasien
luka bakar, baik untuk mencegah infeksi maupun menghindari terjadinya sindrom
kompartemen karena adanya luka bakar circumferencial. Ada berbagai macam hal yang dapat
dilakukan dalam menangani luka bakar sesuai dengan keadaan luka yang dialami pasien.
a. Pendinginan luka
Mengingat sifat kulit adalah sebagai penyimpan panas yang terbaik (heat
restore) maka pada pasien yang mengalami luka bakar tubuh masih tetap menyimpan energi
panas beberapa menit setelah terjadinya trauma panas. Oleh karena itu tindakan pendingin
luka perlu dilakukan untuk mencegah pasien berada pada zona luka bakar lebih dalaml,
tindakan ini juga dapat mengurangi perluasan kerusakan fisik sel. Mencegah dehidrasi dan
membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri.
b. Debridemen
Tindakan debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dari jaringan
nekrosis atau bahan lain yang menempel pada luka. Tindakan ini bisa dilakukan pada saat

tindakan pembedahan, tindakan debridement ini penting dilakukan untuk mencegah


terjadinya infeksi luka dan mempercepat proses penyembuhan luka.

c. Tindakan pembedahan
Luka bakar mengakibatkan terjadinya jaringan parut, jaringan parut
merupakan jaringan dermis dan epidermis yang berisi protein yang terkoagulasi yang dapat
bersifat progresif (Sidik, 1982) pada luka bakar circumferenial jaringan luka besar yang
terbentuk akan mengeras dan menekan pembuluh darah sehingga memerlukan tindakan
eskarotomi.
Eskarotomi merupakan tindakan pembedahan utama untuk mengatasi
perfusi jaringan yang tidak adekuat karena adanya eschar yang menekan vaskular
(Ignativicius, D, 1991 : 385). Tindakan yang dilakukan hanya berupa insisi dan bukan
membuang eschar. Apabila tindakan ini tidak dilakukan maka akan mengakibatkan tidak
adanya aliran darah ke pembuluh darah dan terjadi hipoksia serta iskemia jaringan.
d. Terapi isolasi dan manipulasi lingkungan
Luka bakar mengakibatkan imunosupresi (penekanan sistem imun) tubuh
selama tahap awal cedera. Oleh karenanya pasien luka bakar memerlukan ruangan khusus
dengan suhu, ruangan yang dapat diatur, udara bersih, serta terpisah dari pasien lain yang bisa
menimbulkan infeksi silang.

G. Resusitasi Cairan
1. Pemilihan cairan

Karena cairan luka mirip dengan plasma, maka larutan elektrolit yang
memiliki kandungan paling mirip dengan elektrolit plasma muncul sebagai cairan resusitasi
yang efektif untik mengatasi sindrom syok. Larutan garam hipertonik yang mengandung 250
mg natrium klorida/liter. Manfaat utama larutan hipertonik adalah volume yang diperlukan
akan lebih kecil dalam 24 jam pertama pasca luka bakar.

2. Resusitasi dalam 24 jam pertama


Kebutuhan cairan selama 24 jam pertama pasca luka bakar berkaitan langsung
dengan ukuran tubuh pasien dan luas cidera.. Perkiraan kebutuhan cairan resusitasi pada
pasien luka bakar, menurut metode New York Hospital
24 jam pertama

Dewasa
Larutan RL

Anak-anak
Larutan LL

pasca luka

4 mL/kg/% luka bakar

4 mL/kg/% ditambah

bakar

10 kg pertama 100 ml/kg


10 kg kedua 50 ml/kg

24 jam kedua

Ds/W ditambah larutan

10 kg ketiga 20 ml/kg
Ds / saline 0,45%

pasca luka

yang mengandung koloid

ditambah larutan yang

bakar

0,5 ml/kg/% luka bakar

mengandung koloid + 0,5


ml/kg/% luka bakar

3. Resusitasi pada 24 jam ke-2


Komponen cairan utama untuk resusitasi pada hari kedua adalah air yang
cukup untuk menghasilkan keluaran urin yang adekuat.
4. Pemantauan resusitasi
Keluaran urin merupakan pemantauan keadekuatan resusitasi yang paling
mudah dan efektif. Volume urin yang diharapkan adalah antara 40-60 ml/jam (orang dewasa),
1 ml/kg BB/jam

H. Pengkajian
1. Adanya nyeri
2. Tipe luka
3. Berat luka
4. Permukaan tubuh yang terkena
I. Fokus Diagnosa Keperawatan
1. Defisiti volume cairan berhubungand engan peningkatan kebocoran kapiler dan perpindahan
banyak cairan dari intravaskular ke ruang interstitial fase resusitasi.
Tujuan

: Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta perfusi organ


vital.

Kriteria hasil :
a.

TTV pasien dalam batas normal.

b. Tidak terjadi sianosis


c.

Pasien tenang, tidak gelisah

d. Produksi urin > 30 ml/menit


e.

Hematokrit darah normal : 37-43 %

Intervensi :
a.

Pantau tanda-tanda vital tiap 2 jam termasuk tekanan vena sentral (jika terpasang
CVP) , haluaran urine.

b. Dapatkan BB pasien saat masuk, timbang BB tiap hari.


c.

Pantau dan catat masukan cairan.

d. Berikan penggantian cairan IV dan elektrolit dengan kolaborasi dokter.


e.

Pantau hasil pemeriksaan elektrolit serum dan hematokrit.

Evaluasi :
Dengan resusitasi cairan yang adekuat, keseimbangan cairan diperkirakan tercapai dalam
24 26 jam.
2. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema trakea pelepasan (rontok)
epidermal jalan nafas, dan depresi siliaris pulmonal akibat cidera inhalasi.
Tujuan

: Mempertahankan potensi jalan nafas dan bersihan nafas adekuat.

Kriteria hasil :
a.

Frekuensi nafas pasien dalam batas normal.

b. Jalan nafas pasien tetap paten dengan adanya cidera.


Intervensi :
a. Pertahankan potensi jalan nafas melalui pengaturan posisi pasien yang tepat, pantau
tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan.
b. Berikan O2 yang huminifier.
c.

Berikan dorongan kepada pasien untuk batuk efektif, nafas dalam dan lakukan
penghisapan lendir jika diperlukan.

d. Berikan AGD, saturasi O2.


e.

Lakukan nebulisasi.

f.

Siapkan pasien untuk tindakan trakeostomi (kolaborasi dengan dokter)

3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan luka bakar sirkumferensial yang
menyebabkan konstriksi.
Tujuan

: Perfusi jaringan perifer adekuat.

Kriteria hasil :
a.

Perfusi jaringan adekuat.

b. Tidak terjadi sianosis pada daerah distal.


c.

Sirkulasi perifer adekuat setelah tindakan eskarotomi.

Intervensi :
a.

Lepaskan semua perhiasan dan pakaian pasien yang ketat.

b. Kaji kedalaman luka bakar dan adanya luka bakar sirkumferensial serta lokasi luka
bakar.
c.

Kaji pengisian kapiler dari kulit yang tidak mengalami luka bakar pada ekstremitas
yang terkena luka bakar.

d. Kaji tingkat nyeri saat melakukan ROM aktif.


e.

Tinggikan lengan yang terkena di atas posisi jantung.

f.

Berikan dorongan untuk melakukan ROM aktif.

g.

Antisipasi dan siapkan pasien untuk eskarotomi, perawatan pasien eskarotomi : kaji
kecukupan sirkulasi, periksa nadi, perhatikan warna kulit, gerakan dan sensasi
ekstremitas yang terkena.

4. Nyeri berhubungan dengan luka bakar, pemajanan ujung saraf, pengobatan dan anestesi.
Tujuan

: Pasien akan lebih nyaman dengan mengungkapkan nyeri atau rasa tidak
nyaman terkontrol atau reda.

Kriteria hasil :
a.

Pasien dapat mengontrol nyeri yang dialami.

b. Ekspresi wajah dan posisi tubuh tampak rileks.


c.

Frekuensi nadi dan pernafasan dalam batas normal.

Intervensi :
a. Kaji respon pasien terhadap nyeri saat perawatan luka, terapi fisik dan saat
istirahat,
gunakan skala nyeri untuk mengkaji tingkat nyeri pasien.
b. Berikan obat sebelum melakukan prosedur rawat luka yang menyakitkan : 45 menit
untuk obat oral : 5-10 menit untuk obat IV.

c.

Jelaskan semua prosedur pada pasien, ajak pasien berkomunikasi saat memberikan
perawatan luka dan melakukan prosedur tertentu.

d. Anjurkan teknik relaksasi.


e.

Kaji terhadap kebutuhan akan obat pereda nyeri.

f.

Catat respon pasien, untuk mendapatkan terapi obat dan pengobatan.

g.

Gunakan teknik pengalihan perhatikan untuk mengalihkan nyeri.

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema nyeri dan kontraktus sendi.
Tujuan

: Pasien akan mengalami mobilitas fisik dengan dapat melakukan kembali


aktivitas kehidupan sehari-hari.

Kriteria hasil :
a.

Pasien mampu melakukan ROM aktif pada bagian yang mengalami luka bakar.

b. Mobilitas pasien optimal.


c.

Tidak terdapat tanda-tanda kontraktur sendi.

Intervensi :
a.

Kaji ROM dan kekuatan otot pada area luka bakar yang mempunyai
kecenderungan untuk terjadinya kontraktur setiap hari.

b.

Pertahankan area luka bakar dalam posisi fungsi fisiologik di dalam batas yang
dipertegas oleh cidera, penanduran kulit, alat terapeutik

c.

Jelaskan rasional untuk perubahan posisi dan aktivitas pada pasien, anggota
keluarga.

d.

Konsul pada ahli terapi okupasi dan fisioterapi untuk mendapatkan jadwal
rehabilitatif individual, sesuaikan jadwal dengan kebutuhan.

e.

Berikan dorongan untuk melakukan ROM aktif selama 2-4 jam ketika pasien
bangun, kecuali bila ada kontraindikasi karena prosedur penanduran kulit yang
baru dilakukan.

f.

Gunakan pressure dressing seperti verban elastik dan jobst pressure garment untuk
mencegah kontraktur dan mengatasi hipertrofi jaringan parut yang dapat
menghambat mobilitas.

ASUHAN KEPERAWATAN GADAR DENGAN LUKA BAKAR

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian

: 8 Maret 2008

Jam pengkajian

: 00.30 Wib

1. Pengkajian awal
a. Airway maintenance
1) Pasien bernafas spontan
2) Kesadaran : CM
3) Bicara jelas
4) Irama nafas teratur
b. Breathing
1) RR : 24 x/menit, spontan
2) Cappilary refill normal
3) Warna kulit kemerahan (bagian luka bakar)
4) Pengembangan dada dan diafragma simetris
c. Cirkulation
N : 108 x/menit, S : 36,6C
2. Pengkajian dasar
a. Identitas pasien
1) Nama

: An. S

2) Tempat/tanggal lahir

: Boyolali, 05 Mei 2006

3) Umur

: 22 bulan

4) Jenis kelamin

: Perempuan

5) Alamat

: Banyudono, Boyolali

6) Suku

: Jawa

7) Bangsa

: Indonesia

8) Agama

: Islam

b. Identitas penanggung jawab


1) Nama

Tn. A

2) Umur

39 tahun

3) Jenis kelamin

: Laki-laki

4) Suku/bangsa

: Jawa/ Indonesia

5) Pekerjaan

: Swasta

6) Hubungan dg pasien

: Ayah

3. Keluhan utama

: Anak menangis

4. Riwayat keperawawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang di IGD RS PKU Muhammadiyah Surakarta pada pukul 00.30 WIB,
keluarga pasien mengatakan pasien tersiram air panas, di area paha kanan kiri sampai bawah
lutut, kejadian itu terjadi pada pukul 18.00 WIB sampai di IGD pasien dilakukan medikasi.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga pasien mengatakan anaknya belum pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya, tidak punya riwayat alergi.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan
menular.

5. Pemeriksaan fisik
KU

Menangis, skala nyeri

Kesadaran

Composmentis

Tanda-tanda vital

S : 36,68C, R : 24 x/menit, BB : 10 kg

1) Mata

Simetris, an anemis, penglihatan baik

2) Hidung

Simetris, bersih, tidak ada polip

3) Telinga

Simetris, bersih, tidak ada serumen

4) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Pengembangan dada simetris

Fremitus, raba kanan kiri sama

Sonor

Suara nafas vaskular

Jantung : I

Ictus cordis tidak tampak

Ictus cordis kuat angkat

Pekak

Bunyi I : II terdengar

Permukaan dada = perut

Peristaltik usus 20 x./menit

Perut tidak kembung

Tidak teraba masa

Kepala

Dada
Paru :

Abdomen :I

Ektremitas

Atas

Bergerak bebas, tangan kanan di pasang infus RL 10

Bawah :

Luka bakar kedua paha kanan kiri sampai bawah lutut,

tpm.

kerusakan pada epidermis (terdapat bulla), dasar luka


berwarna kemerahan (luka bakar derajat II, 14 %)
h.

Genetalia

Kemerahan

Kulit

Turgor kulit sedang.

6. Pemeriksaan penunjang

7. Program therapi IGD


a. Bioplacenton
b. RL 20 tpm

8. Data fokus
a. DS : Keluarga mengatakan An. S tersiram air panas.
b. DO :
1) Luka bakar pada kedua paha kanan kiri sampai bawah lutu
2) Terdapat bulla
3) Dasar luka berwarna kemerahan
4) Kerusakan pada epidermis
5) Vital sign : N : 108 x/menit, S : 36,6C, RR : 24 x/menit

B. Analisa Data
N
o

Data

Etiologi

Problem

DS
1. : Keluarga mengatakan An. S

Adanya luka

Gangguan rasa

tersiram air panas.

bakar

nyaman nyeri

An. S menangis

(combustio)

Dasar luka berwarna

kemerahan
DS
2. : -.

Terdapat bulla
Kerusakan pada epidermis
Adanya luka

Defisit volume
cairan

BB : 10 kg

bakar

N : 108 x/menit, S : 36,6C,

(Combustio)

RR : 24 x/menit
-

Luka bakar derajat II

C. Prioritas Masalah
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan adanya luka bakar.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka bakar.

D. Intervensi

1. Dx. I
Tujuan

: Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta perfusi organ


vital.

Kriteria hasil :
a.

Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.

b. Tidak terjadi sianosis


c.

Pasien tenang, tidak gelisah.

Intervensi :
a.

Pantau tanda-tanda vital tiap 2 jam

b. Timbang berat badan


c.

Anjurkan keluarga untuk memberikan minuman pada anaknya yang banyak

d. Kolaborasi dengan dokter dalam penggantian cairan IV dan elektrolit.


2. Dx. II
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam pasien tampak rileks


dan tidak menangis.

Kriteria hasil :
a.

Anak tampak rileks

b. Anak tidak menangis


Intervensi :
a.

Kaji skala nyeri saat perawatan luka.

b. Berikan perawatan pada luka bakar.


c.

Ajak pasien komunikasi saat perawatan luka.

d. Alihkan perhatian pasien saat perawatan luka.


e.

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.

E. Implementasi
No.
Dx
I,II

Hari/tgl/

Implementasi
jam
Sabtu, - Mengkaji KU pasien

Respon
KU : sedang

8-032008
- Observasi tanda-tanda vital
dan skala nyeri

N : 108 x/menit,
S : 36,6C,

II
II

- Menimbang BB pasien
00.35 - Membantu medikasi
- Mengalihkan perhatian

Rr : 24 x/menit
BB 10 kg
Luka tampak bersih
Pasien masih

pasien saat perawatan luka


00.45 - Membantu memasang infus

menangis
Infus RL masuk 10

01.00 - Menganjurkan keluarga

tpm
Keluarga kooperatif

untuk banyak minum


01.30 - Mengantar pasien ke

Pasien digendong

bangsal

ibunya

F. Evaluasi
No.

Hari/taggal/jam

Evaluasi

Ttd

Dx
I

Sabtu

08 Maret 2008

Pasien mau minum, infus RL masuk 10 tpm

01.15

Masalah teratasi sebagian

Intervensi dilanjutkan

- Observasi keadaan umum pasien dan tanda-tanda


vital
- Anjurkan keluarga untuk banyak minum pada anak
- Kolaborasi dokter dalam pemberian cairan IV dan
II

Sabtu
08 Maret 2008
01.15

elektrolit
: :

Pasien kadang masih menangis, wajah tampak

sedikit rileks, skala nyeri


:

Masalah teratasi sebagian

Intervensi dilanjutkan

- Berikan perawatan pada luka bakar


- Alihkan perhatian pasien pada saat perawatan luka

DAFTAR PUSTAKA

Efendy, Christantie, 1999, Perawatan Luka Bakar, EGC, Jakarta.


Moorhouse Geissler, Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
Seymoun I, Schwartz, 2000, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta.

Você também pode gostar

  • Angina Pectoris
    Angina Pectoris
    Documento6 páginas
    Angina Pectoris
    Raditio Bismo Prabowo II
    Ainda não há avaliações
  • Tugas
    Tugas
    Documento7 páginas
    Tugas
    Raditio Bismo Prabowo II
    Ainda não há avaliações
  • Handout k3
    Handout k3
    Documento12 páginas
    Handout k3
    kalisuren
    Ainda não há avaliações
  • Isi Makalah
    Isi Makalah
    Documento8 páginas
    Isi Makalah
    Raditio Bismo Prabowo II
    Ainda não há avaliações
  • Jiwa Masayu
    Jiwa Masayu
    Documento3 páginas
    Jiwa Masayu
    meisiarisandi
    Ainda não há avaliações
  • Komunikasi Terapeutik
    Komunikasi Terapeutik
    Documento1 página
    Komunikasi Terapeutik
    Meisi Arisandi
    Ainda não há avaliações
  • Jiwa Masayu
    Jiwa Masayu
    Documento3 páginas
    Jiwa Masayu
    meisiarisandi
    Ainda não há avaliações
  • Kebutuhan Nutrisi
    Kebutuhan Nutrisi
    Documento14 páginas
    Kebutuhan Nutrisi
    Depri Entoni
    Ainda não há avaliações
  • Anita
    Anita
    Documento7 páginas
    Anita
    meisiarisandi
    Ainda não há avaliações
  • Perencanaan Dan Daftar Pustaka
    Perencanaan Dan Daftar Pustaka
    Documento5 páginas
    Perencanaan Dan Daftar Pustaka
    meisiarisandi
    Ainda não há avaliações
  • Tugas
    Tugas
    Documento7 páginas
    Tugas
    Raditio Bismo Prabowo II
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Keperawatan Gadar Dengan Luka Bakar Pada An
    Asuhan Keperawatan Gadar Dengan Luka Bakar Pada An
    Documento25 páginas
    Asuhan Keperawatan Gadar Dengan Luka Bakar Pada An
    meisiarisandi
    Ainda não há avaliações
  • Kerjasama Tim
    Kerjasama Tim
    Documento8 páginas
    Kerjasama Tim
    Raditio Bismo Prabowo II
    Ainda não há avaliações
  • Kualitatif
    Kualitatif
    Documento5 páginas
    Kualitatif
    meisiarisandi
    Ainda não há avaliações