Você está na página 1de 44

ANALISIS KONSEP KELAS X SMESTER I

MATERI POKOK : IKATAN KIMIA


No
1

Label
konsep
Ikatan
kimia

Defenisi
konsep

Gaya tarik
antara 2 atom
yang sama
atau berbeda
dalam suatu
molekul
merupakan
ikatan kimia
Kestabilan Atom-atom
unsur
yang
elektron
valensinya
terisi penuh
elektron
merupakan
kestabilan
unsur
Senyawa
Senyawa
ion
yang
ikatannya
terjadi akibat
adanya serah
terima

Atribut konsep

Jenis
konsep

Atribut Kritis

Konsep

yang

menyangkut
prinsip

Gaya tarik
Atom
Molekul
Ikatan
kimia

Atribut
Variabel
Jenis
molekul

Unsurunsur
golongan
gas mulia

Konsep

yang
menyangkut
prinsip

Unsurunsur
logam dan
non logam
selain
golongan

Subordinat
Kestabilan
unsur

Koordinat

Konsep
Atom
yang
Elektron
menyangkut
Elektr
prinsip
on
valensi
Kestab
ilan
unsur
Serahterim
aelektron
Ion positif
Ion
negative
Konfigura

Kedudukan konsep

Senyawa
ion

Konfigu
rasi
elektron
Elektron
valensi

OktetDuplet
Serah
terima
elektron
Pemakaia
nbersama
elektron

Contoh

Non
contoh

Superordinat
Atom (unsur) CO2

1 L He
diisi
kedalam
balon
mainan

Atom (unsur)

Ikatan ionik Serah terima


elektron

He : 2

Be: 2 2

MgCl2

CH3CO
OH

Senyawa
kovalen

Senyawa
kovalen
polar

elektron
sehingga
membentuk
ion positif
dan negative
yang
konfigurasi
elektronnya
sama dengan
gas mulia
merupakan
senyawa ion
Senyawa
yang
terbentuk
karena
penggunaan
bersama
pasangan
elektron
merupakan
senyawa
kovalen
Pasangan
elektron
bebas yang
digunakan
secara tidak
merata
merupakan
senyawa
kovalen
polar

sielektron
Gas mulia
Senyawa
ion

gas mulia

Konsep

yang
menyangkut
prinsip

Penggunaa
n bersama
pasangan
elektron
Senyawa
kovalen

Unsurunsur non
logam dan
non logam
selain
golongan
gas mulia

Senyawa
kovalen
polar dan
kovalen
non polar

Konsep

menyangkut
proses

Pasangan
elektron
bebas
Merata
Kovalen
polar

Jenis
kepolaran
senyawa
kovalen.

Kovalen
non polar

Ikatan
kovalen
tunggal
Ikatan
kovalen
rangkap
dua
Ikatan
kovalen
rangkap
tiga
Ikatan
senyawa
kovalen

Penggunaan
bersama
pasangan
elektron

Geometri
molekul
Keelektronegatifan

NH3

H2O

CCl4

Senyawa
kovalen
non polar

Pasangan
elektron
bebas yang
digunakan
secara
merata
merupakan
senyawa
kovalen non
polar

Konsep

menyangkut
proses

Pasangan
elektron
bebas
Merata
Kovalen
non polar

Jenis
kepolaran
senyawa
kovalen.

Ikatan
senyawa
kovalen

Geom
Cl2
etri
mole
kul
Keele
ktronegatifan

HCl

Sumber :
Hidayat,Riandi(2013).PanduanBelajarKimiaIA..Jakarta;Yudhistira.\
Muchtaridi.,Justiana,S(2007).Kimia.SMA/MAKelasX.Bandung:Quadra.
Purba,Michael(2006).KimiaJilidIuntukSMAKelasX.Jakarta:Erlangga.

Rabu, 30 November -0001 | 00:00 WIB

Dalam laporan tersebut Anies menunjukkan data buruknya wajah pendidikan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir, antara lain:
1. Sebanyak 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan.
2. Nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5. Padahal, nilai standar kompetensi guru adalah 75.

3. Indonesia berada dalam peringkat 40 dari 40 negara, pada pemetaan kualitas pendidikan, menurut lembaga The Learning
Curve.
4. Dalam pemetaan di bidang pendidikan tinggi, Indonesia berada di peringkat 49, dari 50 negara yang diteliti.
5. Pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64, dari 65 negara yang dikeluarkan oleh lembaga Programme for International
Study Assessment (PISA), pada tahun 2012. Anies mengatakan, tren kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA pada
tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012, cenderung stagnan.
6. Indonesia menjadi peringkat 103 dunia, negara yang dunia pendidikannya diwarnai aksi suap- menyuap dan pungutan liar.
Selain itu, Anies mengatakan, dalam dua bulan terakhir, yaitu pada Oktober hingga November, angka kekerasan yang
melibatkan siswa di dalam dan luar sekolah di Indonesia mencapai 230 kasus. Kejahatan terorganisir juga menjadi masalah
dalam pendidikan di Indonesia. Bahkan mengenai kejahatan terorganisir di bidang pendidikan ini Indonesia berada di
peringkat 109 dunia.
http://jurnal.selasar.com/budaya/anies-baswedan-nyatakan-pendidikan-indonesia-gawat-darurat

a, 6 September 2016 - 13:08 wib

JAKARTA - Salah satu permasalahan dalam pendidikan di Indonesia adalah ketidaksetaraan kualitas pendidikan yang didapatkan
oleh siswa yang berada di kota dengan di daerah-daerah terpencil lainnya. Hal itulah yang membuat pertumbuhan pendidikan di
Indonesia tidak merata.
Melalui laporan pemantauan pendidikan global oleh UNESCO ini, maka negara bisa melihat gambaran besar mengenai pemetaan
dunia dalam membuat suatu kemajuan. "Hanya 23 persen saja anak yang bisa menyelesaikan pendidikan sampai ke sekolah
menengah. Jadi kita mendorong agar anak-anak bisa menyelesaikan pendidikan mereka," ungkap Analis Kebijakan Senior, Laporan
GEM (Global Education Monitoring), Dr Manos Antoninis di Gedung Kemdikbud Jakarta, Selasa (6/9/2016).
Saat ini terdapat 15 juta orang kurang mampu dari negara berpendapatan rendah. Pendidikan yang perlu diraih oleh anak-anak bukan
hanya pada membaca dan menulis. "Tapi bagaimana konten tersebut bisa cocok dengan tempat mereka," ucapnya.

Sementara itu, Direktur dan Perwakilan, UNESCO Jakarta, Dr Shahbaz Khan menambahkan, sarana dan prasaran juga diperlukan
karena penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. "Kita juga membutuhkan guru yang baik. Pengajaran dan pelatihan yang
baik adalah suatu upaya agar manfaat pendidikan tersebut bisa dinikmati oleh semua orang.
Staf Ahli Mendikbud, Ananto Kusuma Seta menambahkan tidak mudah untuk bisa mempercepat pencapaian pendidikan dalam
Suistanable Development Goals sampai 2030, karena urusannya banyak sekali salah satunya adalah usulan budget.
"Banyak negara yang tidak dialokasikan budget yang tidak layak untuk pendidikan karena budget mereka kecil," tambahnya.
(sus)
http://news.okezone.com/read/2016/09/06/65/1482478/ketidaksetaraan-jadi-masalah-pendidikan-di-indonesia

Perkembangan Pendidikan Indonesia


31 Agustus 2014 18:00:47 Diperbarui: 18 Juni 2015 02:00:13 Dibaca : Komentar : Nilai :
Indonesia adalah sebuah Negara berkembang di suatu kawasan Asia yang lebih tepatnya Asia tenggara yang juga masih termasuk
kawasan yang berkembang . Didalam sebuah Negara dan kawasan berkembang ada beberapa faktor yang sangat dibutuhkan agar
dapat menjadi Negara maju ,beberapa faktor yang dibutuhkan untuk mengembangkan Negara menjadi Negara yang maju yaitu :
sumber kekayaan alam dan sumber daya manusia . Namun sumber kekayaan alam tidak akan berguna tanpa ditunjang dari kualitas
sumber daya manusianya sendiri , berdasarkan hal tersebut lah sebagai Negara berkembang Negara Indonesia harus meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia dari Indonesia.

Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia
sejak sedini mungkin ,dimulai dari play group/Paud ,TK , SD ,SLTP, SMA/SMK ,sampai ke Perguruan tinggi . Namun juga harus
meningkatkan kualitas pelatihan-pelatihan keterampilan diluar akademik.

Namun pendidikan di Indonesia masih begitu miris dan menyedihkan banyak hal yang harus diperbaiki dimulai dari penidikan usia
dini sampai perguruan tinggi . Salah satu yang menjadi kelemahan pendidikan di Indonesia adalah yang pertama bentuk kurikulumnya
, kurikulum di Indonesia terlalu banyak memaksa para pelajar untuk menghafal materi bahkan hanya dengan penjelasan dan hanya
membayangkan ,masih terlalu sedikit praktek yang dilakukan . sehingga membuat para pelajar sulit untuk memahami apa yang ia
pelajari .

Sedangkan untuk yang kedua adalah fasilitas yang masih belum merata kesemua wilayah di Indonesia . Memang tidak mudah untuk
memberikan fasilitas yang memadai untuk lebih dari 17ribu penduduk Indonesia terutama didaerah daerah pelosok, tetapi setidaknya
pendidikan di Indonesia harus memiliki fasilitas yang cukup untuk menunjang kualitas pendidikan dan membatu perkembangan
Negara Indonesia.

Untuk yang ketiga adalah masih rendahnya kualitas para pengajar di Indonesia ,masih banyak guru- guru yang belum memiliki
kemampuan pengajaran yang baik karena banyak rakyat Indonesia yang masih belum menghargai profesi seorang guru atau pengajar
dan juga masih kurangnya presiasi pemerintah untuk para guru guru di Indonesia .

Tetapi dewasa ini pendidikan di Indonesia sedikit mendapat angina segar ,karena beberapa pencanangan pencanangan dan juga
kebijakan kebijakan dari pemerintah . seperti : kebijakan pengembangan kualitas dan penambahan jumlah SMK di Indonesia yang
membuat para pelajar memiliki keterampilan lebih dan praktek yang memadai begitu juga di SMA dengan berlakunya kurikulum 2013
membuat pelajar mampu memaparkan sendiri apa yang ia pelajari sehingga para pelajar dituntut untuk memahami secara penuh bukan
uuntuk menghafal materi secara penuh .
Dan semakin banyaknya fasilitas yang di distribusikan ke daerah-daerah terpencil untuk meningkatkan kualitas sekolah dan tentu juga
untuk meningkatkan kualitas seumber daya manusianya itu sendiri , begitu juga peningkatan kualitas para guru dan pengajar salah satu
caranya adalah banyak seminar-seminar kepelatihan untuk menambah kemampuan guru dalam mengajar dan memahami keadaan para
muridnya dan juga pencanangan kebijakan kesejahteraan guru yang membuat semakin banyak yang berminat mengabdi sebagai guru
yang handal sehingga membuat guru lain merasa perlu untuk berkambang supaya meningkatkan daya saingnya.

Semoga dengan perkembangan perkembangan ini mempercepat perkembangan Negara Indonesia dan membuat Negara Indonesia
menjadi Negara maju di Asia . Namun semua itu akan menjadi sia sia tanpa ada kemauan dan kontribusi kita sebagai salah satu bagian
dari sumber daya manusia . Karenanya marilah bersama membangun negeri kita bersama.
http://www.kompasiana.com/aswinbimos13/perkembangan-pendidikan-indonesia_54f983bfa33311f1068b52ba

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA SAAT INI


Tuesday 27 November 2012
Secara umum hasil pendidikan yang telah dicapai melalui institusi pendidikan formal belum dapat memuaskan semua
pihak terutama para pemerhati pendidikan (stakeholder). Hal ini disinyalir karena masih banyak ketimpangan yang
terjadi khususnya sistem pendidikan di tanah air. Ace Suryadi (Kompas, 25 Januari 2002) mengakui bahwa sistem
pendidikan sekarang ini masih belum menunjukkan kemampuan life skill yang diinginkan.

Disamping itu pondasi pendidikan secara nasional masih lemah. Pelajaran yang diajarkan dalam kurikulum kita belum
banyak mengandung basic learning skills.
Dari sisi lain ternyata hasil pendidikan kita masih sangat rendah dari segi mentalitas. Hal ini didasari oleh pidato
Mantan Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri yang mengatakan bahwa mentalitas bangsa Indonesia
tertinggal dibanding negara-negara lain, termasuk dengan negara tetangga terdekat sekalipun.

Masalah ini pada gilirannya bermuara pada rendahnya kadar disiplin sosial bangsa sehingga berdampak negatif
terhadap kegiatan dan hasil-hasil pembangunan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa kemampuan dan kecerdasan
memang telah mampu mengantar Indonesia pada tingkat kehidupan dan kemajuan seperti sekarang ini. Namun saat
yang bersamaan, dengan jujur harus kita akui bahwa sikap mental kita ternyata belumlah tumbuh sebanding dengan
kemajuan fisik dan material yang kita capai (Kompas, 3 Mei 2001).

Selain kenyataan di atas, persoalan mutu pendidikan Indonesia ternyata terburuk di Asia tenggara. Dalam Rakor
Kesra terbatas yang diikuti empat Menteri Kabinet Gotong-Royong pada Kamis, 28 Maret 2001 di Jakarta,
menyepakati, kondisi mutu pendidikan nasional dewasa ini paling buruk di Asia Tenggara. Jusuf Kalla menyatakan
kondisi mutu SDM Indonesia sangat memprihatinkan di Asia. Dalam persaingan dengan negara lain, ibaratnya kita
hanya mampu bersaing pada tingkat kuli dan pembantu rumah tangga (PRT).

Ini karena sistem pendidikan kita yang keliru dan harus ada pembenahan pada proses belajar-mengajar yang tidak
benar. Beliau mengatakan lebih lanjut, mengapa kita terpuruk?, karena kita tidak mau belajar, sebab selama ini yang
belajar atau tidak, prestasinya dianggap sama. Belajar atau tidak, waktu ujian lulus semua. Sementara Mantan
Mendagri Hari Sabarno, mengemukakan keterpurukan sistem pendidikan nasional memperburuk kualitas SDM
Indonesia, itulah sebabnya, pendidikan perlu terobosan untuk melihat kembali tujuan pendidikan nasional, yakni
menyiapkan kualitas SDM yang handal baik intelektual, integritas pribadi, maupun kualitas fisik. Mantan Mendiknas
Malik Fajar mengungkapkan bahwa jangan ada kompromi apapun dalam dunia pendidikan. Saatnya kita kedepankan
integritas moral baik guru maupun masyarakat.

Masalah lain yang masih tetap menjadi hangat dibicarakan adalah mengenai bentuk kurikulum, Siskandar, (Kompas,
16 April 2001), mengemukakan bahwa kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling banyak
mendapat perhatian. Bahkan ada yang menganggap kurikulum sebagai salah satu faktor yang amat menentukan
keberhasilan belajar siswa. Pada hal faktor keberhasilan lainnya juga ditentukan oleh guru, sarana dan prasarana
pendidikan, serta manajemen sekolah. Siskandar mengakui bahwa kurikulum pendidikan tahun 1994 mempunyai
banyak kelemahan yang harus diperbaiki.

Kelemahan tersebut adalah beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran. Jangankan terkait
dengan aplikasi kehidupan sehari-hari, materi pelajaran yang adapun banyak yang terlalu sukar dan kurang relevan

dengan tingkat perkembangan berpikir siswa. Kelemahan lain kurikulum itu bersifat popularitas dengan
memberlakukan satu sistem pendidikan untuk semua siswa di seluruh tanah air. Padahal, potensi, aspirasi dan kondisi
lingkungannya sangat beragam.

Selain beberapa persoalan di atas, dalam buku pegangan berjudul Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (life
skill) melalui pendekatan Broad-Based Education (BBE) yang disusun oleh Tim Broad-Based Education Depdiknas
Januari 2002, menyebutkan bahwa persoalan nasional yang dihadapi bangsa indonesia dalam rangka peningkatan
kualitas SDM saat ini masih sulit dipecahkan, terutama yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
1) Terjadinya perubahan manajemen pemerintahan di Indonesia dari Sistem Sentralistik menjadi Otonomi Daerah.
Kondisi ini memerlukan dukungan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan teknis produktif maupun
manajerial, dengan harapan mampu mempercepat roda perekonomian rakyat dan meningkatkan pendapatan daerah.
2) Sistem pendidikan yang selama ini diterapkan belum dapat menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang
mampu bersaing di pasar bebas. Hal tersebut banyak ditunjukkan dari penelitian badanbadan Internasional yang
hasilnya sangat tidak menggembirakan, bahwa Indonesia selalu mendapat nomor yang terbawah bahkan dibawah
negara tetangga seperti Vietnam.
3) Banyak lembaga yang menyelenggarakan pendidikan umum (SMA dan yang sederajat ) ternyata kurang mendukung
tuntutan dunia usaha dan industri akan tenaga kerja, sehingga tamatannya meningkatkan angka pengangguran.
4) Tingginya potensi tidak melanjutkan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.
Data statistik pendidikan tahun 2003 menunjukkan bahwa jumlah tamatan yang tidak melanjutkan dari SLTP ke
Sekolah Menengah (SMA) 34,40%, dan SMA ke Perguruan Tinggi (PT) 88,4%. Angka tersebut terus meningkat
hingga pada tahun 2007. Hal ini tentunya cukup mengkhawatirkan karena sebagian besar dari mereka masuk ke pasar
kerja tanpa memiliki kompetensi yang memadai dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja.

Berdasarkan beberapa pernyataan tentang kondisi pendidikan di tanah air seperti yang telah disebutkan di atas,
maka langkah kongkrit yang harus segera mendesak untuk dilakukan adalah melaksanakan apa yang disebut dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang didalamnya terdapat esensi yang paling utama yaitu memberikan
kecakapan/keterampilan hidup (life skill) bagi para siswa agar nantinya mereka dapat menguasai ilmu
pengetahuan/teknologi serta memiliki iman dan taqwa, memiliki daya nalar yang tinggi, kritis, inovatif dan kreatif.
Dan pada akhirnya tamatan pendidikan tersebut akan menjadi aset terbesar dalam pembangunan bangsa dan negara
bahkan yang lebih penting lagi mereka dapat hidup mandiri dan mampu berdiri di atas kaki sendiri, membiayai
hidupnya dan keluarga serta bermanfaat terhadap lingkungannya. (dari berbagai sumber)
http://www.geschool.net/818283/blog/perkembangan-pendidikan-di-indonesia-saat-ini

Prestasi dunia pendidikan Indonesia dari dahulu hingga


sekarang
June 8, 2015 admin
Pendidikan di Indonesia saat ini memang cukup mengalami perkembangan yang cukup bagus. Indonesia saat ini menempati peringkat
ke-69 dari 127 berdasarkan Education For All (EFA) dari UNESCO yang didasarkan Educaton Development Index (EDI). Jadi jika
kita bandingkan dari masa ke masa memang cukup mengalami kenaikan. Pantas kita syukuri dengan pencapaian yang ada saat ini.

Indonesia yang dulu memang beda dengan sekarang. Dari segi kualitas pengajar yang ada kuantitas juga. Dahulu yang tenaga pengajar
yang jumlah sedikit ditambah lagi kemampuan yang mereka punya juga cukup terbatas. Lain halnya dengan yang ada saat ini terjadi
pada tenaga pengajar yang ada cukup banyak dan pendidikan yang mereka dapatkan juga tinggi. Namun itu tidak menjamin kualitas
yang ada. Untuk segi sarana-prasarana yang ada pun sangat berpengaruh. Keterbatasan sarana yang ada pada jaman dahulu
menghambat kemampuan murid yang ada untuk mengembangkan diri. Beda sekarang ini dengan teknologi yang ada banyak
mendukung berkembangnya mutu pendidikan kita jadi lebih baik. Dari awal berdirinya negara Indonesia , ada 10 kurikulum yang
telah diterapkan dalam sistem pendidikan nasional hingga saat ini. Berdasarkan kutipan dari laman Ditjen Dikti Kemendibud
(15/12/2014) terjadi perubahan dalam kurikulum pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,1999, 2004, 2006,2013.
Perubahan yang terjadi merupakan wujud dari konsekuensi perubahan jaman yang ada . perubahan disesuaikan dengan perubahan
ekonomi, politik, sosial budaya beserta ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Tingkat daya saing antar negara juga
berpengaruh terhadap sistem kurikulum nasional klita. Yang menjadi pertanyaan apakah perubahan kurikulum nasional memberi
peningkatan bagi mutu pendidikan Indonesia untuk lebih berprestasi. Pastinya ada , kurikulum berubah-ubah agar lebih sempurna lagi.
Seperti pada penerapan 3 kurikulum terbaru yaitu tahun 2004 yang berbasis pada kompetensi, tahun 2006 yang menyesuaikan
kapasitas masing-masing yang mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan, dan yang terakhir tahun 2013
kurikulum mangacu pada Pendidikan Berbasis Karakter. Ketiganya mengikuti perkembangan yang ada . Semoga dengan perubahan
yang ada memberi manfaat terhadap mutu pendidikan Indonesia kedepannya lebih baik.
http://pelatihanguru.net/prestasi-dunia-pendidikan-indonesia-dari-dahulu-hingga-sekarang

APA KABAR PENDIDIKAN INDONESIA


April 22, 2015, Posted in Opini Comments: No comments

PENDIDIKAN INDONESIA
Apa kabar pendidikan Indonesia saat ini? sebuah pertanyaan yang jawabannya hanya berhenti pada kata buruk. Bagaimana
tidak? Berbagai permasalahan yang oleh pihak pemerintah terus ditangguhkan tampak semakin melebar. Alhasil, pada tanggal 17 April
2015 Bapak Menteri Pendidikan kita menyatakan pendidikan Indonesia sedang dalam fase Gawat Darurat.
Berbicara tentang pendidikan Indonesia, mari kita memikirkan ulang sesuatu yang lebih esensial, lebih dasar, lebih simple
namun perlu jawaban sigap segera: kemana pendidikan ini akan berlabuh? tujuan apa yang ingin dicapai, apakah proses pendidikan
saat ini sudah sejalan dengan tujuan itu sendiri? Tujuan dasar dari pendidikan adalah memanusiakan-manusia. Artinya, ada usaha
untuk mengembangkan pemikiran manusia lewat pendidikan itu sendiri. Namun, pada kenyataannya dimanusiawikan terkadang
berubah menjadi dirobotkan. Pemikiran kita terkadang di bentuk sesuai apa kata penguasa. Oleh karena itu, kini saatnya
menanyakan dan mengkritisi kembali sudah layakkah pendidikan Indonesia dalam memberikan kebebasan berpikir untuk rakyatrakyatnya? Sudahkah pemerintah memberikan pelayanan pendidikan secara menyeluruh dan utuh? Ataukah sebenarnya pendidikan
Indonesia ini hanyalah salah satu bagian industrialisasi dari negara yang dirasa semakin liberal ini?
Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan bertujuan dalam menuntun (bukan menentukan) segala kekuatan kodrat (hendak Tuhan) yang ada pada anak-anak tersebut,
agar kelak nantinya mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
Sedangkan menurut Plato pendidikan adalah proses yang dilakukan seumur hidup (life-long) yang dimulai dari seseorang lahir hingga

kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat dalam mewujudkan warga negara yang ideal dan mengajarkannya bagaimana
cara memimpin dan mematuhi yang benar. Plato pun menambahkan pendidikan tidak hanya menyediakan ilmu pengetahuan dan
kemampuan akan tetapi nilai, pelatihan insting, membina tingkah laku dan sikap yang benar. Pendidikan yang sejati (true education),
akan memiliki kecenderung terbesar dalam membentuk manusia yang beradab dan memanusiakan manusia dalam hubungan mereka
bermasyarakat dan mereka yang berada dalam perlindungannya. Pengertian pendiidkan menurut Plato inilah yang diadopsi oleh UU
Sisdiknas nomor 20 tahun 2003.
Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman. Sedangkan sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan nasional.
Tujuan dari pendidikan nasional kita adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi
warga
negara
yang
demokratis
serta
bertanggung
jawab.
Namun pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih menyisakan lubang besar. Proses menuju tujuan yang mulia itu sepertinya
tidak berjalan berimbang. Jika dikerucutkan, ada beberapa permasalahan besar yang menuntut untuk segera diselesaikan:
1.
Pemerataan
pendidikan
Penyebab tidak meratanya pendidikan di Indonesia adalah karena kondisi geografis Indonesia yang terbentuk atas gugusan pulaupulau, ditambah tidak ada akses transportasi yang memadai untuk menjangkau daerah-daerah terpencil. Anies Baswedan mengatakan,
sebanyak 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. Mulai dari tenaga pendidik hingga
fasilitas pendidikan belum merata secara keseluruhan di Indonesia. Pusat Perkembangan masih terjadi di Pulau Jawa secara masif.
Pembangunan secara timpang sangat terasa diberbagai kepulauan di luar jawa. Listrik masih sulit didapatkan, Jalan raya yang tidak
layak, bahkan jembatan sebagai akses terputus.
2.
Politisasi
pendidikan
Politisasi pendidikan juga mengancam negara ini di dunia modern saat ini. Pendidikan yang merupakan nyawa dari sebuah negara
akan sangat berbahaya ketika harus mendapatkan tekanan politik. Hal ini pernah terjadi pada masa orde baru dimana pendidikan harus
tercampur dengan politik. Pendidikan seakan menjadi sebuah alat penguatan legitimasi dari masa tersebut. akan sangat disayangkan
jika pendidikan dengan politik ini menjadi satu dan tercampur. Dampak yang menjadi ironi bagi pendidikan Indonesia. Bahkan sampai
saat ini politisasi pendidikan masih dijumpai di daerah-daerah di Indonesia dimana masih terjadinya nepotisme dalam pengangkatan
pegawai.

3.
Industrialisasi
pendidikan
Menurut Anies Baswedan, Indonesia menjadi peringkat 103 dunia, negara yang dunia pendidikannya diwarnai aksi suap- menyuap
dan pungutan liar. Dengan ini, bisa dikatakan pendidikan di Indonesia menjadi lahan bisnis beberapa pihak birokrat yang tidak
bertanggung-jawab. Selain suap-menyuap dan pungutan liar, yang disoroti lebih lanjut adalah menjamurnya pertumbuhan bimbingan
belajar yang menawarkan berbagai paket harga, semakin mahal semakin lengkap fasilitas, tips dan trik cara belajar cepat yang
diberikan. Ini kembali lagi kepada pergeseran tujuan pendidikan yang sudah melenceng jauh dari sasaran. Penekanan pada hasil
dibandingkan proseslah yang menyebabkan perkembangan bimbel ini menyebar.
4.
Kualitas
pendidik
Menurut data, nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5. Padahal, nilai standar kompetensi guru adalah 75. Tunjangan
dan sertifikasi menjadi iming-iming pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru. Namun, di sini kata pendidik tidak saja merujuk
hanya kepada guru, tapi kata pendidik di sini juga merujuk untuk semua masyarakat terdidik. Karena, pendidikan di Indonesia ini
bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan guru saja, tapi semua komponen masyarakat, terutama mereka yang mengerti keadaan
pendidikan
saat
ini.
Permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia seakan terus bertambah belum selesai mengatasi masalah yang lama sudah
muncul masalah yang baru. Seperti masalah Ujian Nasional. Dimana UN sendiri dalam beberapa tahun ini menjadi topik menarik
menjelang pertengahan tahun/pergantian tahun ajaran. Setiap tahun terjadi perubahan kebijakan dan standar nilai yang menjadi
patokan akan lulus dan tidaknya seorang pelajar. Pada tahun 2015 ini juga terjadi kebijakan baru dimana kelulusan tidak lagi
ditentukan oleh UN. Dan hal ini tercantum di dalamPermendikbud No 44/2014 tentang Ujian Nasional. Ujian nasional (unas) tidak
menentukan lagi. Mulai 2015, persentase kelulusan siswa bakal berimbang antara ujian nasional dan ujian sekolah. Yaitu dengan
angka
nilai
perbandingan
50:50.
Selain hal itu juga ada kebijakan baru mengenai proses UN yaitu ujian menggunakan sistem digital online. Entah apa yang
difikirkan oleh pemerintah, kebijakan yang satu ini seakan menurut saya sangat mendadak sehingga terjadi beberapa permasalahan.
Seperti ganguan listrik dan jaringan komputer. Selain itu muncul masalah kebocoran soal, mengutip dari Solopos.com, JAKARTA
Kepolisian RI kesulitan menyelidiki kasus bocornya soal Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas di halaman Google
Drive.
Maka kawan-kawanku yang baik, begitulah kabar pendidikan Indonesia saat ini. Bopeng memang, namun masih bisa kita muluskan
lagi
dengan
krim
bernama
kepeduliaan
dan
tawaran
solusi.
Adapun solusi yang kami tawarkan untuk pemerintah dalam menanggapi pendidikan di Indonesia adalah:
1. Menuntut pemerintah untuk mengkaji kembali pergantian kurikulum yang dirasa terlalu singkat, dan menyempurnakan kurikulum
agar
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
tujuan
pendidikan
Nasional.
2. Mendukung pemerintah dalam mengeluarkan program-program yang telah berhasil dilakukan, seperti program SM3T (terdepan,
terluar,
tertinggal)
dalam
usaha
melakukan
pemerataan
pendidikan.

3. Hapuskan Politisasi Pendidikan yang selama ini membatasi ruang gerak siswa untuk mengeksplorasi lebih jauh mata pelajaran yang
diajarkan.
4.
Tingkatkan
kesejahteraan
guru
5. Perbaiki sistem Ujian Nasional, seperti masalah UN Online. Kami menyayangkan kenapa uji coba sistem baru ini langsung di UN
tidak melalui ujian yang tingkatanya lebih rendah terlebih dahulu
http://bemfis.student.uny.ac.id/2015/04/22/apa-kabar-pendidikan-indonesia/
Mutu Dan Kualitas Pendidikan Di Indonesia Di Masa Kini

Pendidikan memiliki peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan bisa beradaptasi dengan baik pada
perubahan. Pendidikan juga memiliki tugas didalam menyiapkan pembangunan yang lebih baik. Pembangunan terus berjalan
seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman yang terus memunculkan persoalan yang baru membuat pendidikan
menjadi hal yang perlu dan penting diperlukan. Karena hal itulah maka kualitas pendidikan semakin maju. Begitu juga dengan
pendidikan di Indonesia. Meskipun belum bisa disejajarkan dengan negara di Asia lainnya, namun pendidikan yang ada di
Indonesia mengalami perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.
Tidak sedikit pula anak Indonesia berhasil meraih juara di tingkat internasional di dalam bidang pendidikan. Pemerintah
mencanangkan program wajib belajar 12 tahun di mana sebelumnya mewajibkan belajar 9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah Indonesia peduli terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Namun dengan kebijakan seperti itu pada
kenyataannya masih banyak warga Indonesia yang tamat SMP. Padahal saat ini untuk bekerja saja dibutuhkan minimal tamatan
SMA. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah melakukan program dana BOS untuk tingkat SD dan SMP dan juga pemerintah
memberikan beasiswa bagi yang tidak mampu dan juga yang berprestasi.
Sehingga bagi yang tidak mampu tetap memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dengan beasiswa dari
pemerintah. Dengan begitu pendidikan yang ada di Indonesia menjadi merata dan bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Tetapi masih juga banyak ditemui sekolah-sekolah di daerah pelosok kurang perhatian dari pemerintah. Bangunan sekolah yang
tidak layak serta buku pelajarang yang kurang perlu lebih diperhatikan oleh pemerintah. Itulah salah satu faktor penghambat
meningkatnya pendidikan di Indonesia, yaitu kurangnya perhatian pemerintah untuk daerah pelosok.
Description: Pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu semakin meningkat. Namun masih ada beberapa daerah yang kurang
perhatian pemerintah yang menghambat meningkatnya pendidikan di Indonesia
http://ahmadarib.com/mutu-dan-kualitas-pendidikan-di-indonesia-di-masa-kini.html

ONDISI PENDIDIKAN DIINDONESIA DAN PENYEBAB TIDAK EFETIFNYA HASIL BELAJAR OLEH : LUK BOHARI
(E1B013014) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016/2017 [caption caption="https://www.google.com/search?
q=poto+pendidikan+di+indonesia&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwiehZWk28fLAhWQC44KHW7MBLkQs
AQIMQ&biw=1366&bih=657#imgrc=2UCCzGn7k0ugPM%3A"] Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam
kehidupan ini, karena dengan pendidikan seseorang dapat mengerti dan mengetahui segala sesuatu entah itu tentang kehidupan, alam
semesta maupun tentang ilmu ilmu yang ada dalam dunia ini. Sehingga pendidikan itu hendak diperhatikan dengan sungguh
sungguh baik dari kalangan pemerintah, masyarakat dan keluarga, Karena dengan pendidikan ini akan menciptakan suatu sumber daya
manusia yang mempunyai intelektualitas yang tinggi yang akan bermanfaat bagi perubahan dan kemajuan bangsa. Pendidikan itu bisa
dilihat dari dua segi yakni pendidikan nonformal seperti keluarga dan masyarakat dan pendidikan formal (sekolah), kedua ranah
pendidikan ini sangat mempengaruhi perkembangan anak baik dalam bergaul, berprilaku dan pengetahuannya. Peran kedua ranah
pendidikan tersebut adalah : A. Non formal 1. Keluarga Keluarga adalah pendidik pertama yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan anak, seorang anak akan mengetahui segala hal dalam kehidupannya yakni melalui keluarganya. Sehingga keluarga
hendaknya memberikan didikan yang baik kepada anaknya dan memperhatikan tingkah laku dan perkembangannya. Dengan
memperhatikan itu semua seorang anak akan tumbuh dewasa menjadi anak mempunyai moral yang tinggi dan mampu memberikan
yang terbaik kapada lingkungannya. 2. Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan orang yang berkumpul dalam satu wadah yang
sama saling berinteraksi dan membutuhkan satu sama lainnya. Sehingga masyarakat juga dapat memberikan pengaruh besar bagi
generasi muda atau peserta didik karena perkembangan social itulah yang mempengaruhinya. Apabila seorang anak itu tumbuh dalam
masyarakat yang mempunyai kebiasaan buruk maka anak itu akan terpengaruhi dengan kebiasaan itu dan akan membentuk suatu
perilaku yang sering ia saksikan atau kebiasaan buruk terebut. Namun apabila ia tumbuh dalam masyarakat yang mampunyai stuktur
moral dan norma yang baik maka anak itu akan menjadi anak yang terdidik dan berguna bagi bangsa dan negaranya. B. Formal 1.
Sekolah Sekolah merupakan fase atau jenjang pendidikan yang dilalui oleh anak setelah keluarganya, sekolah merupakan jenjang yang
di harapkan mampu memberikan didikan kepada anak didik dengan pengajaran moral dan pengetahuan yang tinggi. Anak akan
mengetahui segala sesuatu melalui pengajaran disekolahnya sehingga sekolah dituntut untuk mempunyai visi, misi dan tujuan yang
baik dan mampu dilaksanakannya. Berdasarkan jabaran di atas mengenai pendidikan yang di lalui oleh seorang anak ( pendidikan non

formal dan formal ). Penulis akan mejabarkan lebih dalam mengenai pendidikan formal yakni kondisi pendidikan yang ada di
Indonesia dan penyebab tidak efektifnya hasil belajar di sekolah. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini
dibuktikan antara lain dengan data UNESCO tahun 2009 tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia atau Human Development
Index, yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan perkapita yang menunjukkan bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-111 tahun 2007 dari
sebelumnya ke-109 pada tahun 1999, terjadi penurunan peringkat. Hal tersebut menunjukan kualitas sumber daya manusia Indonesia
terpuruk. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12
dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000),
Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih
menurut survey dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negara di dunia. (di akses dimataram tanggal 17-03-2016 jam 21 : 23 http://psmkgi.org/pelajari-dulu-wajah-pendidikan/ ) Melalui data
yang dikeluarkan oleh UNIESCO tersebut menunjukkan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia harus di perbaiki dan diperhatikan
dengan baik oleh pemerintah, agar kualitas sumber daya manusia kita menjadi lebih baik dan maju. Pendidikan yang baik
tentunadanya suatu sarana atau prasarana yang baik yang di berikan dan disediakan karena dengan terpenuhinya sarana dan prasarana
tersebut akan dapat memudahkan dalam proses pembelajaran dan pengajaran di suatu sekolah. Sarana dan prasarana inilah yang harus
di perbaiki terlebih dahulu oleh pemerintah kita agar perubahan yang diinginkan dapat tercapai sebab sarana prasarana ini akan
menimbulkan hasil atau menjadikan penyebab tidak efektif atau tidak sesuai hasil belajar. Sarana dan prasarana yang di maksud
adalah : 1) Gedung sekolah Gedung sekolah adalah hal yang sangat penting dan harus di perhatikan, karena gedung akan
memperngaruhi proses pembelajaran dan keselamatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh gedung yang tidak
mempunyai atap, yang apabila terik matahari sedang menampakkan diri atau hujan turun dengan lebat tentu akan mengalami kendala
dan mengganggu dalam proses pembelajaran tesebut sehingga itu akan menimbulkan suatu proses atau hasil pembelajaran yang tidak
epektif. Gedung sekolah yang tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat pembelajaran hendak segera melakukan tindakan
perenopasian, seperti halnya ditempat tempat terpencil yang ada di nusa tenggara ini yang masih banyak gedung sekolahnya hanya
beralaskan tanah dan beratapkan langit atau sekedar dedaunan, hendaknya bagi pemerintah agar segera melakukan suatu kebijakan
yang seadil-adilnya dengan memperhatikan secara keseluruhan apa yang dibutuhkan oleh warga negaranya sehingga diskriminasi
dalam pendidikan tidak terjadi dimana hanya memperhatikan yang satu sedangkan yang lain yang berada di tempat tempat terpencil
di lupakan. 2) Buku atau sumber referensi lainnya Buku merupakan sumber pembelajaran yang paling bermanfaat bagi siswa maupun
guru, sebab buku merupakan sumber informasi yang berguna sehingga keberadaannya dalam sekolah harus terpenuhi dengan baik.
Dengan adanya buku ini akan membantu siswa dalam mencari informasi dan pengetahuan baru dan merangsang minat siswa untuk
mencari tau sendiri ilmu pengetahuan yang belum mereka ketahui. Jikalau dalam suatu sekolah tidak mempunyai buku atau hanya
memiliki sedikit, maka dikhawatirkan akan mengganggu siswa dalam mencari informasi atau pengetahuan baru yang lebih luas. 3)
Sarana prasarana pendukung lainnya. Sarana prasarana pendukung lainnya seperti kesediaan media pembeajaran dan alat
pembelajaran karena alat dan media ini mempengaruhi keefektifan pembelajaran dalam kelas, yang apabila media dan alat ini

terpenuhi dengan baik maka akan berdampak baik terhadap hasil belajar. Namun apabila tidak terpenuhi akan memberikan dampak
negative bagi hasil belajar karena tidak efektivnya proses belajar atau dengan kata lain proses belajar tidak akan mencapai target yang
semestinya di hasilkan. 4) Sarana jalan yang dilalui Jalan merupakan tempat yang dilalui siswa untuk menempuh perjalanan menuju
sekolah, sehingga penulis merasakan bahwa jalan semestinya harus di perhatikan oleh para penguasa. Jalan yang berlumpur atau
becek akan mengganggu perjalanan siswa dan akan mengakibatkan suatu pengaruh yang negative terhadap siswa seperti kemalesan
untuk bersekolah, pikiran terganggu karena kotor dan lain sebagainya. Seperti halnya di kampung saya di sekolah dasar yakni SDN
GILIK kab : Lombok Tengah yang merupakan sekolah tempat saya lulus dimana jalan yang dilalui sangat memprihatinkan karena
keadaannya dipenuhi dengan lumpur dan jalan yang ditempuh sangat jauh, sehingga hampir penduduk saya hampir tak mau
menyengolahkan anaknya kesana, kira kira 5 anak dari 30 anak yang terpaksa sekolah disana, sementara yang lainnya memilih
sekolah yang lain yang lebih bagus jalannya walaupun labih jauh. Jadi jalan juga mempengaruhi dari keminatan siswa bersekolah. Jadi
dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi pendidikan yang ada diindonesia masih tidak layak dengan di buktikan adanya sekolah atau
sarana yang tidak memadai, sehingga dengan kondisi demikian sumber daya manusia diindonesia ini tidak akan mampu bersaing
dengan Negara Negara luar. Maka di harapkan Pemerintah sebagai pemimpin hendaknya mampu untuk memberikan pelayanan
pendidikan yang memadai dan secara menyeluruh yang tak hanya di utamakan kepada kota kota besar saja tetapi pelosok pelosok
perdesaan hendaknya diperhatikan lebih, supaya pemerataan dan kesederajatan pemahaman antara masyarakat perdesaan dan
perkotaan menjadi seimbang. dan juga diharapkan mampu memberikan sarana dan prasarana yang layak bagi pendidikan di Indonesia
ini.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.bohari.com/kondisi-pendidikan-diindonesia-dan-penyebab-tidak-efetifnya-hasilbelajar_56eaa33bb893733317264c0d
http://www.kompasiana.com/www.bohari.com/kondisi-pendidikan-diindonesia-dan-penyebab-tidak-efetifnyahasil-belajar_56eaa33bb893733317264c0d

Kondisi Pendidikan di Indonesia 19 Agustus 2016 20:15:48 Diperbarui: 19 Agustus 2016 20:29:36 Dibaca : 734 Komentar : 1 Nilai : 0
Bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia saat ini? Adakah sangkut pautnya dengan krisis global? Jika kita melihat kondisi pada saat
ini, kondisi pendidikan Indonesia masih saja memprihatinkan atau kurang perhatian dari pihak pemerintah. Terutama mengenai
fasilitas pendidikan di daerah-daerah yang kurang terlihat, baik sarana ataupun prasarana pendidikan. Masih saja kita lihat dan dengar
kabar, bahwa masih adanya bangunan sekolah yang merupakan tempat paling utama untuk anak-anak mencari ilmu itu tidak layak
untuk digunakan. Berbicara tentang pendidikan di Indonesia, tidak akan lepas dari pemikiran tentang krisis pendidikan yang di
sebabkan krisis ekonomi global yang terjadi. Biaya pendidikan yang melambung tinggi membuat anak-anak yang keadaan
perekonomian nya kurang baik memiliki nasib yang kurang beruntung dikarenakan mereka harus putus sekolah dan bekerja untuk
membantu pekerjaan orangtua. Hal ini adalah masalah besar yang dihadapi Indonesia, karena dengan adanya krisis pendidikan yang
semakin merajalela ini akan membuat Indonesia semakin di remehkan oleh Negara-negara lain. Banyaknya anak yang tidak

bersekolah akan membuat SDM (Sumber Daya Manusia) di Indonesia semakin tertinggal jauh kualitasnya dengan Negara-negara
maju lainnya, apalagi dengan dibukanya program Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), membuat kita khususnya warga Indonesia
harus bisa bersaing dengan para tenaga kerja dari luar. Hal ini makin membuat kita sebagai mahasiswa untuk terus berkontribusi,
menggiring pemikiran masyarakat luas untuk terus berkarya dalam rangka memujudkan pemerintahan yang baik, dengan kerja nyata
kita bisa membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi. Pemerintah Indonesia sudah berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan
dengan berbagai kebijakan yang dibuat, tetapi hal tersebut belum juga mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Meskipun
belum mampu meningkat dengan baik, tetapi sedikit demi sedikit mutu pendidikan di Indonesia akan meningkat jika pemerintah
menjalankan kebijakan dengan sebenar-benar nya dan seserius mungkin tanpa ada penyimpangan. Pemerintah dan anak bangsa harus
bekerja sama mencari solusi dan menyelesaikan masalah pada pendidikan saat ini. Anak bangsa juga hars membantu pemerintah untuk
menjalankan berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/lisna98/kondisi-pendidikan-di-indonesia_57b70684c5afbd551b434b0c
http://www.kompasiana.com/lisna98/kondisi-pendidikan-di indonesia_57b70684c5afbd551b434b0c

Mengenal Pembelajaran Model Flipped Classroom Kelas Terbalik


admin Jul 26, 2015 Belajar & Pembelajaran 0 comments

Adalah sebuah model pembelajaran yang tergolong baru, yang berbeda dari pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di kelas.
Model pembelajaran ini dinamakan flipped classroom (pembelajaran kelas terbalik).
Apakah flipped classroom itu? Untuk menjelaskan pengertian flipped classroom atau pembelajaran kelas terbalik, kita dapat
membandingkannya dengan pembelajaran yang sudah biasa kita lakukan, yang dalam hal ini dimasukkan ke dalam kelompok
pembelajaran tradisional.
Flipped classroom merupakan pembalikan prosedur pembelajaran tradisional, di mana yang biasanya dilakukan di kelas dalam
pembelajaran tradisional menjadi dilaksanakan di rumah dalam flipped classroom, dan yang biasanya dilaksanakan di rumah
sebagai PR dalam pembelajaran tradisional menjadi dilaksanakan di kelas dalam flipped classroom. Sebab itu disebut terbalik
pembelajaran kelas terbalik.
Dalam pembelajaran tradisional, siswa diajar materi pelajaran oleh guru di kelas (melalui ceramah atau penjelasan langsung dari
guru, diskusi kelompok, atau membaca dan mengamati), kemudian mengerjakan tugas-tugas untuk penguatan di rumah (berupa
PR).
Dalam flipped classroom, siswa mempelajari materi pelajaran di rumah (melalui menonton video pembelajaran, membuat
rangkuman, mencatat poin-poin penting, membuat pertanyaan, diskusi dengan teman secara online, atau membaca sumbersumber yang dibutuhkan), kemudian mengerjakan tugas-tugas untuk penguatan di kelas. Di dalam kelas ada juga diskusi, praktik
laboratorium, penjelasan terhadap konsep-konsep yang belum dipahami siswa, tetapi ini sifatnya untuk penguatan atau
pendalaman.
Dalam bukunya Flip Your Classroom: Reach Every Student in Every Class Everyday (2012), Jonathan Bergmann dan Aaron
Sams menulis, Basically the concept of a flipped class is this: that which is traditionally done in class is now done at home,
and that which is traditionally done as homework is now completed in class.
Artinya, Pada dasarnya konsep flipped class adalah sebagai berikut: bahwa yang secara tradisional dilakukan
di kelas sekarang dilakukan di rumah, dan yang secara tradisional dikerjakan sebagai PR (pekerjaaan rumah)
kini diselesaikan di kelas.

Tetapi dalam praktiknya tidak sekedar itu. Ada lebih banyak hal dalam flipped classroom dari yang disebutkan di atas. Sebagai
gambaran, berikut adalah contoh praktik pembelajaran flipped classroom sehari-hari yang dilakukan oleh Bergmann dan Sams:
Pada dasarnya, kami memulai setiap kelas dengan beberapa menit untuk diskusi tentang video dari malam
sebelumnya. Salah satu kelemahan model terbalik adalah bahwa siswa tidak dapat mengajukan pertanyaan

langsung yang datang ke pikiran mereka, sebagaimana mereka bisa lakukan jika topik diajarkan secara
langsung. Untuk mengatasi masalah ini, kami menghabiskan banyak waktu di awal tahun melatih siswa untuk
melihat video kami secara efektif. Kami mendorong mereka untuk mematikan iPod, ponsel, dan gangguan lain
saat mereka menonton video. Kami kemudian mengajarkan mereka bahwa mereka sekarang memiliki
kemampuan untuk menghentikan (pause) dan memundurkan (rewind) guru mereka. Kami mendorong
mereka untuk secara bebas menggunakan tombol pause sehingga mereka dapat menuliskan poin-poin penting
dari pelajaran. Selain itu, kami mengajarkan mereka cara mencatat dengan metode Cornell note-taking, di
mana mereka mencatat, merekam pertanyaan yang mereka miliki, dan meringkas pelajaran mereka.

Langkah selanjutnya, setelah pertanyaan-pertanyaan awal dijawab, siswa kemudian diberi tugas untuk hari itu. Mungkin
laboratorium, kegiatan penyelidikan, kegiatan pemecahan masalah secara terarah, atau tes.
Guru melanjutkan untuk tugas-tugas kelas, laboratorium, dan tes seperti yang biasa dilakukan dalam model tradisional. Tetapi
peran guru di kelas telah berubah secara dramatis. Guru tidak lagi sebagai penyaji informasi; sebaliknya, guru lebih banyak
mengambil peran sebagai tutor. Waktu guru dihabiskan untuk berinteraksi dengan dan membantu murid-murid.
Dalam hal ini, siswa yang paling lemah justru paling banyak mendapatkan bantuan guru.
https://www.gurusukses.com/mengenal-pembelajaran-model-flipped-classroom

Sistem Pendidikan dan Problematika Pendidikan di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang mutu pendidikannya masih rendah jika dibandingkan dengan negaranegara lain bahkan sesama anggota negara ASEAN pun kualita SDM bangsa Indonesia masuk dalam peringkat
yang paling rendah. Hal ini terjadi karena pendidikan di Indonesia belum dapat berfungsi secara maksimal. Oleh
karena itu, pendidikan di Indonesia harus segera diperbaiki agar mampu melahirkan generasi yang memiliki
keunggulan dalam berbagai bidang supaya bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain dan agar tidak
semakin tertinggal karena arus global yang berjalan cepat.
Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia diperlukan sistem pendidikan yang responsif terhadap
perubahan dan tuntutan zaman. Perbaikan itu dilakukan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus menggunakan sistem pendidikan dan pola
kebijakan yang sesuai dengan keadaan Indonesia.

Masa depan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu sumber daya manusianya dan kemampuan peserta
didiknya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal tersebut dapat kita wujudkan melalui
pendidikan dalam keluarga, pendidikan masyarakat maupun pendidikan sekolah.
Saat ini pendidikan sekolah wajib di terima oleh seluruh masyarakat Indonesia, karena dengan mengenyam
pendidikan kita dapat mengikuti arus global dan dapat mengejar ketertinggalan kita dari bangsa lain. Namun
dalam kenyataannya sekarang ini masih banyak orang yang belum dapat mengenyam pendidikan sekolah
karena faktor ekonomi. Akan tetapi di dalam era global ini, hal tersebut tidak boleh terjadi karena akan
menghambat perkembangan SDM dan bangsa pada umumnya. Maka dari itu, pemerintah Indonesia harus
mengambil kebijakan yang dapat mengatasi masalah tersebut.

Sistem Pendidikan yang di Anut di Indonesia

Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional. Namun, sistem pendidikan nasional masih belum
dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan, di
antaranya:
Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai.
Sistem pendidikan ini telah diterapkan sejak sekolah dasar. Disini peserta didik diberi pengajaran kejujuran,
tenggang rasa, kedisiplinan, dsb. Nilai ini disampaikan melalui pelajaran Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan
di tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Indonesia menganut sistem pendidikan terbuka.


Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik di tuntut untuk dapat bersaing dengan teman, berfikir kreatif dan
inovatif

Sistem pendidikan beragam.


Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, budaya, dll. Serta pendidikan Indonesia yang terdiri
dari pendidikan formal, non-formal dan informal.

Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu.


Di dalam KBM, waktu di atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa terbebani dengan materi
pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat atau sebaliknya.

Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman.


Dalam sistem ini, bangsa Indonesia harus menyesuaikan kurikulum dengan keadaan saat ini. Oleh karena itu,
kurikulum di Indonesia sering mengalami perubahan / pergantian dari waktu ke waktu, hingga sekarang
Indonesia menggunakan kurikulum KTSP.

Problem di Bidang Pendidikan


Problem yang dihadapi bangsa Indonesia di bidang pendidikan mencakup tiga pokok proble, yaitu:
a. Pemerataan Pendidikan
Saat ini bangsa Indonesia masih mengalami di bidang pemerataan pendidikan. Hal tersebut dikarenakan
pendidikan di Indonesia hanya dapat dirasakan oleh kaum menengah ke atas. Agar pendidikan di Indonesia
tidak semakin terpuruk, maka pemerintah harus mengambil kebijakan yang tepat. Misalnya, adanya kebijakan
wajib belajar 9 tahun. Kebijakan ini dilaksanakan dari mulai bangku SD hingga SMP. Pemerintah membuat
kebijakan dengan meratakan tenaga pendidik di setiap daerah.
b. Biaya pendidikan
Keadaan ekonomi Indonesia yang semakin terpuruk berdampak pula pada pendidikan di Indonesia. Banyak
sekali anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan karena biaya pendidikan yang mahal. Maka dari itu, agar
bangsa Indonesia tidak semakin terbelakang, Pemerintah mulai mengeluarkan dana BOS, yang diberikan
kepada peserta didik di SD dan SMP. Hal tersebut dilakukan dengan membebaskan biaya SPP atau membuat
kebijakan free-school bagi pendidikan dasar. Dengan dikeluarkan kebijakan tersebut, di harapkan semua
pendidikan dapat dirasakan di semua kalangan masyarakat Indonesia.
c.
Kualitas Pendidikan
Selain kedua masalah tersebut, permasalahan yang paling mendasar adalah masalah mutu pendidikan.
Karena sekarang ini pendidikan kita masih jauh tertinggal jika di bandingkan dengan negara-negara lain. Hal
tersebut di buktikan dengan banyaknya tenaga pendidik yang mengajar namun tidak sesuai dengan bidangnya.
Selain itu, tingkat kejujuran dan kedisiplinan peserta didik masih rendah. Contohnya: dengan adanya
kecurangan-kecurangan yang dilakukan saat mengikuti Ujian Nasional peserta didik cenderung pilih mendapat
jawaban secara instan, misalnya dengan membeli jawaban soal UN. Oleh karena itu, mutu pendidikan harus
diperbaiki, maka pemerintah membuat kebijakan yang berupa peningkatan mutu pendidik. Yang dilakukan
dengan cara mengevaluasi ulang tenaga pendidik agar sesuai dengan syarat untuk menjadi pendidik. Selain
itu, pemerintah harus meningkatkan sarana dan prasarana, misalnya memperbaiki fasilitas gedung,
memperbanyak buku, dll.
Pendidikan sangat penting pengaruhnya bagi suatu bangsa. Tanpa adanya pendidikan, maka bangsa tersbut
akan tertinggal dari bangsa lain. Sepeti halnya juga bangsa Indonesia, pendidikan merupakan salah satu upaya
yang dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain khususnya bangsa-banga ASEAN. Maka
pendidikan Indonesia harus diperbaiki, baik dari segi sistem pendidikan maupun sarana prasarana.
Indonesia terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Saat ini pemerintah
mulai memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia dengan membuat berbagai kebijakan dan merubah
sistemnya. Pendidikan Indonesia saat ini menggunakan sistem nasional yang meliputi sistem terbuka, sistem

yang berorientasi pada nilai, sistem pendidikan yang beragam, sistem pendidikan yang disesuaikan dengan
perubahan zaman dan sistem pendidikan yang efektif dan efisien. Untuk menjalankan sistem tersebut,
pemerintah mengeluarkan sistem wajib belajar 9 tahun yang ditujukan untuk peserta didik SD dan SMP, adanya
free-school. Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan keadaan pendidikan sekarang,
memperbaiki sarana-prasarana, mengevaluasi kinerja tenaga pendidik dll. Dengan adanya upaya pendidikan di
Indonesia dapat lebih baik agar bangsa Indonesia dapat mengimbangi negara lain terutama negara-negara
ASEAN.
http://sistempendidikannegarakita.blogspot.co.id/

Merancang Pembelajaran Yang Menarik


Suatu hari, ketika saya meminta pendapat beberapa siswa kelas V-VI Sekolah Dasar perihal pembelajaran yang menarik sehingga
menjadikan mereka berprestasi lebih baik, saya mendapatkan jawaban yang menakjubkan. Betapa tidak, siswa yang rata-rata berumur
di bawah 11 tahun itu bisa memberikan jawaban yang cukup lengkap bagi penyelenggaraan proses pembelajaran yang berkualitas,
suatu jawaban yang biasanya hanya muncul dari guru-guru berpengalaman. Inilah rangkuman jawaban mereka jika dikalimatkan
ulang:
Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang di dalamnya ada cerita, ada nyanyian, ada tantangan, dan ada pemenuhan rasa
ingin tahu siswa. Gurunya santai dan humoris, namun memiliki kesungguhan dalam membantu siswa menguasai materi pelajaran
melalui cara-cara yang mudah, cepat, dan menyenangkan. Gurunya mengerti dan memahami kondisi siswa, serta memberikan
perhatian penuh kepada kelas. Selain itu guru juga memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk maju dan berkembang, tidak
hanya pada siswa-siswa tertentu saja.
Coba kita bandingkan pendapat siswa di atas dengan pengertian dari kamus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata
menarik yang sesuai dalam konteks ini adalah: (1) menyenangkan (menggirangkan hati, menyukakan); dan (2) mempengaruhi atau
membangkitkan hasrat untuk memperhatikan (Depdikbud, 2002:1145). Dengan demikian, merujuk pada pengertian kamus tersebut,
pembelajaran yang menarik hanya mencakup dua unsur, yaitu: siswa senang dan siswa memperhatikan. Atau dengan kata lain,
pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang menyenangkan hati sehingga siswa mau memperhatikan.

Tentu saja pengertian demikian kurang lengkap. Dalam proses pembelajaran, siswa memang harus senang dan memperhatikan. Tetapi
kalau ini ukurannya (siswa senang dan memperhatikan), mungkin tujuan pembelajaran tidak tercapai. Pasalnya, siswa bisa saja
bertindak seolah-olah (seolah-olah senang atau seolah-olah memperhatikan) untuk membuat guru merasa senang (sehingga tidak
marah-marah kepada siswa?).
Apalagi jika guru hanya memilih salah satu saja: siswa senang atau siswa memperhatikan. Jika ini yang terjadi, maka guru boleh jadi
hanya mengajar siswa dengan menyanyi dan tepuk tangan; atau guru bertindak keras dengan memberikan hukuman bagi siswa yang
tidak memperhatikan atau gagal mencapai tujuan belajar.
Pendapat siswa tentang pembelajaran yang menarik di atas jelas lebih menyeluruh. Pembelajaran yang di dalamnya ada cerita atau
nyanyian atau tantangan yang terjangkau tentu saja akan membangkitkan hasrat siswa untuk mengikutinya karena pada umumnya
siswa suka dengan cerita atau nyanyian atau tantangan.
Namun pembelajaran yang menarik bukanlah sekadar menyenangkan yang tanpa target. Ada sesuatu yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran, yaitu pengetahuan atau keterampilan baru. Jadi, pembelajaran yang menarik haruslah memfasilitasi siswa untuk
berhasil mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, dengan cara yang mudah, cepat, dan menyenangkan; dan, pendapat ini justru
disampaikan oleh siswa.
Adapun manfaat dari pembelajaran yang menarik tersebut, karena dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan beban psikiologis
siswa, tentunya akan mengefektifkan sekaligus mengefisienkan aktivitas belajar-mengajar di kelas. Kita menyadari bahwa
pembelajaran yang efektif dan efisien membutuhkan kerja sama yang kompak antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran itu
harus terjadi interaksi yang intensif antarberbagai komponen sistem pembelajaran (guru, siswa, materi belajar, lingkungan).
Lebih-lebih jika kita menginginkan proses pembelajaran yang standar, yaitu proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik sebagaimana
diamanatkan oleh pasal 19 ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, jelas, pertama-tama pembelajaran
harus menarik.

Empat Hal Dasar


Untuk mewujudkan pembelajaran yang menarik (sekaligus efektif dan efisien), William Watson Purkey dalam artikelnya berjudul
Preparing Invitational Teachers for Next-Century Schools (dalam Slick, 1995:1-3) menyarankan empat hal yang harus ada dan

dipenuhi dalam setiap proses pembelajaran, demi untuk memberikan tujuan dan arah yang jelas. Keempat hal dasar tersebut meliputi:
kepercayaan (trust), rasa hormat (respect), optimisme (optimism), dan kesengajaan (intentionality).
Kepercayaan. Proses pembelajaran seyogyanya merupakan kegiatan bersama dan saling mendukung antara guru dan siswa, di mana
proses sama pentingnya dengan produk. Dalam praktik pembelajaran harus terjadi suatu pengenalan atas saling ketergantungan di
antara sesama manusia. Ungkap dia: Attempting to teach students without involving them in the process is a lost cause. Bahkan
andaikata usaha untuk membuat siswa melakukan apa yang diinginkan oleh guru tanpa kerja sama mereka dianggap berhasil, energi
yang dihabiskan oleh guru biasanya tidak sepadan dengan apa yang dicapai.
Rasa hormat. Rasa hormat dapat diwujudkan dengan kepedulian yang mendalam kepada para siswa dan perilaku yang memadai yang
ditunjukkan oleh guru. Harus dipahami bahwa setiap orang pasti mampu, bernilai, dan cakap untuk menjadi bertanggung jawab; dan
mereka harus diperlakukan secara benar. Rasa saling-menghormati di antara guru dan siswa, adalah dasar bagi terbangunnya
tanggung jawab bersama, sebagai unsur sangat penting yang harus ada dalam setiap kelas.
Optimisme. Setiap orang mempunyai potensi yang tak terbatas. Keunikan manusia adalah tidak-adanya batasan yang jelas mengenai
potensi yang telah ditemukan. Pembelajaran yang menarik tidak akan ada artinya apabila optimisme mengenai potensi manusia
terabaikan.
Kesengajaan. Potensi manusia dikenali terutama dengan tempat, proses, dan program yang dirancang untuk merangsang
perkembangan; dan ini dapat dilakukan guru yang dengan sengaja membuat dirinya menarik, bagi diri sendiri dan orang lain, secara
pribadi maupun secara profesional.

Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa pendekatan atau model bagi penyelenggaraan proses pembelajaran yang menarik. Misalnya: CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif) atau PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Atau yang berasal dari mancanegara (dari buku
terjemahan), seperti: Quantum Teaching (DePorter, 2001), Accelerated Learning (Meier, 2002).
Guru dapat mempraktikkan model atau pendekatan pembelajaran seperti disebutkan di atas, termasuk dari buku-buku terjemahan,
dengan penyesuaian tertentu. Boleh juga guru merancang model sendiri, atau memodifikasi model yang sudah ada dan disesuaikan
dengan kondisi lapangan. Namun, model apa pun yang digunakan, unsur-unsur seperti yang disarankan oleh Purkey dan pendapat
siswa di atas harus dipenuhi.

Yang harus dipahami, model atau pendekatan itu hanya alat. Semua kembali kepada siapa yang menggunakan (the man behind the
gun). Sebagus apa pun alatnya, kalau tidak didukung dengan kemampuan dan kemauan pemakainya, alat itu tidak banyak gunanya.
Dan untuk hal-hal yang menyangkut peningkatan mutu pendidikan, kembalinya adalah pada guru sebagai pelaksana di lapangan, yaitu
guru yang berkualitas dan memiliki komitmen tinggi untuk membantu siswa mencapai keberhasilan.
Komitmen di antaranya dipengaruhi oleh kedalaman pemahaman dan keluasan wawasan tentang hal-hal yang terkait dengan tugas.
Jika guru memiliki pemahaman dan wawasan yang baik tentang tugasnya, ia akan memiliki komitmen yang baik pula. Jadi dengan
banyak membaca, melihat, merenung atau merefleksi diri, berdiskusi dengan teman sejawat termasuk dengan siswa, atau melakukan
penelitian tentang keberhasilan pembelajaran, guru akan mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik.
https://www.gurusukses.com/merancang-pembelajaran-yang-menarik

This research project is being conducted as a component of a project for a master's degree in Educational Technology. The
purpose of this instructional design project is to develop and evaluate an instructional module for high school teachers to
effectively implement a flipped classroom at a private, college-preparatory institution in Honolulu.
Participation in the project will consist of participating in an online instructional module and survey. No personally identifiable
information will be included with the research results. Completion of the module and survey would entail, but not be limited to
approximately two hours.
The investigator believes there is little or no risk to participating in this research project. Participating in this research may be of
no direct benefit to you. Participation in this research project is completely voluntary. You are free to withdraw from
participation at any time during the duration of the project with no penalty, or loss of benefit to which you would otherwise be
entitled.
Your responses on the surveys are anonymous. I will not be able to tell who answered the questions unless you choose to put in
personal information, although none will be requested in the survey. The survey includes basic demographic questions, Likertscale, and a few open-ended questions.
Research data is confidential to the extent allowed by law. Agencies with research oversight, such as the UH Committee on
Human Studies, have the authority to review research data. By consenting to participate, you do not give up any personal legal
rights you may have as a participant in this study.

If you have any questions regarding this research project, please contact the primary researcher, Dean Shimamoto, at
dshimamo@hawaii.edu. If you have any questions regarding your rights as a research participant, please contact the UH
Committee on Human Studies at (808) 956-5007.

http://kokuamai.com/test/flipped/

For years, students have grown accustomed to traditional methods of instruction where teachers fill the role of "sage on the
stage," imparting their wisdom during allotted class time then sending work home to reinforce learned concepts with little or no
added support. As a result, students exist as mere listeners on the receiving end of a one-way communication process that does
little to promote social interaction or encourage critical thought. In an effort to "flip" this trend of passive learning, teachers are
now utilizing technology to implement a blended learning method that frees up class time for collaborative activities by shifting
lectures out of the classroom and on to the internet. This method, known as a "flipped" classroom, combines the benefits of
direct instruction and active learning to engage students in the educational process.
Introduction
Next Step
What is a flipped classroom?

Pioneered by Jonathan Bergman and Aaron Sams, chemistry teachers at Woodland Park High in Colorado,
"flipped" classrooms invert traditional teaching methods by delivering lectures online as "homework" and
shifting engagement activities into the classroom. By making this "flip," teachers are able to spend class time
working directly with students to provide hands-on instruction and support.
Video Commentary: Jonathan Bergman | Aaron Sams
Advantages of a flipped classroom

Active vs. passive learning - By moving lectures out of the classroom, students are able to become active
particpants in the learning process through learning activities delivered during the class period.

Self-paced instruction - Because lectures are available online 24/7, students are able to learn at the pace
that best suits them. They can stop and rewind explanations of concepts they find difficult and refer back to
past lectures to review older content.

Multiple learning styles - Different students learn in different ways, so by delivering instruction in multiple
forms, the likelihood for engagement and retention is improved.

Varied instruction - By offering instruction in multiple forms, students are more likely to remain motivated
throughout the learning process.

Social interaction - With added class time for collaborative activities, social interation is promoted amongst
the students and the student and teacher.

21st century preparation - Using technology for educational purposes at an early age develops technical
skills and provides students with a working knowledge of 21st century tools and resources.

Disadvantages of a flipped classroom

Non-universal accessibility - For one reason or another, not all students are capable of accessing online
instruction at home which can set them back in the learning process and limit their progress.

Additional time/effort - Creating online lessons and coming up with engaging learning activities for an
entire requires a significant amount of additional time and effort that some are not willing or able to commit.

Prev | Next | Back to top


Getting Started
Next Step
In this instructional module, you will gain the conceptual knowledge, technical skills and pedagogical expertise
necessary to deliver lessons via the internet and develop effective learning activities to promote creating
thinking and social interaction during class time using available resources.
Where do I start?

Flipping a class occurs in two steps. The first is to create and share a web-based video to deliver instruction (at home). The
second step is to create learning activities to implement during class time. So, beginning with step one, "Creating an Online
Instructional Video," you must first determine the type of delivery that is best suited for you and your course. To do so, ask
yourself the following:

How do I deliver instruction?

Teachers deliver instruction in different ways. Some lecture as they flip through slides. Some instruct through animated
gestures and movements. Some (mainly those in courses like chemistry, physics and math) use whiteboards to work
through problems by hand. Some combine all three.

How proficient am I with technology?

Just as instruction varies, so does the technical skill of each instructor. For those with high technical proficiency, the
options for creating an online video are much greater than those will less experience working with multimedia.

What are my budget concerns?


Budget can also come into play as both hardware and software often carry associated costs. While there are
more than a handful of free tools available to accomplish what you want, having a few extra dollars to spend
can provide you with a wider range of options.

Hardware & Software


Next Step
What type of hardware do I need?
Depending on the type of instruction you selected, the hardware requirements will vary. However, regardless of
the variation, two major components are required: a COMPUTER and BROADBAND INTERNET
CONNECTION.
Online Videos

Computer (PC or Mac)

Broadband Internet

Narrated Screencasts

Microphone (internal or external)

Web cam - Optional

Interactive Tablet - Optional

Computer (PC or Mac)

Broadband Internet

Videotaped Lectures

Digital Video Camera

Tripod - Optional

Computer (PC or Mac)

Broadband Internet

Can I use an Ipad to create an online instructional video?


Yes. The Apple iPad offers a wide range of options to develop video-based instruction. Using the built-in video
camera (iPad 2) along with the iMovie app, you can record lectures, edit and post them to YouTube. In addition,
relatively inexpensive screencasting apps are also available via iTunes that allow you to capture the movements
on your screen and record audio.
What type of software do I need?
Online Video (Free)
Using online video to deliver lessons does not require any additional software other than a standard
internet browser (Firefox, Internet Explorer, Chrome, etc.) which should already be installed on your computer.
Narrated Screencasts (Basic - Free; Advanced - $99+)

Creating a screencast that captures the movements on your screen along with an audio narrative requires just one piece of free,
web-based software - Screenr.com. Screenr is platform independent (PC or Mac), easy to use and FREE, but does have a few
minor limitations. The two most limiting are the lack of editing options and a five minute time limit.
For those that want more control over their video or expect to exceed the five minute limit, Camtasia is a trusted solution that
allows you to both capture your screen movements and edit the video to your liking after it has been recorded. Camtasia Studio
for PC is $299 and Camtasia for Mac is $99.
Compare Screenr.com

Software Cost - Free

Installation Required - None

Video Editing Capability - No

Capture Audio - Yes

Display Webcam Video - Yes

Capture Handwriting - Yes

Time Limit - 5 minutes

Compare Camtasia

Software Cost - $99 (Mac); $299 (PC)

Installation Required - Yes

Video Editing Capability - Yes

Capture Audio - Yes

Display Webcam Video - Yes

Capture Handwriting - Yes

Time Limit - Unlimited

** Only software compatible with the two major operating systems (Mac & PC) were included. Other platform
specific screencasting software is available, so if you are tied to a specific platform or are looking for a lower
cost solution, Google "screencasting software."
Is Screencasting the same as Vodcasting?
No. Screencasting is a specific type of Vodcasting that uses video captured from a computer screen. Vodcasting
is a broad term that refers to a recording and publishing of a personal video to the web. It is derived from the
term Podcast which is limited to audio. ** Videotaped Lectures (below) would be considered vodcasts.
Videotaped Lectures (Basic - Free; Advanced - $299+)

In order to capture and edit a videotaped lecture on your computer you will need video editing software. For most, the free
video editing software that comes preinstalled on your computer - iMovie (Mac) and Windows Movie Maker (PC) - is more
than sufficient to accomplish the task, but if you feel you need additional editing options, you may want to consider upgrading to
a more professional software package such as Adobe Premiere Pro or Final Cut Pro. These items start at $299.
** In the case that your camera is not compatible with your editing software, you may need additional software
to convert the video into a usable format.
What technical skills do I need?
Finding an Online Video
No technical skills are required to find an online video. Simply look through the educational resources and find
the video that is best suited to deliver your lesson.
Creating a Screencast

Creating a screencast can be as complex as you want it to be. If you're all about simplicity and want to get started right away,
please read through the "Beginner" option below. If you have a little more time to tinker and are technically inclined, make your
way down the "Advanced" path.
For BEGINNERS, the best way to get started is to go to Screenr.com and jump right in. For those that need a little
more instruction, watch this quick tutorial.

For ADVANCED users, download a trial version of Camtasia Studio for PC or Camtasia for Mac and use the tutorials
to get started (PC | Mac).
Tips for an Effective Screencast

Control Your Environment - Eliminate any ambient noise (close windows, turn off A/C, etc.) that could
clutter your audio.

Ensure Clear, Consistent Audio - If using a built-in microphone, maintain a constant distance and speak
with an even tone. If possible, use an external microphone to improve clarity.

Use the Proper Aspect Ratio - Focus the attention of the user by capturing only the important parts of your
screen. Keep in mind that most screencasts will not be viewed at full screen, so test your output to ensure it is
readable.

Hide Personal Information - If capturing and entire desktop or web browser, hide any personal information
(files, bookmarks, etc.) that could be visibile during the screencast.

Limit Mouse Movement - Reduce any visual noise that could distract the user. Think of the mouse as a
pointer and only move it when needed.

Write a Script - Prepare a script to ensure your screencast flows well and is direct and to the point.

How do I mimic a whiteboard on a screencast?


To capture handwritten movements (like writing on a whiteboard) you must purchase a Digital Pen/Tablet, then
follow this tutorial to complete the process.
Recording a Lecture
If you're able to set the camera on a stable platform and hit record, most of your work is done, though you
could encounter some difficulty in transfering the video on to your computer. Because there are so many
different types of cameras, you will need to hunt down your manual and follow the directions to make the
transfer.
QUICK TIP Use an external microphone (shotgun or clip-on) for better audio quality and clarity.
Editing & Uploading

If you followed the BEGINNER screencasting path above or decided to use an online video, then the editing and uploading has
already been done for you. Move on to the next step, "Sharing."
If you followed the ADVANCED screencasting path or decided to work with a videotaped lecture, then you have a few extra
editing and uploading steps to take care of before you can share your video.
Fortunately, the current versions of most editing software keep the editing process fairly straigtforward and
have built-in options for uploading. Use the tutorials provided to edit and upload your video, then move on to
"Sharing."
ADVANCED TUTORIALS

Camtasia

iMovie

Windows Movie Maker

Where should I upload my video?


YouTube is the most common website for uploading video, but because a large number of schools block the site
on their campus network, you may want to consider using alternative options such as Vimeo or TeacherTube.
Screenr and Camtasia (via Screencast.com) offer their own hosting solutions which may not be blocked, but due
to variations in security protocols you should check with your IT administrator before uploading.
Sharing

To share video with your students, you have two main options: LINKING and EMBEDDING.

To LINK to an uploaded video, go to the page where the video is posted and locate the "URL" section (Screenr) or click the
"Share" button (Youtube). Copy the URL shown and paste it on a printed assignment sheet, email or class website.
** LINKING is the simpler and more versatile of the two methods. Videos can only be EMBEDED on live webpages.

To EMBED an uploaded video, go to the page where the video is posted and locate the "Embed" section (Screenr) or click the
"Share" button (Youtube). In Screenr, click the "Get Embed Code" button, set the width in the popup box and copy the HTML
code shown. In YouTube, after clicking the "Share" button, find and click on the "Embed" button. Make the appropriate
customizations (if necessary), then copy the HTML code shown. Once the HTML code has been copied, paste the code directly
into your class website.
Prev | Next | Back to top
Learning Activities
Next Step
Now that you have learned how to create and share an online instructional video, the first half of your flip is
complete. The next step is to develop learning activities to fill your newly found class time.
Learning Strategies

In order to increase the effectiveness of your activities, three learning strategies will be presented. The ARCS Model of
Motivation will provide a structured framework to promote and sustain motivation throughout the learning process, the Problem
Based Learning (PBL) method will help to evoke critical thought, and Collaborative Learning will encourage communication
and social interaction amongst the students.
ARCS Motivational Model

According to Keller's ARCS Model of Motivation, there are four major factors that promote and sustain motivation in the
learning process. They are: Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction. By developing activities that account for each
of these four factors, students engagement is expected to improve.
Video: A Conversation with John Keller

ATTENTION Develop activities that arouse and sustain student attention.


Instructional Strategies

Stimulate the Senses - Arouse the senses by invoking suprise or uncertainty.

Promote Active Participation - Adopt strategies that encourage learners to be involved.

Use Multiple Methods - Keep the instruction dynamic and use a variety of methods to engage students.

Arouse Inquiry - Pose challenging questions or problems that stimulate thought.

Use Humor - Use humor (but not too much) to make the learning process fun.

RELEVANCE Develop activities that relate to the students' interests and goals.
Instructional Strategies

Use Familiar Terms - Use language and present situations that are related to students past experiences.

Show Future Worth - Demonstrate higher value by showing how the instruction will help achieve upcoming
goals.

Demonstrate Present Value - Show the value of the instruction and how it will affect them in the present.

Build on Existing Experience - Explain how current lessons will build upon past knowledge and
experiences.

CONFIDENCE Develop activities that promote confidence and can lead to a succesful outcome.
Instructional Strategies

Develop Clear Objectives - Establish clear expectations so students can feel confident they are on the right
track.

Allow for Manageable Growth - Allow the students to grow at a manageable rate that allows them to feel
success as they progress.

Create Successful Outcomes - Create outcomes that is challenging, yet allows the students to feel success.

Provide Feedback - Provide postive and constructive feedback to help students improve.

Allow for Learner Control - Allow students to have a sense of control over the pace of the learning process.

SATISFACTION Develop activities that reward students for successful work.

Instructional Strategies

Create Intrisic Value - Show students there is value in what they learned beyond the classroom.

Show that Knowledge is Applicable - Allow students to apply their learned knowledge in real life settings.

Provide Reinforcement - Provide reinforcement to improve motivation and encourage progress.

Offer Genuine Praise - Give praise when praise is warranted. Do not patronize.

For more information on the ARCS Model of Motivation visit John Keller's Official Website at
www.ARCSModel.com.
Problem Based Learning

Problem Based Learning, or PBL, is a student-centered instructional approach that promotes active learning through the
development of working solutions for existing, real-world problems. The goal is for students to develop practical knowledge,
problem-solving abilities, self-directed learning methods and collaborative skills.
In this approach, students are placed into groups and tasked with coming up with a working solution to a multifaceted, real world problem. To accomplish this, students must determine what they already know, identify what
they need to know to solve the problem and figure out a means to learn it, all while working together as a
collective group.
Video: Problem Based Learning: Explained
Characteristics of Problem Based Learning

Student Centered - Instruction is centered around the students rather than the teachers.

Problem Based - Real-life problems are given as the focus to develop working solution through self-directed
learning.

Self-Directed - Students direct their learning process and acquire knowledge on their own to solve the given
problem.

Teachers as Guides - Instructors play the role of facilitators, helping students work through the problemsolving process.

Collaborative - Students are placed in groups and must work together to develop a working solution.

For more information on Problem Based Learning visit the PBL website at the University of Delaware at
www.udel.edu/inst/.
Collaborative Learning
Rooted in Vygotsky's Social Development Theory which argues that social interaction plays a fundamental role
in cognitive development, Collaborative Learning is an broad term that describes a variety of instructional
approaches involving joint intellectual efforts by students, or students and teachers.
Video: Collaborative Learning
Benefits of Collaborative Learning

Constructivist Learning - Learning is an active, constructive process that requires the student to be
involved.

Diverse Perspectives - Working in groups provides additional views and perspectives that students would
not have access to working alone.

Supportive - Receiving support from both instructors and group members increases engagment and
learning.

Social Development - Interacting as a part of a group forces the development of social skills and improves
learning.

Teamwork & Responsibility - Work collectively as a part of a team to achieve a common goal develops
social skills and promotes individual responsibility.

Collaborative Learning Strategies

Determine Topics Suitable for Group Work - Not all topics and courses are suitable for group work.
Identify the lessons that will benefit most from collective interaction.

Develop Operating Standards for Groups - Explain how you want the groups to function and how the
work is to be divided.

Create Tasks that Require Collaboration - When developing the lesson, incorporate collaborative
activities into learning process.

Offer a Means for Peer Evaluation - Allow for team members to assess their peers as means to maintain
balance and ensure an equitable division of labor.

Create a Competition Amongst Groups - Competition provides added motivation for higher achievement
and group success.

Be Conscious of Group Size/Ability - Organize groups so that the size is manageable and the skills/abilties
of each team member allow for functional team interactions.

Assess Individual & Group Performance - To ensure that everyone pulls their weight and that the team
functions well in a group, develop assessments to measure both individual and group performance.

For more information on Collaborative Learning visit the Tools for Teaching at the University of California,
Berkeley at teaching.berkeley.edu/bgd/collaborative.html.
Types of Activities
Using the strategies listed above, develop learning activities that sustain motivation, encourage critical thought
and promote social interaction. Select an activity type from the list below and adapt it to your lesson (or
develop an entirely new activity).

Guided Instruction - Allow students to work through problems sets with your guidance and that of their
peers.

Competitive Games - Play individual and team games to promote competition and assess knowledge
acquisition.

Case Studies - Present case studies for students to analyze and come up with potential solutions for using
learned concepts.

Demonstrations - Conduct in-class demonstrations of learned concepts to promote engagement and display
relevance.

Group Discussion - Openly discuss learned topics in a forum-like atmosphere to promote concept sharing
and social interaction.

Peer Teaching - Have students present learned material in their own words and receive feedback from their
peers.

Project Development - Use class time to work on a class project, report or presentation.

Role-Playing Simulations - Put students in role-playing simulations to act our real-world scenarios that are
relevant to the learned concepts.

Prev | Next | Back to top


Resources
Next Step
Want more information? Need help finding great videos? Looking for sample lessons or activities? Listed below
is a wide range of educational and technical resources to help you through the process of "flipping" your
classroom.
Information

University of Northern Colorado: Vodcasting and the Flipped Classroom

Ning: The Flipped Class Network

News Articles

USA Today: 'Flipped' classrooms take advantage of technology

The Daily Riff: How the Flipped Classroom Is Radically Transforming Learning

New York Times: Five Ways to Flip Your Classroom With The New York Times

Edudemic: 15 Schools Using Flipped Classrooms Right Now

Post Journal: Flipped Classrooms Provide New Perspective

Globe and Mail: The Future of Education

User Generated Education: The Flipped Classroom Model: A Full Picture

Education Next: The Flipped Classroom

Economist: Flipping the Classroom

Online Videos

Video: Top Educational Video Sources

Video: Khan Academy

Narrated Screencasts

Software: 12 Free Screencasting Tools

Software: Screenr (Free)

Software: Camtasia

Software: iPad Screencasting Apps

Tutorial: Camtasia Studio (PC)

Tutorial: Camtasia for Mac

Hardware: Interactive Tablet (Wacom)

Tutorial: Whiteboard Screencast

Videotaped Lectures

Tutorial: Videotaping a Lecture

Tutorial: iMovie (Mac)

Tutorial: Windows Movie Maker (PC)

Hardware: Top HD Pocket Camcorders

ARCS Model

Web: Official Site for ARCS Model

Video: A Conversation with John Keller

PDF: ARCS Model Chart

Problem Based Learning

Web: Problem Based Learning - University of Delaware

Web: Problem Based Learning Faculty Institute - University of California, Irvine

Video: Problem Based Learning: Explained

Collaborative Learning

Web: Tools For Teaching - University of California, Berkeley

PDF: What is Collaborative Learning

Video: Collaborative Learning

Implementations

Web: 7 Stories From Educators About Teaching In The Flipped Classroom

Prev | Next | Back to top


SURVEY

Please help me to assess and improve this instructional module by providing feedback in the survey below. Thank you!
Loading...
Prev | Back to top
Time to start flipping! Good Luck!
To learn more about "flipped" classrooms, join the Flipped Classroom Network at www.FlippedClass.com.

Você também pode gostar