Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
I Gusti Agung Ayu Cahyaningrum Ananta
P07124214 017
PENDAHULUAN
Pada periode tahun 70-an infertilitas atau kesulitan punya anak bukan
merupakan topik yang hangat untuk dibicarakan. Diskusi lebih banyak membahas
dari sisi sosial saja terutama pada pentingnya punya anak. Bahasan sosial tentang
anak lebih ditonjolkan yaitu sebagai penerus generasi, tumpuan harapan orang tua,
ikatan keluarga menjadi lebih kukuh dan sebagainya (Hendy, 2006).
Namun dengan berjalannya waktu pandangan masyarakat terhadap
infertilitas telah berubah, mereka menginginkan informasi yang terbuka tentang
infertilitas dan tidak malu lagi untuk bertanya dan mencari pertolongan untuk
masalah infertilitas. Hal ini terbukti dengan diketahuinya banyak pasangan yang
datang berobat karena ingin punya anak dan makin banyaknya klinik infertilitas
yang berdiri untuk mengatasi masalah tersebut.
Penyebab infertilitas dapat berasal dari pihak istri maupun suami atau
keduanya. Dari pihak istri penyebabnya adalah dari faktor tuba (15%), ovarium
(21%), endometriosis (8%), faktor vagina, serviks dan endometrium (8%), faktor
psikogenik(8%) dan faktor idiopatik (15-25%) dan hal ini semakin meningkat
disebabkan insidensi fertilitas meningkat sejak 40 tahun terakhir ini selain itu pola
hidup
seperti
merokok,
mengkonsumsi
alkohol,
serta
obesias
terbukti
II.
PEMBAHASAN
Dalam praktek klinis sehari-hari, tidak selalu jelas apakah dan kapan
hal tersebut jumlah infertilitas primer memang jauh lebih tinggi, dan kisaran usia
dijumpai sekitar 22 tahun hingga 34 tahun. Namun penelitian yang berkembang
juga menunjukkan bahwa ada kenaikan usia infertilitas. 12,5% yang mengalami
infertilitas primer dan 31.25% dengan infertilitas sekunder adalah usia > 35 tahun.
Karena penurunan kesuburan dan meningkatnya waktu untuk pembuahan yang
terjadi setelah usia 35, wanita> 35 tahun harus dirujuk untuk infertilitas.
b. Durasi Infertilitas dan Gejala
Berdasarkan penelitian lima puluh wanita durasi infertilitas adalah 2-4
tahun di sebagian besar pasien (47,1%) di infertilitas primer dan (43,7%) di
infertilitas sekunder. Durasi rata-rata infertilitas ditemukan 4,8 tahun di infertilitas
primer dan 4,2 tahun di infertilitas sekunder. Gejala Mayor adalah dismenore,
nyeri panggul, dispareunia, yang sesuai dengan studi. Gejala lainnya yang
ditemukan sering dikaitkan dengan patologi pelvis organik. Diagnostik
laparoskopi harus dipertimbangkan dini pada pasien bergejala selama infertilitas
work-up (Shraddha SK, 2013).
Berdasarkan durasi infertilitas yang dilakukan kepada 118 wanita, yang
menjadi perhatian khusus paling sering dijumpai adalah 5 tahun yaitu sebesar 26
kasus (22,0%), sedangkan lama infertilitas 10 tahun dijumpai sebesar 7 kasus
(5,8%). Dari tabel diatas dapat dipilih sebaran penderita infertilitas berdasarkan
pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah tidak adanya keluhan yaitu
sebesar 34 kasus (28,8%), diikuti oleh gangguan haid yaitu sebesar 24 kasus
bahwa
sejarah
dismenore
atau
dispareunia
meningkatkan
kemungkinan mendeteksi endometriosis dari 41% menjadi 64% dan 69% masingmasing. Kehadiran kedua gejala meningkatkan kemungkinan untuk 83% (0,3).
Penyebab paling umum dari ketidaksuburan diamati dengan laparoskopi adalah
oklusi tuba (26%) disertai endometriosis (14,7%) dan ovarium polikistik (11,7%)
di infertilitas primer, penyakit radang panggul (18,7%) dalam kasus-kasus
infertilitas sekunder dan faktor tuba menyumbang hingga 40% dari infertilitas
dengan bervariasi dan beragam etiologi (Shraddha SK, 2013).
c. Sebaran penyebab infertilitas berdasarkan laparoskopi
Pada hasil penelitian yang dilakukan di Medan dengan 118 wanita,
penyebab inferilitas dapat diringkat dan yang paling sering dijumpai adalah
adanya endometriosis yaitu sebesar 34 kasus (28,8%), diikuti oleh penyebab yang
tidak terjelaskan sebesar 28 kasus (23,7%) (Ronny, A, dkk, 2004).
Sedangkan di K.S. Hegde Charitable hospital tidak berbeda endometriosis
ditemukan pada 5 (14,7%) dengan infertilitas primer dan 1 (6,25%) di sekunder
infertilitas. Endometriosis akan meningkat 15% pada kelompok infertilitas primer
dan 11,5% pada kelompok infertilitas sekunder (Shraddha SK, 2013).
Perlu menjadi perhatian bahwa wanita yang telah didiagnosis dengan
endometriosis
lebih
mungkin
untuk
mengalami
infertilitas,
dan
studi
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saran
Diharapkan pada kasus infertilitas sebelum melakukan laparoskopi klien
Daftar Pustaka
Ajartha, Ronny, Ronny Siddik, dkk. 2004. Peranan Laparoskopi Pada Penderita
Infertilitas Wanita. (online)
http://www.kalbemed.com/Portals/6/KOMELIB/GENITO-URINARY
%20SYSTEM/Obsgyn/Proferfil/role_lapar.pdf. Diakses pada : Sabtu, 31
Oktober 2015, pukul : 13.56 WITA
Hendarto, Hendy, dr, SpOG(K).2006. Pemeriksaan Dasar Infertilitas
(online)http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Pemeriksaan%20Dasar
%20Infertilitas_4070_3787 Diakses pada : Sabtu, 31 Oktober 2015,
pukul : 15.34 WITA
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2011. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Shetty K, Shraddha, Harish Shetty. 2013. Diagnostic Laparoscopy in Infertility A Retrospective study.
(online)http://www.ssjournals.com/index.php/ijbr/article/view/847/843.
Diakses pada : Sabtu, 31 Oktober 2015, pukul : 13.45 WITA