Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SINUSITIS
Oleh :
Elsa Patricia 1115060
Alfega Xavier 1115188
Rinaldy Alexander 1015051
Sandra Agna - 115188
Pembimbing :
dr.Purwadi, Sp THT - KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berhubungan dengan fossa cranii anterior (dibatasi oleh tulang compacta), orbita
(dibatasi oleh tulang compacta) dan dibatasi oleh periosteum, kulit dan tulang diploic.
Sinus sfenoidalis rerbentuk pada fetus usia bulan III Sinus sfenoidalis terletak
pada corpus, alas dan processus os sfenoidalis. Volume pada orang dewasa 7 cc.
Sinus sfenoidalis berhubungan dengan sinus cavernosus pada dasar cavum cranii.
glandula pituitari, chiasma n.opticum, ranctus olfactorius dan arteri basillaris brain
stem (batang otak).
1.
2.
gigi),
yang
sering
menyebabkan sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar dan
molar). Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus
influenza,
Steptococcusviridans,
Staphylococcus
aureus,
Branchamella
catarhatis
Etiologi
Faktor internal seperti daya tahan tubuh yang menurun akibat defisiensi gizi yang
menyebabkan tubuh rentan dijangkiti penyakit dan faktor eksternal seperti perubahan
musim yang ekstrim, terpapar lingkungan yang tinggi zat kimiawi, debu, asap
tembakau dan lain-lain.
Faktor-faktor lokal tertentu juga dapat menjadi predisposisi penyakit sinusitis,
berupa deformitas rangka, alergi, gangguan geligi, benda asing dan neoplasma.
Adapun agen etiologinya dapat berupa virus, bakteri atau jamur.
Virus
Sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas, infeksi virus
yang lazim menyerang hidung dan nasofaring juga menyerang sinus. Mukosa
sinus paranasalis berjalan kontinyu dengan mukosa hidung dan penyakit virus
yang menyerang hidung perlu dicurigai dapat meluas ke sinus. Antara agen
virus tersering menyebabkan sinusitis antara lain: Rhinovirus, influenza virus,
parainfluenza virus dan adenovirus.
Bakteri
Organisme penyebab tersering sinusitis akut mungkin sama dengan penyebab
otitis media. Yang sering ditemukan antara lain: Streptococcus pneumonia,
Haemophilus
influenza,
Branhamella
cataralis,
Streptococcus
alfa,
Jamur
Biasanya terjadi pada pasien dengan diabetes, terapi immunosupresif, dan
immunodefisiensi misalnya pada penderita AIDS. Jamur penyebab infeksi
biasanya berasal dari genus Aspergillus dan Zygomycetes.
Faktor Predisposisi
Infeksi : rhinitis kronis dan rhinitis alergi yang menyebabkan obstruksi ostium
sinus serta menghasilkan banyak lendir yang merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman
Lingkungan berpolusi, udara dingan dan kering yang dapat merubah mukosa dan
merusak silia
Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran
klirens dari mukosiliar di dalam kompleks osteo meatal (KOM). Disamping itu
mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan
lendir tidak dapat dialirkan karena ostium sinus tersumbat. Maka terjadi tekanan
negatif di dalam rongga sinus terjadinya transudasi, yang mula-mua cairan serosa.
Gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif
dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media
yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. Kondisi inilah yang disebut
rhinosinusitis non-bacterial.
Bila sumbatan berlangsung terus akan terjadi hipoksia dan retensi lendir
sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan jaringan
menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan kista. Polip nasi dapat menjadi
manifestasi klinik dari penyakit sinusitis. Polipoid berasal dari edema mukosa,
dimana stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga mukosa yang sembab
menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, dimana mukosa yang sembab makin
membesar dan kemudian turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai,
sehingga terjadilah polip.
Perubahan yang terjadi dalam jaringan dapat disusun seperti dibawah ini, yang
menunjukkan perubahan patologik pada umumnya secara berurutan:
1. Jaringan submukosa di infiltrasi oleh serum, sedangkan permukaannya kering.
Leukosit juga mengisi rongga jaringan submukosa.
2. Kapiler berdilatasi, mukosa sangat menebal dan merah akibat edema dan
pembengkakan struktur subepitel. Pada stadium ini biasanya tidak ada
kelainan epitel.
3. Setelah beberapa jam atau sehari dua hari, serum dan leukosit keluar melalui
epitel yang melapisi mukosa. Kemudian bercampur dengan bakteri, debris,
epitel dan mukus. Pada beberapa kasus perdarahan kapiler terjadi dan darah
bercampur dengan sekret. Sekret yang mula-mula encer dan sedikit, kemudian
menjadi kental dan banyak, karena terjadi koagulasi fibrin dan serum.
4. Pada banyak kasus, resolusi terjadi dengan absorpsi eksudat dan berhentinya
pengeluaran leukosit memakan waktu 10 14 hari.
5. Akan tetapi pada kasus lain, peradangan berlangsung dari tipe kongesti ke tipe
purulen, leukosit dikeluarkan dalam jumlah yang besar sekali. Resolusi masih
mungkin meskipun tidak selalu terjadi, karena perubahan jaringan belum
menetap, kecuali proses segera berhenti. Perubahan jaringan akan menjadi
permanen, maka terjadi perubahan kronis, tulang di bawahnya dapat
memperlihatkan tanda osteitis dan akan diganti dengan nekrosis tulang.
Perluasan infeksi dari sinus kebagian lain dapat terjadi melalui :
tromboflebitis dari vena yang perforasi
Perluasan langsung melalui bagian dinding sinus yang ulserasi atau
nekrotik
terjadinya defek
melalui jalur vaskuler dalam bentuk bakterimia.
Masih dipertanyakan apakah infeksi dapat disebarkan dari sinus secara
-
limfatik.
Gejala Klinik Sinusitis Akut
Sinusitis maksillaris
Demam, malaise
Nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian aspirin.
Sakit dirasa mulai dari pipi ( di bawah kelopak mata ) dan menjalar ke dahi
atau gigi. Sakit bertambah saat menunduk.
Nyeri pipi yang khas : tumpul dan menusuk, serta sakit pada palpasi dan
perkusi.
Sekret mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan kadang berbau busuk
Adanya pus atau sekret mukopurulen di dalam hidung, yang berasal dari
metus media, dan nasofaring.
Sinusitis ethmoidalis
Nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan di atas jembatan hidung
menjalar ke arah temporal
Nyeri sering dirasakan di belakang bola mata dan bertambah apabila mata
digerakkan
Adanya pus dalam rongga hidung yang berasal dari meatus media
Sinusitis frontalis
Nyeri kepala yang khas di atas alis mata. Nyeri biasanya pada pagi hari,
memburuk pada tengah hari dan berangsur angsur hilang pada malam hari.
Nyeri hebat pada palpasi atau perkusi daerah sinus yang terinfeksi
Sinusitis sphenoidalis
Nyeri kepala dan retro orbita yang menjalar ke verteks atau oksipital
Gejala subyektif : Gejala sistemik yaitu : demam dan rasa lesu, serta gejala
lokal yaitu :hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbau dan mengalir
ke nasofaring (postnasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada
pagihari, nyeri di daerahsinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat
lain.
Gejala Obyektif : Pembengkakan pada sinus maksila terlihat di pipi dan
kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak mata
atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul pembengkakan kecuali jika terdapat
komplikasi.
Pada rhinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema, pada
sinusitismaksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak nanah
di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan dansinusitis
sphenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.( Pada sinusitis akut tidak
ditemukan polip,tumor maupun komplikasi sinusitis.Jika ditemukan maka kita
3. Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat
dilihat pada foto waters.
Bagaimanapun juga, harus diingat bhwa foto SPN 3 posisi ini memiliki
kekurangan dimana kadang kadang bayangan bibir dapat dikacaukan dengan
penebalan mukosa sinus.
CT Scan
CT Scan adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang paling
baik akan adanya kelainan pada mukosa dan variasi antominya yang relevan
untuk mendiagnosis sinusitis kronis maupun akut.
Walaupun demikian, harus diingat bahwa CT Scan menggunakan dosis radiasi
Penatalaksanaan
Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan
pembedahan (operasi).
Penatalakanaan yang dapat diberikan pada pasien sinusitis akut, yaitu:
Pada kasus sinusitis kronis, antibiotik diberikan selama 4-6 minggu sebelum
diputuskan untuk pembedahan. Dosis amoksisilin dapat ditingkatkan sampai
90 mg/kgbb/hari. Pada pasien dengan gejala berat atau dicurigai adanya
komplikasi diberikan antibiotik secara intravena. Sefotaksim atau seftriakson
dengan klindamisin dapat diberikan pada Streptococcus pneumoniae yang
resisten.
Terapi
tambahan:
Terapi
tambahan
meliputi
pemberian
antihistamin,
edem
atau
inflamasi
yang
mengakibatkan
obstruksi
ostium,
Amoxicillin 1500mg dengan klavulanat 125 mg per oral 2 kali sehari selama
10 hari, atau
Amoxicillin 1500mg per oral 2 kali sehari dengan Clindamycin 300 mg per
oral 4 kali sehari selama 10 hari, atau
sekret
terus
menerus
yang
tidak
membaik
dengan
terapi
konservatif.24Beberapa
tindakan
pembedahan
pada
sinusitis
antara
lain
adenoidektomi, irigasi dan drainase, septoplasti, andral lavage, caldwell luc dan
functional endoscopic sinus surgery (FESS).Terdapat tiga pilihan operasi yang dapat
dilakukan pada sinusitis maksilaris, yaitu unisinektomi endoskopik dengan atau tanpa
antrostomi maksilaris, prosedur Caldwell-Luc, dan antrostomi inferior. Saat ini,
antrostomi unilateral dan unisinektomi endoskopik adalah pengobatan standar
sinusitis maksilaris kronis refrakter. Prosedur Caldwell-Luc dan antrostomi inferior
antrostomy jarang dilakukan.
Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya
antibiotika. Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis
dengan eksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
Komplikasi Orbita
Komplikasi ini dapat terjadi karena letak sinus paranasal yang berdekatan
dengan mata (orbita). Sinusitis etmoidalis merupakan penyebab komplikasi orbita
yang tersering kemudian sinusitis maksilaris dan frontalis. Terdapat lima tahapan
terjadinya komplikasi orbita ini.
a.
b.
Selulitis orbita. Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif
menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk
c.
d.
Abses periorbita. Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan
bercampur dengan isi orbita
e.
Komplikasi Intrakranial
Komplikasi ini dapat berupa meningitis, abses epidural, abses subdural, abses
otak.
Kelainan Paru
Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelaian paru ini disebut
sinobronkitis. Sinusitis dapat menyebabkan bronchitis kronis dan bronkiektasis.
Selain itu juga dapat timbul asma bronkhial.
Pencegahan
Tidak ada cara yang pasti untuk menghindari baik sinusitis yang akut atau kronis.
Tetapi di sini ada beberapa hal yang dapat membantu:
-
Hindari terpapar yang dapat menyebabkan iritasi, seperti asap rokok atau aroma
bahan kimia yang keras.
Prognosis
Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh secara
spontan tanpa pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa mengalami relaps
setelah pengobatan namun jumlahnya sedikit yaitu kurang dari 5 %. Komplikasi dari
penyakit ini bisa terjadi akibat tidak ada pengobatan yang adekuat yang nantinya akan
dapat menyebabkan sinusitis kronik, meningitis, brain abscess, atau komplikasi extra
sinus lainnya.
Sedangkan prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan pengobatan
yang dini maka akan mendapatkan hasil yang baik.
BAB III
PENUTUP
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA