Você está na página 1de 25

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


3.1. Perhitungan volume lalu lintas
Volume lalu lintas merupakan dasar perencanaan lampu lalu lintas yaitu
besarnya volume lalu lintas yang tertunda akibat lampu lalu lintas tersebut dan
terjadi pada jam sibuk serta hari sibuk. Data volume puncak pada setiap
pergerakan kendaraan di sesuaikan terhadap satuan mobil penumpang (smp)
bagi setiap jenis kendaraan. Adapun volume maksimum pada persimpangan
jalan Batara Bira (Baddoka) Daeng Ramang Dan Perintis Kemerdekaan
Km.17 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Volume Lalu lintas pada Persimpangan Jalan Perintis
Kemerdekaan km.17 Daeng Ramang dan Baddoka
Volume
Hari
Jam
Ruas Jalan
Puncak
Pengamatan Pengamatan (kend./jam)
Batara Bira
(Baddoka)
Barat
Daeng

Selasa

13.30-14.30

882

Ramang
Timur
Perintis
Kemerdekaa

Selasa

08.00-09.00

1367

n
Utara
Perintis
Kemerdekaa

Selasa

07.15-08.15

4362

n
Selatan

Selasa

16.30-17.30

4365

Sumber
data
(lamp.hal)

3.2. analisa persimpangan


3.2.1.Geometri Persimpangan dan Lingkaran
3.2.2. Perhitungan Rasio Belok Kiri Lngsung (PLT) dan Belok Kanan
(PRT)

Banyaknya kendaraan yang melalui persimpangan untuk


masing-masing ruas jalan dapat dilihat pada perhitungan Rasio Belok Kanan
(PRT), Rasio Belok Kiri (PLT) dan rasio kendaraaan tak bermotor.
Perbandingan arus alau lintas berbelok ini juga akan jadi pertimbangan
apakah perlu ada penggunaan fase tersendiri untuk lalu lintas belok kanan.
Hal ini akan disesuaikan dengan penggunaan fase sebelumnya dengan
menggunakan 2 fase.
Adapun perhitungan rasio belok kiri, belok kanan dan rasio
kendaraan tak bermotor adalah sebagai berikut:
Batara Bira Baddoka Barat :
Diketahui :
LT =
71.2 Kend./jam
RT =
299 Kend./jam
ST =
92.4 Kend./jam
Q total (smp/jam) = 462,6
*Rasio Belok Kiri
71.2
PLT =
462.6
*Rasio Belok Kanan
299
PRT =
462.6
*Rasio Belok Lurus
92.4
PST =
462.6

0.154

0.701

0.200

Daeng Ramang Timur :


Diketahui :
LT =
448.1 Kend./jam
RT =
165.4 Kend./jam
ST =
227.6 Kend./jam
Q total (smp/jam) =

841

*Rasio Belok Kiri


448.1
PLT
=
841.1
*Rasio Belok Kanan
165.4
PRT
=
841.1

0.533

0.197

0.271

*Rasio Lurus
PST

227.6
841.1

Perintis Kemerdekaan Utara :


Diketahui :
LT =
220.8 Kend./jam
RT=
198.1 Kend./jam
ST = 2054.3 Kend./jam
Q total (smp/jam)
=
2473
*Rasio Belok Kiri
PLT =
220.8 = 0.089
2473.2
Perintis Kemerdekaan Selatan :
*RasioDiketahui
Belok Kanan
:
=
88.3
Kend./jam
PRT =LT 198.1
= 0.080
RT 2473.2
=
162.3 Kend./jam
2156.
ST =
2 Kend./jam
*Rasio Belok Lurus
PST Q
= total2054
= 0.831
(smp/jam)
240
2473.2
=
7
*Rasio Belok Kiri
88.3
PL
=
2406.
T
8

*Rasio Belok Kanan


162.3
PR
=
=
2406.
T
8
*Rasio Belok Lurus
2156
PS
=
=
2406.
T
8

0.037

0.067

0.896

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut


Tabel 3.3 Perhitungan rasio belok kiri, belok kanan dan lurus

Ruas Jalan

ST

RT

LT

Baddoka
92.4
299
71.2
Barat
Daeng
Ramang
227.6 165.4 448.1
Timur
Perintis
Kemerdekaa
220.8 198.1 2054
n
Utara
Perintis
Kemerdekaa
88.3 162.3 2156
n
Selatan
Hasil Olah Data

Arus Lalu
Lintas
(Q) total
(smp/jam)

PST

PRT

PLT

462.6

0.199

0.646

0.154

841.1

0.271

0.197

0.533

2473.2

0.831

0.080

0.089

2406.8

0.896

0.067

0.037

3.3. Perhitungan
1. Menentukan waktu antara hijau (MERAH SEMUA) dan waktu hilang ( Loss
Time = LS) (LTI)
Waktu hilang ditentuakan sebagai berikut :
Waktu merah semua = 3 detik/fase
LTI = (merah semua + waktu kuning)

LTI = 3 detik + 3 detik ( 2 fase)


= 3+6
= 9 detik
2. Menentukan faktor lebar pendekatan efektif (We)
Rumus 3.4 Tipe pendekatan
a. Jika WLTOR > 2 m maka
We = WA - WLTOR atau
Digunakan nilai terkecil
WC = WENTRY
b. Jika WLTOR > 2 m maka
We = WA
Digunakan nilai terkecil

WC = WENTRY
Lengan B = Batara Bira (Baddoka)
Penentuan nilai We :
WLTOR = 3,7 > 2 m
Maka :
We
= nilai terkecil dari :
WA
= 7,4 m atau WENTRY = 3,7 m
WA WLTor = 3,7 m
We
We

min
WENTRY

= 3,7 m

= 3,7m

Lengan T = Jalan Baji Ateka Timur


Penentuan nilai We :
WLTOR = 3,7 > 2 m
Maka :
We
= 7,4 nilai terkecil dari : 3,7
WA
= 7,4 m atau WENTRY = 3,7 m
WA - WENTRY = 3,7 m
We

min
WENTRY

We

= 3,7 m

= 3,7 m

Lengan S = Jalan Cendrawasih Selatan


Penentuan nilai We :

WLTOR = > 2 m
Maka :
We
= nilai terkecil dari :
WA
= 14 m atau WENTRY = 7 m

We

We

= 7m

WA - WENTRY = 7 m
min
WENTRY
=7m

Lengan U = Cendrawasih Utara


Penentuan nilai We :
WLTOR = 7 > 2 m
Maka :
We
= Nilai terkecil dari :
WA
= 14 m atau WENTRY = 7 m
WA - WENTRY = 7 m
We

min
WENTRY

We

=7m

= 7m

3. Menentuakan arus jenuh dasar (So)


Lengan T = lengan T B untuk ( Fase I )
Menentukan nilai So
So = 600 x 3,7 = 2220 (smp/jam hijau)

Lengan B = lengan B T untuk ( Fase I )


Menentukan nilai So
So = 600 x 3,7 = 2220 (smp/jam hijau)

LenganU = lengan U S untuk ( Fase II )


Menentukan nilai So
So = 600 x 7 = 4200 (smp/jam hijau)

Lengan S = lengan S U untuk ( Fase II )


Menentukan nilai So
So = 600 x 7 = 4200 (smp/jam hijau)

4. Menentukan faktor-faktor penyesuaian

Untuk dapat menentukan nilai arus jenuh dasar (S), maka digunakan
persamaan sebagai berikut :
S = So x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT (smp/jam hijau)
Nilai ini diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung dan menyesuaikan
dengan :
a. Menentukan faktor koreksi ukuran kota (FCS), maka nilai FCS = 1,00
b. Menentukan faktor koreksi gangguan samping dan jenis lingkungan jalan
(FSF). Faktor penyesuaian hambatan samping (F SF) untuk tipe daerah
permukiman dengan kepadatan tinggi, maka nilai FSF = 1,00
c. Menentukan faktor kelandaian jalan (FG). Dari formulir geometri
pengaturan lalu lintas lingkungan untuk suatu jalan datar, maka nilai
kelandaiannya = 1,00
d. Menentukan faktor akibat pengaruh kendaraan yang diparkir pertama (FP)
= 1,00 untuk lengan tidak ada aktivitas parkir.
e. Menentukan penyesuaian kendaraan terhadap arus belok kanan (FRT).
Dapat dilihat pada perhitungan dengan rumus berikut :
FRT = 1,0 + PRT x 0,26 maka,
Untuk lengan B = Batara Bira (Baddoka)
FRT = 1,0 + 0.701 x 0,26 = 1.182
Untuk lengan T = Daeng Ramang
FRT = 1,0 + 0.1967 x 0,26 = 1.051
Untuk lengan S = Perintis Kemerdekaan Km.17
FRT = 1,0 + 0,080 x 0,26 = 1.021
Untuk lengan U = Perintis Kemerdekaan Km.17
FRT = 1,0 + 0.067x 0,26 = 1.017
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4 arus belok kanan (FRT)
Lengan persimpangan

FRT

B
T
S
U

1.182
1.051
1.021
1.017

Menentukan penyesuaian kendaraan terhadap arus belok kiri (FLT).


FLT dapat dilihat pada perhitungan berikut dengan rumus :
FLT = 1,0 + PLT x 0,16 maka,
Untuk lengan B = Batara Bira (Baddoka)

FLT = 1,0 + 0.154x 0,16 = 1.025


Untuk lengan T = Daeng Ramang
FLT = 1,0 + 0.533x 0,16 = 1.085
Untuk lengan S = Perintis Kemerdekaan Km.17
FLT = 1,0 + 0.089 x 0,16 = 1.014
Untuk lengan U = Perintis Kemerdekaan Km.17
FLT = 1,0 + 0,037 x 0,16 = 1.006

Lengan persimpangan

FLT

B
T
S
U

1.025
1.085
1.014
1.006

Berdasarkan data diatas maka nilai arus jenuh dasar (S), adalah :
S
= So x Fcs x Fsf x FG x Fp x FRT X FLT (smp/jam hijau)
Lengan B lengan B T untuk (fase I)
S
= So x Fcs x Fsf x FG x Fp x FRT X FLT
= (2.220) x (1,00) x (0,94) x (1,00) x (1,00) x(1.168) x (1.025)
= 2498,317 smp/jam hijau

5.

Lengan T Lengan T B untuk (fase I)


S
= So x Fcs x Fsf x FG x Fp x FRT X FLT
= (2.220) x (1,00) x (1,00) x (1,00) x (1,00) x (1.051)x(1.085)
= 2379,651 smp/jam hijau
Lengan S Lengan S-U untuk (fase II)
S
= So x Fcs x Fsf x FG x Fp x FRT X FLT
= (4.200) x (1,00) x (0,94) x (1,00) x (1,00) x (1.021)x (1.014)
= 4087,341 smp/jam hijau
Lengan U Lengan U-S untuk (fase II)
S
= So x Fcs x Fsf x FG x Fp x FRT X FLT
= (4.200) x (1,00) x (0,94) x (1,00) x (1,00) x (1.017) x (1.006)
= 4039,270 smp/jam hijau

Menentukan faktor rasio arus/arus jenuh (FR). Nilai FR diperoleh


berdasarkan arus lalu lintas dibagi arus jenuh:
BARAT
FR = Q/S
= 462,6/ 249,832 = 0,185

TIMUR
FR = Q/S
= 841,1/ 237,965 = 0,353
SELATAN
FR = Q/S
= 2.473,2 / 40,873 = 0,605
UTARA
FR = Q/S
= 2.406,8 / 40,392 = 0,596
Untuk perhitungan selanjutnhya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6 faktor rasio arus (FR)
Fase

Approach

Q
(smp/jam)

S
(smp/jam)

FR=Q/S

B -T
T -B

462,6
841,1

2498,317
2379,651

0,512
0,353

II

S -U
U -S

2473,2
2406,8

4087,341
4039,207

0,605
0,596

6. Menentukan faktor rasio arus simpang (IFR). Nilai IFR diperoleh


berdasarkan nilai tertinggi dari nilai-nilai FR.
PR = Frcrit / IFR
= 0,353 / 0,959
= 0,369
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.7 faktor rasio arus simpang (IFR)
Fase

Approach

FR = Q/S

Frcrit

PR

B-T
T-B

0,185
0,353

0,353
-

0,369

II

S-U
S-U

0,605
0,596

0,605
-

0,631

0,959

IFR = Frcrit

Keterangan :

IFR
PR

=
=

(Frcrit)
Fcrit/IFR

7. Menentukan faktor waktu siklus dan waktu hijau (c)


a. Waktu siklus
( 1,5 ) ( ) +(5)
C
=
(1IFR)
( 1,5 )( 9 )+(5)
C
=
(10,959)
18,5
=
= 446,245 detik
0,041
b. Waktu hijau (Green time =g) dihitung dengan rumus :
Fase I
gi
= ( C LTI) x Frcrit / ( Frcrit)
= (446,245 9) x 0,353/ 0,959
= 161,231 detik
Fase II
gi
= (C LTI) x Frcrit / ( Frcrit)
= ( 446,245 9) x 0,605/ 0,959
= 276,015 detik
Alokasi waktu siklus dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 3.8 alokasi waktu siklus

Fase
I
II

Waktu (detik)
Hijau

Kuning

Merah

Siklus

161,231

3
3

282,015
167,231

446,245

276,015

Gambar 4.2 traffict condition


161,231
3
3
Fase - I
167,231

282,015
276,015

All Red
3.4 perhitungan kapasitas simpang (C)

Untuk menghitung kapasitas simpang menurut MKJI halaman


2-61 digunakan rumus :
B-T
C
= S x g/c
=2498,317 x 161,231/446,245
= 902,655 (smp/jam)
T-B
C

S-U
C

U-S
C

=S x g/c
= 2379,651 x 161,231/446,245
= 859,780 (smp/jam)
= S x g/c
= 4087,341 x 276,015/446,245
= 2528,128 (smp/jam)
= S x g/c
= 4039,207 x 276,015/446,245
= 2498,356 (smp/jam)

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 3.9 kapasitas samping
Fas

Approac

S
(smp/jam)

gi
(detik)

C
(detik)

C=S x g/c

B-T
T-B

2498,317
2379,651

161,231

446,245

902,655
859,780

II

S-U
U-S

4087,341
4039,207

276,015

446,245

2528,128
2498,356

Untuk menghitung derajat kejenuhan menurut MKJI hal. 2-61


Digunakan rumus :
Barat
DS
= Q/C
462,6
=
= 0,512 (smp/jam)
902,655
Timur
DS
=Q/C
841,1
=
= 0,978 (smp/jam)
859,780

Selatan
DS
= Q/C
2473,2
=
= 0,978 (smp/jam)
2528,128
Utara
DS
=Q/C
2406,8
=
2498,356

= 0,963 (smp/jam)

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 3.10 derajat kejenuhan (DS)
Fase

Approach

Q
(smp/jam)

C
(smp/jam)

DS = Q/C
(smp/jam)

B-T
T-B

462.6
841.1

902,655
859,780

0,512
0,978

II

S-U
U-S

2473.2
2406.8

2528,128
2498,356

0,978
0,963

3.5 Rasio Hijau (GR)


Rasio hijau dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Fase I
Fase II
GR = g/c
GR = g/c
161,231
276,015
=
= 0,361
=
= 0,619
446,245
446,245
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.11 rasio hijau (GR)
Fase

Approach

gi
(detik)

C
(detik)

GR=

B-T
T-B

161,231

446,245

0,3

II

S-U
U-S

276,015

446,245

0,6

3.6 Antrian
1. jumlah kendaraan Antri (NQ)
Jumlah smp yang tersisa dari fase sebelumnya :
Untuk DS > 0,5 :
Rumus :
NQ1 = 0,25 x C x

(DS-1)

BARAT

( DS1) +

8(DS0,5)
C

NQ1 = 0,25 x 902,655 x (0,512 -1) +

(0,5121) +

8(0,5120,5)
902,655
= 225,664 x (-0,488) +
= 225,664 x

0,238+0,000 1

(-0,488) + 0,488

= 0,026
TIMUR
NQ1 = 0,25 x 859,780 x

(0,978-1) +

= 214,949 x

(-0,022) +

= 214,949 x

(-0,022) + 0,070

0,0005+0,004

= 10,410
SELATAN
NQ1 = 0,25 x 2528,128 x (0,978-1)

+ (0,9781)2 +

8(0,9780,5)
2528,128

(0,9781)2 +

8(0,9780,5)
859,780

= 632,033 x

(-0,022) +

= 632,033 x

(-0,022) + 0,045

0,005+0,002

= 14,431
UTARA
NQ1 = 0,25 x 2498,356 x

+ (0,9631) +

(0,963-1)

8(0,9630,5)
2498,356
= 624,589 x
= 624,589 x

(-0,037) +

0,001+0,001

(-0,037) + 0,053

= 10,318
Catatan:
Untuk DS<0,5 : NQ1
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.12. jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
(NQ1)
Fase
I
II

Approach
BT

NQ1(smp/km/lajur)
0,026

TB
SU

10,410
14,431

US

10,318

Jumlah smp yang datang selama fase merah :

BARAT
NQ2 =

1GR
1GR DS

Q
3600

NQ2 =

10,361
10,185

462,6
3600

= 0,101

NQ2 =

1GR
1GR DS

Q
3600

maka,

NQ2 =

10,361
10,353

841,1
3600

= 0,231

maka,

TIMUR

SELATAN
NQ2 =

1GR
1GR DS

NQ2 =

10,619
10,605

Q
3600

maka,

2473,2
3600

= 0,664

UTARA
NQ2 =

1GR
1GR DS

NQ2 =

10,619
10,596

x 3600 maka,

2406,8
3600

= 0,631

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 3.13. Jumlah smp yang datang selama fase merah (NQ2 )
Fase
I

Approach
BT

NQ2(smp/km/lajur)
0,101

TB

0,231

II

SU

0,664

US

0,631

Jadi jumlah kendaraan antri :


BARAT
NQ = NQ1 + NQ2
= 0,026 + 0,101
= 0,126
TIMUR
NQ = NQ1 + NQ2
= 10,410 + 0,231
= 10,641
SELATAN
NQ = NQ1 + NQ2
= 14,431 + 0,664
= 15,094
UTARA
NQ = NQ1 + NQ2
= 10,318 + 0,631
= 10,949
Untuk perhitungan selanjutnyadapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.14. Jumlah kendaraan antri (NQ)
Fase

Approach

NQ1

NQ2

NQ

(smp/km/jam

(smp/km/jam (smp/km/jam

B-T

)
0,026

II

T-B
SU

10,410
14,431

0,231
0,664

10,641
15,094

US

10,318

0,631

10,949

0,101

0,126

2. panjang antrian (QL)


Panjang antrian dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BARAT
QL =

NQmax
Wentry

QL =

0,126
3,7

x 20
x 20 = 0,683

TIMUR
QL =

NQmax
Wentry

QL =

10,641
3,7

x 20
x 20 = 57,519

SELATAN
QL =

NQmax
Wentry

QL =

15,094
7

x 20
x 20 = 43,283

UTARA
QL =

NQmax
Wentry

QL =

10,949
7

x 20
x 20 = 31,283

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 3.15. Panjang antrian ( QL)
Fase

Approach

NQMAX

WENTRY

QL

(smp/km/lajur

(meter)

(smp/km/lajur

BT

18,961

3,7

0,683

II

TB
SU

213,515
615,089

3,7
7

57,519
43,126

U-S

589,224

31,283

3.7 . Kendaraan Terhenti


1. Angka Henti (Nsv)
Angka henti (Nsv) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BARAT
NS = 0,9 x

NQ
Q Xc

NS = 0,9 x

0,126
462,6 x 446,245

x 3600
x 3600 = 0,002

TIMUR
NS = 0,9 x

NQ
Q Xc

NS = 0,9 x

10,641
841,1 x 446,245

x 3600
x 3600 = 0,092

SELATAN
NS = 0,9 x

NQ
Q Xc

NS = 0,9 x

15,094
2473,2 x 446,245

x 3600
x 3600 = 0,044

UTARA
NS = 0,9 x

NQ
Q Xc

NS = 0,9 x

10,949
2406,8 x 446,245

x 3600
x 3600 = 0,033

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.16. Panjang antrian ( NS)


Fase
I

Approach
BT

II

NS(smp/jam)
0,002

TB
SU

0,092
0,044

US

0,33

2. Kendaraan Terhenti ( NSV )


Kendaraan Terhenti ( NSV ) masing-masing pendekat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
BARAT
NSV = Q x NS
= 462,6 x 0,002
= 0,917
TIMUR
NSV = Q x NS
= 841,1 x 0,092
= 77,260
SELATAN
NSV = Q x NS
= 2473,2 x 0,044
= 109,593
UTARA
NSV = Q x NS
= 2406,8 x 0,033
=- 79,498
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.17. Kendaraan terhenti (NSV )
Fase

Approach

Q (smp/jam)

NS(smp/jam)

NSV

B-T

462,6

0,002

(smp/jam)
0,917

T-B

841,1

0,094

77,260

II

SU

2473,2

0,044

109,593

U-S

2406,8
6.183,7

0,033

79,498
267.268

Total

3. Total angka henti


Total angka henti seluruh simpang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
NSTOT =
=

Nsv
Qtot
267,268
6.183,7

= 0,048 smp/jam

3.8. Tundaan (Delay)


1. Tundaan lalu lintas rata-rata
Tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat (DT) dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Dimana A = koefisien antara rasio hijau dengan derajat kejenuhan
2

Rumus A =

0,5+(1FR )
(1FRxds)

BARAT
2

A=

0,5+(10,185)
(10,,185 x 0,095)

= 1,286

TIMUR
10,353 x 0,346

A=
0,5+(10,353)2

= 1,403

SELATAN
2

0,5+(10,605)
A=
(10,605 x 0,592)

= 1,608

UTARA
A=

0,5+(10,5 96)2
(10,596 x 0,574)

= 1,557

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 3.18. Koefisien anatara rasio hijau dengan derajat kejenuhan
Fase
I

Approach
BT

II

T-B
SU

1,403
1,608

U-S

1,557

BARAT
DT = c x A +

NQ 1 x 3600
C

= 446,245 x 1,286 +

0,026 x 3600
902,655

= 573,969
TIMUR
DT = c x A +

NQ 1 x 3600
C

= 446,245 x 1,403 +

10,410 x 3600
859,780

= 669,769
SELATAN
DT = c x A +

NQ 1 x 3600
C

= 446,245 x 1,608+
= 737,889
UTARA

A (det/smp)
1,286

14,431 x 3600
2528,128

DT = c x A +

NQ 1 x 3600
C

= 446,245 x 1,557+

10,318 x 3600
2498,356

= 709,760
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.19. Tundaan lalu lintas (DT)
Fase
I

Approach
BT

II

DT (det/smp)
573,969

T-B
SU

669,769
737,889

U-S

709,760

2. Tundaan Geometrik Rata-rata


Tundaan geometrik rata-rata masing-masing pendekat (DG) akibat
perlambatan pergerakan percepatan dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
BARAT
DGj = ( 1

NS x RT x 6+( NS x 4)

= ( 1 (0,002) ) x 1,182 x 6 + (0,002) x 4)


= 7,087
TIMUR
DGj = ( 1

NS x RT x 6+( NS x 4)

= ( 1 0,092) x 1,051 x 6 + (0,092x 4)


= 6,095
SELATAN
DGj = ( 1

NS x RT x 6+( NS x 4)

= ( 1 0,044 ) x 1,021 x 6 + (0,044 x 4)

= 6,031
UTARA
DGj = ( 1

NS x RT x 6+( NS x 4)

= ( 1 0,033 ) x 1,017 x 6 + (0,033 x 4)


= 0,035
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.20. Tundaan GEOMETRIK (DG)
Fase
I
II

Approach
BT

DGj (det/smp)
7,087

T-B
SU

6,095
6,031
6,035

U-S
3. Tundaan Rata-rata (D)

Tundaan rata-rata dihitung dengan rumus sebagai berikut:


BARAT
D = DT + DGj
= 573,969 + 7,087
= 581,057
TIMUR
D = DT + DGj
= 669,769 + 6,095
= 675,864
SELATAN
D = DT + DGj
= 737,889 + 6,031
= 743,920
UTARA

D = DT + DGj
= 709,760 + 6,035
= 715,795
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.21. Tundaan GEOMETRIK (DG)
Fase
I

Approach
BT

II

D (det/smp)
581,057

T-B
SU

675,864
743,920

U-S

715,795

4. Tundaan Total
Tundaan total dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BARAT
Dtot = D x Q
= 581,057 x 462,6
= 268.796,826
TIMUR
Dtot = D x Q
= 675,864 x 841,1
= 568.469,225
SELATAN
Dtot = D x Q
= 743,920 x 2473,2
= 1.839.862,620
UTARA
Dtot = D x Q
= 715,795 x 2406,8

= 1.722.774,594

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 3.22. Kendaraan Total (Dtot)
Fase
I

Approach
B-T

D (det/jam)
581,057

Q(smp/jam)
462,6

D1tot
268.796,826

II

TB
SU

675,864
743,920

841,1
2473,2

568.469,225
1.839.862,62

US

715,795

2406,8

0
1.722.774,59

Tundaan simpang rata-rata (det/smp)

6.183,7

4
4.399.903,26
5
711,532

Você também pode gostar