Você está na página 1de 18

ALBUMIN DAN PEMERIKSAAN ALBUMIN

MAKALAH
Memenuhi tugas mata kuliah
Biokimia
Yang dibimbing oleh Bapak Marsaid S.Kep, Ns, M.Kep
Oleh:
-

Normalita Dwi P.S

1501470016

Yusi Idah Safitri

1501470017

Alifah F Izzah

1501470018

Anggun Nilam Cahya

1501470019

Siti Nur Jannah

1501470020

Indri Ifadatul Khasanah

1501470021

Siti Munawaroh

1501470022

Yenne Purnamaning T1501470023

Moh Adib Mabruri

1501470024

Putra Kukuh Catur P

1501470025

Septian Rizky P

1501470026

Khoylila Ayu Aristi

1501470027

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
Maret 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
ALBUMIN DAN PEMERIKSAAN ALBUMIN ini dapat terselesaikan.
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui pengertian albumin dan cara
memeriksa albumin.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Marsaid S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen mata kuliah Biokimia yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah pemabahasan ini.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
3. Teman-teman sekelas yang telah menyumbangkan banyak ide terhadap
makalah pembahasan ini.
4. Dan pihak-pihak lain yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin
dalam makalah pembahasan ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu
penulis mohon maaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah pembahasan ini dapat memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Lawang, 20 Maret 2016


Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
i

KATA PENGANTAR..............................................................................................
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................
iii
BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................

1
1.1.

Latar Belakang........................................................................................
1

1.2.

Rumusan Masalah....................................................................................
2

1.3.

Tujuan Pembahasan.................................................................................
2

1.4.

Manfaat Pembahasan...............................................................................
2
1.4.1. Bagi
Mahasiswa.........................................................................................
2
1.4.2. Bagi
Dosen................................................................................................
2
1.4.3. Bagi
Masyarakat........................................................................................
2

BAB II

PEMBAHASAN ......................................................................................

3
2.1.

Protein.....................................................................................................
3
2.1.1. Pengertian Protein....................................................................................
3
2.1.2. Penggolongan Protein...............................................................................
3
2.1.3. Struktur Protein.........................................................................................
5

2.1.4. Fungsi Protein..........................................................................................


6
Albumin.....................................................................................................

2.2.

......... 7
2.2.1. Pengertian Albumin..................................................................................
7
2.2.2. Fungsi Albumin........................................................................................
7
2.2.3. Farmakologi Albumin..............................................................................
8
2.2.4. Penggunaan Albumin...............................................................................
9
Pemeriksaan

2.3.

Albumin........................................................................................
10
2.3.1. Macam-macam Pemeriksaan Albumin.....................................................
10
2.3.2. Pemeriksaan Metode Bromcresol Green...................................................
12
BAB III PENUTUP.................................................................................................
14
3.1.
Kesimpulan........................................................................................................
14
3.2.
Saran..................................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Organisme atau benda hidup, baik yang uniseluler maupun multiseluler


dibangun oleh biomolekul yaitu protein, asam nukleat, karbohidrat, dan lipid.
Khusus biomolekul protein, pada organisme mana pun, ditemukan identik satu
sama lain, tetapi tidak sama. Protein berperan biologis, terutama dalam
membangun unit terkecil kehidupan, yaitu sel. Peran biologis itu misalnya pada
transformasi

energi,

bioenergi

dan

pada

proses

dinamisasi

yang

berkesinambungan.
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan
atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein
yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan
dan pertumbuhan tubuh. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan
baik, karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Kita
memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan.
Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal
dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein ialah
daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buahbuahan.
Protein jika diklasifikasi berdasarkan daya kelarutannya dibagi menjadi
albumin, globulin, glutein, plolamin/gliadin, histon dan protamin. Yang banyak
dibahas dalam dunia kesehatan adalah protein albumin. Albumin (bahasa Latin:
albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein
monomer yang larut dalam air dan larutan garam, dan mengalami koagulasi saat
terpapar panas. Substansi yang mengandung albumin, seperti putih telur, disebut
albuminoid.
Terdapat banyak macam proses pemeriksaan albumin dalam darah
manusia. Salah satunya adalah metode bromcresol green yang akan dibahas dalam
makalah ini.
1.2.

Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan protein?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan albumin?
1.2.3. Bagaimana cara memeriksa albumin dalam darah?

1.3.

Tujuan Pembahasan
1.3.1. Untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan protein.

1.3.2. Untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan albumin.


1.3.3. Untuk mengetahui cara memeriksa albumin dalam darah.
1.4.
Manfaat Pembahasan
1.4.1. Bagi Mahasiswa
- Mahasiswa dapat mengetahui segala hal yang berkaitan dengan protein dan
albumin.
Mahasiswa dapat membedakan protein dan albumin.
Mahasiswa dapat mengetahui cara memeriksa albumin dalam darah.
Bagi Dosen
Dosen menjadi lebih terarah dalam memberikan kuliah tentang albumin dan

1.4.2.
-

pemeriksaan albumin.
Dosen dapat membuat kuliah menjadi lebih menarik dan mengena kepada

mahasiswa dengan membuat bahan mengajar secara kreatif dan inovatif.


1.4.3. Bagi Masyarakat
- Masyarakat mengetahui apa yang dimaksud dengan protein dan albumin.
- Masyarakat mengetahui bagaimana cara memeriksa albumin dalam darah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Protein
2.1.1. Pengertian Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer monomer asam amino yang dihubungkan
satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor . Protein berperan
penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain
berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang
membentuk

batang

dan

sendi

sitoskeleton.

Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem


kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan
juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan

sebagai sumber asam aminobagi organisme yang tidak mampu membentuk asam
amino tersebut (heterotrof). Protein merupakan salah satu dari biomolekul
raksasa, selain polisakarida, lipid dan polinukleotida, yang merupakan penyusun
utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang
paling

banyak

diteliti

dalam

biokimia.

Protein ditemukan oleh Jns Jakob Berzelius pada tahun1838. Biosintesis


protein alami sama dengan ekspresi genetik . Kode genetik yang dibawa DNA
ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang
dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih mentah, hanya tersusun dari
asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah
protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi.Sumber sumber protein
berasal dari daging, ikan, telur , susu, dan produk sejenis Quark , tumbuhan berbji,
suku polong-polongan dan kentang.
2.1.2. Penggolongan Protein
Berdasarkan bentuknya protein dikelompokkan sebagai berikut:
a. Protein bentuk serabut (fibrous)
Karakteristik protein bentuk serabut adalah rendahnya daya larut,
mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi untuk tahan terhadap enzim
pencernaan. Kolagen merupakan protein utama jaringan ikat. Elastin terdapat
dalam urat, otot, arteri (pembuluh darah) dan jaringan elastis lain. Keratini adalah
protein rambut dan kuku. Miosin merupakan protein utama serat otot.
b. Protein globuler
Berbentuk bola terdapat dalam cairan jaringan tubuh. Protein ini larut
dalam larutan garam dan encer, mudah berubah dibawah pengaruh suhu,
konsentrasi garam dan mudah denaturasi. Albumin terdapat dalam telur, susu,
plasma, dan hemoglobin. Globulin terdapat dalam otot, serum, kuning telur, dan
gizi tumbuh-tumbuhan. Histon terdapat dalam jaringan-jaringan seperti timus dan
pancreas. Protamin dihubungkan dengan asam nukleat.
c. Protein konjugasi
Merupakan protein sederhana yang terikat dengan baha-bahan non-asam
amino. Nukleoprotein terdaoat dalam inti sel dan merupakan bagian penting DNA
dan RNA. Nukleoprotein adalah kombinasi protein dengan karbohidrat dalam
jumlah besar. Lipoprotein terdapat dalam plasma-plasma yang terikat melalui
ikatan ester dengan asam fosfat sepertu kasein dalam susu. Metaloprotein adalah

protein yang terikat dengan mineral seperti feritin dan hemosiderin adalah protein
dimana mineralnya adalah zat besi, tembaga dan seng.
Menurut kelarutannya, protein dibagi menjadi:
1) Albumin : laut dalam air terkoagulasi oleh panas.
Contoh : albumin telur, albumin serum.
2) Globulin : tak larut air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam larutan garam,
mengendap dalam larutan garam, konsentrasi meningkat.
Contoh : Ixiosinogen dalam otot.
3) Glutelin : tak larut dalam pelarut netral tapi tapi larut dalam asam atau basa
encer.
Contoh : Histo dalam Hb.
4) Plolamin/Gliadin : larut dalam alcohol 70-80% dasn tak larut dalam air
maupun alcohol absolut.
Contoh : prolaamin dalam gandum.
5) Histon : Larut dalam air dasn tak larut dalam ammonia encer.
Contoh : Hisron dalam Hb.
6) Protamin : protein paling sederhana dibanding protein-protein lain, larut
dalam air dan tak terkoagulasi oleh panas.
Contoh : salmin dalam ikatan salmon.
2.1.3. Struktur Protein
a) Struktur primer
Struktur primer adalah urutan asam-asam amino yang membentuk rantai
polipeptida. Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun
proteinyangdihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Frederick Sanger
merupakan ilmuwan yang berjasa dengan temuan metode penentuan deret asam
amino pada protein, dengan penggunaan beberapa enzim protease yang mengiris
ikatan antara asam amino tertentu,menjadi fragmen peptida yang lebih pendek
untuk dipisahkan lebih lanjut dengan bantuankertas kromatografik. Urutan asam
amino menentukan fungsi protein, pada tahun 1957, Vernon Ingram menemukan
bahwa translokasi asam amino akan mengubah fungsi protein, dan lebih lanjut
memicu mutasi genetik.
b) Struktur sekunder
Struktur sekunder protein bersifat reguler, pola lipatan berulang dari
rangka protein. Dua pola terbanyak adalah alpha helix dan beta sheet.Struktur
sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam
amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk
struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:

o alpha helix (-helix, puntiran-alfa), berupa pilinan rantai asam-asam amino


berbentuk seperti spiral;
o beta-sheet (-sheet, lempeng-beta), berupa lembaran-lembaran lebar yang
tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan
hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
o beta-turn, (-turn, lekukan-beta)
o gamma-turn, (-turn, lekukan-gamma)
c) Struktur tersier
Struktur tersier protein adalah lipatan secara keseluruhan dari rantai
polipeptida sehingga membentuk struktur 3 dimensi tertentu. Sebagai contoh,
struktur tersier enzim sering padat, berbentuk globuler. Struktur tersier yang
merupakan gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder. Struktur tersier
biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara
fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer,
trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener.
d) Struktur kuartener
Beberapa protein tersusun atas lebih dari satu rantai polipeptida. Struktur
kuartener menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-sama
membentuk struktur protein.
2.1.4. Fungsi Protein
1. Katalisis enzimatik
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisis oleh enzim
dan hampir semua enzim adalah protein.
2. Transportasi dan penyimpanan
Berbagai molekul kecil dan ion-ion ditansport oleh protein spesifik.
Misalnya transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi
oksigen di dalam otot oleh mioglobin.
3. Koordinasi gerak
Kontraksi otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein. Contoh
lainnya adalah pergerakan kromosom saat proses mitosis dan pergerakan sperma
oleh flagela.
4. Penunjang mekanis

Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen yang merupakan


protein fibrosa.
5. Proteksi imun
Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal
serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel dari
organisme lain.
6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf
Respon sel saraf terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh oleh protein
reseptor. Misalnya rodopsin adalah protein yang sensitif terhadap cahaya
ditemukan pada sel batang retina. Contoh lainnya adalah protein reseptor pada
sinapsis.
7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi
Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh
protein faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhan saraf mengendalikan
pertumbuhan jaringan saraf. Selain itu, banyak hormon merupakan protein.
Albumin
2.2.1. Pengertian Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh

2.2.

manusia, yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah 3,85,0 g/dl. Albumin terdiri dari rantai tunggal polipeptida dengan berat molekul 66,4
kDa dan terdiri dari 585 asam amino. Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan
disulfida yang menghubungkan asam-asam amino yang mengandung sulfur.
Molekul albumin berbentuk elips sehingga dengan bentuk molekul seperti itu
tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan larut sempurna. Kadar albumin
serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan distribusi antara
kompartemen intravaskular dan ekstravaskular. Cadangan total albumin 3,5-5,0
g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah
ini 42% berada di kompartemen plasma dan sisanya di dalam kompartemen
ektravaskular (Evans, 2002). Albumin manusia (human albumin) dibuat dari
plasma manusia yang diendapkan dengan alkohol. Albumin secara luas digunakan
untuk penggantian volume dan mengobati hipoalbuminemia (Uhing, 2004: Boldt,
2010).
Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk
merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam,

dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang mengandung


albumin, seperti putih telur, disebut albuminoid.
2.2.2. Fungsi Albumin
a. Albumin sebagai pengikat dan pengangkut
Albumin akan mengikat secara lemah dan reversibel partikel yang
bermuatan negatif dan positif, dan berfungsi sebagai pembawa dan pengangkut
molekul metabolit dan obat. Meskipun banyak teori tentang pentingnya albumin
sebagai pengangkut dan pengikat protein, namun masih sedikit mengenai
perubahan yang terjadi pada pasien dengan hipoalbuminemia (Nicholson dan
Wolmaran, 2000; Khafaji dan Web, 2003; Vincent, 2003).
b. Efek antikoagulan albumin
Albumin mempunyai efek terhadap pembekuan darah. Kerjanya seperti
heparin, karena mempunyai persamaan struktur molekul. Heparin bermuatan
negatif pada gugus sulfat yang berikatan antitrombin III yang bermuatan positif,
yang menimbulkan efek antikoagulan. Albumin serum juga bermuatan negatif
(Nicholson dan Wolmaran, 2000).
c. Albumin sebagai pendapar
Albumin berperan sebagai buffer dengan adanya muatan sisa dan molekul
albumin dan jumlahnya relatif banyak dalam plasma. Pada keadaan pH normal
albumin bermuatan negatif dan berperan dalam pembentukan gugus anion yang
dapat mempengaruhi status asam basa. Penurunan kadar albumin akan
menyebabkan alkalosis metabolik, karena penurunan albumin 1 g/dl akan
meningkatkan kadar bikarbonat 3,4 mmol/L dan produksi basa >3,7 mmol/L serta
penurunan anion 3 mmol/L (Nicholson dan Wolmaran, 2000).
d. Efek antioksidan albumin
Albumin dalam serum bertindak memblok suatu keadaan neurotoxic
oxidant stress yang diinduksi oleh hidrogen peroksida atau copper, asam askorbat
yang apabila teroksidasi akan menghasilkan radikal bebas (Gum dan Swanson,
2004).
Selain yang disebut di atas albumin juga berperan mempertahankan
integritas mikrovaskuler sehingga mencegah masuknya kuman-kuman usus ke
dalam pembuluh darah, sehingga terhindar dari peritonitis bakterialis spontan
(Nicholson dan Wolmaran, 2000).
2.2.3. Farmakologi Albumin

Sintesis albumin hanya terjadi di hepar. Pada orang sehat kecepatan


sintesis albumin adalah 194 mg/kg/hari (12-25 gram/hari). Pada keadaan normal
hanya 20-30% hepatosit yang memproduksi albumin (Evans, 2002).
Konsentrasi albumin tertinggi terdapat di dalam sel hati, yaitu berkisar
antara 200-500 mcg/g jaringan hati. Adanya albumin di dalam plasma
(kompartemen intravaskuler) ditransfer melalui salah satu dari dua cara yaitu:
a. langsung dari dinding sel hati ke dalam sinusoid.
b. melalui ruang antar sel hati dan dinding sinusoid kemudian ke saluran limfe
hati yaitu duktus torasikus dan akhirnya ke dalam kompartemen intravaskuler.
Hanya albumin dalam plasma (intravaskuler) yang mempertahankan
volume plasma dan mencegah edema, sedangkan albumin ekstravaskuler tidak
berperan.
Albumin merupakan 50% dari protein plasma dan yang memelihara
tekanan onkotik plasma adalah sebesar 66-75%. Sebagian fungsi albumin dapat
digantikan oleh globulin yang meningkat.
Degradasi albumin total pada orang dewasa dengan berat 70 kg adalah
sekitar 14 gram/hari atau 5% dan pertukaran protein seluruh tubuh per hari,
albumin dipecah di otot dan kulit sebesar 40-60%, di hati 15%, ginjal sekitar 10%,
dan 10% sisanya merembes ke dalam saluran cerna melalui dinding lambung.
Produk degradasi akhir berupa asam amino bebas. Pada orang sehat kehilangan
albumin adalah melalui urin dan biasanya minimal tidak melebihi dari 10-20
mg/hari karena hampir semua yang melewati membran glomerolus akan diserap
kembali (Evans, 2002).
Pemberian preparat albumin tidak diekskresi oleh ginjal. Pada keadaan
sehat ekskresi albumin melalui ginjal relatif tidak penting. Penyakit ginjal dapat
mempengaruhi degradasi dan sintesis. Pada sindrom nefrotik, albumin plasma
dipertahankan dengan menurunkan degradasi apabila kehilangan albumin 100
mg/kg BB/hari, tetapi bila kecepatan hilangnya albumin meningkat, sintesis
albumin akan meningkat lebih dan 400 mg/kg BB/hari.
2.2.4. Penggunaan Albumin
a. Hipovolemia
Hipovolemia dicirikan oleh defisiensi volume intravaskular akibat
kekurangan cairan eksternal atau redistribusi internal dan cairan ekstraselular. Jika
terjadi hipovolemia dan disertai hipoalbuminemia dengan hidrasi yang memadai
atau edema, lebih baik digunakan albumin 25% daripada albumin 5%. Jika hidrasi

berlebihan, harus digunakan albumin 5% atau albumin 25% dilarutkan dengan


kristaloid. Walaupun kristaloid atau koloid dapat digunakan untuk pengobatan
emergency syok hipovolemik, human albumin memiliki waktu paruh intravaskular
yang panjang.
b. Hipoalbuminemia
Hubungan antara hipoalbuminemia dengan hasil akhir yang buruk telah
memotivasi para klinisi untuk memberikan albumin eksogen pada pasien dengan
hipoalbuminemia.

Human

albumin

telah

diindikasikan

untuk

terapi

hipoalbuminemia di Amerika Serikat dan negara lainnya. Tetapi masih terdapat


kontroversi, meskipun hipoalbuminemia secara langsung menyebabkan hasil akhir
pengobatan yang buruk (Khafaji dan Web, 2003). Hipoalbuminemia bukan suatu
indikasi untuk pemberian albumin karena hipoalbuminemia tidak berhubungan
langsung dengan plasma dan volume cairan lainnya, tetapi disebabkan kelebihan
dan defisit cairan di intravaskular yang disebabkan dilusi, penyakit dan faktor
distribusi (Allison dan Lobo, 2000).
Hipoalbuminemia dapat terjadi akibat produksi albumin yang tidak
adekuat (malnutrisi, luka bakar, infeksi dan pada bedah mayor), katabolisme yang
berlebihan (luka bakar, bedah mayor, dan pankreatitis), kehilangan albumin dari
tubuh, hemoragik, eksresi ginjal yang berlebihan, redistribusi dalam tubuh (bedah
mayor dan kondisi inflamasi).
Pemberian albumin akibat kehilangan protein yang berlebihan hanya
memberi efek sementara dan jika tidak diberikan akan memperparah penyakit.
Pada kebanyakan kasus, peningkatan penggantian asam amino dan atau protein
akan memperbaiki kadar normal plasma albumin secara efektif dibandingkan
larutan albumin. Beberapa kasus hipoalbuminemia yang disertai dengan cedera,
infeksi atau pankreatitis tidak dapat memperbaiki kadar albumin plasma secara
cepat dan suplemen nutrisi gagal untuk memperbaiki kadar serum albumin. Pada
keadaan ini albumin mungkin digunakan untuk terapi tambahan.
Pemeriksaan Albumin
2.3.1. Macam-macam Pemeriksaan Albumin
1. Presipitat
a) Salt fractination
b) Solvent fractionation
c) Acid fractionation
2. Trypthophan content

2.3.

Metode triptofan menggunakan direk kolorimetrik memakai glyoxylic acid.

Glyoxylic acid dengan Cu2+ dan media asam (asam asetat) berkondensasi
dengan triptofan yang terdapat di dalam globulin menghasilkan warna ungu.
Cara ini diperkenalkan oleh Goldenberg dan Drewis.
3. Metode Elektroforesis protein
a) Moving boundary
b) Cellulosae acetate
c) Cellulosae acetate with elution peak
Prinsip pemeriksaan metode elektroforesis protein yaitu serum yang
diletakkan dalam suatu media penyangga kemudian dialiri listrik maka fraksi
protein akan terpisah atas dasar besar kecilnya berat molekul masing-masing
protein (speicher, 1994). Metode elektroforesis dapat digunakan untuk
memisahkan protein plasma menjadi albumin 1,2, , -globulin serta
fibrinogen dan dapat mendeteksi protein abnormal terutama paraprotein.
4. Dye binding
Metode dye binding didasarkan atas kemampuan protein serum untuk
berikatan dengan dye. Pada pH 4,2 albumin bersifat sebagai kation, oleh gaya
elektrostatik albumin mengikat dye yang bermuatan negatif. Jumlah albumin
diukur dengan menghitung absorben albumin-dye complex. Senyawa seperti
salisilat, penisilin, bilirubin terkonjugasi dan sulfonamide mempengaruhi
ikatan albumin dengan dye.
Dye ada beberapa macam:
a) Methyl orange. Methyl orange tidak spesifik untuk albumin oleh karena
-lipoprotein dan 1,2 globulin juga berikatan dengan dye.
b) HABA. Meskipun lebih spesifik terhadap albumin tetapi mempunyai
sensitifitas yang rendah.
c) BCG (bromcresol green). BCG tidak dipengaruhi oleh senyawa penggangu
seperti bilirubin dan salisilat, selain itu metode BCG merupakan yang biasa
digunakan. Prinsip pemeriksaannya Brom Cresol Green dengan albumin
dalam larutan citrat membentuk komplek warna. Absorbansi dari komplek
warna ini proporsional dengan konsentrasi albumin dalam sampel.
d) Bromcresol purple
e) Bromphenol blue.

Kadar albumin serum atau plasma normal adalah (Sutedjo, 2008) :


Dewasa 3,8 5,1 g/dl atau 38 51 g/L
Anak anak 4,0 5,4 g/dl atau 40 50 g/L
Bayi 4,4 5,4 g/dl atau 44 54 g/L
Bayi baru lahir 2,9 5,4 g/dl atau 29 54 g/L
2.3.2. Pemeriksaan Metode Bromcresol Green
Alat dan Bahan
Alat

Bahan

Pipet Mikro

Serum

Yellow tip dan blue tip

Pereaksi

Tabung reaksi

Reagent 30 m mol/ L

Rak tabung

Citrat buffer pH 4,2 0,26 m mol/ L


Bromocresol green
Standart 5 gr/dl

Cara Kerja
Membuat Serum
-

Sampling darah vena di pasien


Memasukkan darah pada tabung reaksi lalu disentrifuge dengan 8 rpm selama

10 menit.
-

Serumnya dipindahkan ke dalam tabung yang lain, endapannya tidak terpakai.

Membuat sediaan
Menyiapkan 3 tabung reaksi masing masing diisi menggunakan mikropipet 10
mikroliter serum, 10 mikroliter aquades dan 10 mikroliter standar. Kemudian
masing-masing tabung tadi diisi 1000 mikroliter reagen BCG.
Cara Pemeriksaan
-

3 tabung tadi diinkubasi pada suhu 37 celsiun selama lebih dari 10 menit

kurang dari 60 menit.


-

Menggunakan alat fotometer untuk pemeriksaan

Nyalakan Fotometer, atur panjang gelombang 546 nanometer, faktor 005,0,

program c/ST. Jika salah hasil akan fatal.


-

Memasukkan blanko ke dalam corong, lalu tekan zero jika muncul angka lalu

buang blanko pada corong, Kembali masukkan standar dan tekan tombol standar
jika keluar angka maka standar dibuang. Angka yang muncul diabaikan. Terakhir
memasukkan sempel dan tekan result, keluar angkanya catat sebagai hasil dan
Buang sampel pada corong. Matikan fotometer.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

Diet tinggi lemak sebelum dilakukan pemeriksaan.

Sampel darah hemolisis.

Pemipetan yang tidak tepat.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari satu atau lebih polimer.
Setiap polimer tersusun atas monomer yang di sebut asam amino.Masing-masing
asam amino mengandung satu atom Karbon (C) yang mengikat satu atom
Hidrogen (H), satu gugus amin (NH2), satu gugus karboksil (-COOH) dan lainlain(Gugus R). Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi protein globular,
protein fibrosa dan protein konjugasi.
Protein merupakan senyawakomponen utama sebagai penyusun sel tubuh
mahluk hidup, yang dimana protrin tersebut jugatersusun atas senyawa berupa
asam amino. Kemudian, dari asam amino tersebut tersusun atas ikatan peptida
yang terdiri atas tiga gugus molekul yakni basa punin dan pinidimin.
Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk
merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam,
dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang mengandung
albumin, seperti putih telur, disebut albuminoid.
Terdapat berbagai macam pemeriksaan kadar albumin dalam darah yaitu
antara lain presipitat, trypthophan content, metode Elektroforesis protein dan dye

binding. Metode dye binding dibagi lagi berdasarkan dye yaitu methyl orange.,
HABA, BCG (bromcresol green), bromcresol purple dan bromphenol blue.
3.2. Saran
Disarankan kepada seluruh masyarakat setelah menegetahui apa yang
dimaksud dengan protein dan albumin dapat mengerti bahwa albumin merupakan
protein yang terlarut dalam air panas dan berada dalam tubuh manusia dengan
kadar 60% dalam serum. Sehingga dapat mengetahui apa yang terjadi bila tidak
menjaga kadar albumin dalam batas normal dalam darahnya dan mengetahui
manfaat albumin dalam dunia kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Lohninger, Albert. 2008. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Peara, Evvelyn C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
PT.Gramedia
http://kikysaky.blogspot.co.id/2011/09/pemeriksaan-albumin-serum-metode.html
http://husainfurqanabusari.blogspot.co.id/2015/06/makalah-biokimia-protein.html
http://marianusriwuagroteknologi.blogspot.co.id/2013/04/makalah-biokimiaprotein.html
https://chemfany.wordpress.com/2012/03/11/makalah-protein/
https://imamri.wordpress.com/tag/laporan-praktikum-pemeriksaan-darahbiokimia/
http://sofiatussholeha.blogspot.co.id/2013/06/makalah-biokimia-protein.html
http://kartika.xyz/fisika-kelas-x/pengertian-dan-fungsi-albumin/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43852/4/Chapter%20II.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122734-S09023fk-Status%20albuminLiteratur.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-supriyanta-5290-3babii.pdf

Você também pode gostar