Você está na página 1de 22

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU

NOMOR : 15 TAHUN 2001


TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PEKANBARU
Menimbang :

Mengingat

a.

bahwa sebagai tindak lanjut dengan telah diundangkannya Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 beserta Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2000, maka telah dilakukan pembagian kewenangan dalam
urusan pemerintahan yang meliputi kewenangan pusat dan propinsi.
b. bahwa berdasarkan Surat Menteri Perhubungan Nomor HK.601/20/24
Phb 2000 tanggal 20 Juli 2000 mengenai rincian kewenangan Kabupatan
/ Kota dibidang perhubungan yang kemudian ditindak lanjuti dengan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50
tahun 2000 tentang Pedoman Susunan Organisasi Perangkat Daerah
berikut uraian kewenangan Kabupaten / Kota yang ada dibidang
Perhubungan.
c.
bahwa atas dasar pertimbang tersebut diatas, perlu ditetapkan dalam
suatu Peraturan Daerah.
1. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah
Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara
Tahun 1958 Nomor 112).
2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara
Tahun 83).
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76).
4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3480).
5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan
Pertanggung jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Hukum Acara Pidana.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan
Sebahagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Tingkat II (Lembaran
Negara Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3410).
9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah dengan titik berat pada Daerah Tingkat II.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.

11. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan


Kendaraan Bermotor di Jalan.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Pengemudi.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
165).
16. Peraturan Menteri Kehakiman Nomor M-04 PW.07.03 Tahun 1984
tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk
Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan.
18. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun
2000 tentang Pedoman Susunan Organisasi Perangkat Daerah.
19. Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 109 Tahun 1990 dan Nomor 95 Tahun 1990 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan
Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan kepada Daerah Tingkat I dan Tingkat II.
20. Surat Menteri Perhubungan Nomor AJ.4011/6/1/DRJD/2000 tanggal 31
Mei 2000 tentang Penyelenggaraan Pengujian Berkala Kendaraan
Bermotor.
21. Surat Menteri Perhubungan Nomor HK.601/20/24 Phb-2000 tanggal 20
juli 2000 tentang Rincian Kewenangan Kabupatan / Kota.
Dengan Persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pekanbaru
MEMUTUSKAN
Menetapkan :

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU TENTANG LALU LINTAS DAN


ANGKUTAN JALAN
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


a.
Daerah adalah daerah Kota Pekanbaru;
b.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Pekanbaru;
c.
Walikota adalah Walikota Pekanbaru;
d.
DPRD, adalah DPRD Kota Pekanbaru;
e.
Dinas adalah Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru;
f.
Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru;

g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.

Angkutan adalah pemindahan orang dan / barang dari suatu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan kendaraan;
Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan terdiri dari kendaraan
bermotor atau kendaraan tidak bermotor;
Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang
berada pada kendaraan itu;
Kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang atau
hewan;
Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran;
Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua) atau 3 (tiga) tanpa
rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping;
Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyakbanyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bangasi;
Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan)
tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi;
Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain sepeda motor,, mobil penumpang,
mobil bus dan kendaraan khusus;
Kerata gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang
seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh
kendaraan bermotor
Kereta tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang
dirancang untuk ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraan bermotor
penariknya;
Taksi adalah kendaraan umum dengan jenis mobil penumpang yang diberi tanda khusus
dan dilengkapi dengan argometer;
Perusahaan angkutan umum adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang
dan / atau barang dengan kendaraan umum di jalan;
Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan
orang dan / atau barang serta mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan
umum yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi;
Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan
mobil penumpang dan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap,
lintasan tetap, dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal;
Jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayana angkutan orang;
Trayek tetap dan teratur adalah pelayanan angkutan yang dilakukan dalam jaringan
trayek secara tetap dan teratur, dengan jadwal tetap atau tidak berjadwal;
Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkai kegiatan menguji dan / atau memeriksa
bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan
khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan;
Pengujian berkala kendaraan bermotor yang selanjutnya disebut uji berkala adalah
pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan ecara berkala terhadap setiap kendaraan
bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus;

aa.
bb.
cc.
dd.

Buku uji adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk buku yang berisi data dan
legitimasi hasil pengujian setiap kendaraan bermotor, kerta gandengan, kereta tempelan
dan atau kendaraan khusus;
Tanda uji adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk plat uji dan tanda samping yang
berisi data dan legitimasi hasil pengujian setiap kendaraan bermotor;
Surat penentuan jenis dan /atau sifat kendaraan bermotor adalah surat keterangan
penentuan jenis atau sifat kendaraan bermotor disingkat SPJK
Surat perubahan jenis dan / atau sifat kendaraan bermotor adalah surat keterangan
perubahan jenis atau sifat kendaraan bermotor disingkat SPSK.
B A B II
KEWENANGAN
Pasal 2

Walikota berwenang menetapkan :


a.
Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan serta penetapan
kelas jalan sekunder kota;
b.
Identifikasi penentuan lokasi, rekomendasi, penetapan lokasi, pengesahan rancang
bangun, pengawasan teknis pembangunan, pemeliharaan dan persetujuan operasi
terminal penumpang tipe C, terminal barang serta pengoperasian dan pemeliharaan
terminal penumpang tipe A, B dan C serta terminal barang;
c.
Pelaksanaan pengujian pertama dan pengujian berkala kendaraan bermotor serta
pengesahan hasil uji berkala, akreditasi dan sertifikat pengujian kendaraan bermotor
yang dilakukan oleh swasta;
d.
Pelaksanaan pemeriksaan kendaraan bermotor;
e.
Pelaksanaan pendaftaran kendaraan bermotor;
f.
Pemberian izin usaha bengkel umum kendaraan bermotor;
g.
Penyusunan, penetapan, pemberian izin trayek, dan izin insidentil jaringan trayek
angkutan kota dan pedesaan, angkutan perkotaan antar kabupaten / kota dan angkutan
perbatasan dalam propinsi;
h.
Pemberian rekomendasi izin trayek AKDP, angkutan perkotaan antar kabupaten / kota
dan angkutan perbatasan dalam propinsi;
i.
Pemberian izin usaha dan izin operasi angkutan taksi, angkutan sewa dan angkutan
pariwisata domisili di wilayah kota;
j.
Pemberian izin usaha dan izin operasi angkutan barang umum, angkutan barang khusus,
angkutan barang berbahaya, alat berat dan peti kemas yang melayani di wilayah kota;
k.
Penetapan tarif angkutan bus kota kelas ekonomi, angkutan kota kelas ekonomi dan tarif
satuan dan tarif jarak angkutan pedesaan serta tarif angkutan taksi dalam kota;
l.
Identifikasi penentuan lokasi, persetujuan lokasi dan pengadaan / pemasangan serta
pemeliharaan rambu, marka, alat pemberi isyarat lalu lintas dan alat pendukung serta
pengendali dan pengaman jalan pada jalan kota;
m. Penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas serta penyelenggaraan
penggunaan jalan selain untuk kepentingan lalu lintas di jalan kota;
n.
Penyelenggaraan analisis dampak lalu lintas di jalan kota;
o.
Penyelenggaraan pengumpulan, pengolahan dan analisis data, pencegahan, penanganan
dan penaggulangan kecelakaan lalu lintas di jalan kota;
p.
Pemberian bimbingan penyelenggaraan penyuluhan keselamatan dan pengawasan lalu
lintas di jalan kota;

q.

Penyelenggaraan bimbingan kemampuan dan keterampilan pengemudi, pemberian izin


usaha sekolah mengemudi dan penyelenggaraan pemberian surat izin mengemudi.
B A B III
PRASARANA ANGKUTAN JALAN
BAGIAN PERTAMA
Terminal
Pasal 3

(1)
(2)

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Pembangunan, Pengelolaan dan pemeliharaan serta ketertiban terminal penumpang dan /


atau terminal barang ditetapkan oleh Walikota berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Guna kelancaran lalu lintas di sekitar terminal, ketertiban operasional serta manajemen
penyelenggaraannya, setiap kendaraan angkutan umum yang beroperasi dalam dan /
atau melintasi wilayah kota Pekanbaru wajib memasuki terminal penumpang sesuai
dengan trayek yang telah ditetapkan, kecuali angkutan penumpang umum yang telah
ditetapkan fungsi dan cirri pelayanannya.
Melintasi wilayah kota Pekanbaru wajib memasuki terminal penumpang sesuai dengan
trayek yang telah ditetapkan, kecuali angkutan penumpang umum yang telah ditetapkan
fungsi dan cirri pelayanannya.
Setiap mobil barang yang mangkal dan menunggu muatan di wilayah kota wajib
memasuki terminal mobil barang yang telah ditentukan.
Setiap kendaraan umum, penumpang dan / atau orang yang masuk terminal guna
kelangsungan pengelolaan, pemeliharaan dan ketertiban terminal diwajibkan membayar
retribusi terminal.
Retribusi terminal sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini meliputi : peron, TPR, sewa
kios / loket dan kebersihan dilingkungan terminal.
Pelaksanaan pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini dilakukan
oleh Dinas Perhubungan kota Pekanbaru.
Dilarang bagi kendaraan penumpang umum dan atau barang untuk berhenti dan
menaikkan atau menurunkan penumpang dan / atau barang diluar terminal, pangkalan,
dan tempat pemberhentian sebagaimana ditetapkan sesuai peruntukannya.
Dilarang melakukan segala bentuk kegiatan usaha di dalam lingkungan daerah milik,
daerah manfaat dan daerah pengawasan terminal kecuali atas izin Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk.
Pasal 4

(1)
(2)

Guna ketertiban, kenyamanan dan pelayanan bagi awak kendaraan dan penumpang,
terminal penumpang dan / atau terminal barang wajib dilengkapi denga fasilitas
penfukung terminal.
Fasilitas pendukung terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditetapkan
oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 5

(1)

(2)

(3)
(4)
(5)

Walikota dapat menunjuk badan usaha swasta dan / atau perorangan sebagai pihak
ketiga untuk turut bekerja sama dalam pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan
terminal dan / atau terminal barang, dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan
DPRD.
Penyelenggaraan kerjasama dalam pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan
terminal sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat berupa bangun kelola alih milik
ataupun shering pendapat yang ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan studi
kelayakan.
Perhitungan studi kelayakan kerjasama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) pasal ini dengan melibatkan unsur peneliti dan pihak akademi.
Kerjasama dengan melibatkan pihak ketiga dalam hal pembangunan, pengelolaan dan
pemeliharaan terminal sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dilaksanakan dengan
tidak mengesampingkan fungsi dan kewenangan Dinas.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal ini
pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan terminal diatur berdasarkan surat
keputusan Walikota.
BAGIAN KEDUA
Pangkalan Taksi
Pasal 6

(1)
(2)
(3)

Setiap taksi yang menunggu penumpang dan / atau mangkal wajib menggunakan
pangkalan taksi yang telah ditentukan dengan menbayar retribusi.
Dilarang berhenti di tempat-tempat selain pangkalan taksi yang telah ditetapkan
peruntukannya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penunjukan lokasi, pengelolaan operasional dan tata
cara penyelenggaraan dan / atau penggunaan fasilitas pangkalan taksi ditetapkan oleh
Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
BAGIAN KETIGA
Pool Kendaraan
Pasal 7

(1)
(2)

Setiap kendaranan angkutan umum yang beroperasi wajib menunggu di pool kendaraan
perusahaan bersangkutan atau di pool kendaraan yang telah disediakan untuk itu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penunjukan lokasi dan pool kendaraan angkutan umum
di kota, ditetapkan berdasarkan surat keputusan Walikota.
BAGIAN KEEMPAT
Fasilitas Pejalan Kaki
Pasal 8

(1)

Setiap pejalan kaki yang akan menyeberang jalan diwajib menggunakan sarana jembatan
penyeberangan, zebra cross ataupun pada tempat-tempat yang ditetapkan sebagai
tempat menyeberang yang ditunjukkan dengan fasilitas perambuan.

(2)
(3)
(4)

Setiap pejalan kaki harus berjalan diatas trotoar apabila pada jalan tersebut dilengkapi
dengan trotoar.
Dilarang menggunakan trotoar diluar fungsinya sehingga dapat mengganggu ketertiban,
kelancaran, keamanan dan keselamatan pejalan kaki dan / atau pemakai jalan lainnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tempat pejalan kaki da tempat penyeberangan orang
ditetapkan oleh Walikota.
BAGIAN KELIMA
Tempat Pemberhentian (Halte)
Pasal 9

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Walikota menetapkan lokasi dan pengelolaan tempat pemberhentian kendaraan umum di


wilayah Kota.
Tempat pemberhentian sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini berupa : rambu
petunjuk tempat pemberhentian (bus stop) dan halte berikut fasilitas pendukungnya.
Setiap angkutan umum diwajibkan menaikkan dan / atau menurunkan penumpang pada
tempat-tempat pemberhentian sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini.
Setiap pemakai jasa angkutan umum wajib menunggu kendaraan pada tempat-tempat
pemberhentian yang telah ditetapkan.
Dilarang melakukan segala bentuk kegiatan usaha disekitar tempat pemberhentian,
kecuali mendapat izin Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Walikota menetapkan ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan dan pengelolaan
tempat-tempat pemberhentian kendaraan angkutan umum.
B A B IV
Pengujian berkala kendaraan bermotor
Pasal 10

(1)
(2)
(3)

Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus
yang dioperasikan dijalan dalam kota harus memenuhi syarat-syarat teknis untuk laik
jalan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Untuk menetapkan kendaraan bermotor yang telah memenuhi persyaratan teknis untuk
laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan pemeriksaan berupa
pengujian kendaraan yang dilakukan secara berkala.
Pengujian berkala kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi
uji berkala dan uji berkala ulangan.
Pasal 11

(1)

Jenis kendaraan bermotor yang wajib diuji adalah kendaraan bermotor yang termasuk
katagori :
a. Kendaraan umum / mobil penupang umum;
b. Mobil bus;
c. Mobil barang;
d. Kereta tempelan;
e. Kereta gandengan;
f.
Kendaraan khusus.

(2)

Masa berlaku uji berkala


perundangan yang berlaku.

ditetapkan sesuai dengan ketentuan dan peraturan


Pasal 12

(1)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

(9)

Pengujian berkala kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal 10
Peraturan Daerah ini dilakukan atas permohonan yang bersangkutan dengan
menunjukkan surat-surat sebagai keterangan kelengkapan kendaraan yang akan diuji
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Terhadap kendaraan bermotor yang diuji dan telah dinyatakan memenuhi persyaratan
teknis laik jalan diberikan buku uji berkala kendaraan bermotor (BUBKB) dan tanda uji
kendaraan bermotor.
Buku dan tanda uji berkala sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini harus
memiliki unsure-unsur pengaman.
Ketentuan mengenai bentuk, ukuran, warna bahan, spesifikasi teknis, susunan, huruf dan
angka serta unsure pengaman buku uji, tanda uji dan tanda samping sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) pasal ini ditetapkan oleh Direktur Jendral perhubungan Darat.
Setiap pemilik kendaraan yang mengajukan pengurusan uji berkala pertama kali
diwajibkan terlebih dahulu surat penetapan jenis kendaraan (SPJK) dan / atau surat
penentuan sifat kendaraan (SPSK).
Setiap pemilik kendaraan wajib uji berkala ulangan yang akan merubah jenis, sifat dan
bentuk kendaraannya, terlebih dahulu harus mendapat surat rekomendasi dari dinas
sebelum ditetapkan dalam SPJK dan / atau SPSK.
Untuk uji berkala ulangan, permohonan dari pemilik kendaraan wajib uji harus sudah
diajukan 1 (satu) bulan sebelum masa uji berakhir.
Kendaraan wajib uji yang beroperasi diluar kota dan / atau kendaraan wajib uji dari luar
kota yang beroperasi dalam kota bilamana masa ujinya telah berakhir dapat melakukan
uji berkala ditempat pengujian terdekat dengan ketentuan :
a. Memiliki surat persetujuan numpang uji dari unit pengujian asal domisili kendaraan
tersebut.
b. Membayar biaya uji kendaraan pada unit pengujian sesuai dengan ketentuan.
Unit pengujian yang melakukan uji berkala terhadap kendaraan dimaksud pada ayat (8)
pasal ini diwajibkan :
a. Melaporkan hasil uji berkala kepada unit pengujian asal domisili kendaraan tersebut.
b. Uji berkala hanya dapat dilakukan sesuai dengan surat persetujuan numpang uji dan
tidak dibenarkan untuk melakukan perubahan dalam BUBKB dan atau mengganti
BUBKB.
Pasal 13

Persyaratan dan tata cara permohonan pengujian berkala kendaraan bermotor sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) pasal 12 Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Walikota.
Pasal 14
(1)
(2)

Pengujian berkala kendaraan bermotor dilaksanakan oleh Dinas sesuai dengan pedoman
teknis yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan.
Lokasi pengujian berkala kendaraan bermotor ditetapkan oleh Walikota.

(3)
(4)

Penyelenggaraan unit pengujian kendaraan bermotor yang didukung dengan peralatan uji
mekanis dapat dilakukan kerjasama dengan melibatkan unsure pihak ketiga atas
persetujuan DPRD.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan sarana dan prasarana pengujian kendaraan
bermotor serta tata cara kerjasama dengan pihak ketiga ditetapkan berdasarkan surat
keputusan Walikota.
Pasal 15

(1)
(2)

(3)
(4)

(5)
(6)

(7)

(8)

Setiap kendaraan bermotor yang dikenakan wajib uji dipungut biaya pengujian.
Komponen biaya pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah :
a. Formulir pemeriksaan;
b. Biaya uji;
c. Pembuatan plat samping;
d. Pengelolaan administrasi;
e. Plat uji;
f.
Buku uji.
Terhadap setiap keterlambatan pendaftaran uji dikenakan denda sebesar 50 % (lima
puluh perseratus) dari besarnya biaya uji.
Bagi pemilik kendaraan bermotor wajib uji yang terlambat mengajukan kendaraannya
untuk diuji, dikenakan denda keterlambatan sebagai berikut :
a. Terlambat sampai dengan 1 (satu) bulan dikenakan denda 100 % (seratus
perseratus) dari biaya uji.
b. Terlambat lebih dari 1 (satu) bulan sampai dengan 2 (dua) bulan dikenakan denda
200 % (dua ratus perseratus) dari biaya uji.
c. Terlambat lebih dari 2 (dua) bulan sampai dengan 3 (tiga) bulan dikenakan denda
300 % (tiga ratus perseratus) dari biaya uji.
d. Terlambat lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 4 (empat) bulan dikenakan denda
400 % (empat ratus perseratus) dari biaya uji.
e. Terlambat lebih dari 4 (empat) bulan sampai dengan 5 (lima) bulan dikenakan denda
500 % (lima ratus perseratus) dari biaya uji.
f.
Terlambat lebih dari 5 (lima) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan dikenakan denda
600 % (enam ratus perseratus) dari biaya uji.
Besarnya denda keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pasal ini untuk
setiap tahunnya dikenakan denda sebesar 600 % (enam ratus perseratus) dari biaya uji.
Setiap kendaraan yang dinyatakan tidak lulus uji dan yang telah ditentukan tanggal uji
berikutnya oleh pejabat pemeriksa, jika tidak hadir tanpa alasan yang jelas melebihi
waktu 1 (satu) bulan dari tanggal yang telah ditentukan dapat dikenakan denda
sebagaimana diatur dalam ayat (4) dan ayat (5) pasal ini.
Setiap kendaraan wajib uji yang diuji oleh daerah lain (numpang uji) tanpa persetujuan
dari Dinas dikenakan denda terhitung sejak tanggal berskhir masa uji yang ditetapkan
oleh Dinas, selanjutnya denda dipungut sebagaimana diatur dalam ayat (4) dan ayat (5)
pasal ini.
Setiap kendaraan wajib uji yang mengajukan permohonan mutasi wilayah pengujian
keluar daerah terlebih dahulu memenuhi persyaratan administrasi pengujian kendaraan
bermotor.

BABV
PERIZINAN
BAGIAN PERTAMA
Pengusahaan Angkutan Umum
Dengan Kendaraan Bermotor
Pasal 16
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Setiap kendaraan bermotor yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan usaha adalah
objek izin usaha angkutan.
Setiap orang dan / atau badan hukum yang mengusahakan angkutan kendaraan
bermotor diwajibkan terlebih dahulu memiliki surat izin usaha angkutan dari Walikota
atau pejabat yang ditunjuk.
Surat izin usaha angkutan berlaku selama pengusahaan angkutan aktif dibidang
usahanya, dan guna pengawasannya maka izin usaha dimaksud dilengkapi dengan kartu
izin usaha.
Kartu izin usaha sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini berlaku selama 1 (satu) tahun
dan dapat diperpanjang setiap tahun.
Tata cara dan persyaratan permohonan izin usaha angkutan diatur lebih lanjut dengan
surat keputusan Walikota.
BAGIAN KEDUA
Izin Trayek Angkutan
Pasal 17

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Angkutan penumpang dalam trayek tetap dan teratur adalah angkutan penumpang
umum menggunakan mobil penumpang dan / atau mobil bus yang melakukan
pengangkutan pada trayek yang telah ditetapkan dalam wilayah kota.
Setiap badan usaha dan / atau perorangan yang mengusahakan angkutan penumpang
sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini wajib memiliki izin trayek dari Walikota atau
pejabat yang ditunjuk.
Izin trayek berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.
Setiap kendaraan penumpang umum yang beroperasi dalam wilayah kota wajib memiliki
kartu pengawasan atau kartu izin trayek.
Kartu pengawasan atau kartu izin trayek sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini
berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang setiap tahun.
Permohonan perpanjangan izin trayek diajukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum habis masa berlaku izin.
Untuk setiap permohonan, perpanjangan, dan perubahan izin trayek angkutan kendaraan
bermotor sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini dikenakan biaya retribusi izin trayek
dan biaya leges.
Pasal 18

(1)

Angkutan penumpang umum dalam trayek tetap dan tidak teratur adalah angkutan
penumpang umum yang menggunakan mobil penumpang dan / atau mobil bus,
melakukan pengangkutan penumpang pada trayek yang telah ditetapkan tanpa jadwal

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

perjalanan dalam wilayah kota.


Angkutan penumpang sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi angkutan
karyawan perusahaan, angkutan sekolah dan / atau mahasiswa.
Setiap badan usaha maupun perorangan yang mengusahakan angkutan penumpang
sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini wajib memiliki izin trayek dari Walikota atau
pejabat yang ditunjuk.
Izin trayek berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.
Setiap kendaraan penumpang umum yang beroperasi dalam wilayah kota wajib memiliki
kartu pengawasan atau kartu izin trayek yang berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang setiap tahun.
Permohonan perpanjangan izin trayek diajukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum habis masa berlakunya izin.
Untuk setiap permohonan, perpanjangan dan perubahan izin trayek angkutan kendaraan
bermotor sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini dikenakan biaya retribusi izin trayek
dan biaya leges.
BAGIAN KETIGA
Izin Operasi Angkutan
Pasal 19

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Walikota atau Pejabat yang ditunjuk memberikan izin operasi angkutan bagi perusahaan
yang berada dalam wilayah kota.
Perizinan operasi angkutan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi seluruh
jenis kendaraan bermotor yang beroperasi dalam wilayah kota.
Izin operasi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat di perpanjang.
Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi dalam kota wajib memiliki kartu pengawasan
atau kartu izin operasi angkutan.
Kartu pengawasan atau kartu izin operasi angkutan sebagaimana dimaksud ayat 4
(empat) pasal ini berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang setiap tahun.
Permohonan perpanjangan izin operasi angkutan diajukan selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sebelum habis masa berlaku izin.
Untuk setiap permohonan dan perpanjangan izin operasi angkutan kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini dikenakan biaya retribusi izin operasi dan biaya
leges.
Pasal 20

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Angkutan tidak dalam trayek adalah angkutan penumpang umum dan / atau mobil bus
yang melakukan pengangkutan penumpang tidak dibatsi oleh trayek dengan cirri
pelayanan dari pintu ke pintu dan beroperasi dalam wilayah kota.
Angkutan penumpang umum sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi angkutan
taksi, bajaj, angkutan wisata dan / atau angkutan sewa.
Penetapan tarif angkutan penumpang umum dengan menggunakan taksi ditetapkan
berdasarkan surat keputusan Walikota.
Tarif sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini harus jelas tertera dalam argometer
(meter taksi).
Argometer yang digunakan adalah argometer yang telah diteliti, disyahkan / disegel oleh
instansi yang berwenang dengan diketahui oleh Dinas Perhubungan kota Pekanbaru.

(6)

Setiap badan usaha dan / atau perorangan yang mengusahakan angkutan penumpang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini wajib memiliki izin operasi angkutan dari
Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 21

(1)
(2)
(3)
(4)

Perubahan izin trayek dan izin operasi meliputi perpanjangan, perubahan dan / atau
penambahan armada serta pengalihan trayek diajukan berdasarkan permohonan.
Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diajukan secara tertulis
kepada kepala dinas.
Perubahan, perpanjangan dan pengalihan izin dilakukan untuk kepentingan efisiensi
pelayanan angkutan di wilayah kota.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengoperasian angkutan umum sebagaimana dimaksud
ayat (2) pasal ini dijabarkan lebih lanjut berdasarkan surat keputusan walikota.
BAGIAN KEEMPAT
Angkutan Orang Dengan
Kendaraan Bermotor
Pasal 22

(1)
(2)
(3)
(4)

Pengakutan orang dengan kendaraan bermotor yang dilakukan dengan menggunakan


sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus dan kendaraan khusus.
Di daerah yang saran transportasinya belum memadai,, pengangkutan orang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dapat dilakukan dengan mobil barang.
Pengangkutan orang dengan mobil barang sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini
terlebih dahulu harus mendapat izin dari walikota setelah mendapat pertimbangan dari
kepala dinas.
Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berlaku selama 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang selama 3 (tiga) bulan dengan kewajiban membayar retribusi dan leges.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkutan, persyaratan dan permohonan
izin serta lokasi daerah yang saran transportasinya belum memadai ditetapkan oleh
Walikota setelah mendapat pertimbangan dari dinas atau instansi lain yang ditunjuk.
BAGIAN KELIMA
Angkutan Barang Dengan
Kendaraan Bermotor
Pasal 23

(1)
(2)
(3)

Pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor dilakukan dengan menggunakan


mobil barang, kereta tempelan dan kereta gandengan.
Pengangkutan barang sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini terdiri dari angkutan
barang umum, barang khusus, bahan berbahaya, peti kemas dan alat berat.
Pengangkutan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini dilaksanakan
dengan ketentuan jumlah barang yang diangkut tidak melebihi daya angkut, tipe
kendaraan dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.

(4)
(5)

Pengangkutan bahan berbahaya, barang khusus, peti kemas dan alat berat harus
mendapat izin Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Ketentuan mengenai tata cara pengangkutan barang, persyaratan, klasifikasi dan
kualifikasi pengemudi diatur lebih lanjut oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
BAGIAN KEENAM
Angkutan Barang Dengan
Kendaraan Tidak Bermotor
Pasal 24

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Setiap kendaraan tidak bermotor yang dioperasikan dijalan wajib didaftarkan pada
Pemerintah Derah kota Pekanbaru melalui kepala dinas.
Sebagai bukti bahwa kendaraan tidak bermotor sudah didaftarkan akan diberikan tanda
nomor kendaraan tidak bermotor (TNKTB).
Tanda kendaraan tidak bermotor berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.
Pengesahan tanda nomor kendaraan tidak bermotor dilakukan setiap 1 (satu) tahun
sekali.
Untuk setiap pendaftaran, perpanjangan dan pengesahan tanda nomor kendaraan tidak
bermotor dikenakan biaya retribusi TNKTB dan biaya leges.
BAGIAN KETUJUH
Peremajaan, Pengalihan Dan
Penambahan Kendaraan
Pasal 25

(1)
(2)
(3)

Guna menjamin keselamatan dan keamanan pengguna jasa angkutan serta pemakai
jalan lainnya, setiap kendaraan yang tidak laik jalan harus diremajakan.
Setiap peremajaan, penambahan dan / atau pengalihan pemilikan kendaraan umum
harus mendapat persetujuan Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Ketentuan lebih lanjut mengenai peremajaan, penambahan dan / atau pengalihan
kendaraan umum diatur berdasarkan surat keputusan Walikota.
BAGIAN KEDELAPAN
Pengusahaan Dealer, Sub Dealer
Dan Importir Kendaraan Bermotor
Pasal 26

(1)
(2)
(3)
(4)

Setiap perusahaan delaer, sub dealer dan / atau importir kendaraan bermotor harus
mendapat izin tertulis dari Walikota.
Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diberikan atas permohonan pengusaha
yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan.
Izin pengusahaan dealer, sub dealer dan / atau importir diberikan untuk jangka waktu 1
(satu) tahun dan dapat diperpanjang dengan membayar retribusi serta biaya leges.
Izin diberikan untuk lokasi tertentu dengan memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan
oleh Walikota.

(5)
(6)

Pemegang izin wajib memberikan laporan tertulis secara berkala kepada Walikota atau
pejabat yang ditunjuk.
Tata cara permohonan dan pemberian izin serta laporan kegiatan dari pengusahaan
dealer, sub dealer dan / atau importir sebagaimana dimaksud dalam ayt (2) pasal ini
ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
BAGIAN KESEMBILAN
Sekolah Mengemudi
Pasal 27

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Setiap pengusahaan sekolah mengemudi kendaraan bermotor harus mandapat izin


tertulis dari Walikota.
Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diberikan atas permohonan pengusaha
yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan.
Izin pengusahaan sekolah mengemudi diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang dengan membayar retribusi serta biaya leges.
Izin diberikan dengan memenuhi persyaratan teknis lokasi, fasilitas pendukung dan
kualifikasi teknis tenaga instruktur yang ditetapkan oleh Walikota.
Pemegang izin wajib memberikan laporan tertulis secara berkala kepada Walikota atau
pejabat yang ditunjuk.
Tata cara permohonan dan pemberian izin serta laporan kegiatan dari pengusahaan
sekolah mengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini ditetapkanoleh
Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
BAGIAN KESEPULUH
Penderekan Kendaraan Bermotor
Pasal 28

(1)

(2)
(3)

(4)

Dinas atau peetugas yang ditunjuk dapat menderek kendaraan bermotor yang mogok
dan / atau menggunakan tempat parkir yang tidak sesuai sehingga menggangggu
ketertiban dan kelancaran lalu linta serta pemakai jalan lainnya ketempat penyimpanan
yang ditetapkan.
Kepada pemilik dan / atau penanggung jawab kendaraan bermotor sebagaimana
dimaksud ayat (1) pasal ini dikenakan biaya menatik atau penderekan kendaraan serta
biaya penggunaan tempat penyimpanan kendaraan bermotor.
Setelah pemberitahuan secara tertulis kepada pemilik kendaraan bermotor yang
bersangkutan dan tidak daiambil dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan,
maka kendaraan tersebut akan diselesaikan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini ditetapkan lebih
lanjut berdasarkan surat keputusan Walikota.
Pasal 29

(1)

Setiap pengusahaan mobil Derek di dalam wilayah kota harus memiliki izin tertulis dari
Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

(2)
(3)

Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku selama 1 (satu) tahun dapat
diperpanjang dengan membayar retribusi dan biaya leges.
Tata cara permohonan dan persyaratan izin ditetapkan oleh Walikota.
BAGIAN KESEBELAS
Bengkel Umum Kendaraan Bermotor
Pasal 30

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Setiap pengusahaan bengkel umum kendaraan bermotor harus mendapat izin tertulis dari
walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diberikan atas permohonan pengusaha
yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan serta persyaratan yang ditetapkan.
Izin pengusahaan bengkel umum kendaraan bermotor diberikan untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang serta wajib membayar retribusi dan biaya leges.
Izin diberikan untuk satu lokasi tertentu dengan memenuhi persyaratan teknis yang
ditetapkan oleh Walikota.
Pemegang izin wajib memberikan laporan tertulis secara berkala kepada Walikota atau
pejabat yang ditunjuk.
Tata cara permohonan dan pemberian izin serta laporan kegiatan dari pengusahaan
bengkel umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), (4) dan (5) pasal ini ditetapkan
oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
BAGIAN KEDUABELAS
Bongkar Muat Barang Di Jalan
Pasal 31

(1)
(2)
(3)
(4)

Setiap orang dan / atau badan hukum yang melaksanakan bongkar muat di jalan wajib
memiliki izin.
Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini diberikan oleh Walikota atau pejabat
yang ditunjuk.
Izin bongkar muat sebagaimana dimaksud ayat (2) diberikan selama 3 (3) bulan dan
dapat diperpanjang berdasarkan permohonan dengan membayar retribusi dari biaya
leges.
Ketentuan mengenai tata cara permohonan, persyaratan dan jalan-jalan yang tidak
diperkenankan untuk kegiatan bongkar muat barang pada badan jalan akan diatur lebih
lanjut berdasarkan surat keputusan Walikota.
B A B VI
Kecepatan Maksimum Dan Tanda Suara
Pasal 32

(1)
(2)

Dilarang mengemudikan kendaraan bermotor melebihi batas kecepatn maksimum yang


telah ditetapkan pada ruas-ruas jalan tertentu berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.
Setiap penyelenggaraan lomba pacu kendaraan bermotor harus diselenggarakan
berdasarkan izin Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

(3)

(4)

Setiap kendaraan bermotor tidak diperkenankan menggunakan tanda suara pada tempattempat tertentu ataupun menggunakan tanda suara yang memungkinkan mengeluarkan
bunyi suara melebihi ketentuan yang berlaku yang dapat mengganggu pengguna jasa
angkutan dan / atau pemakai jalan lainnya.
Ketentuan mengenai kecepatan maksimum, penyelenggaraan lomba pacu dan tanda
suara diatur lebih lanjut berdasarkan surat keputusan Walikota setelah mendapat
pertimbangan teknis dari instansi yang berwenang.
B A B VII
Susunan Alat Tambahan
Kendaraan Bermotor
Pasal 33

(1)

(2)
(3)

Guna kelancaran pengangkutan orang secara tertib dan teratur, tidak diperkenankan
untuk merubah disain kendaraan bermotor dari ketentuan teknis yang disyaratkan
dengan cara menambahkan ataupun memodifikasi susunan alat tambahan yang ada
sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Perubahan dan / atau penambahan susunan alat tambahan pada kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini harus berdasarkan izin Walikota atau
kepala dinas.
Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan alat tambahan, persyaratan dan tata cara
pengajuan izin diatur oleh Walikota berdasarkan pertimbangan teknis dari kepala dinas.
B A B VIII
LALU LINTAS
BAGIAN PERTAMA
Manajemen Dan Rekayasa
Lalu Lintas
Pasal 34

(1)
(2)

(3)

Kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas termasuk perencaan, pelaksanaan,


pengadaa, pemasangan dan pemeliharaan fasilitas lalu lintas, serta pelaksanaa
manajemen pengendalian dan pengaturan system lalulintas dalam wilayah kota.
Guna keselamatan umum pemakai jalan, setiap orang dan / atau badan hukum tanpa izin
Walikota dilarang menyelengaraan pengadaan dan pemasangan fasilitas lalu lintas serta
melakukan kegiatan yang dapat mengganggu penyelenggaraan system lalu lintas yang
telah ditetapkan.
Ketentuan mengenai pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas serta
penyelenggaraan dan pemasangan fasilitas lalu lintas oleh perorangan dan / atau badan
hukum diatur lebih lanjut oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
BAGIAN KEDUA
Penggunaan Jalan
Pasal 35

(1)

(2)

Guna menjaga kebersihan, keindahan kota dan prasarana jalan serta keselamatan dan
keamanaa umum pemakai jalan setiap kendaraan yang mengangkat barang berdebu,
sampah dan sebagainya yang dapat mengotori jalan dan membahayakan lalu lintas harus
dimuat dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya dan
pencemaran lingkungan.
Ketentuan mengenai tata cara pemuatan angkutan barang sebagaimana dimaksud ayat
(1) pasal ini ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 36

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

(6)

(7)
(8)

Setiap kendaraan harus berjalan pada jalur jalan yang telah ditetapkan untuk itu.
Setiap kendaraan dilarang melalui jalan yang tidak sesuai dengan kelas jalan yang
ditetukan kecuali telah mendapat izin dispensasi penggunaan jalan.
Izin dispensasi pengguna jalan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diberikan oleh
Walikota melalui kepala dinas.
Pada-pada jalan yang dinyatakan dalam keadaan tertentu dapat diberikan izin
penggunaan jalan secara khusus oleh Walikota setelah mendapat pertimbangan dari
instantsi teknis yang membidanginya.
Izin penggunaan jalan sebagaimana dimaksud ayat (4) diberikan atas permohonan
secara tertulis dan hanya berlaku bagi jalan atau kelas jalan dibawah kelas jalan yang
ditetapkan bagi kendaraan bermotor bersangkutan untuk masa 1 (satu) hari dan paling
lama 6 (enam) bulan.
Bagi kendaraan bermotor berat dan / atau kendaraan bermotor yang mengangkut
alat-alat dengan volume ukuran dan dimensi yang diperkirakan dapat mengakibatkan
kemacetan lalu lintas atau kerusakan jalan yang akan dilalui harus mendapat izin
penggunaan jalan dari Walikota melalui kepala dinas.
Bagi setiap kendaraan bermotor yang menggunakan jalan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (6) pasal ini wajib membayar retribusi izin bagi biaya perawatan jalan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan retribusi izin penggunaan jalan
ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 37

(1)

(2)

Kecuali atas izin Walikota setiap orang dan / atau badan hukum dilarang :
a. Melakukan kegiatan dengan menggunakan sebagian atau seluruh badan jalan dan
ruas jalan.
b. Membuat dan / atau memasang portal.
c. Membuat dan / atau memotong tanggul pengaman jalan.
d. Membuat dan / atau memasang pintu penutup jalan.
e. Menutup terobosan dan / atau tempat pemutaran jalan.
f.
Membongkar dan atau memindahkan pemisah jalan, pagar pengaman dan
pulau-pulau pemisah jalan.
g. Menggunakan bahu jalan tidak sesuai dengan fungsinya.
h. Mengubah fungsi jalan dan / atau melakukan perbuatan yang secara sengaja
ataupun tidak sengaja dapat mengakibatkan kerusakan sebagian atau seluruh badan
jalan serta faslitas lalu lintas jalan.
Persyaratan dan tata cara pemberian izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

BAGIAN KETIGA
Dampak Lalulintas
Pasal 38
(1)

(2)
(3)

Guna kepentingan umum serta pengendalian stabilitas penyelenggaraan lalu lintas maka
setiap kegiatan pembangunan daerah kawasan kota yang diperkirakan dapat
membangkitkan pertumbuhan dan tarikan lalulintas serta kemacetan harus mendapatkan
izin Walikota.
Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diberikan setelah mendapat pertimbangan
teknis dari kepala dinas berdasarkan analisis dampak lalu lintas.
Ketentuan lebih lanjut mengenai permohonan izin, persyaratan dan penyelenggaraan
analisis dampak lalu lintas dalam pembangunan kawasan kegiatan usaha ditetapkan oleh
Walikota.
B A B IX
Keselamatan Lalu Lintas Dan
Asuransi Kecelakaan Lalulintas
Pasal 39

(1)

(2)
(3)
(4)

Walikota menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan dan analisis data kecelakaan lalu


lintas serta penyelenggaraan pencegahan, penangan dan penanggulangan kecelakaan
lalulintas di jalan kota dan / atau memberikan bimbingan penyuluhan keselamatan lalu
lintas serta bimbingan keterampilan pengemudi.
Untuk meyelenggarakan kegiatan keselamatan lalu lintas sebagaimana dimaksud ayat (1)
pasal ini dilaksanakan oleh dinas dan instansi Kepolisian Republik Indonesia.
Setiap badan usaha yang menyelenggarakan pengangkutan dan atau pendidikan sekolah
mengemudi harus menyelenggarakan bimbingan keselamatan lalu lintas.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan keselamatan, kecelakaan lalu lintas
dan bimbingan keselamatan lalulintas ditetapkan berdasarkan surat keputusan Walikota.
Pasal 40

(1)
(2)
(3)

Guna kepentingan pengguna jasa angkutan dan pemakai jalan setiap kendaraan
bermotor, termasuk mobil penumpang umum dan mobil bus pengangkutan karyawan dan
anak sekolah harus memiliki asuransi kecelakaan lalu lintas dan penumpang.
Untuk menjamin penyelenggaraan asuransi kecelakaan lalulintas dan penumpang
sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini kepala dinas wajib melakukan pengawasan dan
pemantauan.
Ketentuan mengenai tata cara pembayaran asuransi kecelakaan lalu lintas dan
penumpang, pengawasan dan pemantauannya ditetapkan oleh Walikota berdasarkan
ketentuan perundangan yang berlaku.
BABX
FASILITAS LALULINTAS
BAGIAN PERTAMA
Rambu Dan Tanda Lalu Lintas

Dan Papan Tambahan


Pasal 41
(1)
(2)
(3)

Penetapan-penetapan rambu, tanda lalu lintas dan papan tambahan pada jalan-jalan
dalam wilayah kota ditetapkan.
Pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu, tanda lalu lintas jalan dan papan
tambahan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Walikota atau pejabat
yang ditunjuk kecuali pada pembangunan dan peningkatan jalan.
Tata cara pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu, tanda lalu lintas dan papan
tambahan ditetapkan oleh Walikota setelah mendapat petunjuk teknis dari instansi yang
membidanginya.
Pasal 42

(1)
(2)
(3)
(4)

Setiap pengguna jalan wajib mematuhi rambut, tanda lalu lintas jalan dan papan
tambahan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan daerah ini.
Setiap orang dan / atau badan dapat membuat dan memasang rambu, tanda lalu lintas
dan papan tambahan sesuai dengan fungsinya setelah mendapat izin tertulis dari
Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Tidak diperkenankan merubah, memindahkan dan merusak atau membuat tidak
berfungsinya rambu, tanda lalu lintas dan papan tambahan kecuali atas izin Walikota atau
pejabat yang ditunjuk.
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara mendapatkan izin pembuatan,
pemasangan dan pengusulan mengenai rambu, tanda lalu lintas dan papan tambahan
sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang
ditunjuk.
BAGIAN KEDUA
Bantuan Penyelenggaraan Penempatan
Dan Pemeliharaan Rambu, Tanda Lalu Lintas
Dan Papan Tambahan
Pasal 43

(1)

(2)

Guna menjaga agar rambu, tanda lalu lintas dan papan tambahan dapat senantiasa
terpelihara dengan baik sesuai fungsinya, maka Walikota dapat menunjuk suatu
perkumpulan dan / atau badan hukum untuk bertanggung jawab pengawasan dan
pemeliharaan rambu, tanda lalu lintas serta papan tambahan yang ada di Wilayah kota.
Walikota menetapkan ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban umum memberi
bantuan dalam penyelenggaraan, penempatan dan pemeliharaan rambu, tanda lalu lintas
dan papan tambahan.
B A B XI
TARIF DAN RETRIBUSI
Pasal 44

(1)
(2)

Atas pemberian pelayanan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan di kenakan retribusi
dan biaya leges.
Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah :
a. Pemberian izin usaha angkutan.
b. Izin trayek / izin operasi.
c. Pemberian kartu izin usaha angkutan barang.
d. Kartu pengawasan angkutan orang.
e. Izin penggunaan pool.
f.
Pendaftaran dan perpanjangan tanda nomor kendaraan tidak bermotor becak
barang.
g. Pengesahan tanda nomor kendaraan tidak bermotor becak barang.
h. Sewa loket dan / atau kios.
i.
Pemberian izin usaha mobil Derek.
j.
Penderekan kendaraan.
k. Izin pengusahaan dealer, sub dealer dan importir kendaraan.
l.
Retribusi terminal mobil barang.
m. Dispensasi penggunaan jalan.
n. Izin bongkar muat di jalan.
o. Pemakaian terminal penumpang.
p. Karcis masuk orang ke terminal.
q. Pemberian izin usaha sekolah mengemudi.
r. Biaya surat penentuan jenis dan sifat kendaraan bermotor (SPJK/SPSK).
s. Pengujian kendaraan bermotor.
Pasal 45

(1)
(2)

Objek wajib retribusi lalu lintas dan angkutan jalan adalah setiap orang dan / atau badan
yang mendapatkan atau memperoleh jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pasal 44 Peraturan Daerah ini.
Besarnya ketentuan tarif retribusi pelayanan ditetapkan dengan ketentuan :
1. Pemberian izin usaha angkutan / peusahaan
Rp. 2.000.000,2. Izin trayek / izin operasi :
Mobil penumpang umum / oplet / kend / 5 tahun
Rp.
10.000,Bus kota / kendaraan / 5 tahun
Rp.
20.000,Taksi / Kendaraan / 5 tahun
Rp.
15.000,Bajaj / kendaraan / 5 tahun
Rp.
5.000,3. Pemberian kartu izin usaha angkutan barang :
Truk / tahun
Rp.
40.000,Head Tractor / tahun
Rp.
50.000,Kereta tempelan / tahun
Rp.
50.000,Kereta gandengan / tahun
Rp.
50.000,Pick up / tahun
Rp.
25.000,4. Kartu pengawasan angkutan orang :
Mobil Penumpang umum / oplet / tahun
Rp.
25.000,Bus kota / tahun
Rp.
40.000,Taksi / tahun
Rp.
30.000,Bajaj / tahun
Rp.
10.000,Angkutan khusus / tahun
Rp.
25.000,-

5.

6.
7.
8.
9.
10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

Izin penggunaan pool :


Bus besar / kendaraan / hari
Bus sedang / kendaraan / hari
Bus kecil dan mobil penumpang / Kendaraan / hari
Pendaftaran dan perpanjangan tanda nomor kendaraan tidak
bermotor becak barang / tahun
Pengesahan tanda nomor kendaraan tidak bermotor becak barang
/ tahun
Sewa loket / kios / m2 / bulan
Pemberian izin usaha mobil Derek / tahun
Penderekan kendaraan :
a.
Mobil bus dan mobil barang truk / kendaraan
b.
Mobil penumpang dan pick up / kendaraan
c.
Biaya penginapan / kendaraan / hari
Izin pengusahaan bengkel umum kendaraan bermotor umum :
a.
Bengkel mobil :
- Besar / tahun
- Sedang / tahun
- Kecil / tahun
b.
Bengkel sepeda motor :
- Besar / tahun
- Sedang / tahun
- Kecil / tahun
Izin pengusahaan pencucian kendaraan bermotor :
- Besar / tahun
- Sedang / tahun
- Kecil / tahun
Izin pengusahaan dealer sub dealer dan importir :
- Dealer / tahun
- Sub dealer / tahun
- Importir / tahun
Retribusi terminal mobil barang :
a.
Kendaraan berat (truk, kereta gandengan, Kereta tempelan)
/ kendaraan
b.
Kendaraan sedang dan pick up / kendaraan
Izin menginap :
a.
Kendaraan berat (truk, kereta gandengan, Kereta tempelan)
/ hari
b.
Kendaraan sedang dan pick up / hari
Dispensasi penggunaan jalan :
a.
Kendaraan truk roda 6 keatas / kendaraan / bulan
b.
Kendaraan truk roda 4 / kendaraan / bulan
c.
Kendaraan barang (pick up / box) / kendaraan / bulan
Izin bongkar muat di jalan :
a.
Truk GVW 3.000 kebawah / kendaraan
b.
Truk GVW 3.001 S/D 5.000 / kendaraan
c.
Truk GVW 5.001 keatas / kendaraan

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

1.500,1.000,500,2.000,-

Rp.

2.000,-

Rp.

15.000,-

Rp.

300.000,-

Rp.
Rp.
Rp.

30.000,20.000,15.000,-

Rp.
Rp.
Rp.

200.000,100.000,50.000,-

Rp.
Rp.
Rp.

50.000,40.000,25.000,-

Rp.
Rp.
Rp.

200.000,100.000,50.000,-

Rp. 1.500.000,Rp.
500.000,Rp. 3.000.000,Rp.

2.000,-

Rp.

1.000,-

Rp.

5.000,-

Rp.

2.500,-

Rp.
Rp.
Rp.

7.500,6.000,5.000,-

Rp.
Rp.
Rp.

7.500,6.000,5.000,-

18. Pemakaian terminal penumpang :


a.
Mobil bus besar / kendaraan / 1X masuk
b.
Mobil bus sedang / kecil / mobil penumpang / kendaraan / 1
X masuk
19. Karcis masuk orang keterminal / orang
20. Pemberian izin usaha sekolah mengemudi / tahun
21. Biaya surat penentuan jenis dan sifat kendaraan bermotor (SPJK /
SPSK) kendaraan
22. Biaya setiap uji kendaraan bermotor (kir) :
a.
Mobil penumpang umum beroda tiga
- Formulir pemeriksaan
- Biaya uji
- Pembuatan plat samping
- Pengelolaan administrasi
- Plat uji
- Buku uji
b.
Mobil penumpang umum :
- Formulir pemeriksaan
- Biaya uji
- Pembuatan plat samping
- Pengelolaan administrasi
- Plat uji
- Buku uji
c.
Mobil bis dan Mobil barang :
- Formulir pemeriksaan
- Biaya uji
- Pembuatan plat samping
- Pengelolaan administrasi
- Plat uji
- Buku uji
d.
Kereta tempelan / gandengan
- Formulir pemeriksaan
- Biaya uji
- Pembuatan plat samping
- Pengelolaan administrasi
- Plat uji
- Buku uji
e.
Kendaraan khusus :
- Formulir pemeriksaan
- Biaya uji
- Pembuatan plat samping
- Pengelolaan administrasi
- Plat uji
- Buku uji

Rp.
Rp.

1.000,500,-

Rp.
Rp.
Rp.

500,300.000,25.000,-

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

2.000,5.000,2.000,2.000,4.000,5.000,-

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

4.000,12.000,4.000,3.000,4.000,5.000,-

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

4.000,15.000,5.000,4.000,4.000,5.000,-

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

4.000,12.000,5.000,4.000,3.000,5.000,-

Rp.
Rp.
Rp.

4.000,17.000,5.000,-

Você também pode gostar