Você está na página 1de 13

askepbronkhitis

KONSEP DASAR BRONKHITIS


I. DEFINISI BRONKHITIS
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronkhitis dapat bersifat
akutmaupun kronis.
( manurung,2008 )
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh berbagai sebab.
Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, respiratory
syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus.
(Muttaqin,2008)
Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang terhirup.
(Chang, 2010)

II. KLASIFIKASI BRONKHITIS


Bonkhitis diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1.

Bronkhitis kronis adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah sel
goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan edema mukosa bronkus.pembentukan mucus yang
meningkatkan mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.batuk kronis yang disertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkeolus yang kecil sedemikian
rupa sehingga bronkeolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
(Price, 1995)

2.

Bronkhitis akut merupakan imflamasi bronkus pada saluran nafas bawah penyakit ini
disebabkan oleh bakteri dan virus. bronkhitis akut dapat sembuh sendiri dan berlangsung
dalam waktu singkat. penyakit ini harus dibedakan dengan bronkhitis kronis yang biasanya
berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronik.
(Chang, 2010)

3.

Bronkhitis akut kondisi umum yang disebabkan oleh inveksi dan inhalan yang
mengakibatkan inflamasi lapisan mukosa percabangan trakeobronkial.
(Tambayong, 2000)

4.

Bronkhitis kronisinflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan progesif pada batuk
produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan penyebab spesifik yang
mengalami batuk produktif sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
(Tambayong, 2000)

III. ETIOLOGI
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkhitis, yaitu : rokok, infeksi
dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungannya dengan faktor keturunan dan status sosial
a.

Rokok
Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkotriksi akut

b. Infeksi
Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
c.

Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah merokok
resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkhitis adalah zat-zat
pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid,ozon.

d. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita defesiensi alfa -1- antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini
diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
e.

Faktor sosial ekonomi


Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk
( manurung, 2008 )

IV.

IV. PATOFISIOLOGI BRONKITIS


Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Adanya
iritasi yang terus

menerus menyebabkan kelenjar-kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir

yang diproduksi semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia.
Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus. Alveoli
yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan dan membentuk fibrosis
sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan klien menjadi lebih rentan
terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkhial lebih lanjut dapat terjadi perubahan
fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat terjadi perubahan paru yang
irreversible. Hal tersebut kemungkinan mangakibatkan emfisema dan bronkiektatis.
(manurung, 2008)
V. TANDA DAN GEJALA
Gejalanya berupa:
a.

batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

b. sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan


c.

sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)

d. lelah
e.

pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

f.

wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

g. pipi tampak kemerahan


h. sakit kepala
i.

gangguan penglihatan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis

VI.

VI. TEST DIAGNOSTIK


Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkhitis kronik adalah meliputi rontgen thoraks,
analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar gas darah arteri
(manurung, 2008 )
Pemeriksaan fungsi paru
Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai suatu siklus
inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali
permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang

lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan
kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500
ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi
tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal
secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli
yang aktif dalam proses pertukaran gas.
Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa),
oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas
darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi O2 lebih dari 90%.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat progresivitas
penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.

Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil
(berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk
diagnosis banding dengan tuberculosis paru.

Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat
berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum
jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah
menjadi 3 bagian

Lapisan teratas agak keruh

Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)

Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak
(celluler debris).
(mutaqin, 2008)

VII.

VII. KOMPLIKASI
Komplikasi bronchitis dapat berupa terjadinya korpulmonale, gagal jantung kanan dan gagal
pernapasan.
(manurung, 2008 )
Beberapa komplikasi yang ditemukan pada bronkhitis adalah:

1. Emfisema
Emfisema adalah akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus alveoli yang
disertai dengan kerusakan dari sel pernapasan.
2. Kor pulmonale
Kor pulmonale didefinisikan sebagai suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang dihubungkan
dengan kelainan fungsi paru atau struktur paru atau keduannya.
3. Polisitemia
Adanya batuk,sputum,dan tanda-tanda hipoksemia pada blublotter.eksaserbasi akut
disebabkan oleh infeksi.pada auskultasi terdapat ronki basah,baik pada ekspirasi maupun
inspirasi.sesak nafas dan weizing atau mengi merupakan tanda utama dari bronkhitis. bila
sudah terdapat komplikasi kor pulmonale,maka proknosis dari penyakit ini sudah buruk
(Rab,

VIII. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN DAN MEDIS

1996)

1)

Penatalaksanaan umum pada bronkhitis kronik bertujuan untuk memperbaiki kondisi


tubuh penderita, mencegah perburuan penyakit, menghindari faktor resiko dan mengenali
sifat penyakit secara lebih baik. Disamping itu tujuan utama pengobatan adalah untuk
menjaga agar bronkiolus terbuka dan berfungsi, sehingga memudahkan pembuangan sekresi
bronkhial, mencegah infeksi dan kecacatan. Perubahan pola sputum ( sifat, warna, jumlah dan
ketebalan ) dan pola bentuk merupakan hal yang perlu diperhatikan.infeksi bakteri tambuh
diobati dengan terapi antibiotika berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitifitas.

2)

Terapi bronkodilator berguna untuk menghilangkan bronkospasmo dan mengurangi


obstruksi jalan nafas sehingga oksigen lebih banyak didistribusikan keseluruh bagian paru
dan fentilasi alveolar diperbaiki.dreinasepostular dan perkusi dada setelah pengobatan
biasanya sangat membantu terutama jika terdapat bronkiektasis.

3)

Pemberian cairan peroral maupun parenteral jika terjadi bronkospasme berat merupakan
tindakan sangat penting. pemberian terapi cairan sangat menbantu dalam mengencerkan
sekresi sehingga mudah dikeluarkan dengan membatukkan. pemberian kortikos teroit
diberikan jika tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keberhasilan terhadap pengobatan
konserfatif. klien harus berhenti merokok, karena rokok dapat menyebabkan bronkokontriksi,
melumpuhkan silia yang berperan dalam membuang partikel yang mengiritasi serta
menginaktifkan surfaktan yang berfungsi untuk mengembangkan paru. perokok juga lebih
rentang terhadap infeksi bronchial.
( manurung, 2008 )

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Bronkitis


A. Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan utama pada klien dengan bronchitis meliputi batuk kering dan produktif dengan
sputum purulen, demam dengan suhu tubuh da[at mencapai >40 oC, dan sesak napas.

2. riwayat kesehatan
Keluhan utama:
Batuk persisten,produksi sputum seperti warna kopi,disnea dalam beberapa keadaan,weizing
pada saat ekspirasi,sering mengalami infeksi pada system respirasi.
Riwayat kesehatan dahulu:
Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 th.dan paling
sedikitdalam 2 th berturut-turut.adanya riwayat merokok.
Riwayat kesehatan keluarga:
Penelitian terahir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit
pernafasan lebih sering dan lebih berat serta prefalensi terhadap gangguan pernapasan lebih
tinggi.selain itu,klien yang tidak merokok tetepi tinggal dengan perokok(perokok pasif)
mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah.dari keterangan tersebut untuk
penyakit familial dalam hal ini bronchitis mungkin berkaitan dengan polusi udara rumah,dan
bukan penyakit yang diturunkan.
(mutaqin,2008)

3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien dengan bronchitis biasanya didapatkan adanya
peningkatan suhu tubuh lebih dari 40 drajat celcius, frekuensi napas meningkat dari frekuensi
normal, nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan, serta biasanya tidak ada masalah dengan tekanan darah.
B1 (breathing)
Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya
menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronchitis kronis, sering didapatkan bentuk
dada barrel/ tong. Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan
klien juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen berwarna kuning
kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.

Palapasi
Taktil fremitus biasanya normal.
Perkusi
Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka suara napas
melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar
abses, maka akan terdengar suara napas bronchial dan ronkhi basah.

B2 (blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi. Tekanan
darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung
tidak mengalami pergeseran.
B3 (brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang
serius.
B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan, oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda awal dari syok.
B5 (bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan penurun
berat badan.
B6 (bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
(Muttaqin, Arif.2008)

4. terapi medis
Pengobatan yang utama ditujukan untuk mencegah dan mengkontrol infeksi serta
meningkatkan dreinase bronchial.pengobatan yang diberikan berupa:
Antimicrobial;
Bronkodilator;
Aerosolizet nebulizer; dan
intervensi bedah.
(Irman, 2009)

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang dapat ditemui pada klien bronkitis adalah:
1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan
broncospasme.

2. Gangguan pertukaran gas dengan perubahan supple oksigen


3. Gangguan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dan anoreksia.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplei oksigen.
( Manurung, 2008 )
Diagnose 1
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan
bronkospasme
Tujuan: bersihan jalan napas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24
jam
Kriteria Hasil :
1. Sputum tidak ada
2. Bunyi napas vesikuler
3. Batuk berkurang atau hilang
4. Sesak napas berkurang atau hilang
5. Tanda-tanda vital normal
Intervensi
1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu
pernapasan.

Rasional: memantau adanya perubahan pola napas


2.

Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi

( semi

fowler ).
Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
3. Ajar dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien mandiri
4. Pertahankan hidrasi adekuat, adupan cairan 40-50cc/ kg bb/ 24 jam
Rasional : mencegah adanya dehidrasi
5. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi.
Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran secret
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik
Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan produksi mukosa.
Diagnosa2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen.
Tujuan: gangguan pertukaran gas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Selama x 24 jam
Kriteria hasil:
1. Nilai analisa gas darah dalam batas normal.
2. Kesadaran komposmentis.
3. Klien tidak bingung
4. Sputum tidak ada
5. Sianosis tidak ada
6. Tanda fital dalam batas normal
Intervensi
1. Pertahankan posisi tidur fowler
Rasional : posisi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
2. Ajarkan klien pernapsan diagframatik dan pernapasan bibir.
Rasional : untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas
3. Kaji pernapasan, kecepatan dan kedalaman serta penggunaan otot bantu pernapasan
4. Kaji secara rutin warna kulit dan membran mukosa
Rasional:indikasi langsung keadekuatan volume cairan,meskipun membrane mukosa mulut
mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
5. Dorong klien untuk mengeluarkan sputum, penghisapan lendir jika diindikasikan
Rasional: untuk membantu melancarkan jalannya pernapasan

6. Awasi tingkat kesadaran / status mental klien, catat adanya perubahan


Rasional: Dengan mengetahui tingkat kesadaran atau status mental klien, sehingga
memudahkan tindakan selanjutnya.
7. Ukur tanda vital setiap 4-5 jam dan awasi irama
Rasional: Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
8. Palpasi fremitus
Rasional: mengetahui adanya bunyi nafas akibat mukus
9. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
Diagnosa 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum
Tujuan : nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
2.

Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi

1. Kaji keluhan klien terhadap mual, muntah dan anoreksia


Rasional: menentukan penyebab masalah
2. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta ciptakan lingkungan yang bersih
dan nyaman
Rasional: menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan pasien

dan dapat

menurunkan mual
3. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
Radional: dapat meningkatkan nutrisi dalam tubuh meskipun napsu makan berkurang
4. Timbang berat badan klien setiap minggu
Rasional: Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
Rasional: berguna untuk kestabilan dan gizi yang masuk untuk pasien
Diagnosa 4

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan


kebutuhan
Tujuan: klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama x 24 jam
Kriteria hasil:
1. Klien melakuakan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan
2. Klien dapat bergerak secara bebas
3. Kelelahan berkurang atau hilang
4. Tonus otot baik menunjukkan angka 5
Intervensi
1. Kali aktifitas yang dilakukan klien
Rasional: mengetahui perkembangan aktivitas day living
2. Latih klien untuk melakukan pergerakan aktif dna pasif
Rasional: supaya otot-otot tidak mengalami kekakuan
3.

Berikan dukungan pada klien dalam melakukan latihan secara teratur, seperti: berjalan
perlahan atau latihan lainnya.
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2

4.

Diskusikan dengan klien untuk rencana pengembangan latihan berdasarkan status fungsi
dasar
Rasional: untuk memberikan terapiyang sesuai pada status pasien saat ini

5. Anjurkan klien untuk konsultasi denan ahli terapi


Rasional: menentukan program latihan spesifik sesuai kemampuan klien

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Cotran,robbins.2008.dasar patologis penyakit.jakarta:Egc.
Rab, Tabran. 1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika
Tambayong,Jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC
Price,Sylvia Anderson.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis

Diposkan oleh maharani devi di 20.19 1 komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!

Você também pode gostar