Você está na página 1de 20

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH AGAMA ISLAM


RESUME BUKU
BIOGRAFI EMPAT IMAM MAHZAB
PLUS RIWAYAT INTELEKTUAL DAN PEMIKIRAN MEREKA

DOSEN PENGAMPU : QADHAFI, M.Pd.I

DISUSUN OLEH
NAMA

: NABILA FAUZIAH

NPM :
PRODI

1343050130
: FARMASI SORE

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
2016

BAB I

PENDAHULUAN

Judul

: Biografi Empat Imam Mahzab

Penulis

: Ustadz Rizem Aizid

Penerbit

: Saufa

Cetakan ke- : 1
Tahun terbit : 2016
Editor

: A. Zain Malik

LATAR BELAKANG
Imam mahzab merupakan sebutan untuk pemimpin atau pendiri mahzab dalam Islam.
Secara umum dam popolar dikalangan muslim, ada empat imam mahzab Islam. Mereka
adalah Imam Abu Hanifah dari Mahzab Hanafi, Imam Malik bin Anas dari Mahzab Maliki,
Imam syafii dari Mahzab Syafii, dan Imam Ahmad bin Hanbal dari Mahzab Hambali.
Keempat imam mahzab tersebut adalah pendiri dari empat mahzab yang pengaruhnya
terbesar hampir keseluruh pelosok dunia, khususnya Indonesia.
Pertanyaannya, siapakah imam-imam itu? Dan, seperti apa pemikiran serta inti ajaran
mereka?
Sejarah kehidupan ( biografi ) ke empat imam mahzab secara detail dan
komprehensif, mulai dari kelahiran, nasab, pemikiran, sifat, keluarga, karya, guru, murid,
hingga nasihat-nasihat bijak mereka yang bermanfaat di era modern ini. Dapat dikatakan
bahwa buku ini merupakan sejenis buku biografi yang mengulas tentang kehidupan empat
imam mahzab dalam islam, yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam
Ahmad bin Hanbal.
Untuk menguraikan informasi detail mengenai para imam mahzab tersebut, saya
membahas didalam buku ini menjadi enam bagian. Pada bagian pertama, saya tidak langsung
membahas tentang sosok imam mahzab, tetapi terlebih dahulu menginformasikan seluk-beluk

mahzab. Karena itu, sebagai pengantar menuju pembahasan yang lebih spesifik tentang
biografi tentang imam mahzab, saya memperkenalkan terlebih dahulu pengertian, sejarah
kelahiran, hingga beberapa poin penting lain mengenai mahzab secara umum dan empat
mahzab secara khusus ( Mahzab Hanafi, Maliki, Syafii, serta Hambali ).
Pada bagian kedua, pembahasan mengenai biografi empat imam mahzab diawali dari
sosok Imam Abu Hanifah, pendiri Mahzab Hanafi. Pada bagian ketiga, akan dibahas biografi
Imam Malik bin Anas yang merupakan pendiri Mahzab Maliki. Adapun informasi detail
mengenai sosok Imam Syafii mulai dari kelahiran hingga pemikirannya, tersaji pada bagian
keempat. Sosok imam terakhir, yakni Imam Ahmad bin Hanbal dari Mahzab Hambali,
dipahas pada bagian kelima.
Pembahasan biografi pada imam mahzab didalam buku ini disajikan dengan bahasa
lugas dan sederhana, sehingga mudah dipahami. Meskipun begitu saya juga menyedari
bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna. Artinya masih banyak kekurangan di dalam
buku ini yang harus saya perbaiki dengan bantuan para pembaca.

BAB II

ISI

TERMINOLOGI DAN SEJARAH MAHZAB


A. Pengertian Mahzab
Pengertian mahzab dapat dilihat dari dua segi, yakni segi bahasa dan istilah
fiqh. Pertama, dari segi bahasa, kata mahzab berasal dari istilah dalam bahasa arab.
Dan, dalam bahasa arab, kata mahzab merupakan bentuk isim makan dari kata
dzahaba. Adapun arti dari istilah dzahaba adalah jalan yang dilalui dan dilewati,
pergi, mengambil sebagai cara, dan sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik
konkret maupun abstrak. Kedua, dari segi istilah fiqh, para ulama fiqh mengartikan
mahzab sebagai suatu metode atau manhaj yang dibentuk setelah melalui pemikiran
dan penelitian. Kemudian, orang yang menjalani suatu mahzab menjadikannya
sebagai pedoman yang jelas batasan batasan dan bagian bagiannya.
B. Sejarah Ringkas Lahirnya Mahzab
Kejayaan islam pada masa Bani Abbasiyah melahirkan banyak tokoh fiqh
agung yang berjasa mengintegritaskan fiqh islam dan meninggalkan khazanah luar
biasa yang menjadi landasan tokoh bagi setiap ulama fiqh sampai sekarang. Tokoh
fiqh agung itu adalah yang membawa panji-panji mahzab dalam islam. Karena
kejayaan Bani Abbasiyah adalah warisan dari Ummayah, tentu saja pemikiran para
ulama pada periode sebelumnya. Berbagai pemikiran di bidang fiqh yang diwakili
oleh mahzab ali hadits serta ahli logika merupakan penyebab timbulnya mahzabmahzab fiqh dan mahzab-mahzab itulah yang mengaplikasikan pemikiran-pemikiran
operasional. Kemudian pada abad kedua hijriah, dari mahzab-mahzab fiqh tersebut
lahir berbagai mahzab hukum. Dua abad kemudian, mahzab-mahzab hukum itu telah
melembaga dalam masyarakat islam dengan pola serta karakteristik khusus dalam
melakukan istinbath hukum.
Lahirnya mahzab-mahzab hukum tersebut menimbulkan berbagai perbedaan
pendapat dan beragam produk hukum. Kemudian, para mujtahid atau imam mahzab
menawarkan kerangka metodelogi, teori, dan kaidah-kaidah ijtihad yang berbeda.
Lalu, metodelogi, dan kaidah-kaidah yang dirumuskan oleh para imam mahzab
tersebut terus berkembang serta diikuti oleh generasi berikutnya.

SEKILAS TENTANG EMPAT IMAM MAHZAB

A. Mahzab Hanafi
1. Pengertian Mahzab Hanafi
Mahzab Hanafi termasuk salah satu mahzab fiqh dalam islam Sunni. Apa itu
Islam Sunni ? Islam Sunni adalah suatu aliran teologi yang bersumber dari pemikiran
Abu Hasan al-Asyari, salah seorang sahabat Rasulullah Saw. Yang masyhur. Dari
sudut pandang sosioteologis, Islam Sunni adalah agama Islam yang dipahami dan
dipraktikan oleh mayoritas umat Islam.
2. Sejarah Perkembangan Mahzab Hanafi
Mahzab Hanafi memiliki pengikut paling banyak dibandingkan menganut
mahzab-mahzab-mahzab yang lain. Sebelum Mazab Hanafi tersebar kebanyak negri
di berbagai belahan bumi, mahzab tersebut terlebih dahulu mengalami masa-masa
yang tidak mudah. Sebab, Mahzab Hanafi harus timbul dan tenggelam seiring
terjadinya pergantian kekuasaan di Mesir. Di negeri piramida itu, Mahzab Hanafi baru
dikenal masyarakat Mesir sesudah tahun 164 H. Latar belakang penyebab masuknya
Mahzab Hanafi ke Mesir adalah karena pengangkatan seorang qadhi berMahzab
Hanafi oleh kepala negara Al-Mahdy. Qadhi itulah yang mula-mula menyiarkan
Mahzab Hanafi di Mesir. Selanjutnya, Mahzab Hanafi berkembang pesat hingga tahun
358 H, karena pemerintahan Islam di Mesir berada dalam kuasa kepala negara yang
merupakan keturunan Abbasiyah.
Mahzab Hanafi mengalami guncangan yang cukup berat saat Mesir jatuh
ketangan raja keturunan Dinasti Fathimiyah, yang saat itu menganut Mahzab Syiah
Ismailiyah. Karena kuatnya pengaruh Fathimiyah di Mesir, Mahzab Syiah pernah
menjadi mahzab resmi pemerintahan. Bahkan, meskipun masyarakat Mesir diberi
kemerdekaan dalam beribadah dan mengikuti aliran Mahzab masing-masing, tetapi
pihak pemerintahan melarang mereka untuk mengikuti Mahzab Hanafi. Dan masa itu
merupakan masa tenggelammnya Mahzab Hanafi di Mesir.
Masa kelam Mahzab Hanafi berakhir ketika Mesir jatuh ke tangan Al-Ayyubi.
Sebagai balasan atas perbuatan para penguasa Dinasti Fathimiyah, pemerintahan AlAyyubi pun menindas dan berusaha menghilangkan Mahzab Syiah maupun aliranaliran yang terkait dengan aliran tersebut. Kemudian, Sultan Shalahudin al-Ayyubi
mendirikan sekolah untuk memberikan pengajaran tentang Mahzab Hanafi. Sekolah
itu dinamakan Mahzab Ash-Shuyufiyah. Sejak itu pula, Mahzab Hanafi mendapatkan
kekuatannya kembali untuk berkembang ditengah-tengah masyarakat Mesir.

3. Sumber Penetapan Hukum Mahzab Hanafi


a. Al-Quran
b. Hadist atau Sunnah
c. Atsar
d. Qiyas
e. Istihsan
f. Ijma para ulama
g. Urf
B. Mahzab Maliki
1. Pengertian Mahzab Maliki
Mahzab Maliki adalah aliran mahzab yang dibentuk oleh Imam Malik bin
Anas. Nama Imam Malik diambil sebagai nama suatu aliran atau mahzab yang
didirikannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Mahzab Maliki adalah
kumpulan pendapat yang berasal dari Imam Malik bin Anas dan para penerusnya.
2. Sejarah Perkembangan Mahzab Maliki
Pada umumnya, Mahzab Maliki tumbuh dan berkembang di Madinah. Dari
Madinah, mahzab tersebut menyebar ke negeri Hijaz. Di daerah Arab, penganut
terbesar Mahzab Maliki adalah kaum muslimin yang berada di daerah Arab baguan
barat. Negeri lain yang juga menganut Mahzab Maliki adalah Mesir. Di negeri firaun
itu, perkembangan Mahzab Maliki pernah mengalami penurunan. Penurunan jumlah
penganutnya tersebut disebabkan oleh perkembangan Mahzab Syafii dan sebagai
pendukungnya mengikuti mahzab tersebut. Mahzab Maliki akhirnya berhasil bangkit
kembali pada zaman Dinasti Ayyubiyah.
Selain di wilayah Arab, Mahzab Maliki juga berkembang di Eropa, tepatnya
Andalusia. Di Andalusia, mahzab ini berkembang pesat pada masa pemerintahan
Hisyam. Saat itu, para ulama yang menduduki posisi tinggi hakim negara adalah
penganut Mahzab Maliki. Karena itulah, perkembangan mahzab ini tembuh subur dan
pesat di negeri tersebut.
3. Sumber Penetapan Hukum Mahzab Maliki
a. Sunnah
b. Amal Perbuatan Orang Madinah
c. Qaul Shahabi ( fatwa salah seorang sahabat )
d. Maslahah al-Mursalah
C. Mahzab Syafii
1. Pengertian Mahzab Syafii
Mahzab Syafii merupakan mahzab Islam dengan pengikut terbesar kedua
setelah Mahzab Hanafi diseluruh dunia. Pengikutnya ditaksir mencapai sekirat 28
persen dari seluruh muslim Sunni di dunia. Di dalam hubungannya dengan mahzabmahzab sebelumnya, Mahzab Syafii dapat dikatakan sebagai mahzab yang berada

diantara kedua kelompok mahzab tersebut. Artinya, Mahzab Syafii berada di antara
Mahzab Hanafi dan Maliki yang sangat kontras.
2. Sejarah Perkembangan Mahzab Syafii
Meskipun termasuk mahzab baru bila dibandingkan dengan Mahzab Hanafi dan
Maliki, tetapi Mahzab Syafii berhasil menjadi mahzab terbesar kedua di seluruh
dunia. Dalam penyebarannya, Mahzab Syafii menggunakan cara berbeda dari dua
pendahuluannya,

yakni

tidak

melalui

pengaruh

kekuasaan

kerajaan

dan

kekhalifahannya. Mahzab Hanafi dan Maliki tersebar luas karena adanya peran
kekhalifahan atau kerajaan di dalamnya. Sementara, Mahzab Syafii disebarluaskan
dan dikembangkan oleh para muridnya. Cara penyebaran Mahzab Syafii tersebut
ternyata cukup efektif untuk menarik banyak pengikut di seluruh dunia. Hal itu
terbukti efektif. Karena, hingga kini Mahzab Syafii memperoleh pengikut sebesar 28
persen yang terbagi-bagi mulai dari Mesir, Arab Saudi bagian barat, Suriah,
Indonesia, Malaysia, Brunei, Pantai Koromandei, Malabar, Hadramaut, dan Bahrain.
3. Sumber Penetapan Hukum Mahzab Syafii
a. Al-Quran
b. Sunnah
c. Ijma
d. Qiyas
D. Mahzab Hambali
1. Pengertian Mahzab Hambali
Mahzab Hambali adalah sebuah aliran Mahzab yang merujuk pada pemikiran
Imam Ahmad bin Hanbal. Dengan demikian, Mahzab Hambali adalah nama dari
kumpulan pendapat-pendapat yang berasal dari Imam Ahmad bin Hanbal beserta
murid-muridnya dan para pengganti mereka sebagai tokoh yang menyebarluaskan
pemikiran yang telah digariskan oleh mereka.
2. Sejarah Perkembangan Mahzab Hambali
Dalam sejarah perkembangan dan penyebarannya, Mahzab Hambali dianut
oleh kebanyakan penduduk Hijaz, di pedalaman Oman, beberapa tempat sepanjang
Teluk Persia, dan beberapa kota Asia Tengah.
3. Sumber penetapan Hukum Mahzab Hambali
a. Nash dari al-Quran dan sunnah
b. Fatwa sahabat
c. Ijtihad sahabat yang lebih dekat kepada al-Quran dan sunnah
d. Mengambil hadish mursal dan dhaif serta lebih diutamakan daripada qiyas
e. Qiyas sebagai langkah terakhir

PEMIKIRAN INTI IMAM ABU HANIFAH

A. Pemikiran Imam Abu Hanifah di Bidang Fiqh


Dalam bahasa Arab, kata fiqh berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan yang berarti
memahami, mengerti, atau memperoleh pengetahuan. Kata fiqh dan turunannya
disebutkan didalam al-Quran sebanyak dua puluh kali dan semuanya berarti
memahami dan mengerti. Kecuali, kata fiqh yang terdapat pada surat at-Taubah ayat
122. Pada ayat tersebut, fiqh berarti pemahaman kepada agama. Sementara didalam
hadist , fiqh lebih banyak dihubungkan dengan pemahaman ajaran agama. Selain itu,
salah satu dari dua puluh ayat al-Quran yang mengartikan fiqh sebagai kata kerja
memahami terdapat pada ayat berikut :

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan: Ini adalah dari sisi Allah, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana
mereka mengatakan: Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad). Katakanlah:
Semuanya (datang) dari sisi Allah. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik)
hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS. An-Nisaa [4] : 78 )
Berdasarkan hadist, kata fiqh cenderung kepada kata yang menunjukan
pemahaman tentang ajaran agama. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. Bersabda,
sesungguhnya, panjangnya shalat dan pendeknya khutbah seseorang merupakan
tanda akan kepemahamannya (HR. ,uslim Ahmad, dan Darimi)

Lalu bagaimanakah pemikiran Imam Abu Hanifah dalam sebelas topik :


1. Thaharah ( bersuci )
Secara bahasa, thaharah berarti suci atau bersih. Sedangkan secara istilah
syarat, thaharah berarti suci dari hadats dan najis. Ada dua jenis hadats dalam
Islam, yakni hadats kecil dan besar jenis hadats kecil yaitu dapat dihilangkan
(disucikan) dengan berwudhu atau tayamum, sementara hadats besar yaitu
disucikan dengan mandi besar (janabah).
Dalam al-Quran dan hadits, diterangkan secara jelas bahwa hukum thaharah
adalah wajib. Hal itu sebagaimana diterangkan oleh Allah Swt, sejak awal dalam
sebuah firman-Nya yang berbunyi :

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan

kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur (QS. Al-Maaidah [5] : 6)
2. Harta Warisan
Harta warisan adalah harta yang tidak dimiliki secara penuh oleh satu orang. Harta
tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh ahli waris sebelum dibagikan secara syara.
Sementara itu, harta warisan yang sudah dibagikan dapat tersebut sebagai rikaz . yaitu
harta terpendam yang didapatkan oleh seseorang secara tidak terduga. Sebab, harta
warisan (yang sudah dibagikan tersebut) adalah harta tidak terduga yang dedapat setelah
kematian seseorang (pewaris).
3. Wali Nikah
Secara bahasa, kata wali memiliki beberapa arti, seperti rasa cinta (mahabbah) dan
pertolongan (nushrah) serta kekuasaan (sulthan) dan kekuatan (qudrah). Wali nikah
adalah orang yang berhak menikahkan seseorang perempuan. Dengan demikian orang
yang berhak menjadi wali nikah adalah ayah kandung, kemudian kakek dari ayah, dan
seterusnya dari garis keturunan ayah keatas.
4. Aborsi (menggugurkan kandungan)
Menurut pandangan Mahzab Hanafi, aborsi diperbolehkan dengan syarat dilakukan
sebelum janjin terbentuk atau sebelum terjadinya peniupn ruh kejasad, tetapi harus
disertai syarat-syarat yang rasional.
5. Qunut dalam shalat subuh
Imam Abu Hanifah berpandangan bahwa kedudukan qunut dalam shalat subuh
merupakan bidah. Kemudian pendapat tersebut dipegang teguh pada para ulama
hanafiyah. Menurut Muhammad Amrazi beberapa pendapat ulama hanifiyah bahwa
qunut pada shalat subuh sudah dinasakh dan tidak lagi masyru . itulah sebabnya bahwa
qunut pada shalat subuh merupakan bidah.
6. Shalat gerhana matahari dan bulan
Dalan istilah fiqh, gerhana dinamakan kusuf, yaitu hilangnya cahaya matahari dan bulan,
atau hilangnya sebagian, dan perubahan caya yang mengarah kewarna hitam atau gelap.
Dalam hal ini, Allah Saw bersabda :
sesungguhnya, matahari dan bulan adalah bukti tanda-tanda kekuasaan Allah.
Sesungguhnya, keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang, dan tidak
pula karena hidupnya seseorang. Oleh karena itu, bila kalian melihatnya, maka berdoalah
kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah.
( HR. Muttafaq Alaih )
7. Zakat
Zakat salah satu ibadah wajib bagi umat Islam. Zakat dikeluarkan dalam dua bentuk,
yakni zakat mal dan fitrah. Menurut Imam Abu Hanifah, zakat adalah ibadah mahdhah.
Hal ini sesuai dengan ayat-Nya berbunyi :

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang
dilunakkan hatinya (mualaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan
orang yang berhutang, untuk yang berada di jalan Allah dan untuk orang yang sedang di
dalam perjalanan sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (QS. At-Taubah [9] : 60)
8. Khutbah jumat
Menurut, Imam Abu Hanifah pandangan mengenai khutbah Jumat merupakan syarat sah
shalat Jumat. Artinya, bila sebelum shalat Jumat tidak diadakan khutbah Jumat, berarti
shalat Jumat tersebut dianggap batal atau tidak sah.
Firman Allah Saw dalam al-Quran yang berbunyi :

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al-Jumuah [62] : 9)
9. Utang piutang
Imam Abu Hanifat berpandangan bahwa pemberi utang tidak wajib membayar zakat
sama seklai. Pendapat ini berkaitan dengan jenis utang yang tidak bisa diharapkan akan
kembali, seperti utang yang dipinjam oleh orang miskin yang tidak bisa diharapkan akan
menjadi orang yang berkecukupan, atau utang yang dibawa lari oleh orang lain
sementara kita tidak mempunyai bukti bahwa kita telah memberikannya pinjaman uang
atau utang.
10. Wakaf
Menurut Imam Abu Hanifah, wakaf adalah salah satu bentuk sedekah. Namun, bila
ditintau dari hukum Islam, wakaf adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang

atau

badan

hukum

yang

memisahkan

sebagian

dari

benda

miliknya

dan

melembagakannya untu selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau kepentingan


umum sesuai ajaran agama Islam.
11. Hakim perempuan
Mengenai hakim perempuan, Imam Abu Hanifah berpandangan bahwa perempuan boleh
diangkat sebagai qhadi atau hakim untuk memutuskan perkara yang menerima
persaksian perempuan saja dan tidak boleh menempati jembatan hakim dalam masalah
yang menerima persaksiannya.
Adapun dalil yang menjadi rujukan Imam Abu Hanifah untuk mengungkapkan
pendapatnya adalah al-Quran surat al-Baqarah [2] ayat 282 yang berbunyi :

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu),
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya

atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang
lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya.
janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil;
dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis
dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

PEMIKIRAN IMAM MALIK BIN ANAS


A. Pemikiran Imam Malik bin Anas
Sebagaimana Imam Abu Hanifah, Imam Malik juga memeberikan sumbangan
pemikiran dalam bidang fiqh. Meskipun terkadang berbeda , bukan berarti mereka
memiliki keyakinan yang berbeda. Keduanya, hanya memiliki cara ijtihad masingmasing.
1. Thaharah (suci)
Adapun beberapa pemikiran Imam Malik tentang thaharah :
a. Niat
Menurut Imam Malik, niat termasuk syarat sahnya wudhu. Alasannya, karena
Imam Malik memeahami bahwa wudhu merupakan ibadah mahdhah. Dan
pandangan ini dianut juga oleh dua imam lainnya yaitu Imam Syafii dan Ahmad.
b. Hukum membasuh tangan
Menurut Imam Malik, hukum membasuh tangan saat berwudhu adalah sunnah.
Rasulullah bersabda :
apabila bangun seseorang diantara kamu dari tidurnya, maka janganlah ia
selamkan tangannya dibejana sebelum ia cuci tiga kali karena ia tahu dimana telah
bermalam tangannya (HR. Muslim)
c. Menyentuh lawan jenis setelah berwudhu
Imam Malik berpendapat bahwa menyentuh dengan telapak tangan (bagian depan)
dapat membatalkan wudhu, tetapi menyentuh dibagian belakangnya tidak
membatalkan wudhu.
d. Hukum istinsyak dan madhmadhah

Imam Malik memiliki pendapat yang sama dengan Imam Abu Hanifah dan Imam
Syafii. Menurut mereka, hukum istinsyak dan madhmadhah adalah sunnah.
e. Seputar tayamum
Imam Malik menetapkan beberapa syarat tentang dibolehkannya bertayamum,
yakni tidak ada air, adanya uzur dan ketersediaan air yang sedikit. Imam Malik
tidak membolehkan tayamum yang dilakukan satu kali untuk dua waktu shalat
atau lebih.
2. Harta warisan
a. Mafqud
Menurut Imam Malik bahwa apabila ada laki-laki yang hilang dinegara Islam dna
terputus beritanya, maka istrinya harus melapor kepada hakim. Kemudian
apanbila hakim tidak mampu mendapatkannya maka istri diberi waktu menunggu
selama 4 tahun.
b. Hak waris dzawil ahram
Pendapat Imam Malik berbeda dengan Imam Abu Hanifah. Dalam hal ini dzawil
ahram tidak berhak dan boleh mendapat harta warisan.
Adapun dalil atau alasan yang dijadikan landasan oleh Imam Malik sebagai
berikut :
- tidak ada satupun nash yang pasti dan kuat tentang wajibnya dzaqil ahram
untuk mendapat hak waris
3. wali nikah
menurut pendapat Imam Malik dalam hal memberi syarat terhadap lima hukum nikah
yaitu :
a. pertama : hukum menikah bisa wajib apabila sudah memenuhi tiga syarat, yaitu
merasa khawatir melakukan zina bila tidak menikah, tidak mampu berpuasa atau
mampu tapi puasanya tidak bisa dicegah terjadinya zina dan tidak mampi
memiliki budak perempuan sebagai pengganti istri dalam istimta.
b. Kedua : menikah bisa menjadi haram apabila seseorang tidak khawatir berzina
bila tidak menikah dan tidak mampu secara materi.
c. Ketiga : menikah dapat menjadi sunnah apabila seseorang memiliki dua syarat
yaitu belum memiliki keinginan untuk menikah dan khawatir tidak mampu
melaksanakan hal-hal yang wajib baginya.
d. Keempat : hukum menikah menjadi mubah apabila tidak ingin menikah dan tidak
mengharap keturunan.
Imam Malik menetapkan beberapa syarat antara lain : ijab dan kabul , wali, pihak
laki-laki dan perempuan, mahar dan ke dua saksi.
4. Aborsi (menggugurkan kandungan)

Imam Malik berkata setiap hal yang digugurkan leh seseorang perempuan, baik
berupa segumpal darah maupun segumpal daging yang secara jelas memiliki cikal
bakal seorang anak merupakan sebuah tindak kejahatan.
5. Shalat
Imam Malik berpendapat :
a. Orang yang malas dan meremehkan shalat harus dibunuh.
b. Setiap rukun dan fardhu shalat memiliki hukumnya masing-masing. Adapun rukun
shalat :
- Niat
- Takbiratul ihram
- Berdiri
- Bacaan
- Ruku
- Sujud
- Tahiyat
6. Shalat gerhana matahari dan bulan
Menurut Imam Malik, shalat gerhana (matahari) sama dengan shalat jumat,
sedangkan menurut Imam Abu Hanifah shalat gerhana matahari dan bulan adalah
wajib.
7. Zakat
Imam Malik menjelaskan bahwa sesungguhnya, seseorang (laki-laki) apabila
meninggal dunia dan belum menunaikan zakat atas hartanya. Menurut pendapatku,
zakat itu diambil dari sepertiga hartanya, dan sepertiga tidaklah berlebihan dan zakat
disamakan atas wasiat.
8. Khutbah Jumat
Imam Malik memiliki pendapat bahwa khutbah jumat harus dilakukan dengan syarat
berikut :
a. Khutbah disampaikan sambil berdiri
b. Disampaikan setelah zawal
c. Harus didlam masjid
d. Harus didengar minimal 12 orang jama;ah
e. Dibaca secara jihar
f. Harus dengan bahasa arab
g. Mualat atau muwalat
Adapun dalil yang digunakan sebagai berikut :

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al-Jumuah [62] : 9)

Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah


dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. ( QS. Al-Araaf [7] : 204)
9. Utang-piutang
Mahzab Maliki berpandangan bahwa utang-piutang yang bersumber dari jual beli dan
penambahan dari oembayaran yang tidak dipersyaratkan dan tidak dijanjikan karena
telah menjadi kebiasaan di masyarakat, maka penambahan itu tidak diterima.
10. Wakaf
Menurut pandangan Imam Malik, wakaf yang diberikan oleh wakif (pemberi wakaf)
kepada nadhir (pengelola wakaf) tetap akan menjadi milik si wakif.
11. Hakim perempuan
Imam Malik berpendapat bahwa perempuan tidak sah menjadi hakim. Adapun halhalyang menjadi dasar atau dalil mereka adalah sebagai berikut :

Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (pria) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (pria)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka dari itu, wanita yang salihah
ialah yang taat kepada Allah subhanahu wa taalaagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang
kalian khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, dan jauhilah mereka di
tempat tidur, dan pukullah mereka. Jika mereka menaati kalian, janganlah
kalian mencari-cari

jalan

untuk

menyusahkanmereka.

Sesungguhnya

Allah

Mahatinggi lagi Mahabesar.

BAB III
KESIMPULAN
1. Imam mahzab merupakan sebutan untuk pemimpin atau pendiri mahzab dalam Islam.
Secara umum dam popolar dikalangan muslim, ada empat imam mahzab Islam.

Mereka adalah Imam Abu Hanifah dari Mahzab Hanafi, Imam Malik bin Anas dari
Mahzab Maliki, Imam syafii dari Mahzab Syafii, dan Imam Ahmad bin Hanbal dari
Mahzab Hambali. Keempat imam mahzab tersebut adalah pendiri dari empat mahzab
yang pengaruhnya terbesar hampir keseluruh pelosok dunia, khususnya Indonesia.
2. Pengertian mahzab dapat dilihat dari dua segi, yakni segi bahasa dan istilah fiqh.
Pertama, dari segi bahasa, kata mahzab berasal dari istilah dalam bahasa arab. Dan,
dalam bahasa arab, kata mahzab merupakan bentuk isim makan dari kata dzahaba.
Adapun arti dari istilah dzahaba adalah jalan yang dilalui dan dilewati, pergi,
mengambil sebagai cara, dan sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkret
maupun abstrak. Kedua, dari segi istilah fiqh, para ulama fiqh mengartikan mahzab
sebagai suatu metode atau manhaj yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan
penelitian. Kemudian, orang yang menjalani suatu mahzab menjadikannya sebagai
pedoman yang jelas batasan batasan dan bagian bagiannya.
3. Sejarah kehidupan ( biografi ) ke empat imam mahzab secara detail dan
komprehensif, mulai dari kelahiran, nasab, pemikiran, sifat, keluarga, karya, guru,
murid, hingga nasihat-nasihat bijak mereka yang bermanfaat di era modern ini. Dapat
dikatakan bahwa buku ini merupakan sejenis buku biografi yang mengulas tentang
kehidupan empat imam mahzab dalam islam, yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Syafii, dan Imam Ahmad bin Hanbal.

LAMPIRAN

Você também pode gostar