Você está na página 1de 4

Zulkaida Akbar

13 Juli
Agar tak menjadi Buih
(Sebuah Instropeksi diri)
Namanya Kathrina, seorang Jerman yang sempat singgah di Florida selama satu
bulan untuk riset dibawah bimbingan Prof. Saya (yang juga seorang Jerman.)
Kathrina selalu datang jam 8 pagi, lantas menghidupkan komputernya dan mulai
bekerja. Yang istimewa adalah detik mulai Ia bekerja, kepalanya seakan terpatri
kuat pada layar monitor, jarang sekali terlihat menengok ke kanan dan ke kiri.
Seluruh perhatiannya tersedot untuk pekerjaannya.
Kawan2 di kantor pun jadi segan untuk menyapanya.
Kathrina memang berbeda dengan kawan2 sekantor saya atau kolega satu group.
Brad sering kedapatan membuka Channel olahraga saat bekerja. Chris si Veteran
Iraq menyelingi pekerjaanya dengan me"Like" berita2 republikan, atau berdebat
tentang Israel-Palestina dengan Hussein. Sementara Hiram si Puertoriqan selalu
terlihat tidur di sudut kantor.
Bagaimana dengan Si Indonesian?Mudah diterka, karena Bisa dipastikan tab
Facebook dan Youtube nya selalu terbuka. Terkadang ia juga menyempatkan untuk
bergosip dengan kawan2nya di group WA.
Jam 12 teng Kathrina beranjak menuju Microwave, kemudian menghangatkan
makan siang nya. Selepas santap siang, dia akan bekerja hingga jam 5 teng, lalu
pulang.
Beberapa saat kemudian, ketika kami sama2 menghadiri suatu pesta, baru saya
sadari bahwa Kathrina ternyata manusia "normal" juga. Bagi dia, jamnya kerja ya
harus kerja. Jamnya pesta ya pesta. Merupakan sebuah aib bagi dia jika Ia
melakukan hal Non-kerja saat jamnya bekerja atau sebaliknya ; bekerja ketika
jamnya untuk berpesta.
..............
Sebut saja namanya H, si Tukang mabok tapi papernya bejibun ini mendapat gelar
masternya di Stratsbourg (perbatasan Jerman-Prancis). Dia berangkat kerja di waktu
normal, pulang juga di waktu normal.
Namun yang menarik adalah meskipun H perokok berat, tapi H tidak pernah
membawa rokoknya ke Kantor, melainkan menggantinya dengan permen Nikotin.
Alasannya sederhana, H tidak ingin membuang waktu kerjanya sekedar untuk
keluar ruangan dan merokok. Sama seperti Kathrina, bagi H jam kerja ya harus
dilalui dengan Full bekerja.

Bagaimana dengan Si Indonesian? Dia sering bekerja siang dan malam, belasan jam
perhari. Weekday juga weekend. Ketika si Indonesian bertemu dengan H, dengan
penuh kekaguman H berkata :"If I can work as hard as you, I will rock the world." Si
Indonesian kemudian menjawab :"If I can work as efficient as you, I will also rock the
world."
Mengapa Si Indonesian menjawab demikian? Karena si Indonesian ini sadar, bahwa
diantara belasan jam yang ia "klaim", terdapat sekian jam untuk FaceBookan,
Youtubean dan an an yang lainnya.
Apakah efek akhirnya sama dengan si Jerman?
Nyatanya tidak. Karena si Indonesian ini meski sudah 3 tahun ngaji kepada Prof.
Jerman, tetap belum bisa memenuhi standar beliau : paling lambat satu minggu
sebelum conference, slide sudah siap (juga sudah berlatih). Hampir 1 tahun
sebelum menyelenggarakan konferensi, web sudah dibikin, lantas kami dminta
untuk mengirim email dan abstrak hanya untuk memastikan bahwa sistem web
berjalan. Juga printilan2 lain seperti Tas, map dll. Semuanya betul2 dipersiapkan
sejak dini.
Saya yang terbiasa dengan kepanitiaan raksasa saat dikampus (OSKM=2000
panitia) terkejut bahwa satu gawe konferensi internasional yg diselenggarakan FSU
nyatanya bisa dimanage dengan baik hanya oleh seuprit orang.
Kata2 Favorit Prof. Saya : Check List, prioritas, Be Carefull with your promise! Give
me reasonable time estimation!
Diantara Negara2 dgn GDP terbesar seperti US, China; Orang Jerman paling sedikit
jam kerjanya. Namun mereka sangat efisien dan terukur. Semua serba well
organized. Weekend bagi Prof. Saya adalah family time, saat email tidak disentuh
dan saat berlatih irish trap dance bersama istri dan anaknya.
.............
Bagaimana dengan Amerika?
Sekarang sedang demam Pokemon-Go, Game yang diprediksi kelak akan sepowerful
Facebook, Sampai ada tulisan "Macroeconomic analysis of Pokemon Go". Nyatanya,
meski si pokemon didapat dari Nintendo (jepang) namun basis google earth dan
augmented reality nya dari Amerika.
Dan semua trend semisal data science, uber, big data, crowdfunding, AirBnB, Tesla
sampai flying car juga berasal dari Amerika.
Kekuatan Amerika terletak pada keberaniannya untuk mencipta apa yang belum
ada. Meski kesenjangan disini sangat tinggi, Amerika punya orang2 dengan

kreatifitas dan keberanian luar biasa untuk mencipta sesuatu yang sama sekali
baru.
Tengoklah keberanian leslie dewan, pemudi lulusan MIT yang mendirikan
perusahaan pembangkit Nuklir yang menjanjikan terobosan2 teknologi dalam usia
yang belum genap 30 tahun (transatomic energy). Tentu tengok pula keberanian
venture capital yang mendanainya.
.............
Bagaimana dengan China?
Dua nama yang saling bertegur sapa dengan Si Indonesia, dini hari di Nuclear
Research Building adalah Wei Cha dan Jun Ji.
Memang tidak ada yang meragukan etos dan jam kerja sang Naga.
.............
Mantra?
Almarhum Prof. Iskandar Alisjahbana, rektor ITB yang legendaris tersebut terkenal
dengan jargon dan visinya untuk "MenYahudikan Pribumi".
Tapi si Indonesia punya mantra yang lain : Jam Kerja China, Efisiensi Jerman,
Kreatifitas dan Keberanian Amerika.
............
Epilog? Berbagai padahal.
Apa kaitannya dengan judul postingan : Agar tak menjadi buih?
Merupakan nubuwat Kanjeng Nabi bahwa Umat Islam ini jumlahnya banyak, tapi
ibarat buih; tak berkualitas.
Padahal..
Dalam surat Al Ashr Allah bersumpah demi sang waktu.
Padahal..
Orang Sholeh dulu jika siang ibarat singa dan jika malam ibarat Rahib (pembagian
waktu yang clear, distinct).
Padahal..
Bagian dari iman adalah menjauhi hal yang sia sia (selalu produktif).
Padahal..
Kanjeng Nabi sudah memperingatkan kalau nikmat yang sering terlupakan adalah
waktu luang, kesempatan (Nasihat untuk deadliner seperti saya).
Padahal..
Allah sudah mempersilahkan/menantang hamba-Nya untuk menembus langit, dan

tidaklah kita dapat menembusnya "illa Bi Shulthon" , kecuali dengan kekuatan/ilmu


pengetahuan (Keberanian untuk mencoba, termasuk hal2 yg sebelumnya belum
pernah ada).
Padahal..
Dalam surat Al Inshirah Allah berfirman : "Maka apabila kamu telah selesai (dari
suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh2 (Urusan yang lain)." (Perintah untuk
tidak menunda2).
...........
Maka si Indonesia yang beragama Islam ini pun kemudian berpikir bahwa tidaklah
perlu menjadi Jerman, China, atau american.
Cukup menjadi Islam saja.
Si Indonesia ini juga tersadar, bahwa mengubah peradaban mustahil tanpa
mengubah diri sendiri.
Gagasan memang Memiliki kuatan, namun Keteladanan jauh lebih kuat dibanding
gagasan.
Dan Allah mencintai Hamba-Nya yang produktif (self reminder).
Semoga tangan ini dapat merengkuh dunia, namun tidak satu biji zarah pun masuk
ke hati.

Você também pode gostar