Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
Kiki Fernando Tua Siahaan (120100138)
Supervisor:
dr. Sri Sofyani, M.Ked(Ped), SpA(K)
dr. Azwan Hakmi, M.Kes, SpA
dr. Lily Rahmawati, SpA, IBCLC
dr. Monalisa Elizabeth, M.Ked(Ped), SpA
dr. Ika Citra Dewi, M.Ked(Ped), SpA
DAFTAR ISI
SAMPUL....................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................... 1
11
BAB 1
PENDAHULUAN
alergi
akan
timbul
pada
individu
yang
mempunyai
kecenderungan yang didasari faktor genetik, yang biasanya diwariskan dari kedua
orangtua. Bila kedua orangtua menderita alergi kemungkinan anak menunjukkan
gejala alergi sekitar 50%, namun bila hanya salah satu yang menderita alergi
kemungkinannya hanya 25%2.
Di berbagai daerah di Indonesia, angka kejadian alergi bervariasi mulai
3% hingga 60%. Alergi susu sapi pada kejadian dermatitis atopik ditemukan
bahkan hingga 60%. Alergi susu sapi dan dermatitis atopik adalah salah satu
manifestasi klinis alergi yang paling banyak ditemukan pada tahun pertama
kehidupan dan dapat meningkatkan risiko terjadinya manifestasi alergi lain pada
masa selanjutnya3.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Alergi
2.1.1. Definisi
Alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang diperantarai oleh mekanisme
imunologi4. Definisi ini menghindarkan penggunaan istilah alergi untuk gangguan
yang tidak menunjukkan adanya mekanisme imunologis, misalnya reaksi
merugikan setelah menelan makanan atau obat yang pada beberapa orang
menyerupai reaksi alergi tanpa bukti adanya dasar imunologis5.
Alergen adalah antigen yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Atopi
merupakan kecenderungan pribadi dan/atau keluarga, biasanya pada anak-anak
atau remaja, untuk menjadi peka dan menghasilkan antibodi IgE dalam
menanggapi paparan biasa terhadap allergen4.
2.1.2. Patofisiologi
Gejala alergi timbul apabila IgE yang melekat pada permukaan mastosit
atau basophil bereaksi dengan alergen yang sesuai. Interaksi antara alergen
dengan IgE yang menyebabkan ikat-silang antara 2 reseptor-Fc mengakibatkan
degranulasi sel dan pelepasan substansi-substansi tertentu misalnya histamin,
vasoactive amine, prostaglandin, tromboksan, bradikinin. Degranulasi dapat
terjadi kalau terbentuk ikat-silang akibat reaksi antara IgE pada permukaan sel
dengan anti-IgE.
Histamin melebarkan dan meningkatkan permeabilitas vaskular serta
merangsang kontraksi otot polos dan kelenjar eksokrin. Di saluran nafas, histamin
merangsang kontraksi otot polos sehingga menyebabkan penyempitan saluran
nafas dan menyebabkan membran saluran nafas membengkak serta merangsang
ekskresi lendir pekat secara berlebihan. Hal ini mengakibatkan saluran nafas
tersumbat, sehingga terjadi asma, sedangkan pada kulit, histamin menimbulkan
benjolan (urtikaria) yang berwarna merah (eritema) dan gatal karena peningkatan
permeabilitas pembuluh darah dan pelebaran pembuluh darah.
Rhinitis alergi memiliki gejala: bersin, rasa gatal pada hidung, mata, dan
langit langit mulut. hidung berair dan tersumbat, mata merah, bengkak,
tenggorokan.
Gigitan serangga memiliki gejala: bengkak dan kemerahan pada tempat
gigitan, rasa gatal pada tempat gigitan dan bahkan seluruh tubuh.
Alergi obat memiliki gejala: kulit kemerahan dan gatal, adanya ruam,
wajah bengkak, sesak napas dan napas berbunyi.
3
Dermatitis atopic memiliki gejala kulit kemerahan dan gatal, adanya ruam
2.1.4. Diagnosis
Diagnosis alergi ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala yang dialami
dan kemungkinan alergen penyebab, pemeriksaan fisik untuk melihat gejala alergi
yang tampak, dan apabila masih terdapat keraguan harus dilakukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan penunjang tersebut dapat dilakukan secara in vivo
ataupun in vitro7.
Pemeriksaan in vitro
migrasi larva.
Hitung eosinofil dalam sekret
Kadar serum IgE total
Peningkatan kadar IgE serum sering didapatkan pada penyakit alergi
sehingga seringkali dilakukan untuk menunjang diagnosis penyakit alergi.
Meskipun rerata kadar IgE total pasien alergi di populasi lebih tinggi
dibandingkan pasien non-alergi, namun adanya tumpang tindih kadar IgE
pada populasi alergi dan non-alergi menyebabkan nilai diagnostik IgE total
rendah.
Kadar serum IgE spesifik
Pemeriksaan kadar IgE spesifik untuk suatu alergen tertentu dapat
dilakukan secara in vivo dengan uji kulit atau secara in vitro dengan
metode RAST (Radio Allergosorbent Test), ELISA (Enzyme-linked
Uji kulit
Histamin merupakan mediator utama dalam timbulnya reaksi wheal, gatal,
dan kemerahan pada kulit (hasil uji kulit positif). Reaksi kemerahan kulit
ini terjadi segera, mencapai puncak dalam waktu 20 menit dan mereda
setelah 20-30 menit. Beberapa pasien menunjukkan edema yang lebih
lugas dengan batas yang tidak terlalu jelas dan dasar kemerahan selama 612 jam dan berakhir setelah 24 jam (fase lambat).
Terdapat 3 cara untuk melakukan uji kulit, yaitu cara intradermal, uji tusuk
(skin prick test/SPT), dan uji gores (scratch test).
o Uji kulit intradermal: 0,01-0,02 ml ekstrak alergen disuntikkan ke
dalam lapisan dermis sehingga timbul gelembung berdiameter 3
mm. Dimulai dengan konsentrasi terendah yang menimbulkan
reaksi, lalu ditingkatkan berangsur dengan konsentrasi 10 kali lipat
hingga berindurasi 5-15 mm. Teknik uji kulit intradermal lebih
sensitif
dibanding
direkomendasikan
skin
untuk
prick
alergen
test
(SPT),
makanan
namun
tidak
karena
dapat
(bulu binatang piaraan kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk).
Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti ayam di atas 1 tahun,
telor, kacang tanah di atas usia 2 tahun dan ikan laut di atas usia 3 tahun.
Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan
Penatalaksanaan
Hindari alergen
Obat obatan5
o Adrenergik
Yang termasuk obat-obat adrenergik adalah katelokamin (contoh:
epinefrin) dan nonkatelomin (efedrin, albuterol, metaproterenol,
salmeterol, terbutalin, fenoterol).
o Antihistamin
Obat dengan struktur kimia yang bersaing dengan histamin pada
reseptor di berbagai jaringan.
o Kromolin Sodium
Kromolin sodium adalah
garam
disodium
1,3-bis-2-
BAB 3
KESIMPULAN
Alergi merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak dijumpai di masyarakat,
termasuk anak anak. Manifestasi klinis alergi dapat terjadi pada semua bagian
tubuh, tergantung pada tempat terjadinya reaksi alergi tersebut. Manifestasi alergi
bahkan dapat mengancam jiwa seperti asma parah dan reaksi anafilaksis. Oleh
karena itu, masyarakat sebaiknya mampu mengenali gejala alergi sehingga tidak
berakibat pada terjadinya reaksi anafilaksis yang mengancam jiwa. Pencegahan
dapat dimulai sejak dini yaitu sebelum anak menderita alergi. Apabila anak sudah
menderita alergi maka diperlukan pencegahan dengan menghindari pencetus
alergi. Selain itu, penatalaksanaan terhadap reaksi alergi tersebut dengan obat
obatan juga diperlukan.
REFERENSI
1. Abidin, AD, & Mahdi, Penatalaksanaan Penyakit Alergi (1 ed.), Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
2. Paramita, OD, Hubungan Asma, Rinitis Alergik, Dermatitis Atopik dengan IgE
Spesifik pada Anak Usia 6 7 Tahun, Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, 2011.
3. Sumadiono et al. Pencegahan Primer Alergi. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2015.
4. WAO/EAACI Allergy Definition. World Allergy Organization, 2016. Diambil
dari:
http://www.worldallergy.org/professional/allergic_diseases_center/nomenclature/e
nglish.php [Diakses 02 Oktober 2016]
5. Leung, DYM, Allergic Disorders. Nelson Textbook of Pediatric. 19 th Ed.
Philadelphia: Elsevier/Saunders; 2011.
10
6.
Allergies
symptoms,
Mayo
Clinic,
2014.
Diambil
dari:
11