Você está na página 1de 3

Bahan pembuatan uang logam dan uang kertas Indonesia

Syarat bahan yang digunakan untuk membuat uang haruslah kuat, awet dan
mudah dibawa kemana-mana. Hal ini sudah disadari pemerintah saat
menerbitkan uang sejak zaman dulu yang menggunakan bahan pembuatan uang
logam dari emas dan perak. Demi pertimbangan efektifitas dan efisiensi, saat ini
bahan baku uang (nilai intrinsik) harganya harus lebih murah daripada nominal
uang itu sendiri. Namun tetap saja harus memenuhi standar utama kualitas
bahan yang bagus dan tahan lama.
Hal ini berlaku tidak hanya untuk uang logam namun juga berlaku untuk uang
kertas. Walaupun namanya uang kertas, namun sejatinya bahannya bukanlah
kertas biasa yang mudah robek dan hancur saat terkena air. Bahan khusus
pembuat uang tersebut akan kami jelaskan dalam uraian lengkap berikut ini:

Bahan pembuatan uang logam atau koin Indonesia


Uang koin merupakan alat tukar nominal kecil yang digunakan secara resmi di
negei ini. Bahan untuk membuat uang logam tersebut terbuat dari 3 macam
logam, yaitu alumunium, nikel, dan kuningan. Ketiga bahan tersebut memiliki
arakteristik yang saling melengkapi sesuai kebutuhan masyarakat yaitu:

Uang logam yang terbuat dari alumunium memiliki bobot lebih ringan
dibanding bahan logam lainnya. Logam ini memiliki sifat:
o Daya tahan yang kuat
o Warnanya abu-abu dan kalau bersih bahkan baru, bisa mengkilap
seperti metalik.
o Uang koin pertama yang dicetak Indonesia tahun 1952,
menggunakan bahan ini.

Uang logam yang terbuat dari bahan nikel mempunyai bobot lebih berat.
Logam ini memiliki sifat:
o Warnanya silver metalik
o Lebih padat dan kuat bila dibanding bahan alumunium
o Uang koin Indonesia terbuat dari bahan nikel yang pertama kali
dicetak memiliki nominal 50 sen seri Diponegoro
o Saat ini, koin terbaru yaitu nominal 1.000 tahun emisi 2010, juga
terbuat dari bahan ini.

Uang koin dengan bahan kuningan memiliki tampilan keemasan. Logam ini
memiliki sifat:
o Bobotnya hampir sama dengan nikel
o Uang pertama yang dicetak dengan bahan ini adalah pecahan 10
rupiah, tahun 1974. Sedang yang terbaru Rp500,00 tahun 2003.

Selain bahan dari tiga jenis logam tersebut, masih terdapat satu keping uang
logam yang terbuat dari 2 bahan, nikel dan kuningan yang dipadukan dengan
nominal Rp1.000,00 terbitan tahun 1993, 1994, 1995, 1996, 1997 dan 2000.

Bahan pembuatan uang kertas


Uang kertas, tidak dibuat dari kertas biasa karena bahan kertas biasa tidaklah
awet, mudah rusak baik karena sering dilipat maupun terkena air. Uang kertas
terbuat dari bahan kapas. Bahan kertas ini sejauh ini terbukti tidak mudah rusak
meski ditarik-tarik atau pun ditekuk.
Berdasarkan penelitian, bahan kapas ini mampu bertahan tidak robek sampai
dengan 3.500 kali lipatan bolak-balik. Sayangnya bahan ini masih merupakan
komoditas impor dari Inggris, Perancis, Jerman, atau Belanda lengkap dengan
tanda pengaman water mark-nya.
Sesuai dengan kebutuhan, uang kertas jaman dahulu juga sempat terbuat dari
bahan polimer atau sejenis plastik, yaitu nominal Rp50.000,00 dan Rp100.000,00
keluaran tahun 1999. Proses cetak uang kerrtas dengan bahan ini baru bisa
dilakukan di Australia. Pertimbangannya adalah, lokasi Australia relatif dekat
dengan Indonesia sedangkan Perum Peruri belum memiliki alat pembuat uang
kertas dengan bahan tersebut.

Memahami nilai nominal, intrinsik, dan riil pada uang agar


lebih menghargai uang yang kita miliki
Saat Anda memegang uang kertas ataupun koin, pernahkah berfikir berapa biaya
operasional untuk membuat uang tersebut? Apakah nilainya jauh dibawah
nominal yang tertera di uang tersebut? Biaya untuk membuat sebuah uang
kertas maupun logam terdiri dari harga bahan dan ongkos cetak. Hal ini
membuat sekeping uang logam atau selembar uang kertas setidaknya memiliki 3
nilaiyaitu nilai nominal, nilai intrinsik, dan nilai riil.
Berikut ini penjelasan lengkapnya:

Nilai nominal uang adalah nilai uang yang tertulis pada mata uang
Nilai uang yang pertama adalah nilai nominal yaitu nilai uang yang tertulis atau
tertera pada mata uang tersebut, misalnya pada sebuah uang tertulis 100
rupiah, 1000 rupiah atau 100.000 rupiah, maka nilai nominal uang tersebut
adalah 100 rupiah, 1000 rupiah dan 100.000 rupiah, walaupun bahan dan biaya
cetaknya sama, tapi tetap saja nilai nominalnya beda.

Nilai intrinsik uang adalah nilai atau harga bahan yang digunakan untuk
membuat uang itu sendiri

Nilai uang berikutnya adalah nilai intrinsik yang merupakan nilai atau harga
bahan yang digunakan untuk membuat uang itu sendiri, misalnya dalam
mencetak sebuah uang bernominal Rp 100.000,00 membutuhkan bahan (dan
biaya cetak) sebesar 9.000 rupiah per lembar, maka nilai intrinsik pada uang
tersebut adalah 9 ribu rupiah, bukan Rp. 100.000,00.
Nilai intrinsik biasanya berbanding lurus dengan nilai nominal uang, artinya
semakin besar nilai nominal uang maka biaya cetaknya juga lebih mahal
(kualitas bahan lebih tinggi dan tanda pengaman lebih banyak).

Nilai riil uang adalah kemampuan daya tukar atau daya beli uang pada
barang atau jasa
Nilai uang berikutnya yaitu nilai riil uang yang menunjukkan kemampuan daya
tukar atau daya beli uang pada barang atau jasa, misalnya saja: Sepuluh tahun
yang lalu, Rp 4.000,00 bisa untuk beli semangkuk bakso. Sekarang tidak bisa. Ini
artinya nilai riil Rp.4.000,00 tersebut telah menurun. Sedangkan nominalnya
masih tetap sama.

Nilai Uang berdasarkan daya belinya


Selain nilai uang diatas, berdasarkan daya belinya, uang dibedakan lagi menjadi
2, yaitu:

Nilai internal untuk menunjukkan kemampuan uang untuk membeli


barang dan atau jasa dalam suatu negara, contohnya uang sebesar
Rp.65.000,00 di Indonesia bisa untuk membeli 5 kilogram beras. Ini
artinya Rp.65.000,00 memiliki nilai internal sebesar 5 kilogram beras.

Nilai eksternal untuk menunjukkan nilai daya tukar uang dengan barang
dan jasa dalam suatu negara, atau dengan kata lain kemampuan uang
dalam negeri untuk ditukar dengan uang asing yang biasa dikenal sebagai
kurs mata uang, misalnya saja uang 13.500 rupiah bisa ditukar uang
Amerika senilai $1, artinya nilai eksternal Rp13.500 sebesar $1.

Memahami nilai uang, akan membuka cakrawala kita tentang pentingnya alat
tukar tersebut dalam transaksi sehari-hari saat ini. Selain itu, memahami bahan
pembuat uang juga membuat kita lebih peduli bagaimana merawat uang agar
tidak mudah rusak dan praktis dalam pemakaiannya.
http://uangindonesia.com/bahan-pembuatan-uang-logam-dan-uang-kertas/

Você também pode gostar