Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Fungsi fagosit & imunosit dalam melindungi tubuh terhadap infeksi, terkait erat dengan 2
sistem protein yang larut dalam tubuh :
1. Imunoglobulin
2. Komplemen
FUNGSI FAGOSIT
A. GRANULOSIT
1. Neutrofil (polimorf)
Struktur & Morfologi :
- Inti padat yang khas
- Terdiri dari 2-5 lobus
- Sitoplasma pucat
- Tepi iregular yang mengandung banyak granula halus merah muda biru (azurofilik)
/ kelabu biru
- Granula dibagi menjadi :
Primer muncul pada stadium promielosit
Sekunder (spesifik) muncul pada stadium mielosit & berpredominasi pada
neutrofil matang
- Kedua jenis granula berasal dari lisosom
- Jangka hidup dalam darah hanya 6-10 jam
Maturasi (Prekursor) :
Sel-sel ini pada keadaan normal tidak ditemukan dalam darah tepi normal, tetapi
terdapat dalam sumsum tulang.
Mieloblas promielosit mielosit metamielosit neutrofil batang neutrofil
segmen.
Mieloblas
o
o
o
o
o
o
o
Promielosit
o Sel yang sedikit lebih besar
o Telah membentuk granula primer dalam sitoplasma
Mielosit
o Mempunyai granula spesifik / granula sekunder
o Kromatin inti sekarang lebih padat & anak inti tidak tampak
Metamielosit
o Sel yang tidak membelah
o Inti melekuk / berbentuk tapal kuda
o Sitoplasma berisi granula primer & sekunder
Neutrofil batang
o Bentuk neutrofil antara metamielosit &
neutrofil yang matang sempurna
o Dapat ditemukan dalam darah tepi normal
o Tidak mempunyai hubungan berbentuk benang
halus yang jelas antara lobus inti yang tampak
pada neutrofil matang (mature) / neutrofil segmen.
Neutrofil segmen
o Inti terdiri dari 2 5 lobus yang masing-masing
dihubungkan dengan filamen warna ungu kebiruan,
kromatin kasar dan padat. Bila lobus lebih dari 5
disebut hipersegmentasi)
o Jumlah relatif banyak, warna merah muda, granula
tersebar merata.
2. Eosinofil
Struktur & morfologi :
-
3. Basofil
Struktur & morfologi :
B. AGRANULOSIT
1. Monosit
Struktur & morfologi :
-
Maturasi (prekursor) :
Monoblas promonosit monosit makrofag imatur makrofag matur.
dengan fagositosis patogen dan sering dirinya terbunuh dalam proses. Penurunan jumlah
neutrofil dikenal sebagai neutropenia.
Eosinofil adalah salah satu granulosit yang terutama terlibat dengan infeksi
parasit. Setiap peningkatan mendadak dalam hitungan eosinofil biasanya menunjukkan
adanya parasit dalam tubuh. Mereka juga hadir dalam kelimpahan ketika seseorang
memiliki respon alergi terhadap sesuatu. Dengan demikian, bila ada peningkatan jumlah
sel darah putih eosinofil, maka mungkin juga menunjukkan asma atau demam.
Basofil adalah jenis sel darah putih yang terutama dirilis dalam jumlah besar
ketika seseorang memiliki reaksi alergi, karena melepaskan histamin, salah satu zat kimia
utama dirilis pada reaksi alergi. Juga, fungsi sel darah putih ini dengan terlibat dalam
respon antigen dalam tubuh.
Limfosit terutama terlibat dalam pembuatan antibodi yang dapat berikatan pada
patogen sehingga untuk menghancurkan mereka. Mereka juga memediasi respon imun
dan membunuh sel-sel tumor dan kanker.
Monosit juga bertindak atas patogen dan bantuan neutrofil dalam melaksanakan
fungsi mereka.
Jenis Lain dari leukosit termasuk makrofag, yang fungsi utama adalah untuk
menelan patogen oleh fagositosis dan sel dendritik, yang pada dasarnya membantu
dalam mengaktifkan limfosit ketika ada kebutuhan untuk reaksi antigen.
diri dari benda asing yang masuk kedalam tubuh. Limpa adalah organ yang penting
tempat dimana sel imun berkonfrontasi dengan mikroba asing, sedangkan kantungkantung organ limfoid yang terletak diseluruh bagian tubuh seperti : sumsum tulang,
timus, tonsil, adenoid dan apendiks adalah juga merupakan jaringan limfoid.
Sistem imun aktif jika ada bahan asing (antigen) beredar di dalam tubuh setelah
masuk dinding sel. Hal ini terjadi disebabkan pertahanan pertama tubuh tidak mampu
menetralisir agen infeksi sehingga agen infeksi tersebut masuk dan beredar melalui
peredaran darah keseluruh tubuh. Pertahanan pertama yang bertanggung jawab terhadap
serangan agen infeksi adalah sel imun non-spesifik (innate immunity) seperti sel monosit,
makrofag, neutrofil, basofil, polimorfonuklear / PMN, sel dendrit, sel langerhan dan sel
mast. Jika sel-sel tersebut tidak mampu menetralisir agen infeksi maka selanjutnya
terjadilah penginfeksian dan kemudian sistem pertahanan kedua muncul yang
dikenal adaptive immune responses. Pertahanan kedua aktif setelah terjadi komunikasi
diantara sel imun yang didahului adanya sekresi sitokin dan ekspresi peptida antigen ke
permukaan sel imun nonspesifik yang dikenal dengan antigen precenting cells (APC) dan
selanjutnya akan mengaktifkan sel B dan sel T.
ORGAN LIMFOID
Organ-organ limfoid berperan sebagai tempat hidup sel fagositik. Organ-organ
limfoid terdiri atas limpa, nodus limfatikus / limfonodus, sumsum tulang, timus, dan
tonsil. Berdasarkan fungsinya organ limfoid dibagikan atas :
1. Organ Limfoid Primer
Organ yang terlibat dalam sintesis / produksi sel imun, yaitu kelenjar timus dan
susmsum tulang.
Jaringan limfoid primer berfungsi sebagai tempat diferensiasi limfosit yang
berasal dari jaringan myeloid. Terdapat dua jaringan limfoid primer, yaitu kelenjar timus
yang merupakan diferensiasi limfosit T dan sumsum tulang yang merupakan diferensiasi
limfosit B. Jaringan limfoid primer mengandung banyak sel-sel limfoid diantara sedikit
sel makrofag dalam anyaman sel stelat yang berfungsi sebagai stroma dan jarang
ditemukan serabut retikuler.
Thymus
Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan pembuluhpembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk dalam organ limfoid
primer. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia yang
tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat sel
induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang terbentuk mengalami proliferasi tetapi
sebagian akan mengalami kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran darah
sampai ke organ limfoid sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T.
Limfosit ini akan mampu mengadakan reaksi imunologis humoral. Thymus mengalami
involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Korteks menipis, produksi limfosit
menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari
jaringan pengikat interlobuler.
Sumsum Tulang
Terdapat pada sternum, vertebra, tulang illiaca, dan tulang iga. Sel stem
hematopoietik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang
sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoietik akan
menjadi progenitor limfoid yang kemudian menjadi prolimfosit B dan menjadi
prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B dengan imunoglobulin D dan
imunoglobulin M (B Cell Receptor) yang kemudian mengalami seleksi negatif sehingga
menjadi sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti aliran darah menuju ke organ
limfoid sekunder. Sel stem hematopoietik menjadi progenitor limfoid juga berubah
menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya menuju
timus.
2. Organ Limfoid Sekunder
Organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses-proses reaksi imun.
Misalnya : MALT (Mucosa Assosiated Lymphoid Tissue)
Jaringan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit
yang telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel yang
melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe eferen keluar melalui hillus. Nodus
limfatikus tersebar pada ekstremitas, leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan abdomen,
dan daerah mediastinum.
Jaringan Limfoid Mukosal (MALT)
Terletak di tunika mukosa terutama lamina propria, traktus digestivus,
respiratorius dan genitourinarius. Terdiri dari sel T terutama CD8, sel B, dan APC. Pada
traktus digestivus terdiri dari limfosit difus, limfonoduli soliter dan berkelompok (tonsila,
plaque Peyeri). Sedangkan pada traktus respiratorius dan genitourinarius terdiri dari
limfosit difus, limfonoduli soliter. Sistem imun mukosa pada jaringan limfoid mukosa
merupakan komponen terbesar sistem limfoid melebihi lien dan limfonodus.
FUNGSI IMUNOSIT
1. Limfosit
Limfosit adalah sel-sel yang kompeten secara imunologik yang membantu fagosit
dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi benda asing lain. Dua ciri unik yang
khas untuk sistem imun adalah kemampuan untuk menimbulkan :
a. Spesifisitas antigen
b. Ingatan imunologik
Limfosit B dan T
Respon imun tergantung pada 2 jenis limfosit, yaitu sel B dan sel T yang berasal
dari sel punca hemopoietik.
Sel B matang di sumsum tulang dan bersirkulasi dalam darah tepi sampai ia
mengalami pengenalan antigen. Reseptor sel B adalah immunoglobulin yang terikat pada
membran dan setelah aktivasi, reseptor ini disekresi sebagai immunoglobulin larut yang
bebas. Pada tahap ini, sel B mengalami pematangan menjadi sel B memori atau sel
plasma.
Sel T berkembang dari sel-sel yang telah bermigrasi ke timus, tempat mereka
berdiferensiasi menjadi sel T matang selama perjalanan dari korteks ke medula. Selama
proses ini, sel T yang reaktif terhadap diri mengalami penghapusan (seleksi negatif),
sedangkan sel T dengan sedikit spesifisitas terhadap molekul antigen leukosit manusia
(HLA) pejamu diseleksi (seleksi positif). Sel pembantu (helper) yang matang
mengekspresikan CD4+ dan sel sitotoksik mengekspresikan CD8+.
Sel T
Timus
Sel B
Sumsum tulang
Pusat-pusat germinal kelenjar
Area parafolikular korteks di kelenjar limfe, limpa, usus, saluran
limfe, periarteriol di limpa
napas; juga subkapsular dan
korda medularis kelenjar limfe
80% limfosit; CD4 > CD8
20% limfosit
BCR
(=immunoglobulin)
TCR untuk antigen
untuk antigen
CD8+ : Imunitas Selular terhadap Kekebalan humoral dengan
organisme intraselular
pembentukan antibodi
Imunoglobulin semuanya tersusun atas struktur dasar yang sama, terdiri dari 2
rantai berat yang disebut :
-
Berat molekul
Kadar serum normal
6,0 16,0
(g/L)
Terdapat dalam
Serum
&
ekstrasel
Fiksasi komplemen
Biasa
Pemindahan lewat
Ya
plasenta
Rantai berat
(1-4)
cairan
IgA
140.000
IgM
900.000
1,5 4,5
0,5 1,5
Tidak
(1 atau 2)
Komplemen
Komplemen adalah kaskade protein plasma yang dapat melisiskan bakteri (atau
sel darah) atau melapisi (opsonisasi) bakteri atau sel sehingga sel tersebut difagositosis.
Urutan komplemen terdiri dari 9 komponen utama C1-C9 yang kemudian diaktifkan
secara bergilir dan membentuk suatu kaskade, menyerupai urutan koagulasi. Protein yang
paling banyak dan utama adalah C3, yang terdapat dalam plasma dalam kadar sekitar 1,2
g/L. Tahap-tahap awal (opsonisasi) yang mengarah pada dilapisinya sel oleh C3b dapat
terjadi melalui 2 jalur yang berbeda :
1. Jalur klasik biasanya diaktifkan oleh IgG / IgM yang melapisi sel
2. Jalur alternatif yang lebih cepat dan diaktifkan oleh IgA, endotoksin (dari bakteri
Gram negatif) dan faktor-faktor lain.
Respon Imun
Salah satu ciri sistem imun yang paling mencolok menghasilkan respon yang
sangat spesifik. Untuk sel T dan sel B, spesifisitas ini dicapai dengan adanya reseptor
tertentu pada permukaan limfosit.
Limfosit B dan T naive (atau perawan) yang meninggalkan sumsum tulang dan
timus adalah sel yang beristirahat yang tidak dalam pembelahan sel.
Makrofag terspesialisasi yang disebut sel dendritik (DC) memproses antigen
sebelum mempresentasikannya kepada limfosit B dan T. Oleh karena itu, mereka disebut
sel yang mempresentasikan antigen (antigen-presenting cell / APC).
Sistem imun mengandung banyak limfosit yang berbeda. Masing-masing limfosit
ini mempunyai reseptor yang menunjukkan perbedaan dalam struktur dari reseptor pada
limfosit lain, dan sebagai akibatnya akan berikatan hanya pada sejumlah antigen yang
terbatas.
DC dapat dimatangkan oleh berbagai rangsangan seperti sitokin peradangan
faktor nekrosis tumor (TNF-) dan interleukin-1 (IL-1) dan produk virus dan bakteri
seperti lipopolisakarida (LPS) atau RNA untai ganda (dsRNA). DC matang
mengekspresikan molekul ko-stimulasi dalam kadar tinggi dan dapat mempresentasikan
antigen secara efisien kepada sel T spesifik antigen yang alami.
Respon imun spesifik dihasilkan dalam organ limfoid sekunder dan dimulai
ketika antigen dibawa ke dalam kelenjar limfe pada sel dendritik. Sel B mengenali
antigen melalui imunoglobulin permukaannya dan walaupun sebagian besar respon
antibodi memerlukan bantuan dari sel T yang spesifik antigen, beberapa antigen seperti
polisakarida dapat menyebabkan produksi antibodi yang tidak bergantung sel T. Sel T
disaring untuk pengenalan antigen dan jika suatu sel T membuat interaksi, sel ini
bermigrasi ke dalam folikel. Di dalam folikel, pusat germinal muncul sebagai akibat
respon berkelanjutan terhadap rangsangan antigen. Pusat germinal ini terdiri dari sel-sel
dendritik folikular (FDC) yang berisi antigen, sel B dan sel T teraktivasi yang telah
bermigrasi dari zona T. Sel-sel B yang berproliferasi bergerak ke zona gelap pusat
germinal sebagai sentroblas, tempat sel mengalami mutasi somatik gen regio variabel
imunoglobulin. Keturunannya dikenal sebagai sentrosit dan sel-sel ini harus diseleksi
oleh antigen pada FDC, jika tidak, akan mengalami apoptosis. Jika terseleksi, sel menjadi
sel B memori atau sel plasma. Sel plasma bermigrasi ke sumsum tulang dan
menghasilkan antibodi dengan afinitas tinggi. Walaupun mengandung imunoglobulin
intraselular, tetapi sel plasma tidak mengekspresikan imunoglobulin permukaan.