Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar pada
mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di
depan atau di belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang
fokus. Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab hambatan penglihatan dalam
beraktivitas serta penyebab kebutaan.
Organization (WHO),terdapat sekitar 45 juta orang buta di dunia dan 135 dengan
penglihatan yang menurun. Dan diperkirakan kelaian refraktif menyumbang 18%
dari semua penyebab kebutaan. Di Indonesia, dari semua kelompok usia, kelainan
refraksi menempati peringkat kedua setelah katarak sebagai penyebab gangguan
penglihatan. 2
Miopia ialah suatu gangguan refraksi dengan prevalensi yang tinggi di seluruh
dunia. Dalam beberapa penelitian didapatkan bahwa kejadian miopia setinggi 70-90%
di beberapa negara Asia, 30-40% di Amerika Serikat dan Eropa, serta 10-20% di
Afrika.2 Miopia ditandai berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat
dekat dengan lebih baik. Genetik merupakan penyebab utama orang mengalami
miopia. Selain itu faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi seperti kekurangan
gizi dan vitamin, membaca serta bekerja dengan jarak terlalu dekat dan dalam waktu
yang lama juga dapat menyebabkan miopia. 3 Pada penderita miopia keluhan
utamanya adalah penglihatan yang kabur saat melihat jauh, tetapi jelas jika melihat
dekat. Kadang kepala terasa sakit atau mata terasa lelah, misalnya saat berolahraga
atau mengemudi.4,5 Miopia yang terlalu tinggi dapat menimbulkan terjadinya ablasio
retina dan mata juling.3,5
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis
pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari
satu titik.6 Adapun etiologi dari astigmatisme itu sendiri diataranya adanya kelainan
kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur, kelainan pada lensa dimana
terjadi kekeruhan pada lensa, intoleransi lensa atau lensa kontak pada
postkeratoplasty, trauma pada kornea maupun tumor.7 Adapun tanda dari seseorang
mengalami astigmatisme seperti memiringkan kepala atau disebut dengan titling his
head, sakit kepala pada bagian frontal dan ada pengaburan sementara / sesaat pada
penglihatan dekat, biasanya penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan
menutup atau mengucek-ucek mata.8,9
Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu
akomodasi untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat
penuaan lensa (lensa makin keras sehingga elastisitasnya berkurang) dan daya
kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar berakomodasi karena lensa sukar
memfokuskan sinar pada saat melihat dekat. 1 Gejala presbiopia biasanya timbul
setelah berusia 40 tahun. Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia
lebih dari 40 tahun, akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata
lelah, berat dan sering terasa pedas.4,5
Tatalaksana pasien dengan kelainan refraksi diantaranya adalah koreksi
dengan kacamata, penggunaan lensa kontak, pembedahan dan laser. Tujuan yang
ingin dicapai adalah tajam penglihatan terbaik yang mampu dikoreksi. Secara umum
kelainan referaksi memiliki prognosis yang baik apabila belum terjadi kelainan pada
segmen posterior. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Media Refraksi dan Akomodasi
2.1.1 Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
menyerupai kristal.10 Kornea bersifat transparan, avaskular, dan sensitif terhadap
sentuhan.11 Menyatu dengan sklera pada limbus, dan penurunan yang
mengelilingi pertemuan ini dikenal sebagai sulkus sklera. Orang dewasa
mempunyai ketebalan kornea rata-rata 550 m pada bagian sentralnya, walaupun
pada ras yang berbeda dapat memberikan gambaran yang berbeda. Diameter
horisontalnya kira-kira 11.75 mm dan diameter vertikalnya 10.6 mm.
Kornea terdiri dari lima lapisan yaitu: epitel, membran Bowman, stroma,
membran descement, dan lapisan endotel.10 Lapisan epitel mempunyai ketebalan
50 m yang terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng. Membran Bowman
merupakan lapisan aselular serta merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur
seperti stroma dan tidak mempunyai daya regenerasi. Stroma kornea menempati
sekitar 90% dari ketebalan kornea. Terdiri atas lamelar yang merupakan susunan
kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya. Juga ditemukan keratosit yang
merupakan sel fibroblas yang terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma. Membran descement tersusun dari basal lamina endotel
kornea dengan ketebalan sekitar 3 m saat lahir, tetapi ketebalannya bertambah
seiring dengan pertambahan usia, dimana ketebalannya pada orang dewasa
berkisar antara 10 sampai 12 m. Membran ini juga bersifat sangat elastik.
Lapisan endotel terdiri dari satu lapis sel, berbentuk heksagonal, dan mempunyai
ketebalan antara 20 sampai 40 m.10
Kornea dipersarafi oleh nervus oftalmikus, percabangan pertama dari
nervus trigeminus (CN V1). Mendapat nutrisi dari pembuluh darah di limbus, dari
akuaeous, dan air mata. Kornea superfisial mendapat suplai oksigen terbanyak
dari atmosfer.11 Mempunyai peranan besar dalam proses refraksi cahaya yang
masuk ke mata. Pada kornea terjadi pembiasan cahaya yang paling kuat, dimana
40 D dari 50 D cahaya yang masuk ke dalam mata dibiaskan di kornea.10
semipermeabel (sedikit lebih permeabel dari dinding kapiler) terhadap air dan
elektrolit. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa
di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral dan
membentuk nukleus. Dibagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih
muda yang disebut korteks lensa.10
Lensa terdiri dari sekitar 65% air, 35% protein (kandungan protein tertinggi
diantara jaringan yang ada di tubuh), dan sedikit mineral yang umum dijumpai
pada jaringan lain di tubuh. Kalium lebih terkonsentrasi di lensa dibandingkan
dengan kebanyakan jaringan yang lainnya. Asam askorbat dan glutathione ada
dalam bentuk baik yang teroksidasi maupun yang tereduksi.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:10
Badan siliar membentang dari ujung anterior koroid sampai akar iris
(sekitar 6 mm). Terdiri zona anterior yang berkerut disebut pars plicata (2 mm),
dan zona posterior yang memipih disebut pars plana (4 mm). Sebagian besar
tersusun atas kapiler dan vena yang berdrainase pada vena vortex. Prosessus
siliaris dan epitel yang siliari yang mengelilinginya bertanggung jawab atas
pembentukan akuaeus.11
Otot siliaris terbentuk atas kombinasi serat longitudinal, sirkular, dan
radial. Fungsi dari serat sirkular untuk mengatur kontraksi dan relaksasi serat
zonula, yang berorigo di cekungan antara prosessus siliaris. Hal ini menyebabkan
terganggunya tegangan kapsul lensa, yang memberikan lensa kemampuan untuk
fokus terhadap baik objek yang jauh maupun dekat dalam lingkup lapang
pandang.10,11
2.2 Fisiologi Refraksi dan Akomodasi
2.2.1 Fisiologi Refraksi
Mata secara optik dapat disamakan dengan kamera. Mata mempunyai
sistem lensa, sistem apertura yang dapat berubah-ubah (pupil), dan retina yang
disamakan denga sebuah film. Sistem lensa mata terdiri atas empat perbatasan
refraksi yang terdiri dari: (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan
udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea dengan humor akuaeus,
(3) perbatasan antara humor akuaeus dan permukaan anterior lensa mata, dan (4)
perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreus. Indeks internal
udara adalah 1; pada kornea 1,38; pada humor akuaeus 1,33; lensa kristalina
(rata-rata) 1,40; dan humor vitreous 1,34. Pembentukan bayangan pada retina
sama seperti pembentukan bayangan pada sebuah kertas. Bayangan yang
terbentuk pada retina adalah terbalik dari benda aslinya. Namun demikian
persepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti
bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan
yang terbalik itu sebagai keadaan normal.10
2.2.2 Fisiologi Akomodasi
Pada anak-anak, daya bias lensa dapat ditingkatkan dari 20 dioptri (D)
menjadi kira-kira 34 D; ini berarti terjadi akomodasi sebesar 14 D. Untuk
mencapai ini, bentuk lensa diubah dari yang tadinya konveks-sedang menjadi
lensa yang sangat konveks.12
Pada orang muda, lensa terdiri atas kapsul elastik yang kuat dan berisi
cairan kental yang mengandung banyak protein namun transparan. Bila berada
dalam keadaan relaksasi tanpa tarikan terhadap kapsulnya, lensa dianggap
berbentuk hampir sferis, terutama akibat retraksi elastik dari kapsul lensa.
Namun terdapat kira-kira 70 ligamen suspensorium yang melekat di sekeliling
lensa, menarik tepi lensa ke arah lingkar luar bola mata. Ligamen ini secara
konsisten diregangkan oleh perlekatannya pada tepi anterior koroid dan retina.
Regangan pada ligamen ini menyebabkan lensa tetap relatif datar dalam keadaan
mata istirahat. 12
Miopia refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga
pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau indeks yang
terjadi akibat pembiasan media kornea dan lensa yang terlalu kuat.
Miopia aksial
Terjadi pada mata dengan kekuatan refraksi normal, namun diameter
anterior-posterior bola mata lebih panjang, dimana mata biasanya lebih
besar dari normal.
Pasien dengan miopia akan menyatakan jelas melihat suatu obyek jika
dilihat pada jarak dekat, sedangkan melihat jauh kabur (rabun jauh).
Dapat juga memberikan keluhan sakit kepala yang sering disertai dengan
juling dan celah kelopak mata yang sempit. Seorang yang miopia juga
mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mendapatkan efek
pinhole (lubang kecil). Pasien miopia mempunyai pungtum remotum
(titik terjauh dimana seorang masih dapat melihat dengan jelas) yang
dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang
akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata
ini menetap, maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.
5,13,14,15
2.3.4
Pemeriksaan Rutin:5
Pemeriksaan Penunjang5
Autorefraktometer
2.3.5 Penatalaksanaan
Pilihan terapi adalah dengan pemberian kacamata dengan lensa sferis
negatif terlemah yang dapat memberikan tajam penglihatan maksimal. Pada
miopia tinggi, apabila kacamata tidak dapat memberikan koreksi maksimal dapat
dipertimbangkan pemakaian lensa kontak lunak maupun RGP (rigid gas
permeable) untuk memperbaiki tajam penglihatan. Bedah refraktif dengan
penggantian lensa tanam (clear lens extraction) di depan lensa yang sudah ada
(phakic IOL) dapat membantu memperbaiki tajam penglihatan pada penderita
miopia dewasa (>30 tahun). Bila ditemukan ambliopia, pemberian kacamata
dievaluasi setelah 1 bulan dan terapi oklusi dapat dilakukan bila setelah memakai
kacamata masih didapatkan tajam penglihatan yang belum maksimal 1 mata. 1,15
2.4.1 Etiologi
Etiologi kelainan astigmatisme adalah sebagai berikut: 7
1.
Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media
refraksi yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea,
yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatisme, sedangkan media lainnya adalah
lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan
lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior
posterior bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena
kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea
serta akibat pembedahan kornea.
2.
Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin
bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga
semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan
yang dapat menyebabkan astigmatismus.
3.
4.
5.
Tumor
2.4.2 Klasifikasi
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina: 7,9
1. Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua
bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah
satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.
Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa silinder yang tepat,
akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak
disertai dengan adanya kelainanpenglihatan yang lain. Bila ditinjau dari
letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi
2 golongan, yaitu:
a. Astigmatisme With the Rule: Bila pada bidang vertical mempunyai
daya bias yang lebih kuat dari pada bidang horizontal.
b. Astigmatisme Against the Rule : Bila pada bidang horizontal
mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang vertikal.
2. Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.
Berdasarkan letak titik vertikal dan horizontal pada retina:
1.
3.
4.
Astigmatisme
Astigmatisme
belakang
jenis
retina,
Miopia Kompositus
Hiperopia Kompositus
ini, titik B berada di
sedangkan
B
dan
titik
retina.
ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.
A
Pola
5.
Astigmatisme Mixtus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak
dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi
sama - sama + atau -.
a. Astigmatisme Rendah
Astigmatisme yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatisme
rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul
keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.
b. Astigmatisme Sedang
Astigmatisme yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri. Pada astigmatisme ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi.
c. Astigmatisme Tinggi
Astigmatisme yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatisme ini
sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
2.4.3 Tanda dan Gejala
Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan
gejala-gejala sebagai berikut:8,9
a. Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head , pada umunya keluhan ini
sering terjadi pada penderita astigmatisme oblique yang tinggi.
b. Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
c. Menyipitkan mata seperti halnya penderita miopia, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatisme juga
menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.
d. Pada saat membaca, penderita astigmatisme ini memegang bacaan mendekati mata,
seperti pada penderita miopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan,
meskipun bayangan di retina tampak buram. Sedang pada penderita astigmatisme
rendah, ditandai oleh:
2.4.4
Diagnosis
b)
Objektif
Autorefraktometer
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor,
cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur.
Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi
dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.
Keratometri
Pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur
radius
4. Keratoskop
Keratoskop
atau
Placido
disk
digunakan
untuk
pemeriksaan
Penatalaksanaan
1. Koreksi lensa
Astigmatisme dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.
Karena dengan koreksi lensa silinder penderita astigmatisme akan dapat
membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan
bertambah jelas.17,18
2. Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak,
lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan
menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan
standar. Pada astigmatisme irregular dimana terjadi pemantulan dan
pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea
maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa
kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air
mata.17,18
3. Bedah refraksi
Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari: Radial keratotomy (RK)
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian
yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan
tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi.
Photorefractive keratectomy (PRK)adalah prosedur dimana kekuatan kornea
ditekan dengan ablasi laser pada pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan
yang biasa terjadi setelah photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan
akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan
penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum operasi. 17
2.5 Presbiopia
Presbiopia adalah gangguan penglihatan terutama dekat pada orang berusia >40 tahun
akibat gangguan akomodasi (masalah kelenturan lensa). 17
2.5.1
Etiologi
Kriteria Diagnosis
Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan Penunjang
2.5.3
Penatalaksanaan
3. Bifocal lenses
Lensa bifokal diberikan pada penderita yang tidak nyaman dengan lensa
single. Lensa utama digunakan untuk pandangan jarak jauh sedangkan untuk
jarak dekat terdapat segment kecil diarah bawah lensa.
4. Trifocal lenses
Hampir menyerupai rancangan lensa bifokal,
lensa
trifokal
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
Identitas Pasien
Nama
:S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 44 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Pedagang
Status
: Sudah menikah
Anamnesis
Keluhan utama
Penglihatan kabur
Autoanamnesa
Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP Sanglah dengan keluhan penglihatan
pada kedua mata semakin kabur sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Pasien merasakan
bahwa dirinya kesulitan untuk melihat sesuatu yang jauh dan saat melihat dekat.
Kekaburan pada penglihatan dirasakan setiap saat dan memberat. Bila harus melihat
objek yang jauh, pasien sering memicingkan matanya karena dikatakan membantu
memperjelas penglihatannya. Kedua mata dirasakan cepat terasa lelah dan berat saat
melakukan aktivitas sehari-hari sebagai pedagang di pasar.
Pasien juga mengeluh kepalanya kadang-kadang terasa pusing dan pandangan
yang berbayang. Keluhan lain seperti mata merah, berair, perih, terasa silau, gatal,
melihat bintik-bintik disangkal oleh pasien.
Pasien mengatakan telah mulai menggunakan kacamata minus sejak tahun
1993 dan sempat mengganti kacamata beberapa kali. Pada tahun 2002, pasien
mengatakan kacamatanya ditambah lensa silinder.
Di keluarga dikatakan ayah dan ibunya juga mengalami kekaburan pada
penglihatan dan memakai kacamata sejak lama. Pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit lain seperti diabetes, hipertensi, jantung, asma, dan alergi, begitu pula
dengan keluarga dikatakan tidak ada yang memiliki penyakit.
Sehari-hari pasien berdagang makanan di sebuah pasar di Denpasar. Pasien
mengaku kesehariannya adalah memasak dan membersikan rumah, lalu berdagang di
pasar dari pagi hingga sore. Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat mata.
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal. Pasien mengatakan tidak merokok
maupun mengkonsumsi alkohol.
3.3
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Kesan umum
Kesadaran
GCS
Tekanan darah
Nadi
Laju respirasi
Suhu aksila
:
:
:
:
:
:
:
Baik
Compos mentis
E4V5M6
120/80 mmHg
80x/menit, regular, isi cukup
18x/menit, regular
36,70C
Status Generalis
Mata : dijelaskan pada status ophthalmology
THT
: kesan tenang
Mulut : sianosis (-)
Leher : pembesaran kelenjar (-)
Thoraks : simetris (+)
Cor
Pulmo
Abdomen :
Ekstremitas
Status Ophthalmology
OD
5/60 PH 6/30 DK 6/7.5
Normal
Tenang
Jernih
Dalam
Bulat, regular
RP (+)
Jernih
Jernih
Visus
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
Lensa
Vitreous
OS
3/60 PH 6/24 DK 6/12
Normal
Tenang
Jernih
Dalam
Bulat, regular
RP (+)
Jernih
Jernih
Funduskopi
11
OD
TIO
11
OS
REFRAKSI SUBJEKTIF
OD
S 3,50 C -1,00 X137
D= 6/6 (nyaman)
OS
S 3,75 C -1,25 X77
D = 6/6 (nyaman)
Add +1,50
3.4
Adaptasi baik
PD 62/60
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis Kerja
ODS miopia astigmatisme compositous + presbiopi
3.6
Penatalaksanaan
a) Non farmakologi
Koreksi dengan pemakaian kaca mata
b) Monitoring
Kontrol ke poliklinik mata RSUP Sanglah setelah 3 bulan
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pasien didiagnosis dengan ODS miopia + prebiopia karena :
Pasien 44 tahun dengan keluhan penglihatan pada kedua mata semakin kabur
sejak sekitar 4 bulan yang lalu, dimana pasien secara perlahan merasakan bahwa
dirinya kesulitan untuk melihat sesuatu yang jauh dan dekat seperti ketika
membaca. Hal ini terjadi setiap hari dan semakin memberat. Penglihatan jauh
dikatakan membaik dengan memicingkan matanya. Mata dirasakan cepat terasa
lelah dan berat. Pasien juga mengeluhkan bahwa kepalanya kadang-kadang terasa
pusing. Pasien mengatakan telah mulai menggunakan kacamata minus sejak tahun
1993 dan sempat mengganti kacamata beberapa kali. Pada tahun 2002, pasien
mengatakan kacamatanya ditambah lensa silinder.
Sehari-hari pasien berdagang makanan di sebuah pasar di Denpasar. Pasien
mengaku kesehariannya adalah memasak dan membersikan rumah, lalu berdagang
di pasar dari pagi hingga sore. Di keluarga dikatakan ayah dan ibunya juga
mengalami kekaburan pada penglihatan dan memakai kacamata sejak lama.
Keluhan tersebut memenuhi gejala klinis dari miopia yaitu kesulitan dalam
melihat jauh sehingga pandangan menjadi kabur, dan membaik ketika
memicingkan mata. Adanya riwayat genetik yaitu ayah dan ibu pasien yang
merupakan dua faktor penyebab dari miopia. Selain itu keluhan terkadang merasa
pusing pada pasien juga merupakan keluhan penyerta pada pasien-pasien miopia.
Di samping itu keluhan pasien juga memenuhi gejala klinis dari presbiopia yaitu
mata sering menjadi kabur ketika membaca sehingga semakin lama mata akan
terasa lelah dan berat. Mata juga terkadang berair jika kelamaan duduk di depan
komputer. Hal ini disebabkan karena daya akomodasi mata yang sudah berkurang
mengingat usia pasien yang sudah tua yaitu 44 tahun.
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan visual acquity mata kanan 5/60 PH
6/30 dan mata kiri 3/60 PH 6/24. Dari pemeriksaan refraksi subjektif didapatkan
pada mata kanan pasien S 3,50 ( C -1,00 X 1370 ), add + 1,50 D dan pada mata
kiri pasien S 3,75 (C -1,25 X 77 0 ), add + 1,50 D sehingga hal ini menegakkan
diagnosis miopia astigmatisme compositous dan presbiopia pada pasien ini.
2. Miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan, yaitu suatu kelainan refraksi
dimana sinar sejajar bola mata difokuskan di depan retina pada mata yang tidak
berakomodasi, sehingga penatalaksanaan miopinya adalah dengan memberikan
kacamata dengan lensa sferis negatif terlemah yang dapat memberikan tajam
penglihatan maksimal. Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar
sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu
titik tetapi lebih dari satu titik. Astigmatisme Miopia Kompositus, adalah kelainan
refraksi dimana satu titik A berada di depan retina, sedangkan titik yang lainnya
B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph -X Cyl Y. Sedangkan presbiopia adalah suatu keadaan mata
dengan berkurangnya kemampuan untuk memfokuskan obyek jarak dekat
(akomodasi) akibat pertambahan usia, sehingga penatalaksanaannya dengan
memberikan lensa tambahan (addisi) setelah visus jauh dikoreksi maksimal.
BAB V
SIMPULAN
Miopia adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar bola mata difokuskan di
depan retina pada mata yang tidak berakomodasi. Pada myopia panjang bola mata
anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu
kuat.3 Pada penderita myopia, keluhan utama pasien adalah penglihatan yang kabur
saat melihat jauh, tetapi jelas untuk melihat dekat. Pasien juga akan memberikan
keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit.
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan myopia adalah terjadinya ablasio
retina dan mata juling.2 Pilihan terapi pada pasien myopia adalah dengan pemberian
kacamata dengan lensa sferis negatif terlemah yang dapat memberikan tajam
penglihatan maksimal.9 Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar
sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu
titik tetapi lebih dari satu titik.9 Penyebab terjadinya Astigmatisme adalah adanya
kelainan kornea, adanya kelainan pada lensa (kekeruhan), Intoleransi lensa atau
kontak lensa, trauma pada kornea dan tumor. Astigmatisme Miopia Kompositus,
adalah kelainan refraksi dimana satu titik A berada di depan retina, sedangkan titik
yang lainnya B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl Y. Sedangkan presbiopia adalah suatu
DAFTAR PUSTAKA
2. Mutti DO, Mitchell GL, Moeschberger ML, Jones LA, Zadnik K. Parental
myopia, nearwork, school achievement and childrens refractive error.
Investigative Ophtalmology and Visual Science. 2002;43(12):3633-3640.
8. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,
Ophtalmology at a Glance 2nd Edition. New York: Blackwell Science, 2014; 2223.
9. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology 11st Edition. New
York: Blackwell Publishing, 2011; 20-26.
12. Johnson, B R., William OC, Claire W G. The eye and vision dalam Human
Physiology 6th Edition Amerika Serikat: Pearson Education. 2013;357-60
13. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Edisi kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 20
Tanjung H. Perbedaan
Rata-rata
Rigiditas
Okuler pada
Miopia dan
14. American Optometric Association. Care of the Patient with Myopia. 2006. St.
Louis.
04:1-12.
15. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and
Refraction, New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.
16. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive
Errors, Thieme, p. 127-136, 2000.
17. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6
th