Você está na página 1de 2

Apakah Sebenarnya Awan Kumulonimbus

yang Diduga Penyebab Jatuhnya Air Asia


QZ8501?
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/apakahsebenarnya-awan-kumulonimbus-yang-diduga-penyebabjatuhnya-air-asia-qz8501

Si raksasa ini membentang secara vertikal, mengokupasi


seluruh ruang tingkatan awan dan membuat kerdil awan
lainnya.

Perbandingan awan Kumulonimbus disingkat Cb, dengan awan lainnya di tiga tingkatan
ruang awan. (Jfornech/Wikimedia Commons)

Awan kumulonimbus atau biasa disingkat menjadi Cb menjadi salah satu perkiraan penyebab
jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501. Awan ini juga pernah menghantam pesawat Garuda yang
selamat pada 2002. Kumulonimbus sendiri berasal dari bahasa latin cumulus atau akumulasi,
serta nimbus atau hujan.
Awan Cb biasanya ditemani oleh awan kumulus di ketinggian yang lebih rendah,
menyebabkan terjadinya pembentukan awan seperti jamur yang membentang beberapa
kilometer. Ketinggian awan Cb bisa mencapai 39.000 kaki (12 kilometer) atau lebih dari
permukaan tanah.
Awan ini terbentuk karena ketidakstabilan yang terjadi di atmosfer. Awan ini terbentuk dari
uap air yang dibawa oleh arus udara mengarah ke atas yang sangat kuat. Awan Cb yang
berada pada tingkat yang rendah hanya berisi butiran air, sementara pada elevasi yang lebih
tinggi dan suhu berada jauh di bawah 0 derajat Celsius, kristal es mendominasi.
Cb bisa terbentuk sendiri, bisa juga secara berkelompok. Di jantung awan ini terdapat petir,
yang bisa berkembang menjadi awan hujan, supersel atau badai petir, bahkan dapat
menyebabkan tornado.
Ada tiga tahap pembentukan awan Cb: developing stage (perkembangan), mature stage
(matang) dan dissipation stage (pelesapan). Tergantung dari kondisi yang ada, tiga tahapan ini
bisa berlangsung selama 30 menit.
Saat berkembang, awan raksasa ini bisa menembus tiga lapis tingkatan awan (tingkat tinggi,
tingkat menengah, dan tingkat rendah). Bahkan awan Cb terkecil bisa membuat kerdil awanawan lainnya.
(Titania Febrianti)

Você também pode gostar