Você está na página 1de 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
1. Definisi Kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu
keadaan yang dinilai sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima
tindakan medis atau evaluasi tindakam operasi dengan segera.
Berdasarkan definisi tersebut the American College of Emergency
Physicians states dalam melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan
memiliki prinsip awal, dalam mengevaluasi, melaksanakan, dan
menyediakan terapi pada pasien-pasien dengan trauma yang tidak dapat
di duga sebelumnya serta penyakit lainnya (Stone, Humphries, 2008).
Penatalaksanaan awal dalam kegawatdaruratan merupakan aplikasi
terlatih dari prinsip-prinsip penanganan pada saat terjadinya kecelakaan
atau dalam kasus - kasus penyakit mendadak dengan menggunakan
fasilitas-fasilitas atau benda - benda yang tersedia pada saat itu. Hal ini
merupakan metode penanganan yang telah diuji sampai korban
dipindahkan ke Rumah Sakit atau lokasi dimana keterampilan dan
peralatan yang layak tersedia (Skeet, 1995).
Penatalaksanaan awal diberikan untuk :
1. Mempertahankan hidup
2. Mencegah kondisi menjadi lebih buruk
3. Meningkatkan pemulihan
Seseorang yang memberikan penatalaksanaan awal harus :
1. Mengkaji sesuatu
2. Memnentukan diagnosis untuk setiap korban
3. Memberikan penanganan yang cepat dan adekuat, mengingat
bahwa korban mungkin memiliki lebih dari satu cedera dan
beberapa korban akan membutuhkan perhatian dari pada yang lain
4. Tidak menunda pengiriman korban ke Rumah Sakit sehubungan
dengan kondisi serius
Pada penderita trauma, waktu sangat penting, oleh karena itu
diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal
sebagai initial aassesment (penilaian awal) dan meliputi (ATLS, 2004) :
1. Persiapan

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Triase
Primary survey (ABCDE)
Resusitasi
Tambahan terhadap primary survey dan resutisasi
Secondary survey, pemeriksaan head to toe dan anamnesis
Tambahan terhadap secondary survey
Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
Penanganan definitif

2. Primary Survey
Penatalaksanaan awal pada primary survey dilakukan pendekatan
melalui ABCDE yaitu :
A. : Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical
B.
C.
D.
E.

spinecontrol)
: Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi
: Circulation dengan kontrol perdarahan (hemorrage control)
: Disability, status neurologis
: Exposure/environmental control, membuka baju penderita,
tetapi cegah hipotermia

B. BREATHING
1. Definisi Breathing
2. Klasifikasi Breathing
3. Penatalaksanaan Breathing
Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Sel-sel tubuh memerlukan
pasokan konstan O2 yang digunakan untuk menunjang reaksi kimiawi
penghasil energi, yang menghasilkan CO2 yang harus dikeluarkan secara
terus-menerus (Sherwood, 2001). Kegagalan dalam oksigenasi akan
menyebabkan hipoksia yang diikuti oleh kerusakan otak, disfungsi
jantung, dan akhirnya kematian (Hagberg, 2005). Pada keadaan normal,
oksigen diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke
seluruh tubuh (Smith, 2007). Airway yang baik tidak dapat menjamin
pasien dapat bernafas dengan baik pula (Dolan, Holt, 2008).

Menjamin terbukanya airway merupakan langkah awal yang


penting

untuk

pemberian

oksigen.

Oksigenasi

yang

memadai

menunjukkan pengiriman oksigen yang sesuai ke jaringan untuk


memenuhi kebutuhan metabolik, efektivitas ventilasi dapat dinilai secara
klinis (Buono, Davis, Barth, 2007).
Apabila pernafasan tidak adekuat, ventilasi dengan menggunakan
teknik bag-valve-face-mask merupakan cara yang efektif, teknik ini lebih
efektif apabila dilakukan oleh dua orang dimana kedua tangan dari salah
satu petugas dapat digunakan untuk menjamin kerapatan yang baik (ATLS,
2004). Cara melakukan pemasangan face-mask (Arifin, 2012):
1. Posisikan kepala lurus dengan tubuh
2. Pilihlah ukuran sungkup muka yang sesuai (ukuran yang sesuai
bila sungkup muka dapat menutupi hidung dan mulut pasien, tidak
ada kebocoran)
3. Letakkan sungkup muka (bagian yang lebar dibagian mulut)
4. Jari kelingking tangan kiri penolong diposisikan pada angulus
mandibula, jari manis dan tengah memegang ramus mandibula, ibu
jari dan telunjuk memegang dan memfiksasi sungkup muka
5. Gerakan tangan kiri penolong untuk mengekstensikan sedikit
kepala pasien
6. Pastikan tidak ada kebocoran dari sungkup muka yang sudah
dipasangkan
7. Bila kesulitan, gunakan dengan kedua tangan bersama-sama
(tangan kanan dan kiri memegang mandibula dan sungkup muka
bersama-sama)
8. Pastikan jalan nafas bebas (lihat, dengar, rasa)
9. Bila yang digunakan AMBU-BAG, maka tangan kiri memfiksasi
sungkup muka, sementara tanaga kanan digunakan untuk
memegang bag (kantong) reservoir sekaligus pompa nafas bantu
(squeeze-bag)

Pemasangan face mask (sumber: The McGraw-Hill


Companies 2006).

Penilaian awal tersebut dilakukan untuk menilai apakah terdapat


keadaankeadaan seperti tension pneumotoraks, massive haemotoraks, open
pneumotoraks dimana keadaan-keadaan tersebut harus dapat dikenali pada
saat dilakukan primary survey. Bila ditemukannya keadaan-keadaan
tersebut maka resusitasi yang dilakukan adalah ( Sitohang, 2012):
a. Memberikan oksigen dengan kecepatan 10 12 L/menit
b. Tension pneumotoraks : Needle insertion (IV Cath No. 14) di ICR II
linea midclavicularis
c. Massive haemotoraks : Pemasangan Chest Tube
d. Open pneumotoraks : Luka diututp dengan kain kasa yang diplester
pada tiga sisi (flutter-type valveefect)
Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan kepala
Tentukan laju dan dalamnya pernafasan Inspeksi dan palpasi leher serta
toraks, cari : deviasi trakea, distensi vena leher, ekspansi toraks simetris
atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan, dan tanda-tanda cedera Perkusi
toraks untuk menentukan redup atau hipersonor Auskultas toraks bilateral

18 Pulse oxymeter dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang


saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita. Pulse oxymeter adalah
metoda yang noninvansif untuk mengukur saturasi oksigen darah aterial
secara terus menerus (ATLS, 2004).

4. Faktor faktor yang mempengaruhi Breathing


5. Faktor faktor yang mengganggu Breathing

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, L., 2001. Sistem Pernapasan. Dalam: Sherwood, L., ed. Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC, 410-411.

Hagberg, C., Georgi, R., Krier, 2005. Complications of Managing the Aiway. In:
Best Practise and Research Clinical Anaesthesiology. Elsevier 19 (4): 641.
Available

from:

http://clinicaldepartments.musc.edu/anesthesia/education
/medicalstudent/outline/airway%20complications.pdf. [Accesed 17 april
2012].
Smith, T., Davidson, S., 2007. Dokter di Rumah Anda. Jakarta: Dian Rakyat, 290296.
Dolan, B., Holt, L., 2008. Trauma Life Support. In: Holt, L., ed. Accident and
Emergency. 2 th ed. Philadelphia: Elseiver,
Arifin, H., 2012. Airway Management. Dalam: Hakim, A.A., et al. Modul
Keterampilan klinik. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, 8-14.

Você também pode gostar

  • Fraktur Smith
    Fraktur Smith
    Documento19 páginas
    Fraktur Smith
    Wara Permeswari Wardhani
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus DHF
    Laporan Kasus DHF
    Documento22 páginas
    Laporan Kasus DHF
    Erick Triardianto
    Ainda não há avaliações
  • Seminar Menur
    Seminar Menur
    Documento17 páginas
    Seminar Menur
    Erick Triardianto
    Ainda não há avaliações
  • Proses Penyembuhan Tulang
    Proses Penyembuhan Tulang
    Documento18 páginas
    Proses Penyembuhan Tulang
    Erick Triardianto
    Ainda não há avaliações
  • SJS Referat
    SJS Referat
    Documento22 páginas
    SJS Referat
    Erick Triardianto
    Ainda não há avaliações
  • Proses Penyembuhan Tulang
    Proses Penyembuhan Tulang
    Documento18 páginas
    Proses Penyembuhan Tulang
    Erick Triardianto
    Ainda não há avaliações
  • Ortho
    Ortho
    Documento24 páginas
    Ortho
    Erick Triardianto
    Ainda não há avaliações