Você está na página 1de 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan adalah salah satu bentuk kegiatan dibidang
kesehatan, yang beberapa sub bidang, salah satu lingkup keperawatan adalah
keperawatan anak. Keperawatan anak merupakan bentuk pelayanan yang tepat
dengan cara memberikan pelayanan sesuai dengan tumbuh kembang anak.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi dari keluarga yaitu orang tua. Sebaiknya
orang tua dapat menyediakan perawatan yang tepat bagi anak, dalam
mengawal tahaptahap perkembangan normal yang dialami oleh anakanak
untuk mencapai potensi fisik dan intelektual (Arikunto, 2006, hal. 22).
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun
(Wong, 2000). Mengasuh anak usia prasekolah benar-benar merupakan
tanggung jawab yang berat. Usia tersebut merupakan masa kritis
perkembangan kemampuan kognitif, kemandirian, koordinasi motorik,
kreativitas, dan barangkali yang terpenting adalah sikap positif terhadap
kehidupan. Orang tua harus menjadi guru atau pembimbing yang penuh kasih
sayang bagi anak-anak mereka. Menciptakan suasana masa prasekolah yang
menyenangkan tampaknya dapat mendorong anak agar selanjutnya cinta
belajar sepanjang hidup (Rimm, 2010, hal.9).
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara
bertahap selama perkembangan, dimana anak akan terus belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapai berbagai situasi dilingkungan, sehingga

anak mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian seorang anak
dapat berkembang dengan baik (Lie & Prasati dalam Julianto, 2008, hal. 4 ).
Ahli psikologi anak dari Amerika Serikat, Elisabeth B. Hurlock
mengatakan bahwa kurun usia ini merupakan periode keemasan (golden
period) dalam proses perkembangan seorang anak manusia. Setiap aspek
perkembangannya, baik fisik, mental, dan sosial, harus ditangani dengan baik.
Begitu pula dengan kemandiriannya, misalnya merapikan tempat tidur,
menyimpan kembali mainannya, mencuci dan mengeringkan tangan tanpa
dibantu, berkunjung ke rumah teman atau tetangga terdekat tanpa ditemani
dan

dapat dimintai keterangannya mengenai kunjungan tersebut (Harno,

2012, hal.1).
Kemandirian pada anak umumnya dikaitkan dengan kemampuan anak
untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Apakah itu makan sendiri,
memakai baju sendiri, dan menalikan sepatunya sendiri tanpa harus tergantung
pada bantuan orang lain. Anak yang mempunyai rasa mandiri akan mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan dapat mengatasi kesulitan
yang terjadi. Disamping itu anak yang mempunyai kemandirian akan memiliki
stabilitas emosional dan ketahanan yang mantap dalam menghadapi tantangan
dan tekanan di dalam kehidupannya (Hogg & Blau dalam Susanto, 2012)
Menurut Friedman (1998) dalam Harno (2012, hal. 3) ibu juga
mempunyai peran sebagai penentu kepribadian dan nilai bagi anak anaknya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa peran ibu adalah sebagai pengasuh, pendidik
anak termasuk di dalamnya memandirikan anak. Kemandirian adalah suatu
kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kemandirian ini harus
dikembangkan pada anak agar anak bisa menjalani kehidupan tanpa

ketergantungan dengan orang lain. Peran aktif ibu dalam memandirikan anak
ini sangatlah penting karena ibu adalah orang yang utama bagi anak dan
merupakan lingkungan pertama yang dimasuki anak untuk membina
sosialisasi anak.
Kemandirian anak prasekolah sangat penting karena merupakan faktor
penentu

perkembangan

anak

selanjutnya.

Salah

satu

fakor

yang

mempengaruhi tingkat kemandirian anak yang kita lihat pada era sekarang
adalah banyaknya ibu- ibu yang bekerja demi memenuhi kebutuhan sosial,
ekonomi keluarga atau sekedar memenuhi tuntutan karier. Kesibukkan ibu
tersebut akan berdampak buruk pada hubungan orang tua dan anak, tidak
hanya pada masa awal-awal saja, tetapi sering selama hidup. Sikap yang selalu
sibuk dengan pekerjaanya itu juga mempengaruhi kepribadian dan
penyesuaian sosial yang dibuat oleh si anak. Banyak kasus kenakalan anak
berasal dari perasaan si anak bahwa dia merasa tidak diperhatikan oleh orang
tuanya. Orang tua seharusnya memahami batas kemampuan anak, selain itu
setiap orang tua harus siap mendampingi dan siaga menolong si anak ketika
anak mendapat masalah. Orang tua juga perlu memahami dan mengerti batasbatas kemandirian yang hendak ditetapkan pada anak. (Markum dalam Apisah,
2008, hal.17).
Fenomena wanita bekerja di luar rumah dapat terlihat pada tahun 2000
77% wanita di Amerika pada umur 25-54 tahun memutuskan untuk bekerja,
hanya 23% yang memutuskan tinggal dirumah mengurus anak dan rumah
(Gwee dalam Azizah, 2012, hal. 15). Jumlah wanita yang bekerja di luar
rumah di Indonesia juga cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan

survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2007 pekerja
perempuan di Indonesia bertambah 2,12 juta, sedangkan pekerja laki-laki
bertambah 287 juta.
Pada lbu yang tidak bekerja cenderung melayani dan memanjakan
anak dan hal tersebut menyenangkan bagi si anak tetapi akibatnya anak
menjadi terbiasa tergantung dan kurang mandiri. Misalnya segala sesuatu
harus dilayani, kebiasaan memerintah kepada orang lain dan kurang kuat
dalam usaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Hendaknya setiap orangtua
menghindari memanjakan anak secara berlebihan, karena hal ini akan
menjadikannya kurang mandiri. Ketidakmandirian memang ditandai dengan
ketidakmampuan anak untuk mengurus dirinya sendiri (ketidakmandirian
fisik). Namun, bisa berujud ketidakmampuan anak untuk membuat keputusan
(ketidakmandirian psikologis). Akibatnya, ia sering jadi merepotkan, juga
mengalami

kesulitan

dalam

menyesuaikan

diri

dengan

lingkungan.

Ketidakmampuan membuat keputusan juga membuatnya jadi kurang percaya


diri, ia tampak cenderung bergantung pada orang lain. Tidak heran bila anak
terkesan mudah dipengaruhi, karena sering ragu untuk memutuskan (lntisari
dalam Apisah, 2008, hal. 22).
Penelitian terkait Apisah (2008) dalam penelitian tentang hubungan
status pekerjaan ibu terhadap tingkat kemandirian anak usia prasekolah di
Desa Prapag Lor Kecamatan Losari Kabupaten Brebes dengan sampel
sebanyak 90 responden. Dimana sebagian besar adalah ibu bekerja sebesar 64
orang (71,1%) sehingga menyebabkan tingkat kemandirian mandiri penuh
sebesar 52 orang (57,8%). Hasil analisis ada hubungan antara status pekerjaan

ibu terhadap kemandirian anak usia prasekolah ditunjukkan dengan hasil p=


0,002 < 0,05,
Berdasarkan hasil survey data awal yang telah peneliti lakukan dengan
mewawancarai Guru kelas di TK Pertiwi menunjukan hampir sebagian anak
masih kurang mandiri ditunjukan dengan sebagian anak yang belum bisa
membuka dan memakai baju berkancing depan, makan masih disuapin, dan
masih ada anak yang minta ditungggui saat di sekolah. Hal ini menunjukan
bahwa ketergantungan anak masih tinggi. Dan berdasarkan hasil wawancara
kepada tiga ibu yang sedang menunggu anaknya di depan sekolah mengatakan
anak mereka sudah bisa makan sendiri, tetapi dalam hal memakai baju masih
harus di bantu. Maka berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Hubungan Status Pekerjaan Ibu
Dengan Tingkat Kemandirian Anak Usia Prasekolah di TK Pertiwi
Kecamatan Banda Raya Banda AcehTahun 2014.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi pemasalahan dalam
penelitian ini adalah belum diketahuinya Hubungan Status Pekerjaan Ibu
Dengan Tingkat Kemandirian Anak Usia Prasekolah di TK Pertiwi Kecamatan
Banda Raya Banda AcehTahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Status Pekerjaan Ibu Dengan Tingkat


Kemandirian Anak Usia Prasekolah TK Pertiwi Kecamatan Banda Raya
Banda Aceh Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah :
a. Mengetahui gambaran status pekerjaan ibu di TK Pertiwi Kecamatan
Banda Raya Banda Aceh .
b. Mengetahui tingkat kemandirian anak usia prasekolah di TK Pertiwi
Kecamatan Banda Raya Banda Aceh .
c. Mengetahui hubungan status pekerjaan

ibu

dengan

tingkat

kemandirian anak usia prasekolah di TK Pertiwi Kecamatan Banda


Raya Banda Aceh .

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memberikan

kesempatan

bagi

Peneliti

untuk

menambah

pengalaman tentang riset keperawatan serta menambah pengetahuan dan


wawasan peneliti tentang status pekerjaan ibu dengan kemandirian anak
usia prasekolah.
2. Bagi Keluarga
Memberikan masukan tentang perkembangan anak kepada ibu
khususnya yang mempunyai anak prasekolah terhadap kemandirian anak
prasekolah di TK Pertiwi Kecamatan Banda Raya Banda Aceh .
3. Bagi Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi pihak TK
Pertiwi Kecamatan Banda Raya Banda Aceh untuk melaksanakan upaya-

upaya meningkatkan kemandirian anak berupa edukasi yang berkaitan


dengan kemandirian.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa
keperawatan STIKesYayasan Harapan Bangsa Banda Aceh tentang status
pekerjaan ibu dan kemandirian anak usia prasekolah.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan kemandirian anak dan status pekerjaan
ibu. Ataupun sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya dengan
mengembang

variabel-variabel

yang

sudah

diteliti.

Seperti

mengembangkan variabel aspek-aspek kemandirian dan membandingkan


tingkat kemandirian anak dengan ibu bekerja dan tidak bekerja.

Você também pode gostar