Você está na página 1de 19

Laporan Pendahuluan Abses Hepar

09.13
1.

2 comments

PENDAHULUAN
Abses hati telah dikenal sejak zaman Hippocrates (400 SM). Sampai sekarang penyakit ini
masih merupakan masalah di bagian bedah dengan angka morbiditas dan mortilitas yang tinggi .
Penyakit ini banyak ditemukan pada anak di negara ber-kembang,terutama yang tinggal di
daerah tropis dan subtropis.
Pada tahun 1938, Ochsner dkk (dikutip oleh Nickloes TA, 2009) pertama kali melaporkan suatu
serial kasus abses hati piogenik dengan case fatality rate 77%. Diagnosis dini dan terapiyang adekuat
berhubungandengan hasil yang lebih bagus. Kemajuan di bidang radiologi diag-nostik dan intervensi
selama 3 dekade terakhir telah menghasilkan suatu prosedur invasif yang minimal dalam tatalaksana
penyakit ini. Kombinasi antibiotik dengan teknik drainase perkutaneus merupakan terapi yang banyak
digunakan, namun sebagian kecil pasien tidak mengalami perbaikan dengan metoda ini sehingga
tindakan pembedahanmerupakan pilihan terakhirnya.
Insiden abses hati amebik di RS di Indonesia berkisar antara 5-15% pasien pertahun. Penelitian
epidemiologi di Indonesia menunjukkan penderita abses hati amebik pada pria memiliki rasio 3,4-8,5
kali lebih besar dibandingkan dengan wanita.

2.

ANATOMI FISIOLOGI
Hepar merupakan organ berbentuk biji dalam tubuh kita dengan berat 1,5 kg pada orang
dewasa. Letaknya, terdapat pada bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah
diafragma. Hati secara luas dilindungi tulang iga.
Hepar terbagi atas dua lapisan utama; pertama, permukaan atas berbentuk tembung, terletak di
bawah diafragma, kedua, permukaan bawah tidak rata dan memperhatikan lekukan fisura
transfersus. Fisura longitudional memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya
hati dibagi empat belahan; lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus.
Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu; Arteri hepatica dan Vena porta. Vena hepatica,
keluar dari aorta dan memberikan 1/5 darah dalam hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95-100 %
masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler Vena, akhirnya
keluar sebagai Vena hepatica. Vena porta terbentuk dari lienalis dan Vena mesentrika superior

menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O 2 telah
diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh
mukosa dan usus halus.
Hati dapat dianggap sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat, menyimpan, mengubah dan
mengekskresikan sejumlah besar substansi yang terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat
penting dalam pelaksanaan fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari
traktus gastrointestinal; kemudian hati akan menyimpan atau mentransformasikan semua nutrient ini
menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk keperluan metabolik. Hati
merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan metabolisme glukosa dan protein. Hati
membuat dan mengekresikan empedu yang memegang peran uatama dalam proses pencernaan
serta penyerapan lemak dalam tractus gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah produk dari
dalam aliran darah dan mensekresikannya ke dalam empedu.
Fungsi metabolic hati terdiri dari; mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang
disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannnya sesuai dengan pemakaiannya dalam
jaringan. Kedua; mengeluarkan zat buangan dan bahan racun untuk diekresikan dalam empedu dan
urin. Ketiga; menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen. Keempat; sekresi empedu
garam empedu dibuat di hati di bentuk dalam system retikula endothelium dialirkan ke empedu.
Kelima; pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari
darah oleh ginjal dalam bentuk urin. Keenam; menyimpan lemak untuk pemecahan berakhir asam
karbonat dan air.
Selain itu hati juga berfungsi sebagai penyimpan dan penyebaran berbagai bahan, termasuk
glikogen, lemak, vitamin, dan besi, vitamin A dan D yang dapat larut dalam lemak disimpan di dalam
hati. Hati juga membantu mempertahankan suhu tubuh secara luasnya organ ini dan banyaknya
kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir melalui organ ini
sehingga menaikkan suhu tubuh.
3.

PENGERTIAN
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh bakteri,
protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh
seperti hati, paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung,
biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta Reference Library, 2004)

Abscess adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang tidak akibat kerusakan jaringan,
Hepar adalah hati (Dorland, 1996).
Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi.
4.

KLASIFIKASI
Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu

a.

Abses hati amebik (AHA)


AHA merupakan komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang sering dijumpai di daerah tropik/
subtropik, termasuk indonesia

b.

Abses hati pyogenik (AHP)


Abses hepar pyogenik (AHP) dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial liver abscess,
bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess.
Pada era pre-antibotik, AHP terjadi akibat komplikasi appendisitis bersamaan dengan
pylephlebitis. Bakteri phatogen melalui arteri hepatika atau melalui sirkulasi vena portal masuk ke
dalam hati, sehingga terjadi bakteremia sistemik, ataupun menyebabkan komplikasi infeksi intra
5.

abnominal seperti divertikulitis, peritonitis dan infeksi post operasi.


ETIOLOGI
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang terbanyak adalah E.
coli, penyebab lainnya adalah :
Organisme
Aerob gram-negatif
Escherichia coli

Insiden (%)
.. 50 70
.. 35 45

Fusdaacterium nucleatum

Klebsiella

Bacteroides

Proteus

Bacteroides fragil

Serratia

Peptostreptococus

Morganella

Actinomyces

Actinolbacter

Clostridium

Aerobgaram-positif
Streptococcus faecalis
Streptokokus B
Sterptokokus A
Stafilokokus
6.

Organisme
Anaerob

PATOFISIOLOGI

.. 25

Insidensi (%)
.. 40 50

Kuman yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan kerusakanakan jaringan dengan cara
mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis), kimiawi yang secara
spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan endotoksin yang ada hubunganya dengan
dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada perubahan kondisi respon imunologi
mengakibatkan perubahan reaksi imun yang merusak jaringan. Agent fisik dan bahan kimia oksidan
dan korosif menyebabkan kerusakan jaringan,kematian jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi.
Infeksi merupakan salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang terlihat
akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor terjadi bersamaan
dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat terjadi secara sistemik.
Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi termoregulasi pada suhu lebih
tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi. Peradangan terjadi perubahan
diameter pembuluh darah mengalir keseluruh kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan. Sel-sel
darah mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona plasmatik. Leukosit menempel pada epitel
sehingga langkah awal terjadi emigrasi kedalam ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang
mengikuti Fase hyperemia meningkatkan permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarya plasma
kedalam jaringan, sedang sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat tekanan hidrostatik
meningkat dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi cairan didalam rongga
ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi
jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam rongga abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator
kimiawi, termasuk bradikinin, prostaglandin, dan serotonin merusak ujung saraf sehingga
menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan
nyeri. Adanya edema akan mengganggu gerak jaringan sehingga mengalami penurunan fungsi
tubuh yang menyebabkan terganggunya mobilitas litas.
Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan jaringan bila penyabab kerusakan bisa
diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan.
Reaksi sel fagosit yang berlebihan menyebabkan debris terkumpul dalam suatu rongga membentuk
abses di sel jaringan lain membentuk flegmon. Trauma yang hebat menimbulkan reaksi tubuh yang
berlebihan berupa fagositosis debris yang diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi vaskuler
untuk mengganti jaringan yang rusak (fase organisasi), bila fase destruksi jaringan berhenti akan

terjadi fase penyembuhan melalui jaringan granulasi fibrosa. Tapi bila destruksi jaringan berlangsung
terus akan terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila rangsang yang merusak hilang.
Abses yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan pus kekuningan sehingga terjadi
kerusakan Integritas kulit. Sedangkan abses yang diinsisi dapat mengakibatkan resiko penyebaran
infeksi.

7.

TANDA DAN GEJALA


Keluhan awal: demam/menggigil, nyeri abdomen, anokresia/malaise, mual/muntah, penurunan
berat badan, keringan malam, diare, demam

(T > 38), hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan

atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian. (Cameron 1997).

8.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I, (1998). Pemeriksaan penunjang antara lain:

a.

Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal
hati.

b.

Foto dada

Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan diafragma, efusi pleura,
kolaps paru dan abses paru.
c.

Foto polos abdomen


Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara bebas diatas hati.

d.

Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
e.

Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma.

f.

Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.

9.
a.

PENATALAKSANAAN
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I (1998) Pengobatan dilakukan tiga cara:
Kemotrapi
Obat-obat dapat diberikan secara oral atau intravena sebagai contoh untuk gram negatif diberi
Metranidazol, Clindamisin atau Kloramfenikal.

b.

Aspirasi Jarum
Panda abses yang kecil atau tidak toksik tidak perlu dilakukan aspirasi. Hanya dilakukan pada
ancaman ruktur atau gagal pengobatan konserfatif. Sebaliknya aspirasi ini dilakukan dengan tuntunan
USG.

10. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


a.

Pengkajian esofagus dan abdomen kiri atas

1)

Esofagus dan abdomen kiri atas

Perawat menanyakan tentang napsu makan pasien; tetap sama,meningkat atau menurun.
Adakah ktidaknyamanan saat menelan, bila ada apakah terjadi hanya karena pada makanan tertentu?
Apakah berhubungan dengan nyeri? Apakah perubahan posisi mempengaruhi ketidaknyamanan?
Pasien ditanyakan untuk menggambarkan pengalaman nyeri, adakah yang memperberat nyeri?
Adakah gejala lain seperti rugurgitasi, regurgitasi noctural, kembung(eruktasi), yeri ulu hati, tekanan
subesternal, sensasi makanan menyangkut ditenggorokan, perasaan penuh setelah makan dalam
jumlah sedikit, mual, muntah dan penuruna berat badan.
Apakah gejala meningkat dengan emosi? Jika ada tanyakan waktu kejadian, faktor penghilang atau
pemberat seperti perubahan posisi, kembung, antasida atau muntah.

b.

Pengkajian lambung
Anamnese:

Apakah pasien mengala,i myeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau muntah
Apakah gejala terjadi kapan saja? Sebelum atau sesudah makan?setelah makan makanan pedas
atau mencerna obat tertentu?
Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau
makan terlalu cepat?
Bagaimana gejala hilang?
Adakah riwayat penyakit lambung
Pemeriksaan fisik;
Palpasi ringan dari ujung kiri atas abdomen sampai sedikit melewati garis kuadran kanan atas untuk
mendeteksi adanya nyeri tekan.
c.

Pengkajian abdomen kuadran kanan atas

1) Hati dan kandung empedu


Anamnese:
Kaji adanya keluhan digestif; mual, muntah, muntah darah,anoreksia, diare dan melena
Kaji riwayat perubahan mental dan ganggguan motorik
Tanyakan apakah pasien telah mengalami perubahan berat badan atau intoleransi terhadap diet;
mual, muntah, kejang dalam 24 jam terakhir

Kaji adanya sendawa, kesulitan menelan, flatulensi, muntah berdarah(hematemesis), feses


kehitaman, jantung terasa terbakar, diare atau konstipasi

Tanyakan riwayat keluarga tentang adanya kanker, penyakit ginjal, alkoholisme, hipertensi atau
penyakit jantung.
Periksa penggunaan alkohol yang biasa pasien lakukan
Tanyakan apakan pasien menggunakan zat atau obat tertentu yang bersifat hepatoksik
Pemeriksaan fisik;
Inspeksi:
Warna kulit

Sclera mata untuk menilai adanya ikterus


Pembesaran abdomen akibat cairan (asites)
Perkusi :
untuk menilai luasnya asites dapat dilakukan perkusi abdomen, apabila sudah terdapat cairan dalam
kavum peritoneal maka daerah pinggang akan menonjol ketika pasian dalam posisi supinasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan shifting dullness aau dengan mendeteksi gelombang cairan.

Palpasi:
Palpasi pada daerah kuadran kanan atas dibawah rongga iga untuk mendapatkantepi bawah hati,
untuk memeriksa pembesaran hati.
Letakan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pasien pada iga kesebelas dan dua belas,
kemudian memberi tekanan keatas. Dengan jari-jari tangan kanan mengarah pada tepi kostal kanan,
perawat meletakan tangan di atas kuadran kanan atas tepat dibawah tepi hati.pada saat perawat
menekan keatas dan kebawah secara perlahan, pasien menarik napas dalam melalui abdomen. Pada
saat pasien berinhalasi, perawat mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati menurun.
Pada keadaan normal hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki tepi yang teratur dan tajam.
d.

Pengkajian abdomen kuadran kiri dan kanan bawah

1) Kolon
Anamnese:
Kaji adanya keluhan digestif; mual, muntah, muntah darah,anoreksia, diare dan melena
Bila pasie mengalami nyeri abdomen atau nyeri punggung bawah, kaji karakternyeri secara terperinci.
Kaji adanya penggunaan laksatif
Perhatikan gerakan dan posisi pasien. Posisi dan gerakan mengindikasikan letak nyeri.
Tanyakan apakah pasien mengalami penurunan berat badan selama 24 jam terakhir
Tentukan apakah pasien wanita sedang mengandung atau tidak.
Inspeksi:
Inspeksi abdomen melihat kondisi abdomen pasien dikuadran bawah tentang kontur dan simetrisitas
dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi, atau gelombang peristalitik.
Auskultasi :

Dilakukan terlebih dahulu seblum palpasi dan perkusi yang dapat meningkatkan motilitas usus dan
dengan demikian dapat mengubah bising usus.
Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus dari motilitas usus dan mendeteksi bunyi
vaskular. Pasien diminta untuk tidak berbicara.
Palpasi :
Palpasi ringan dan palpasi dalam pada bagian bwah abdomen
kaji ukuran, lokasi, bentuk, lokasi, bentuk, konsitensi, nyeri tekan, pulsasi, dan mobilitasnya.
Perkusi :
mengetahui letak oragn-organ yang berada dibawahnya, tulang dan massa, serta untuk membantu
mengungkapkan adanya udara didalam lambung dan usus.
Catat suara timpani atau pekak
e.

Pengkajian feses
Bila feses mengandung darah yang menghasilkan warna hitam (melena), dicurigai adanya
pendarahan pada rektal bawah atau anal.

11. PENYIMPANGAN KDM

a.

Penjelasan

1) Amuba yang masuk menyebabkan peradangan hepar sehingga mengakibatkan infeksi


2) Kerusakan jaringan hepar menimbulkan perasaan nyeri
3) Infeksi pada hepar menimbulkan rasa nyeri sehingga mengalami gangguan tidur atas pola tidur.
4)

Abses menyebabkan metabolisme dihati menurun sehingga menimbulkan perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan.

5)

Metabolisme nutrisi di hati menurun menyebabkan produksi energi menurun sehingga dapat terjadi
intoleransi aktifitas fisik.

12. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang sering digunakan dalam diagnosa abses hepar adalah:
a.

Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan.

b.

Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan, asupan, atau retensi
yang berlebihan.

c.
d.

Hipertermi berhubungan dengan penyakit/ trauma.


kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi
yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber
informasi.

13. PERENCANAAN KEPERAWATAN


TD
Tujuan/hasi
Tangga

Diagnosa

keperawatan

l yang

Tan
Rencana tindakan

Rasional

diharapkan

gan/
Na
ma

Nyeri akut

Tingkat

berhubungan

kenyamana

dengan: Agen

1. Kaji jenis dan

1. Menentukan

tingkat nyeri

intervensi

pasien

keperawatan

2. Yakinkan bahwa

injuri (biologi,
kimia, fisik,

Pengendali

psikologis),

an nyeri

kerusakan

komunikasi verbal

Tingkat

jaringan

2.

selanjutnya
Pasien yang

dan non verbal

mengalami nyeri

perawat dengan

sensitif untuk

pasien adalah

menjadi terhakimi.

nyeri
positif dan
Setelah
mendukung
dilakukan

3. Minta pasien
untuk

keperawata

menggunakan

pengkajian yang

n selama

sebuah skala1-10

akurat tentang

1x24 jam

untk menjelaskan

tingkat nyeri pasien

Pasien tidak
mengalami

tingkat nyerinya

4. Berikan obat yang


dianjurkan uuntuk

nyeri,
dengan
kriteria
hasil:

3. Untuk memfasilitasi

tindakan

Mampu
mengontrol
nyeri (tahu
penyebab

5.

mengurangi nyeri
Atur periode
istirahat tanpa
tergangggu

4. Menetukan
keefektifan obat

5. Meningkatkan
kesehatan,
kesejahteraan dan
peningkatan tingkat
energi yang penting
untuk mengurangi

nyeri,

6. Bantu pasien

mampu

untuk

menggunak

mendapatkan

an tehnik

posisi yang

nonfarmakol

nyaman

ketegangan atau
spasme otot dan
untuk
mendistibusikan

ogi untuk

kembali tekanan

mengurangi

pada bagian tubuh

nyeri,
mencari
bantuan)

Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunak
an
manajemen
nyeri

7. Implementasikan
teknik
mengendalikan

nyeri

6. Menurunkan

nyeri yang
alternatif seperti
teknik pans dan
dingin sesuai

7. Teknik non
farmakologis
pengurangan nyeri
akan efektif apabila
nyeri pasien berada
pada tingkat yang
dapat ditoleransi.

anjuran, tindakan
kenyamanan
untuk relaksasi,
aktivitas distraksi
bersama pasien,

Mampu
beri informasi
mengenali
nyeri (skala,

tentang nyeri.
Anjurkan

8. 8.

intensitas,

pasien untuk

frekuensi

menggunakan

dan tanda

aktifitas

nyeri)

pengalihan atau

rekreasional dan
Menyatakan

tindakan

rasa

pengurang nyeri

nyaman

noninovatif

8. 8.
Meninkatkankualitas
hidup

setelah
nyeri
berkurang

Tanda vital
dalam
rentang
normal

Tidak
mengalami
gangguan
tidur

Resiko

1. Timbang berat

1. Membantu

ketidakseimbang

Keseimban

badan pasien

mendeteksi

an volume cairan

gan

setiap hari

perubahan

berhubungan

elektrolit

sebelum sarapan

keseimbangan

dengan

dan asam-

kehilangan,

basa

asupan, atau

2.
2. Ukur asupan

atau peningkatan

cairan dan

retensi yang

Keseimban

berlebihan.

gan cairan
Hidrasi
Setelah

n selama

mengakibatkan

untuk

defisit cairan dan

mendapatkan

mengakibatkan

status cairan

3.

tindakan
keperawata

haluaran

haluaran urin

dilakukan

cairan
Penurunan cairan

kelebihan cairan
Peningkatan berat
jenis urin

3. Pantau berat jenis


urin

mengindikasikan
dehidrasi. Berat

1x24 jam

jenis urin rendah

Pasien

mengindikasikan

diharapkan,

kelebihan volume

dengan
kriteria

cairan.

4. Membran mukosa
4. Periksa membran

hasil:

kering meerupakan

mukosa mulut

suatu indkasi

setiap hari.
Mempertah
ankan berat
badan

asupan

5. Tentukan cairan
yang disukai

norma
Asupan

dehidrasi

5. Meningkatkan

6.

dan

pasien.
Pantau kadar

6. Perubahan nilai
elektolit

elektrolit serum

menandakan

haluaran

awitan

cairan tetap

ketidakseimbangan

pada kadar

cairan

7. Membantu

yang tepat

mencapai

sesuai dan
kondisi fisik

7. Dorong pasien

keseimbangan

untuk memamtuhi
Mempertah

diet yang

ankan

diinstrusikan
Berikan cairan

8.

cairan dan elektrolit

8. Membantu
mempertahankan
keseimbangan

tanda-tanda
parenteral sesuai
vital
instruksi
Membran

kepatuhan pasien

mukosa
terlihat
merah
muda dan
lembab

9.

cairan
Meningkatjan

terhadap

9. Jelaskan sifat
hipovolemia atau
hipervolemia dan

penanganan dan
meminimalkan
resiko komplikasi.

hunbungannya
dengan

Mempunyai
turgor kulit

keseimbangan
volume cairan dan

10. 10.Mendorong

yang normal

Mempertah
ankan kadar
elektrolit
dalam batas
normal

kondisi medis

pasien dan

pasien

pemberi asuhan

10. Ajarkan pada


keluarga cara
mempertahankan
asupan cairan
yang tepat seperti

untuk berpartisipasi
dalam perawatan
sehingga
meningkatkan
kontrol.

catat erat badan


setiap hari, ukur
Mendemons
trasikan
dnmemeha
mi faktorfaktor yang

asupan dan
haluaran,
mengenal tandatanda
keseimbangan

akan
mengurangi
ketidakseim
bangan
cairan
Hipertermia

1. Pantau suhu

berhubungan

Termoregul

dengan penyakit/

asi

trauma.

Tandatanda vital

tubuh pasien
setiap 4 jam

2. Beri antipiretik
sesuai anjuran

3. Turunkan panas

1. Meyakinkan
perbandingan data
yang akurat

2. Menurunkan
demam

3. Meningkatkan

dengan

kenyaman,

Setelah

melepaskan

menurunkan

dilakukan

selimut atau

temperatur shu

tindakan

menanggalkan

tubuh

keperawata

pakian yang

n selama

terlalu tebal, beri

1x24 jam

kompres dingin

Pasien
diharapkan,
dengan
kriteria
hasil:

pada aksila dan

4. Peningkatan

liatan paha.

denyut nadi,

4. Pantau dan catat

penurunan tekan
denyut dan irama
vena sentral, dan
nadi, vekanan
penurunan tekanan
vena sentral,
darah dapat
tekanan darah,
mengindikasikan
frekuensi napas,
hipovolemia yang
tingkat
mengarah pada
responsitas, dan
perfusi jaringan.
suhu kulit minimal
Kulit yang dingin,
4 jam
pucat dan burik
dapat juga
mengindikasikan
peunurunan perfsi
jaringan.
Peningkatan
frekuensi
pernapasan
berkompensasi

5. Observasi adanya

pada hipoksia

konfusi
disorientasi

5.

jaringan.
Perubahan tingkat
kesadaran dapat
merupakan akibat
dari hipoksia

6. 6. Berikan cairan
IV sesuai yang
dianjurkan.

jaringan

6. 6. Menghindari
kehilangan air
natrium klorida dan
kalium yang

Kurang

1. Tumbuhkan sikap

pengetahuan

Pengetahu

saling percaya

berhubungan

an

dengan

Setelah

dan perhatian
Negosiasi

keterbatasan

dilakukan

kognitif,

tindakan

interpretasi
terhadap

dengan pasien
tentang usaha
mengembangkan

keperawata

tujua

n selama

informasi yang

1x24 jam

salah, kurangnya

Pasien

keinginan untuk

diharapkan,

mencari

dengan

informasi, tidak

kriteria

mengetahui

hasil:

3.

pembelajaran
Tentukan

pembelajaran

2. Keterlibatan
pasien dalam
rencana tujan yang
berarti
mendiukung
kontinuitas

bersama pasien
strategi
pembelajaran

4.

yang baik
4. Beri Healthy

3. Meningkatkan
keefektifan
pembelajaran

Education

sumber-sumber
informasi.

2.

1.

berlebihan.
Meningkatkan

Mengomuni
kasikan
semua
keperluan
yang
diketahui

Mendemons
trasikan
pemahama
n tentang
apa yang
diajarkan

kepada pasien

4. 4. Meningkatkan

tentang abses

informasi tentang

hepar dan cara

kondisi medis

pencegahan dan

pasien.

pengobatannya.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Bruner dan Suddarth ( 2000 ). Buku Ajaran KMB. Edisi 8. Jakarta: ECG

2.

Cameeron ( 1995 ). Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara

3.

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juli 2012.

4.

Muttaqin, A. 2011. Pengkajian keperawatan aplikasi pada praktik klinik. Jakarta. Salemba medika

5.

Sulaiman, Akbar, Lesmana dan Noer. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: Jayabadi

6.

Staf Pengajar Parasitologi ( 2003 ). Protozoa. Malang : Fakultas Kedokteran Unibraw.

7.

Taylor, M. Cyntia & Ralph, Sparks, Sheila. Diagnosis keperawatan dengan rencana asuhan. Edisi 10.
Jakarta. EGC

8.

Walkinson, M. Judith & Ahern, R. Nancy.2011. Buku saku diagnosa keperawatan.edisi 9. Jakart EGC

Você também pode gostar