Você está na página 1de 3

Secera eksperimental, populasi M.

tbc di dalam lesi dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan


yaitu:

Populasi A : aktif berkembang biak dengan cepat, banyak terdapat pada dinding kavitas atau
dalam lesi yang pH-nya netral.
Obat yang dapat bekerja pada populasi ini adalah INH, Rifampisin, dan Streptomisin. INH
bekerja sangat baik

Populasi B : tumbuh sangat lambat, berada dalam lingkungan pH yang rendah. Lingkungan
asam melindungi kuman dari obat anti-tuberkulosis tertentu.
Obat yang bekerja pada populasi ini adalah Pirazinamid

Populasi C : berada dalam keadaan dormant hampir sepanjang waktu, hanya kadang-kadang
saja kuman ini mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu yan singkat, banyak
terdapat dalam dinding kavitas.
Obat yang bekerja pada populasi ini adalah Rifampisin.

Populasi D : bersifat dormant sepenuhnya sehingga sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh
obat-obat anti-tuberkulosis. Jumlah populasi ini tidak jelas dan hanya dapat dimusnahkan
oleh mekanisme pertahanan tubuh manusia itu sendiri.
Tdk ada obatnya.

Lag phase:
Bila kuman tbc kontak dengan obat anti tbc, maka pertumbuhannya akan amat melemah
dalam 2-3 hari dan kemudian aktif kembali. Masa 2-3 hari nini disebut lag phase.

Hal ini menjadi dasar pemberian obat secara intermittent dua atau tiga kali perminggu.

Mengapa harus multi-drug?


Dalam populasi kuman, sejak awal telah ada sebagian yang resisten terhadap satu jenis obat.
Bila pada populasi itu hanya diberi satu jenis obat saja maka kuman yang sensitif akan turun
jumlahnya dan yang resisten akan naik. Dalam beberapa waktu populasi kuman akan beruba
menjadi kuman yang resisten seluruhnya.
Hal ini yang disebut dengan fall and rise phenomena, dan menjadi salah satu dasar mengapa
kita harus memberikan beberapa obat sekaligus pada penderita tuberkulosis.
Dan memang ada obat yang khusus untuk menangani populasi kuman tertentu juga khan,
sehingga harus multidrug juga....

Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibotik dan anti
infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Aktifitas obat TB didasarkan atas
tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah
resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid,
dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB
yang paling poten dalam hal membunuh bakteri di bandingkan dengan rifampisin dan
streptomisin. Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme sterilisasi.

Isoniazid : Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari
pertama pengobatan.Efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman
yang sedang berkembang. Mekanisme kerja berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid,
yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri.

Rifampisin : Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniazid.Mekanisme kerja, Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim
bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA terganggu.
Pirazinamid : Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam.Mekanisme kerja, berdasarkan pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase
yang berasal dari basil tuberkulosa.
Etambutol : Bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan kuman TB yang telah
resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin.Mekanisme kerja, berdasarkan penghambatan
sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic
acid pada dinding sel.
Streptomisin : Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang sedang membelah.
Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan
pada RNA ribosomal.

Você também pode gostar