Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pengertian RHD
Rheumatik heart disease ( RHD ) merupakan penyebab terpenting dari penyakit
jantung yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rheumatik fever adalah
peradangan akut yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD
adalah penyakit berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit
Rheumatik fever akut kira-kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang
tenggorokan.
Rheumatik heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh
darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).
RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif
seperti pada jantung,tulang, jaringan subcutan pembuluh darah dan pada sistem
pernapasan yang diakibatkan oleh infeksi streptococcus hemolitic-b grup A.
2)
3)
Faktor Genetik
Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada RHD ini tidak lengkap
namun pada umumnya ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya
RHD, walaupun cara penurunanya belum dapat dipastikan.
Jenis Kelamin
Dulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada anak wanita
daripada anak laki-laki.
Umur
RHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6- 15 tahun ( usa
sekolah ) dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan
pada anak sebelum berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun
b. Faktor-faktor lingkungan
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk,
rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga
pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi
tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang
Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi
saluran napas atas meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga
dapat meningkat
4)
Patofisiologi
Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah kelainan jantung yang terjadi akibat demam
reumatik, atau kelainan karditis reumatik. Penyakit ini disebabkan karena infeksi
bakteri streptokokus beta hemolitikus Grup A. Bakteri ini akan menginfeksi saluran
pernapasan atas yaitu tenggorokan yang nantinya akan menyebabkan peradangan
dan infeksi pada tenggorokan sehingga menyebabkan terjadinya faringitis dan
tonsillitis. Akibat peradangan atau infeksi ini, merangsang terbentuknya antibody
sehingga bereaksi dengan antigen streptokokus yang mengakibatkan terjadinya
reaksi antigen-antibodi. Akibat terjadinya reaksi imunologis ini menyebabkan
terjadinya demam reumatik. Demam reumatik bisa bersifat menetap dan reversible.
Reversible terjadi jika pasien dengan demam reumatik memilki system imun yang
baik sehingga dapat disembuhkan. Sebaliknya, bila system imun pasien ini menurun,
maka demam reumatik ini bisa berlanjut (berulang-ulang) dalam jangka waktu yang
lama. Demam reumatik dapat mengakibatkan gejala sisa (sequele), sehingga dalam
3
serum penderita terdapat antibody anti otot jantung. Antibody ini mengakibatkan
terjadinya respon autoimun dimana antibody ini dianggap sebagai antigen (antigen
pada katup jantung)sehingga terjadi reaksi perlawanan antara antibody yang
dihasilkan dalam tubuh dengan antigen streptokokus dan antigen katup jantung. Hal
ini menyebabkan terjadinya peradangan pada katup jantung dan dapat pula disertai
dengan gejala gejala seperti karditis (criteria mayor dan criteria minor). Bila
terdapat 2 kriteria mayor /1 kriteria mayor disertai dengan 2 kriteria minor akan
mengakibatkan terjadinya pnyakit jantung reumatik (RHD). Pathway terlampir
5.
Carditis
Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau endokarditis )
yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan
manifestasi terjadi penurunan curah jantung ( seperti hipotensi, pucat,
sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat ), bunyi jantung melemah,
dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup
terutama mitral ( bising sistolik ), Friction rub.
2)
Polyarthritis
Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada
sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan
kaki, pergelangan tangan, siku ( polyarthritis migrans ), gangguan fungsi
sendi.
3)
Khorea Syndenham
Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa
tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot
,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
4
4)
Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercakbercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya
berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak
gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak tangan.
5)
Nodul Subcutan
Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit
tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu
pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang ditemukan
pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan ekstensor
sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan
bergerak bebas.
b. Kriteria Minor
1) Memang mempunyai riwayat RHD
2) Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien
kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
3) Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu
4) Leukositosis
5) Peningkatan laju endap darah ( LED )
6) C- reaktif Protein ( CRP ) positif
7) P-R interval memanjang
8) Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse )
9) Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO )
Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum seperti ,
akral dingin, lesu,terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain
yang dapat muncul juga gangguan pada GI tract dengan manifestasi peningkatan
HCL dengan gejala mual dan anoreksia
Diagnosis RHD ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor,
atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.
5
6.
pemeriksaan
laboratorium
darah
didapatkan
peningkatan
ASTO,
peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin .
b. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
c. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
d. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.
e. Hapusan tenggorokan :ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
7.
Komplikasi
Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya
terjadi setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik telah
dikurangi dengan luas penggunaan antibiotic efektif terhadap streptokokal bakteri
yang menyebabakan demam rematik.
8.
Therapy / Penatalaksanaan
Tata laksana RHD aktif atau reaktifitas adalah sebagai berikut :
a.
Tirah baring
Mobilisasi
Klinis
( minggu )
bertahap
6
( minggu)
- Karditis ( - )
- Artritis ( + )
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-)
>6
> 12
Karditis ( + )
Kardiomegali(
+)
karditis ( + )
Gagal jantung
(+ )
b.
dengan
pemberian
injeksi
Benzatine
penisillin
secara
intramuskuler. Bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan 1,2 juta unit dan jika
kurang dari 30 kg diberikan 600.000-900.000 Unit.
c.
d.
e.
f.
9.
Pencegahan
Jika kita lihat di atas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan
adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR). tentu saja pencegahan yang
terbaik adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik
(terserang infeksi kuman streptokokus beta hemolyticus ). Ada beberapa factor yang
dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya factor
lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan
dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam
distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam
terjadinya infeksi streptokokus untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman streptokokus beta hemolyticus dan mengalami
demam rematik harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini
menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan
penyakit jantung rematik.
10. Prognosis
Prognosis RHD terdiri dari lama penyakit, kesempatan komplikasi dari penyakit,
kemungkinan hasil, prospek untuk pemulihan, pemulihan periode untuk penyakit,
harga hidup, tingkat kematian, dan hasil kemungkinan lainnya dalam keseluruhan
prognosa dari penyakit jantung reumatik.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Data fokus:
-
Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun
tidak terpola
Kelemahan otot
8
Akral dingin
Manifestasi khusus:
carditis:
takikardia terutama saat tidur ( sleeping pulse )
kardiomegali
suara bising katup ( suara sistolik )
perubahan suara jantung
perubahan ECG (PR memanjang)
Precordial pain
Precardial friction rub
Lab : leukositosis, LED meningkat, peningkatan ASTO
Polyarthritis
Nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi Menyebar pada sendi lutut, siku, bahu,
lengan ( gangguan fungsi sendi )
Nodul subcutaneous:
Timbul benjolan dibawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas,
Muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap.
Terdapat pada permukaan ekstensor persendian
Khorea:
Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat.
Emosi labil
Kelemahan otot
Eritema marginatum:
bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan.
Bercak merah dapat berpindah lokasi tidak permanen
eritema bersifat non pruritus
2.
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Resiko
cidera
berhubungan
dengan
Gerakan
10
Rasional
1.
Memonitor
adanya
perubahan
Kaji
perubahan
warna
curah jantung
2.
pucat.
Pucat
menunjukkan
penurunan
adanya
perfusi
perifer
Batasi
adekuat.
aktifitas
secara
dan
O2
menurunkan
dan
kerja
11
4.
berlebihan.
4.
Stres
emosi
menghasilkan
Kolaborasi
untuk
TD
pemberian oksigen
dan
meningkatkan
kerja
jantung.
5.
6.
Kolaborasi
untuk
pemberian digitalis
untuk
kontraktilitas
meningkatkan
miokard
dan
2)
Rasional
12
pingsan.
2. Vasokontriksi sistemik
pernapasan.
mencetuskan distress
pernapasan. Namun dispnea
tiba-tiba atau berlanjut
menunjukkkan komplikasi
tromboemboli paru.
5. Indikator
organ
elektrolit.
3)
dasar
dan
pengawasan
intervensi
2. Pantau tanda-tanda vital (TD, 2.Mengetahui keadaan umum dan
Nadi, RR , suhu)
dan
pengawasan
intervensi
3. Pertahankan
posisi
teknik
kerja
reseptor
nyeri
relaksasi 5.Membantu menurunkan spasme
imageri,visualisasi )
kontrol
dan
mampu
mengalihkan nyeri.
6. Kolaborasi untuk pemberian 6.Menghilangkan nyeri
analgetik
4)
1.
Intervensi
Rasional
Kaji suhu tubuh klien dan ukur 1. Mengetahui
data
terhadap
TD dan respirasi
2.
dasar
perencanaan
aksilla, perut )
3.
meyebabkan
kehilangan
( bed rest )
terjadinya
peningkatan
reaksi
peradangan
dan
hipermetabolisme.
5.
5. Mengurangi
proses
peradangan
sehingga
grup
akan
mampu
dimatikan
4) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf
simpatis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi.
Kriteria hasil : Klien mengatakan mual dan anoreksia berkuarang / hilang,
masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang. BB dalam rentang normal.
15
Rasional
data
dasar
memantau
mengevaluasi intervensi
2. Kaji
klien(
pola
diet
riwayat
diet,
perubahan
dan
kesukaan)
untuk
asupan
nutrisi
( anoreksia, mual)
faktor
yang
harus
mengenai
ditanggulangi
informasi
mengurangi
produksi
antasida
6. Kolaborasi
untuk
penyediaan 6. Mendorong
peningkatan
selera
makan.
16
5)
Syndrome
kurang
perawatan
diri
berhubungan
Gangguan
Rasional
1.Memenuhi
kebutuhan
klien
2.Kebutuhan
klien
akan
l;ebih
3.Mencegah
adanya
peradangan
gagal jantung.
sampai
komplikasi
ketingkat
17
6)
Rasional
1.Memberikan pedoman
untuk
kering
adan
lembab
sirkulasi/
penekanan
pada
7)
Rasional
1. Menyatakan adanay
kongesti
paru/pengumpulan
sekret
3. Menurunkan
komsumsi
oksigen/kebutuhan
Jika memungkinkan
meningkatkan
dan
ekspansi
paru
maksimal.
4. Kolaborasi
dalam
pemberian
4. Meningkatkan
konsentrasi
19
oksigen
tambahan
sesuai
indikasi.
memperbaiki/menurunkan
hipoksemia jaringan.
AGD
6. Kolaborasi
pemberian
obat diuretik.
7. Kolaborasi
untuk
pemberian
obat bronkodilator
7. Meningkatkan
aliran
oksigen
dan
mengeluarkan
efek
1.
Rasional
Menentukan
berlebihan
2. Pantau dan bila mungkin temani
dalam
memberikan intervensi
2.
berbahaya
20
dari klien
3. Pasang pengaman tempat tidur
3.
klien
Mengurangi
4. Anjurkan
resiko
klien
untuk
4.
menemani klien
4. Evaluasi
1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup
mitral ( stenosis katup ) dapat teratasi.dengan kriteria evaluasi : Menunjukkan
tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau
hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam
batas normal, haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunan episode
dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
metabolism terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah dapat
teratasi dengan criteria evaluasi : klien tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak ada
edema
21
22
23