Você está na página 1de 8

ASUHAN KEPERAWATAN ATRIAL SEPTAL DEFECT

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Atrial Septal Defect (ASD) adalah suatu lubang pada dinding (septum) atrium
jantung.
2. Epidemiologi
Angka kejadian ASD adalah satu orang anak per 1500 kelahiran hidup, kelainan
katup jantung ini terjadi pada 10-20% remaja, tetapi kelainan ini asimptomatik
dan jarang terdiagnose. Angka kejadian ASD berkisar 30-40% dari semua angka
kejadian penyakit jantung kongenital.
3. Klasifikasi
1). Ostium sekundum
Tipe yang paling sering muncul dengan angka kejadian 6-10% dari kelainan
jantung kongenital. Kelainan ini dapat disebabkan oleh penyempitan foramen
ovale, pertumbuhan tidak adekuat dari septum sekundum dan kelebihan
absorbsi dari septum primum,10-20% penderita kelainan ini juga menderita
peolaps katup mitral. Kelainan ini tidak menimbulkan gejala (asimptomatik),
tetapi gejala akan muncul pada usia empat puluhan dengan tanda penurunan
toleransi terhadap latihan, cepat lelah, palpitasi dan pingsan. Komplikasi yang
dapat terjadi dari kelainan ini adalah hipertensi pulmonal, stroke,flutter dan
sindrom eisenmengers.
2). Osteum primum
Bila lubang terletak di daerah ostium primum, yang mana ini termasuk salah
satu bentuk Atrio-Ventrikular Septal Defect(AVSD)
3). Sinus venosus
Sinus venosus ASD adalah suatu jenis defek sekat atrial yang menyeberang
dengan kecacatan di dalam sekat dan mempengaruhi aliran pembuluh darah
baik vena kava superior maupun vena kava inferior. Sinus venosus terletak
biasanya pada persimpangan vena kava superior dengan atrium kanan, hal ini
sering dihubungkan dengan anomali drainase dari vena pulmonary ke atrium
kanan.

4. Etiologi
Etiologi dari ASD ini belum diketahui pasti, tetapi dapat dihubungkan dengan
kelainan kongenital yang mengarah pada ketidak sempurnaan penutupan foramen
ovale.
5. Patofisiologi
Seperti kita ketahui etiologi dari ASD belum diketahui secara pasti, tetapi faktor
prenatal dan genetik dapat dikaitkan dengan ASD, ini berhubungan dengan
ketidaksempurnaan dari foramen ovale. Dengan adanya ASD ini maka tekanan
atrium kiri lebih besar dari atrium kanan sehingga darah dari atrium kiri mengalir
ke atrium kanan, hal ini menyebabkan overload di atrium kanan dan ventrikel
kanan, kondisi ini akan menyebabkan jantung tidak cukup mensuplai darah ke
otot skeletal sehingga pasien akan mengalami kelelahan, selain itu akan terjadi
peningkatan kapilari pulmo lebih besar dari tekanan onkotik plasma sehingga
cairan berpindah ke jaringan interstisiil paru dan odem paru tidak bisa dihindari,
dengan adanya odem paru akan merangsang juxtakapilari J reseptor dan
manifestasinya yang muncul adalah nafas dalam dan dangkal serta palpitasi.
Selain itu overload di atrium kanan dan ventrikel kanan juga menyebabkan
kelainan arteri koronari sehingga terjadi gangguan perfusi koroner yang berakhir
pada iskemia jaringan. Dengan keadaan yang overload maka ventrikel kanan
harus mendorong lebih banyak darah dari ventrikel kiri karena adanya left to right
shunt , sehingga akan terjadi overload pada jantung kanan yang bersifat konstan,
berlanjut menjadi overload di semua vaskularisasi pulmo, menyebabkan edema
paru sehingga hipertensi pulmonal dapat terjadi.(bagan patofisiologi ada di
halaman berikutnya).
6. Gejala Klinis
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakan gejala pada masa kecilnya,
tetapi gejala akan timbul jika pasien mengalami ASD besar dan usia diatas empat
puluh tahun, adapun tanda dan gejalanya meliputi
Kelelahan saat beraktivitas
Nyeri dada
Palpitasi
2

Nafas dalam dan dangkal


Pusing
Pingsan
Bising sistolik tipe ejeksi
Regurgitasi mitral
Sulit munyusu jika terjadi pada bayi
Gangguan pertumbuhan
7. Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik pasien ASD yang harus kita perhatikan adalah :
a.keadaan umum pasien
b.

tanda-tanda vital( tekanan darah, nadi respirasi dan suhu serta tinggi badan
dan berat badan)

c.pasien pucat atau syanosis


d.

inspeksi thorak akan menunjukkan cembung di os costae

e.menilai batas-batas paru dan jantung, serta kondisi paru dilakukan dengan cara
perkusi
f. dengan auskultasi maka akan didengar bising jantung
g.

pada bagian ekstremitas kaji ada tidaknya syanosis pada kuku dan kulit
ujung jari

h.

kaji tingkat kesadaran pasien

Bagan Patofisiologi
3

Faktor Prenatal dan Genetik

ASD

Tekanan A. Ki lebih besar dari Tekanan A.Ka

Darah dari A. Ki mengalir ke A. Ka

Overload di A. Ka dan V. Ka

Jantung tidak mampu Peningkatan


mensuplai cukup
kapilari
darah
pulmo
ke otot
melebihi
V.
skeletal
Ka harus
tekanan
Kelainan
mendorong
onkotik
A. Coronaria
plasma
banyak darah dariAliran
V. Kidarah
karena
Left to righ shunt
keadanya
paru meningkat
Aliran balik dari A. Ki ke A. Ka meningkat
Gangguan Prefusi Coroner
KelelahanCairan berpindah ke jaringan interstisiil paru

Intolerasi Aktifitas

Dilatasi A. Ki dan V. Ki
Iskemi jaringan
Overload pada jantung kanan konstan
Odem interstisiil

Nyeri Akut

Aliran darah yang kaya O2 ke pembuluh darah perifer

Merangsang juxtacapilari J. Reseptor


Overload diseluruh Vaskularisasi Pulmo
Pusing, Sinkop Syanonis
Nafas dalam dan dangkal

Edema Paru
Kerusakan perfusi jaringan

Palpitasi

HT pulmonal

Pola nafas takefektif

8. Pemeriksaan Penunjang
4

a.Laboratorium
darah lengkap (haemoglobin, hematokrit, eritrosit)

analisa gas darah

cardiac isoenzim (LDH, CK, CK-MB)

faal hemostasis (PTT dan APTT)

b.

Radiologi
Rontgen thorak untuk mengetahui gambaran paru dan jantung

c.Elektrokardiografi
Menilai irama, heart rate, gangguan konduksindan perubahan pola
d.

Ekokardiografi
Dari pemeriksaan ini maka akan dapat dilihat adanyan kebocoran aliran darah
dari atrium kiri ke atrium kanan.

e.Transkranial dopler
Pemeriksaan yang lebih sensitif untuk mendeteksi ASD, metode ini dapat
melihat adanya impact serebral pada ASD
9. Diagnosis
Diagnosis penyakit ini pada anak-anak dapat diketahui dengan cara
ultrasonografi dan auskultasi jantung selama melakukan aktivitas fisik, kelainan
ini dapat terjadi saat anak masih dalam kandungan ataupun saat masih bayi. Pada
remaja kasus ini terjadi karena ASD saat anak-anak yang mereka derita
asimtomatik.
10. Pengelolaan
Pada pasien ASD dengan resistensi paru yang tinggi , operasi penutupan defek
interatrial dapat dilakukan dengan jahitan langsung atau penempelan pacth,
operasi ini dianjurkan pada saat umur 5-10 tahun dan prognosis sangat ditentukan
oleh resistensi kapiler paru. Pasien dengan resistensi kapiler paru yang sangat
tinggi dan tidak dapat dioperasi dapat diberikan obat vasodilator, antagonis
kalsium. Wanita dengan ASD dan minum pil anti hamil memerlukan evaluasi
lebih lanjut setelah pil tersebut dihentikan, karena resistensi kapiler paru dapat
menurun.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
5

1. Pengkajian
Dalam pengkajian pasien dengan ASD yang dapat dikaji adalah
a.Riwayat kesehatan pasien sekarang dan riwayat kesehatan di masa
lalu(pernah/tidaknya mengidap penyakit yang sama sebelumnya).
b.

Identifikasi rasa nyeri di dada.

c.Kaji pernafasan pasien(sesak,nafas pendek dan dangkal, efek latihan terhadap


pernafasan).
d.

Pada balita ditanyakan tentang ada tidaknya kesulitan saat menyusu.

e.Kaji pertumbuhan dan perkembangan pasien.


f. Riwayat penyakit keluarga (ASD dapat diturunkan).
g.

Pengkajian tanda vital seperti tekanan darah, nadi dan pernafasan sangta
membantu menegakkan diagnosa ASD.

h.

Kaji pola aktivitas pasien karena kelelahan dan kelemahan dapat terjadi
pada pasien ASD.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan ASD adalah:
a.Nyeri (akut) berhubungan dengan myocardial iskemia
b.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen myocardial

c.Kerusakan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah


d.

Pola nafas takefektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ventilasi

3. Perencanaan
Dibawah ini akan diulas tentang rencana perawatan yang bisa dilakukan
berdasarkan diagnosa yang telah diprioritaskan
a.Pola nafas takefektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ventilasi
- Evaluasi frekwensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan,
contoh adanaya dipsnea, penggunaan otot bantu nafas, pelebaran nasal
- Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun/tak ada bunyi nafas dan
adanya bunyi tambahan, contoh krekels atau ronki
- Observasi akspansi paru
- Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis
6

- Atur posisi semifowler


- Tekankan menahan dada dengan bantal selama nafas dalam
- Dorong pemasukan cairan adekuat dalam perbaikan jantung
- Beri tambahan oksigen
- Kaji ulang laporan rontgen dada dan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
- Bantu pemasangan selang dada jika diindikasikan
b.

Kerusakan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran


darah
- Tingkatkan tirah baring selama fase akut
- Tinggikan kaki bila di tempat tidur atau duduk, sesuai indikasi. Secara
periodik tinggikan kaki dan telapak kaki diatas tinggi jantung
- Kolaborasi pemberian antikoagulan
- Siapkan intervensi bedah jika diperlukan
- Peringatkan pasien untuk menghindari menyilang kaki atau hiperflexi lutut

c.Nyeri (akut) berhubungan dengan myocardial iskemia


- Monitor karakteristik nyeri melalui respon verbal dan hemodinamik
- Kaji

adanya

gambaran

nyeri

yang

dialami

pasien

meliputi

tempatnya,intensitas, durasi, kualitas dan penyebarannya


- Ciptakan lingkungan yang nyaman, kurangi aktivitas batasi pengunjung
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
- Observasi tanda-tanda vital sebelun dan sesudah pemberian obat narkotik.
d.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen myocardial
- Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan adanya keluhan kelemahan,
keletihan dan dipsnea berkenaan dengan aktivitas.
- Pantau frekwensi irama jantung, takanan darah,dan frekwensi pernafasan
sebelum,selama dan setelah aktivitas
- Pertahankan tirah baring selama diperlukan
- Rencanakan periode istirahat tanpa gangguan
- Berikan oksigen suplemen

4. Evaluasi
a. Pola nafas efektif kembali
b. Perfusi jaringan mengalami perbaikan
c. Nyeri (akut) dapat teratasi
d. Terjadi peningkatan toleransi aktivitas

Você também pode gostar