Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
ERINNA NYDIA WIJAYA
F24061458
2010
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
1
SKRIPSI
Oleh
ERINNA NYDIA WIJAYA
F24061458
2010
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2
NIM
: F24061458
Menyetujui:
Bogor, 6 September 2010
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui,
Food Science and Technology Department, Agricultural Technology Faculty, Institut Pertanian
Bogor, Kampus IPB Darmaga, PO.Box 220, Bogor 16002, Indonesia
Abstract
Snack is food which is consumed between main meals. That is why the
demand for snack foods is increasing. Many of these snack found nowadays in
Indonesia are lacking of bioactive components such as antioxidant and dietary fiber.
One of famous snack types nowadays is snack bar. Not so many commercial snack
bars are found in Indonesia. Most of them are imported product and expensive in
price. In this research, snack bar made of local ingredients which contained bioactive
compounds and dietary fiber was trying to be made. The local ingredients were from
millet flour and okara flour.
Millet is one type of cereals. Its common name is Pearl Millet (Pennisetum
glaucum). Okara flour is one of the wastes from tofu production. Millet is the source
of antioxidant and okara flour is source of fiber. Both of these ingredient are not used
by people to be food raw materials. The other ingredients in this research were
hunkue flour, sugar, skim milk, nutmeg fruit, and water. The aim of this research was
to get the best formulation of snack bar based on organoleptic, antioxidant, and fiber
analysis.
The variables that were differentiated among formulas were ratio of millet and
okara flour (1:1, 1:2, and 2:1) and fat source. Fat sources of these bars were palm oil
and avocado. Six formulas were obtained from these two variables. Based on hedonic
rating test, formula with palm oil obtained the highest score and the difference
between flour ratios was not significant. The higher the percentage of additional flour
okara, the level of total dietary fiber in product would be higher. Formula 1:2 using
avocado had the highest fiber content (17,21%). However, formula 2:1 using palm oil
had the highest antioxidant capacity (4,98 mg vitamin C equivalent per 100 gram
product). The antioxidant activity was higher if the proportion of millet flour were
higher in product. Based on the results, formula with the ratio of millet and okara
flour= 1:2 was the best formula. The antioxidant capacity of that formula was 3,76
mg vitamin C equivalent per 100 gram product and the total fiber was 13,13%. This
product contained water (12,5%), ash (1,7%), protein (12,65%), fat (22,8%),
carbohydrate (62,86%), iron (64 ppm), zinc (16 ppm), and calcium (2308 ppm). The
color of formula M1:2 were L= 61,12, a= +5,89, b= +2,86, and 0Hue= 77,23. The
hardness level of the chosen snack bar millet-okara formula was 852 gram force.
mineral Fe, Zn, dan Ca yang terdapat pada formula ini berturut-turut adalah 64
ppm, 16 ppm, dan 2308 ppm.
Kata kunci: snack bar, jewawut, ampas tahu, antioksidan, serat
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis selalu diberikan kekuatan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sangat besar kepada semua pihak yang turut
membantu penulis selama menjalani masa perkuliahan, penelitian, hingga
penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Fransiska Rungkat Zakaria, MSc selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama
masa kuliah, penelitian, dan penyelesaian skripsi ini.
2. Ir. Subarna, MSi selaku dosen pembimbing kedua atas kesempatan dan
waktu yang diberikan pada penulis untuk arahan, bimbingan, pengetahuan,
dan kesabarannya selama masa penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. Ir. M. Arpah, MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak masukan bagi perbaikan skripsi ini.
4. Keluarga penulis: Mama, Papa, dan Edwin untuk semua doa, dukungan
moril maupun fisik, motivasi, kasih sayang, dan semangat yang melimpah
pada penulis.
5. Teman satu penelitian: Feriana, Stephanie, Yessica untuk semua
kebersamaan, penderitaan, jerih payah, kesabaran, waktu-waktu lembur
bersama hingga perjuangan kita berakhir.
6. Teman satu bimbingan: Anto, Rijali, dan Husna untuk kerjasama, bantuan,
dan semangat yang diberikan kepada penulis.
7. Teman-teman terbaikku: Regina, Grace, Novi, Magda, Janet, Fanni, Bella,
Natasya, Amanda, Amanda Orchita, Meiliani, Tere, Gina, Rio, dan
mentorku: Ci Michelle, Ci Elga atas doa, saran, semangat, dan waktu yang
diberikan untuk menghibur penulis.
8. Teman-teman Perwira: Jessica, Prima, Dessy, Desonk, Oneng, Feli, Stella,
Nina, Mario, Richie, Syenny, Margaret, Fenny, Yurina, Dyas.
9. Teman-teman Lab: Kak Tuthie, Kak Sina, Kak Midun, Kak Nono, Kak
Alin, Wonojatun, Arius, Riza, dan semua pihak yang telah merelakan alatalat lab-nya dipinjam selama penelitian.
10. Teman-teman ITP 42: Ci Irene, Ko Marcel, Kak Esther untuk hiburan, info
terbaru, dan pengetahuan yang diberikan.
11. Seluruh dosen ITP yang telah membagi ilmu pengetahuan dan mendidik
penulis.
12. Laboran ITP dan Pilot Plan PAU: Pak Wahid, Pak Sidik, Pak Yahya, Bu
Rubiah, Pak Rojak, Pak Gatot, Mbak Darsih, Pak Sobirin, Pak Taufik, Pak
Nurwanto, Pak Iyas, Pak Jun yang membantu penulis selama penelitian.
13. Seluruh keluarga besar ITP 43 dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dan tidak lepas dari berbagai kekurangan. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan dan terhadap
perkembangan Ilmu dan Teknologi, khususnya bidang Ilmu dan Teknologi
Pangan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
B. TUJUAN ........................................................... 3
C. MANFAAT ............................................................................................... 3
..25
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi kimia biji jewawut ......................................................... 5
Tabel 2. Karakteristik kimia ampas tahu dan tepung ampas tahu .................. 7
Tabel 3. Komposisi umum nilai gizi buah alpukat ........................................ 9
Tabel 4. Rancangan uji coba formula snack bar ......................................... 22
Tabel 5. Rancangan uji coba suhu pemanggangan snack bar ..................... 23
Tabel 6. Komposisi formula snack bar ........................................................ 23
Tabel 7. Pengaturan texture analyzer pada pengukuran bar ........................ 34
Tabel 8. Uji coba formula dan suhu pemanggangan snack bar ................... 38
Tabel 9. Komposisi formula snack bar terpilih ........................................... 40
Tabel 10. Hasil analisis tepung ampas tahu dan tepung jewawut ................ 43
Tabel 11. Hasil analisis proksimat snack bar .............................................. 56
Tabel 12. Rekapitulasi hasil analisis snack bar ........................................... 62
Tabel 13. Hasil pengukuran warna produk snack bar.................................. 65
Tabel 14. Daftar Angka Kebutuhan Gizi (AKG) ......................................... 66
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur jewawut (pearl milet) ..................................................... 5
Gambar 2. Tepung ampas tahu....................................................................... 8
Gambar 3. Buah alpukat ............................................................................... 10
Gambar 4. Reaksi penangkapan radikal bebas stabil oleh antioksidan........ 14
Gambar 5. Contoh snack bar ....................................................................... 16
Gambar 6.Diagram alir pembuatan tepung jewawut.................................... 21
Gambar 7. Diagram alir pembuatan tepung ampas tahu .............................. 21
Gambar 8. Diagram alir pembuatan snack bar ............................................ 24
Gambar 9. Texture analyzer ......................................................................... 33
Gambar 10. Diagram hasil uji organoleptik atribut rasa akibat pengaruh
sumber minyak ......................................................................... 46
Gambar 11. Diagram hasil uji organoleptik atribut tekstur akibat pengaruh
sumber minyak ......................................................................... 48
Gambar 12. Diagram kadar serat tak larut snack bar akibat pengaruh
a)perbandingan tepung b)sumber minyak ................................ 49
Gambar 13. Diagram kadar serat larut snack bar akibat pengaruh
a)perbandingan tepung b) sumber minyak .............................. 51
Gambar 14. Diagram kadar total serat (TDF) snack bar akibat pengaruh
a)perbandingan tepung b) sumber minyak .............................. 52
Gambar 15. Diagram aktivitas antioksidan snack bar akibat pengaruh
a) perbandingan tepung b) sumber minyak ........................... 54
Gambar 16. Diagram kadar air snack bar akibat pengaruh sumber
minyak ..................................................................................... 57
Gambar 17. Diagram kadar abu snack bar akibat pengaruh a)perbandingan
tepung b) sumber minyak ........................................................ 58
Gambar 18. Diagram kadar protein snack bar karena pengaruh
a)perbandingan tepung b) sumber minyak ............................. 59
Gambar 19. Diagram kadar lemak snack bar pengaruh sumber minyak ..... 60
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner uji rating hedonik ....................................................... .....72
Lampiran 2. Rekapitulasi data hasil uji rating hedonik rasa ............................ .....73
Lampiran 3. Rekapitulasi data hasil uji rating hedonik tekstur........................ .....74
Lampiran 4. Hasil analisis uji rating hedonik atribut rasa ............................... .....75
Lampiran 5. Hasil analisis uji rating hedonik atribut tekstur ........................... .....76
Lampiran 6. Hasil analisis kadar serat pangan keenam formula ...................... .....77
Lampiran 7. Hasil pengolahan data analisis kadar serat pangan tak larut (IDF) ...78
Lampiran 8. Hasil pengolahan data analisis kadar serat pangan larut (SDF) .. .....79
Lampiran 9. Hasil pengolahan data analisis kadar serat total (TDF) .................... 80
Lampiran 10. Kurva standard analisis kapasitas antioksidan tepung jewawut,
tepung ampas tahu, dan produk................................................ .....81
Lampiran 11. Hasil pengolahan data analisis aktivitas antioksidan ................ .....83
Lampiran 12. Data analisis kadar air tepung jewawut, tepung ampas tahu,
dan produk................................................................................ .....84
Lampiran 13. Hasil pengolahan data analisis kadar air.................................... .....85
Lampiran 14. Data analisis kadar abu tepung jewawut, tepung ampas tahu, dan
produk ....................................................................................... .....86
Lampiran 15. Hasil pengolahan data analisis kadar abu .................................. .....87
Lampiran 16. Data analisis kadar protein tepung jewawut, tepung ampas tahu,
dan produk.................................................................................. .....88
Lampiran 17. Hasil pengolahan data analisis kadar protein ............................ .....89
Lampiran 18. Data analisis kadar lemak tepung jewawut, tepung ampas tahu,
dan produk ................................................................................ .....90
Lampiran 19. Hasil pengolahan data analisis kadar lemak .............................. .....91
Lampiran 20. Data analisis kadar karbohidrat tepung jewawut, tepung ampas
tahu, dan produk ....................................................................... .....92
Lampiran 21. Hasil pengolahan data analisis kadar karbohidrat ..................... .....93
Lampiran 22. Data kandungan mineral formula terbaik .................................. .....94
Lampiran 23. Hasil pengukuran warna snack bar terbaik ............................... .....94
Lampiran 24. Data analisis kekerasan dengan texture analyzer ...................... .....94
vi
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan pengetahuan di bidang gizi dan
kesehatan, kesadaran masyarakat akan kesehatan serta pentingnya nilai gizi
dalam makanan yang mereka konsumsi menyebabkan kebutuhan akan pangan
berkualitas
meningkat
juga.
Makanan
berkualitas
diharapkan
dapat
B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan jewawut dan ampas
tahu serta mencari formula terbaik produk snack bar berbasis tepung jewawut
dan tepung ampas tahu sehingga produk tersebut dapat menjadi salah satu
pangan fungsional yang mengandung serat dan antioksidan.
C. MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini adalah dihasilkannya produk snack bar
berbahan baku tepung jewawut dan tepung ampas tahu dengan rasa yang
enak, harga yang murah, serta mengandung komponen bioaktif yang baik
untuk kesehatan seperti serat pangan, antioksidan, dan mineral. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan
industri pangan bahwa tepung jewawut dan tepung ampas tahu dapat
dijadikan bahan baku pembuatan snack bar yang memiliki manfaat untuk
kesehatan.
A.
tanaman
jewawut
dapat
mencapai
0,5-4
meter.
Jewawut
diklasifikasikan ke dalam:
Kingdom
: Plantae
Kelas
: Monocotyledon
Keluarga
: Poaceae
Genus
: Pennisetum
Spesies
merupakan
sumber
karbohidrat,
dengan
kandungan
karbohidrat sekitar 70% dan protein 10% (FAO, 2009). Diameter biji sekitar
3-4 mm. Biji jewawut terdiri dari perikarp (8,4%), embrio (16,5%), dan
endosperm (75%) (FAO, 2009).
Endosperm berpati
Kutin
Kutin
epikarp
epikarp
perikarp
Kornea
Tepung
Mesokarp
Sel silang
Sel tabung
Pelapis biji
aleuron
Periferal
Aleuron
Biji
Granula pati
Epitel skutelar
Skutelum
Poros embrio
Hilum
hilum
Sel endosperm
Badan protein
dalam matriks
protein
Biji utuha
11,8
72,9
9,9
2,9
2,5
200
68
311
162
3,2
-
Tepunga
9,7
64,4
15,7
5,7
2,0
2,5
0,17
-
Biji utuhb
12,51
69,72
11,38
2,53
3,86
198
78
500
121
36
5,64
0,023
26,40
Biji utuhc
71,6
14,5
5,1
2,0
100
74,9
29,5
2,0
-
bagi kesehatan (Rooney dan Serna, 2000). Kandungan protein, lemak, dan
serat pearl millet lebih tinggi daripada jagung (Adeola dan Orban, 1994).
Karbohidrat dalam bentuk pati terutama berada pada bagian endosperma.
Kadar amilosa pati jewawut adalah 21,1%. Biji jewawut memiliki kandungan
protein dan serat yang lebih baik dibanding beras (Suherman et al., 2006).
Asam amino pada jewawut dapat sangat bervariasi, tergantung pada
lingkungan saat penanaman. Protein jewawut memiliki fraksi protein albumin
sebesar 15,1%, globulin sebesar 8,7%, prolamin 30,2%, dan glutelin 30,3%.
Komponen asam amino esensial terbanyak pada jewawut adalah leusin (598
mg/g) sedangkan asam amino pembatas pada jewawut adalah lisin. Kadar
lemak pada pearl millet lebih besar daripada jenis millet yang lain (FAO,
2009). Asam lemak utama pada jewawut adalah linoleat (C 18:2) 43,8%,
oleat (C 18:1) 26,1% (Kulp dan Ponte, 2000). Komposisi mineral jewawut
dari yang terbesar hingga terkecil adalah fosfor (P), magnesium (Mg),
kalsium (Ca), iron (Fe), dan seng (Zn). Faktor lingkungan seperti komposisi
dan sifat tanah dapat mempengaruhi komposisi mineral jewawut (FAO,
2009).
Biji jewawut utuh memiliki aktivitas antioksidan sebesar 12,27 mg
vitamin C ekuivalen/g biji (Yanuwar, 2009). Aktivitas antioksidan jewawut
berasal dari komponen fenolik yang dapat diklasifikasikan sebagai asam
fenolik dan flavonoid. Asam fenolik, bebas atau terikat sebagai ester, berada
di lapisan luar biji. Komponen ini dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan menjaga biji agar tidak mudah kapangan. Komponen
fenolik dalam jewawut terutama terdiri dari kafeat, koumarat, ferulat, sinamat
(Kulp dan Ponte, 2000). Menurut Dykes dan Rooney (2006), flavonoid
terbukti memiliki kemampuan dalam menangkal radikal bebas dengan baik.
Salah satu jenis senyawa flavonoid yang terdapat pada jewawut adalah tanin
yang terdapat pada bagian testa dari biji jewawut. Semakin gelap warna testa,
akan semakin tinggi kandungan taninnya. Komponen fenolik dengan aktivitas
antioksidan
dan
penangkal
radikal
bebasnya
memiliki
efek
yang
D. MINYAK GORENG
Minyak goreng komersial yang digunakan dalam snack bar ini adalah
minyak goreng Bimoli. Bahan baku utama untuk memproduksi minyak
goreng merek Bimoli adalah CPO (Crude Palm Oil) yang merupakan hasil
pengepresan dari kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh dari
pengolahan kelapa sawit adalah CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm
Kernel Oil). Hasil samping yang dapat diperoleh dari proses pengolahan
tersebut adalah serabut (fiber), cangkang (shell), tandan kosong, dan dry solid
(Bachtiar, 2003).
CPO adalah minyak kelapa sawit mentah yang diperoleh dari perasan
daging buah (mesokarp) kelapa sawit. CPO mengandung komponen
trigliserida, sebagai kandungan utama (95%) dan komponen non-trigliserida
(5%) yang terdiri dari komponen larut (gums, fosfatida, kotoran) dan
komponen tak larut (pigmen warna, zat volatil, dan asam lemak bebas).
Komponen asam lemak terbanyak pada minyak kelapa sawit adalah asam
lemak oleat (18:1) (Ketaren, 2005). Minyak kelapa sawit banyak digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pangan, misalnya untuk memproduksi minyak
goreng, margarin, shortening, dan lain-lain.
Tahap proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng secara garis
besar dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pemurnian minyak (refinery) dan
fraksinasi. Refinery terdiri atas 3 tahap proses yaitu proses degumming,
bleaching, dan deodorizing, sedangkan fraksinasi dibagi menjadi 2 tahap
proses yaitu proses kristalisasi dan pemisahan fraksi (Bachtiar, 2003).
10
E. SERAT PANGAN
Secara umum serat makanan (dietary fiber) didefinisikan sebagai
kelompok polisakarida dan polimer-polimer lain yang tidak dapat dicerna
oleh sistem gastrointestinal bagian atas pada manusia. Serat pangan memiliki
fungsi yang sangat penting bagi kesehatan dan pencegahan penyakit
(Muchtadi, 1999).
Menurut karakteristik fisik dan pengaruhnya terhadap tubuh, serat
pangan dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu serat pangan larut air
(soluble dietary fiber) dan serat pangan tidak larut air (insoluble dietary
fiber). Serat yang termasuk dalam kelompok serat pangan larut air adalah
pektin, sebagian kecil hemiselulosa, oligosakarida, dan sebagian gula alkohol.
Serat pangan tak larut air meliputi selulosa, lignin, sebagian besar
hemiselulosa, lilin tanaman, senyawa pektat yang tidak larut, serta pati
resisten. Serat pangan total adalah jumlah serat pangan larut dan tidak larut
(Persagi, 2009).
Serat pangan larut air merupakan komponen serat yang dapat larut
dalam air hangat atau panas serta dapat terendapkan oleh air yang telah
dicampur dengan empat bagian etanol. Komponen serat ini dapat membentuk
gel dengan cara menyerap air. Fungsi utama serat pangan larut air adalah: (1)
memperlambat kecepatan pencernaan dalam usus sehingga aliran energi ke
tubuh menjadi berkurang, (2) memberi perasaan kenyang yang lebih lama, (3)
memperlambat kemunculan gula darah (glukosa), sehingga membutuhkan
sedikit insulin untuk mengubah glukosa menjadi energi, (4) membantu
mengendalikan berat badan dengan memprlambat munculnya rasa lapar, (5)
meningkatkan kesehatan saluran pencernaan dengan cara meningkatkan
motilitas (pergerakan) usus besar, (6) mengurangi resiko penyakit jantung, (7)
mengikat asam empedu, (8) mengikat lemak dan kolesterol, kemudian
mengeluarkannya melalui feses (Dreher, 1987).
Serat pangan tidak larut adalah serat yang tidak dapat larut, baik di
dalam air maupun di saluran pencernaan. Sifat yang menonjol dari komponen
serat ini adalah kemampuannya menyerap air serta meningkatkan tekstur dan
volume feses, sehingga makanan dapat melewati usus besar dengan cepat dan
11
mudah. Fungsi utama serat pangan tidak larut air adalah: (1) mempercepat
waktu transit makanan dalam usus dan meningkatkan berat feses, (2)
memperlancar proses buang air besar, (3) mengurangi resiko wasir,
divertikulosis, dan kanker usus besar (Dreher, 1987).
Serat makanan total (TDF) mengandung gula-gula dan asam-asam
gula sebagai bahan pembangun utama serta grup fungsional yang dapat
mengikat dan terikat atau beraksi satu sama lain dengan komponen lain.
Semua komponen serat makan total memberikan karakteristik fungsional
pada serat yang meliputi kemampuan daya ikat air, kapasitas untuk memuai,
meningkatkan densitas kamba, membentuk gel dengan kapasitas yang
berbeda-beda, dan mengadsorpsi minyak (Muchtadi, 1999).
F. ANTIOKSIDAN
Antioksidan merupakan senyawa yang ada di dalam buah, sayur, ikan,
rempah, dan biji-bijian yang dalam kadar rendah mampu menghambat laju
oksidasi molekuler. Antioksidan yang sudah dikenal, misalnya vitamin C dan
E. Zat antioksidan dapat melindungi atau mencegah sel dari kerusakan akibat
aktivitas radikal bebas dalam tubuh. Pada orang sehat, lebih baik
mengonsumsi antioksidan dari sumber alami (Persagi, 2009).
Antioksidan merupakan senyawa yang penting dalam menjaga
kesehatan tubuh karena berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang
banyak terbentuk dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul atau senyawa
yang keadaannya bebas dan mempunyai satu atau lebih elektron bebas yang
tidak berpasangan. Elektron dari radikal bebas yang tidak berpasangan ini
sangat mudah menarik elektron dari molekul lainnya sehingga radikal
tersebut menjadi lebih reaktif. Oleh karena sangat reaktif, radikal bebas
sangat mudah menyerang sel-sel yang sehat dalam tubuh. Bila tidak ada
pertahanan yang cukup optimal maka sel-sel sehat tersebut menjadi tidak
sehat atau sakit. Senyawa yang dihasilkan oleh polusi, asap rokok, kondisi
stres, bahkan oleh sinar matahari akan berinteraksi dengan radikal bebas di
dalam tubuh. Secara tidak langsung, senyawa radikal tersebut akan merusak
sel sehingga menyebabkan terjadinya suatu penyakit seperti liver, kanker, dan
12
terjadinya
proses
kerusakan
dalam
makanan,
serta
R + H
Propagasi : R + O2 ROO
: ROO + RH ROOH + R
Inisiasi
: RH
ROOR + O2
ROOR
R-R
13
berasal dari alam seperti tokoferol, polifenol, fosfatida, dan asam askorbat
serta antioksidan buatan seperti BHA (butylated hydroxyanisol) dan BHT
(butylated hydroxytoluene). Sedangkan antioksidan sekunder adalah suatu zat
yang dapat mencegah kerja prooksidan sehingga dapat digolongkan sebagai
sinergi (Winarno, 1997)
Metode pengukuran aktivitas antioksidan yang digunakan adalah
metode DPPH. DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) adalah suatu radikal
bebas stabil yang dapat bereaksi dengan radikel lain membentuk suatu
senyawa yang stabil. DPPH dapat bereaksi dengan atom hidrogen (berasal
dari suatu antioksidan) membentuk DPPH tereduksi (DPP Hidrazyn) yang
stabil.
Pengukuran aktivitas antioksidan metode ini menggunakan prinsip
spektrofotometri. Senyawa DPPH (dalam metanol) berwarna ungu tua (deep
violet) terdeteksi pada panjang gelombang sinar tampak sekitar 517 nm. Suatu
senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa
tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya untuk berikatan dengan
DPPH membentuk DPP Hidrazin, ditandai dengan senakin hilangnya warna
ungu (menjadi kuning pucat) (Molyneux, 2004). Apabila diketahui bahwa AH
adalah donor molekul hydrogen dan A* merupakan radikal bebas, maka
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
+AH
+A*
Diphenylpicrylhydrazine (nonradical)
14
G. SNACK BAR
Snack atau dikenal dengan sebutan makanan ringan adalah makanan
yang dikonsumsi selain atau antara waktu makan utama dalam sehari
(Anonim, 2008). Oleh karena itu, makanan ini dapat mengobati kelaparan
seseorang dan memberikan sulpai energi untuk tubuh. Makanan ringan yang
beredar di pasaran saat ini sangat beragam bentuk dari segi bentuk, cara
pengolahan, dan penyajiannya. Salah satu snack yang telah ada di pasaran
berbentuk panjang sehingga disebut snack bar.
Bars adalah produk pangan padat yang berbentuk batang dan
merupakan campuran dari berbagai bahan kering seperti sereal, kacangkacangan, buah-buahan kering yang digabung menjadi satu dengan bantuan
binder. Sirup, nougat, karamel, dan coklat merupakan beberapa bahan yang
dapat digunakan sebagai binder (Gillies, 1974). Snack bar yang sedang
populer di berbagai negara umumnya terbuat dari kedelai, bahan-bahan lain
yang kaya zat gizi maupun non-gizi, dan buah-buahan kering (Astawan,
2009). Bentuk bars dipilih karena mudah dibawa dan dikonsumsi. Pangan
bebentuk bars mudah dibuat dan dikreasikan dengan berbagai macam bahan.
Bahan-bahan yang umum digunakan dalam pembuatan snack bar
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan-bahan yang berfungsi sebagai
pengikat dan bahan-bahan pelembut tekstur. Bahan pengikat atau pembentuk
adonan yang kompak adalah tepung, air, garam, sedangkan bahan-bahan yang
15
berfungsi sebagai pelembut tekstur adalah gula, mentega, dan baking powder
sebagai bahan pengembang (Matz dan Matz, 1978).
Tepung merupakan bahan dasar pada pembuatan snack bar dan
merupakan komponen yang paling banyak (Whitely, 1971). Tepung berfungsi
sebagai pembentuk adonan selama proses pencampuran, menarik atau
mengikat bahan lainnya serta mendistribusikan secara merata, membentuk
tekstur, menahan gas selama fermentasi, dan pembentuk citarasa (Matz dan
Matz, 1978).
Produk snack bar komersial memiliki formulasi seperti formulasi
cookies yang setiap bar-nya (potongan) mengandung energi, protein, dan
vitamin (Sitanggang, 2008).
16
17
Agar semua
bahan menyebar rata di dalam adonan, maka sumber lemak dicampur terlebih
dahulu bersama dengan telur, susu, gula, dan garam. Selanjutnya
pencampuran dengan bahan lainnya sehingga bahan menjadi satu adonan
yang rata (homogen). Setelah adonan menjadi homogen, dilakukan proses
pencetakan. Pencetakan cookies dapat bervariasi tergantung selera. Tahap
akhir adalah pemanggangan.
Ketika adonan dimasukkan, suhu oven tidak boleh terlalu panas, sebab
bagian
luar
akan
terlalu
cepat
matang
sehingga
menghambat
18
B. METODE PENELITIAN
Tahap penelitian terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian
utama. Penelitian pendahuluan berupa uji coba formula dan suhu
pemanggangan snack bar. Tahap penelitian utama yaitu menentukan formula
terbaik dari perlakuan perbandingan tepung jewawut dengan tepung ampas
tahu serta sumber minyak yaitu minyak goreng dan alpukat. Pada bahan baku
19
tepung jewawut dan ampas tahu serta produk snack bar dilakukan analisis
proksimat, serat pangan, dan aktivitas antioksidan.
Formula terbaik dipilih berdasarkan hasil uji organoleptik, analisis
kadar serat pangan, dan aktivitas antioksidan. Pada formula terbaik dilakukan
analisis kadar mineral dan fisik yang terdiri dari analisis teksur dan warna.
Hasil analisis proksimat, kadar mineral, dan aktivitas antioksidan digunakan
untuk pembuatan label pada kemasan snack bar.
1. Penelitian Pendahuluan
Langkah awal penelitian pendahuluan yaitu mempersiapkan bahan
baku pembuatan snack bar yang meliputi pembuatan tepung jewawut dan
ampas tahu. Tepung jewawut dan ampas tahu kemudian digunakan dalam
uji coba formula dan penentuan suhu pemanggangan snack bar.
20
Tepung jewawut
Ampas tahu
21
1
11,88
11,88
23,76
11,09
18,22
2
11,88
11,88
23,76
11,09
4,75
18,22
3,17
Madu
Manisan buah
Manisan pala
Kacang
Serbuk Vanilla
Kayu manis
Garam
Minyak goreng
Air
8,71
6,34
6,34
1,19
0,59
8,71
4,75
1,19
0,59
Formula
3
4
12,37
12,68
12,37
12,68
24,74
25,37
11,55
13,53
4,95
5,07
14,85
15,22
3,30
3,38
(putih
(putih
telur)
telur)
9,07
5,07
4,95
5,07
1,24
1,27
0,62
0,63
5
12,47
12,47
24,95
13,30
4,99
14,97
4,99
6
13,81
13,81
19,34
8,84
8,84
4,99
4,99
1,25
0,62
6,63
14,36
14,36
22
Suhu 1
Suhu 2
Suhu 3
Suhu 4
Suhu 5
Suhu atas
(C)
100
180
180
180
160
Suhu bawah
(C)
100
180
160
140
140
Waktu
(menit)
40
10
13
15
18
2. Penelitian Utama
Formulasi terbaik yang diperoleh pada tahap pendahuluan adalah
formula 6. Perlakuan yang diterapkan pada formula ini adalah
perbandingan tepung jewawut dan tepung ampas tahu. Perbandingan
tepung jewawut terhadap tepung ampas tahu yang digunakan adalah 1:1,
1:2, dan 2:1. Selain itu pada formula diterapkan perlakuan sumber minyak
nabati, yaitu minyak goreng dan bubur alpukat. Minyak digunakan untuk
memperbaiki
struktur
(melunakkan
dan
meghaluskan
tekstur),
M1:1
13,81
13,81
19,34
8,84
8,84
6,63
14,36
14,36
Formula
M1:2
A2:1
9,28
18,34
18,34
9,28
19,34
19,34
8,84
8,84
8,84
8,84
6,63
6,63
14,36
14,36
28,73
Tepung jewawut
Tepung ampas tahu
Tepung hunkue
Tepung gula
Susu skim
Pala
Minyak goreng
Air
Bubur alpukat
Keterangan:
A: Alpukat
M: Minyak
Perbandingan (tepung jewawut: tepung ampas)
A1:1
13,81
13,81
19,34
8,84
8,84
6,63
28,73
A1:2
9,28
18,34
19,34
8,84
8,84
6,63
28,73
23
Pencampuran kering
Air dan minyak goreng
atau bubur alpukat
Pencampuran
Sheeting
Pencetakan 10 cm x 3cm x 1.3 cm
Snack Bar
24
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial
dengan dua faktor. Parameter yang diukur adalah analisis kadar air, kadar
abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat, dan uji aktivitas antioksidan.
Faktor perlakuan yang digunakan dalam rancangan ini, yaitu faktor
perbandingan antara tepung jewawut dan tepung ampas tahu dengan
menggunakan tiga level (2:1, 1:1, dan 1:2) dan faktor B adalah penggunaan
sumber minyak, yaitu minyak goreng atau bubur alpukat.
A. Perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu
2:1 = tepung jewawut : ampas tahu = 2:1
1:1 = tepung jewawut : ampas tahu = 1:1
1:2 = tepung jewawut : ampas tahu = 1:2
B. Sumber minyak yang digunakan
A = bubur alpukat
B = minyak goreng
A1
Bj
25
Perlakuan
2:1
1:1
1:2
A2:1
A1:1
A1:2
M2:1
M1:1
M1:2
Faktor B
F1 (A2:1) = rasio tepung jewawut dan ampas tahu (2:1) dengan alpukat
F2 (A1:1) = rasio tepung jewawut dan ampas tahu (1:1) dengan alpukat
F3 (A1:2) = rasio tepung jewawut dan ampas tahu (1:2) dengan alpukat
F4 (M2:1) = rasio tepung jewawut dan ampas tahu (2:1) dengan minyak goreng
F5 (M1:1) = rasio tepung jewawut dan ampas tahu (1:1) dengan minyak goreng
F6 (M1:2) = rasio tepung jewawut dan ampas tahu (1:2) dengan minyak goreng
D. METODE ANALISIS
1. Uji Organoleptik (Adawiyah dan Waysima, 2008)
Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji rating hedonik. Pada
uji rating hedonik, panelis diminta untuk mengevaluasi sampel berkode
kemudian menilai sampel tersebut dengan memberikan skor. Skor yang
digunakan adalah skor 1 hingga 5 (1 = sangat tidak disukai hingga 5 =
sangat disukai). Parameter yang diuji adalah atribut rasa dan tekstur.
Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih sebanyak 30 orang.
Pengolahan data dilakukan dengan pogram SPSS 15 dan uji lanjutan
menggunakan uji Duncan.
dikeringkan pada suhu 105C sampai bobot tetap dan ditimbang setelah
didinginkan dalam desikator (D1). Kemudian diabukan pada suhu 550C
kurang lebih 5 jam setelah didinginkan dalam desikator (L1).
Filtrat (Soluble Fiber). Volume filtrat diatur dan dicuci dengan air
sampai 100 ml, kemudian ditambahkan 400 ml etanol 95% hangat (60C)
dan dibiarkan prespitasi selama satu jam (waktu dapat diperpendek). Lalu
disaring dengan crucible yang kering (porositas 2) yang mengandung 0,5
gram celite, selanjutnya dicuci berturut-turut dengan 2 x 10 ml etanol
78%, 2 x 10 ml etanol 95% dan 2 x 10 ml aseton. Setelah filter gelas
dikeringkan dalam desikator (D2), dan terakhir diabukan pada suhu
550C selama kurang lebih 5 jam serta ditimbang setelah pendinginan
dalam desikator (L2).
Dilakukan
pula
perhitungan
nilai
serat
blanko
dengan
=[(D2-L2-B2)/W]x100% (2)
=(1) + (2)
()
()
x 100%
27
()
()
()
()
x 100%
x 100%
()
Keterangan:
()
x 100 %
x 100%
28
x 100%
()
( ) .
29
()
()
x 100%
30
untuk warna
31
540 900
900 1260
1260 1620
1620 1980
1980 2340
2340 2700
2700 3060
3060 3420
3420 - 180
b. Analisis tekstur
Kekerasan adalah daya tahan untuk deformasi akibat gaya
tekan yang diberikan. Kekerasan diukur dengan menggunakan
texture analyzer XT2i yang dinyatakan dalam satuan gf (gram
force). Texture analyzer XT2i dapat dilihat pada Gambar 9. Prinsip
pengukuran tekstur dengan texture analyzer yaitu mengukur
besarnya gaya yang dibutuhkan untuk menekan sampel pada jarak
yang telah ditentukan. Alat
32
33
Trigger
2.0 mm/s
Test speed
0.5 mm/s
10.0 mm/s
Distance
4 mm
Type
Auto
Force
5g
Force
Grams
Distance
Milimeters
200S
34
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
Pada penelitian pendahuluan ini dilakukan tahap persiapan bahan baku
untuk proses pembuatan produk. Persiapan bahan baku pembuatan snack bar
meliputi proses penepungan bahan baku utama snack bar ini yaitu jewawut
dan ampas tahu. Pembuatan produk snack bar pada tahap ini berupa trial and
error formula dan suhu pemanggangan agar diperoleh formula dan suhu
pemanggangan snack bar yang optimal.
diawali
dengan
penyosohan
biji
jewawut
utuh
untuk
menghilangkan kulit luar dan lapisan testa. Kulit memiliki kandungan serat
yang tinggi sehingga kulit harus dipisahkan dari endosperma karena dapat
membuat tepung bertekstur kasar (Mariana, 2010). Penyosohan jewawut
dapat meningkatkan ketersediaan biologis nutrisi dan penerimaan
konsumen (FAO, 2009). Perlakuan penyosohan dalam intensitas tinggi
akan menyebabkan semakin menurunnya
kandungan fenol
yang
35
36
37
Tabel 8. Uji coba formula dan suhu panggang snack bar jewawut-ampas tahu
Formula
Formula 1: Tepung jewawut
11,88%; tepung ampas tahu 11,88%;
tepung terigu 23,76%; gula merah
11,09%; madu 18,22%; margarin
8,71%; manisan buah kering 6,34%;
kacang 6,34%; serbuk vanilla
1,19%, garam 0,59%
Hasil
Tekstur seperti
cake, kurang
kokoh, beremah,
aroma ampas
tercium
Solusi
Kurang kokoh:
penggunaan susu
skim; sangrai tepung
Beremah:
penggunaan telur
Aroma langu:
penggunaan bubuk
kayu manis
Tekstur seperti
cake, lebih kokoh,
beremah, aroma
ampas kurang
tercium
Beremah:
penggunaan putih
telur
Tekstur seperti cake:
kurangi penggunaan
margarine
Tekstur kokoh,
sangat sedikit
remah. Namun
penggunaan madu
dan buah kering
impor dinilai
mahal
Kurangi penggunaan
madu; gunakan
manisan buah lokal
Tekstur kokoh,
Tetap menggunakan
sedikit remah.
telur utuh (putih dan
Penggunaan putih kuning)
telur saja dianggap
tidak efisien
Tekstur kokoh,
sedikit remah.
Hasil dianggap
baik. Penggunaan
terigu, margarin,
telur sebaiknya
dihindari.
Hasil dianggap
baik.
Modifikasi formula
baru
38
Suhu
Suhu atas dan bawah 1000C; 40
menit
Suhu atas dan bawah 1800C, 10
menit
Suhu atas 1800C,suhu bawah 1600C,
13 menit
formula
Hasil
Tidak matang;
warna tidak
menarik; terlalu
lama
Bawah gosong,
case hardening,
permukaan atas
keras dan retak.
Bawah masih
gosong, case
hardening,
permukaan keras
dan retak
Bawah tidak
gosong,
permukaan tidak
retak, case
hardening
Hasil dianggap
baik
berikutnya
Solusi
Naikkan suhu
Suhu bawah
diturunkan, tambah
waktu
Suhu bawah
diturunkan, semprot
air sedikit di
permukaan
Suhu atas diturunkan
agar permukaan
produk tidak cepat
mengeras
dilakukan
dengan
39
tahu. Selain itu, manisan buah pala memberikan citarasa buah yang segar
dan manis. Tepung gula sebagai pemberi rasa manis, dan susu skim
sebagai pembentuk tekstur yang kokoh. Susu skim banyak mengandung
protein (kasein) yang cenderung meningkatkan penyerapan dan daya
menahan air sehingga mengeraskan adonan dan membuat tekstur lebih
padat.
Formula 6 tidak menggunakan tepung terigu padahal terigu
berfungsi sebagai pembentuk adonan dan tekstur. Pada formula ini
digunakan tepung hunkue. Tepung hunkue merupakan pati kacang hijau
yang banyak digunakan sebagai bahan pengental, pengikat, pengisi, dan
penstabil karena daya pengikatan airnya yang tinggi (Fawzya, 1983).
Penggunaan tepung hunkue tidak dapat memberikan tekstur yang sama
dengan penggunaan tepung terigu, karena adanya gluten pada tepung
terigu. Gluten merupakan satu-satunya kompleks protein dalam serealia
(gandum) yang mampu membentuk jaringan struktur yang elastis dan
kohesif, sehingga menghasilkan produk yang lembut dan kompak
(McWilliams, 1979). Namun, formula yang menggunakan tepung hunkue
masih dapat memberikan tekstur yang baik dan kompak sehingga formula
ini dapat diterima. Perincian dari formula 6 dapat diamati pada Tabel 9.
Tabel 9. Komposisi formula snack bar terpilih
Bahan baku
Komposisi (%)
Tepung jewawut
13,81
Tepung ampas tahu
13,81
Tepung hunkue
19,34
Tepung gula
8,84
Susu skim
8,84
Manisan pala
6,63
Minyak goreng
14,36
Air
14,36
Pada
penelitian
ini,
jenis
oven
yang
digunakan
untuk
40
case
hardening.
Penggunaan
suhu
tinggi
menyebabkan
B. PENELITIAN UTAMA
Formula terbaik yang digunakan untuk pembuatan snack bar adalah
formula 6. Perlakuan yang diterapkan pada formula ini terdiri dari
perbandingan tepung jewawut terhadap tepung ampas tahu serta penggunaan
sumber minyak dari minyak goreng atau bubur alpukat. Perbandingan tepung
jewawut terhadap tepung ampas tahu yang digunakan adalah 1:1, 1:2, dan
2:1. Tepung ampas tahu digunakan dalam formula sebanyak adonan masih
41
dapat dibentuk tetapi rasa produk yang dihasilkan masih dapat diterima
konsumen. Jika penambahan ampas tahu terlalu banyak, adonan menjadi sulit
dibentuk.
Minyak goreng dan bubur alpukat digunakan untuk menggantikan
sumber lemak yang umumnya berasal dari margarin. Hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya asam lemak trans yang terdapat pada margarin yang
telah mengalami proses hidrogenasi dalam pembuatannya (Roizen, 2008).
Penambahan minyak goreng dan air dengan perbandingan 1:1 dilakukan
untuk mengurangi penggunaan minyak goreng. Jika minyak goreng yang
digunakan terlalu banyak, produk menjadi sangat oily sedangkan jika terlalu
sedikit, adonan menjadi sulit dibentuk. Penggunaan air yang terlalu banyak
akan menghasilkan produk yang alot sehingga mengurangi penerimaan
konsumen. Pembuatan bubur alpukat dilakukan dengan cara memblender
daging buah alpukat matang. Penambahan air dilakukan seminim mungkin
sampai alat blender dapat berputar.
Berdasarkan rancangan percobaan yang digunakan, didapat enam
formula sebagai berikut: Formula M2:1 menggunakan rasio tepung jewawut
dan ampas tahu 2:1 dengan minyak goreng, Formula M1:1 menggunakan
rasio tepung jewawut dan ampas tahu 1:1 dengan minyak goreng, Formula
M1:2 menggunakan rasio tepung jewawut dan ampas tahu 1:2 dengan minyak
goreng, Formula A2:1 menggunakan rasio tepung jewawut dan ampas tahu
2:1 dengan bubur alpukat, Formula A1:1 menggunakan rasio tepung jewawut
dan ampas tahu 1:1 dengan bubur alpukat, Formula A1:2 menggunakan rasio
tepung jewawut dan ampas tahu 1:2 dengan bubur alpukat.
Penambahan tepung ampas tahu berpengaruh terhadap aroma selama
proses pemanggangan. Aroma yang terbentuk selama proses pemanggangan
adalah aroma khas kedelai. Semakin banyak ampas yang digunakan,
aromanya semakin tercium. Penggunaan buah pala dapat mengurangi aroma
khas kedelai yang timbul. Walau demikian, aroma tersebut juga masih
tercium ketika produk snack bar sudah matang.
42
Tabel 10. Hasil analisis tepung ampas tahu dan tepung jewawut
Kandungan Nutrisi
Kadar air (%)
Tepung Ampas
Tahu (bk)
10,21
Tepung
Jewawut(bk)
12,86
2,92
2,67
19,80
9,03
35,16
7,12
31,91
68,32
3,25
2,39
32,65
8,47
35,90
10,86
3,39
24,54
43
mikroba masih dapat tumbuh adalah 14-15% (bb). Kadar air tepung
jewawut dan ampas tahu berdasarkan basis basah secara berurut adalah
11,39% dan 9,29%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air kedua bahan
baku masih berada di bawah batas kadar air minimum dimana mikroba
masih dapat tumbuh.
Abu merupakan residu organik dari proses pembakaran. Kadar abu
suatu bahan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan
tersebut. Hasil analisis kadar abu tepung jewawut sebesar 2,67% dan
tepung ampas tahu sebesar 2,92%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
tepung ampas tahu memiliki kandungan mineral yang lebih tinggi
dibanding tepung jeawut.
Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode ekstraksi soxhlet.
Kadar lemak yang dianalisis merupakan kadar lemak kasar. Hasil Analisis
kadar lemak metode soxhlet menunjukkan bahwa kadar lemak tepung
jewawut yaitu 9,03%, sedangkan tepung ampas tahu yaitu 19,80%.
Analisis protein metode kjeldahl digunakan untuk menentukan
kadar protein kasar dari bahan pangan. Metode ini didasarkan pada
pengukuran nitrogen total yang ada dalam contoh. Kadar protein tepung
jewawut sebesar 7,12% dan kadar protein tepung ampas sebesar 35,16%
Karbohidrat merupakan komponen utama bahan pangan yang
memiliki sifat fungsional yang penting dalam proses pengolahan pangan.
Karbohidrat banyak terdapat pada bahan nabati (Winarno, 1997). Kadar
karbohidrat dihitung menggunakan perhitungan by difference. Hasil yang
didapat merupakan karbohidrat kasar. Kadar karbohidrat tepung jewawut
sebesar 68,32% dan tepung ampas tahu sebesar 31,91%.
Serat pangan tepung ampas tahu lebih besar dibandingkan dengan
tepung jewawut. Kadar total serat pangan tepung jewawut sebesar 10,86%
sedangkan tepung ampas tahu sebesar 35,90%. Komponen serat utama
pada tepung ampas tahu dan jewawut adalah insoluble dietary fiber (IDF)
yaitu secara berturut-turut sebesar 32,65% dan 8,47%.
Nilai aktivitas antioksidan tepung jewawut lebih besar daripada
tepung ampas tahu. Aktivitas antioksidan tepung jewawut sebesar 24,54
44
4
3,44b
3,5
3
2,5
2,08a
2
1,5
1
0,5
0
alpukat
minyak goreng
Sumber minyak
goreng
lebih
disukai
oleh
panelis.
Formula
yang
46
produknya
lebih
renyah.
Penggunaan
bubur
alpukat
4
3,40b
3,5
3
2,5
2,42a
2
1,5
1
0,5
0
alpukat
minyak goreng
Sumber minyak
Gambar 11. Diagram hasil uji organoleptik atribut tekstur akibat pengaruh
sumber minyak.
b. Serat Pangan
Analisis serat pangan menggunakan metode enzimatis. Selain
metode enzimatis, metode analisis serat yang lain adalah metode serat
kasar (crude fiber). Analisis serat kasar tidak digunakan karena
metode ini tidak menunjukkan nilai serat pangan (dietary fiber) yang
sebenarnya, karena sekitar 50 sampai 90% lignin, 80% hemiselulosa,
dan 20-50% selulosa hilang selama analisis akibat asam dan basa kuat
panas. Selang kesalahan apabila menggunakan nilai serat kasar
sebagai total dietary fiber (TDF) adalah antara 10 sampai 500%
(Muchtadi, 1999). Sedangkan pada metode enzimatis, dapat dihitung
serat pangan total (TDF), serat pangan larut air (SDF) dan serat
47
pangan tidak larut air (IDF) sekaligus dalam satu prosedur. Kadar
serat total merupakan jumlah dari kadar SDF dan IDF.
Pengolahan data dengan SPSS 15 dilakukan untuk mengetahui
pengaruh variabel perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu,
sumber minyak yang digunakan, dan interaksi antara variabel tersebut.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan ANOVA, secara umum
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan mempengaruhi kadar
SDF, IDF dan TDF secara signifikan.
Hasil ANOVA terhadap kadar serat pangan tidak larut
(Lampiran 7) menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan tepung
dan sumber minyak, masing-masing berpengaruh nyata (p<0,05)
terhadap kadar serat pangan tak larut (IDF). Tidak terjadi interaksi
yang signifikan antara kedua variabel.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar serat tak larut
terbesar terdapat pada formula dengan perbandingan tepung jewawut
dan ampas tahu 1:2 (Gambar 12a) dan pada formula yang
menggunakan bubur alpukat sebagai sumber minyak (Gambar 12b).
48
14
12,2338c
Kadar serat tak larut (%bk)
12
10,1546b
10
8,2555a
8
6
4
2
0
2:1
1:1
1:2
14
12
11,8616a
10
8,5677b
8
6
4
2
0
alpukat
minyak goreng
Sumber minyak
Gambar 12. Diagram kadar serat tak larut snack bar akibat pengaruh
a)perbandingan tepung b)sumber minyak
Terlihat dari Gambar 12, semakin banyak penambahan tepung
ampas tahu, semakin tinggi pula serat tidak larutnya (IDF). Tidak
terjadinya interaksi yang signifikan menunjukkan bahwa karakteristik
perbedaan antara sumber minyak, baik minyak goreng maupun bubur
alpukat untuk setiap rasio tepung adalah sama.
Penggunaan tepung ampas tahu dan alpukat bersama-sama
memberikan kadar serat tidak larut (IDF) yang semakin tinggi.
Formula dengan kadar serat tertinggi adalah A1:2 yaitu formula
49
50
baku, dapat diketahui bahwa komponen serat larut pada tepung ampas
tahu lebih tinggi daripada tepung jewawut. Hasil analisis bahan baku
menunjukkan bahwa kadar serat larut (SDF) pada tepung ampas tahu
sebesar 3,25%. Sedangkan pada tepung jewawut, kadar serat larutnya
sebesar 2,39%.
3,5
2,9393c
2,5867b
2,2909a
2,5
2
1,5
1
0,5
0
2:1
1:2
3,5
Kadar serat larut (%bk)
1:1
3,0201a
3
2,5
2,1912b
2
1,5
1
0,5
0
alpukat
minyak goreng
Sumber minyak
Gambar 13. Diagram kadar serat larut snack bar akibat pengaruh
a) perbandingan tepung b) sumber minyak
Total serat pangan merupakan hasil penjumlahan dari serat
pangan larut (SDF) dan serat pangan tak larut (IDF). Hasil analisis
total serat pangan (Lampiran 9) menunjukkan bahwa perlakuan
perbandingan
tepung
dan
sumber
minyak,
masing-masing
15,173c
16
Kadar serat total (%bk)
14
12
12,7413b
10,5464a
10
8
6
4
2
0
2:1
1:2
16
Kadar serat total (%bk)
1:1
14,8817a
14
12
10,7588b
10
8
6
4
2
0
alpukat
minyak goreng
Sumber minyak
Gambar 14. Diagram kadar total serat snack bar akibat pengaruh
a) perbandingan tepung b) sumber minyak
Kadar total serat pangan terbesar terdapat pada formula dengan
perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 1:2 (Gambar 14a) dan
pada formula yang menggunakan bubur alpukat sebagai sumber
minyak (Gambar 14b).
52
c. Aktivitas Antioksidan
Metode pengukuran aktivitas antioksidan yang digunakan
adalah metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Vitamin C
digunakan sebagai pembanding terhadap aktivitas antioksidan dari
ekstrak snack bar, dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan
kemampuan antioksidan ekstrak bila dinyatakan dalam daya
peredaman radikal bebas oleh vitamin C. Semakin tinggi konsentrasi
dari vitamin C, semakin rendah nilai absorbansinya. Kurva standar
vitamin C dapat dilihat pada Lampiran 10.
Hasil ANOVA (Lampiran 11) menunjukkan adanya pengaruh
nyata (p<0,05) pada perlakuan perbandingan tepung jewawut dan
ampas tahu serta penggunaan sumber lemak terhadap kapasitas
53
4,5
4,0240c
4
3,1988b
3,5
3
2,8678a
2,5
2
1,5
1
0,5
0
1:2
2:1
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
4,2567b
2,4704a
alpukat
1:1
minyak goreng
Sumber minyak
54
jewawut
adalah
glucosylvitexin,
glucosylvitexin,
55
8,3239
8,3229
9,4648
56
37,1789a
40
35
30
25
20
13,9942b
15
10
5
0
alpukat
minyak goreng
Sumber minyak
Gambar 16. Diagram kadar air snack bar akibat pengaruh sumber
minyak
Kadar abu menunjukkan total mineral dalam suatu bahan
pangan. Abu merupakan residu yang tertinggal setelah suatu bahan
pangan dibakar hingga bebas karbon. Semakin besar kadar abu suatu
bahan pangan, semakin tinggi pula mineral yang terkandung di
dalamnya. Kadar abu (Lampiran 15) dipengaruhi oleh perbandingan
tepung ampas tahu dan jewawut serta sumber minyak. Tidak terjadi
interaksi antara kedua variable yang mempengaruhi kadar abu secara
signifikan (p>0,05).
Kadar
abu
terbesar
terdapat
pada
formula
dengan
perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 1:2 (Gambar 17a) dan
pada formula yang menggunakan bubur alpukat sebagai sumber
minyak (Gambar 17b).
Semakin banyak tepung ampas tahu yang digunakan, semakin
besar kadar abunya. Hal tersebut dikarenakan tepung ampas tahu
mengandung kadar abu sebesar 2,92% dan tepung jewawut sebesar
2,67%. Penggunaan alpukat memberikan kadar abu yang lebih tinggi.
Hal ini disebabkan oleh adanya komponen mineral dalam daging buah
alpukat yaitu sebesar 1,58% (USDA, 2009).
57
2,15
2,0943b
2,1
2,0536b
2,05
2
1,95
1,9369a
1,9
1,85
2:1
1:1
1:2
2,5
2,4099a
1,6466b
1,5
1
0,5
0
alpukat
minyak goreng
Sumber minyak
14
13,5
13,1720b
13
12,5
12
11,7190a
11,5
11
10,5
2:1
1:1
1:2
14,5
14,1090a
14
13,5
13
12,5
11,7864b
12
11,5
11
10,5
alpukat
minyak goreng
Sumber minyak
59
daging buah alpukat sekitar 24% (Ashari, 2006), tentu lebih rendah
jika dibandingkan dengan minyak goreng. Tidak terjadi interaksi yang
signifikan (p>0,05) antara kedua variable terhadap kadar lemak snack
bar.
25
22,5554b
20
15
10
8,7039a
5
0
alpukat
minyak goreng
Sumber minyak
60
71
70,6000b
70,5
69,755b
70
69,5
69
68,5
68
67,8281a
67,5
67
66,5
66
1:2
76
1:1
2:1
74,7772a
74
72
70
68
66
64,0116b
64
62
60
58
alpukat
minyak goreng
Sumber minyak
61
62
serat pangan yang lebih tinggi daripada M2:1 yaitu 10,58%, namun tidak
dapat mendekati 20% AKG. Oleh karena itu, untuk pemilihan formula
terbaik berdasarkan aktivitas antioksidan akan dipilih formula yang
mengandung aktivitas antioksidan tertinggi selanjutnya, yaitu formula
M1:2 dengan aktivitas antioksidan 3,7618 mg vitamin C equivalen/100g
produk.
Berdasarkan perbandingan hasil uji rating kesukaan, analisis serat
pangan, dan analisis aktivitas antioksidan, formula M1:2
yaitu
63
sensitivitas pengukuran yang tinggi, yaitu hingga satuan ppm (part per
milion). Metode AAS menghasilkan data yang akurat.
Metode AAS berdasarkan pada prinsip pengukuran sinar yang
diserap oleh atom dari unsur-unsur. Setiap atom memiliki nilai
absorbansi yang khas yang dapat diukur pada panjang gelombang
tertentu. Agar atom dapat menyerap energi radiasi, maka atom dalam
bentuk gas diradiasi oleh sumber cahaya dengan panjang gelombang
yang sesuai dengan unsur yang dianalisis sehingga menyebabkan
terjadinya eksitasi, yaitu atom mengalami kenaikan tingkat energi.
Penyerapan energi ini bersifat selektif, yaitu hanya sinar dengan
panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap oleh suatu atom.
Hasil analisis kandungan mineral Ca, Fe, dan Zn pada formula
bar terpilih (formula M1:2 yaitu formula dengan perbandingan tepung
jewawut dan ampas tahu= 1:2 serta minyak goreng) berturut-turut
adalah 2308 ppm, 63,9467 ppm, dan 16,2660 ppm (Lampiran 22).
2. Analisis fisik
Tekstur Obyektif
Pengukuran kekerasan tekstur dengan menggunakan alat
texture
analyzer
TA-XT2i
dilakukan
pada
formula
terbaik.
Analisis Warna
Warna produk snack bar diamati secara kuantitatif
menggunakan chromameter CR-200 yang memberikan tiga nilai
pengukuran seperti yang terlihat pada Tabel 13.
64
Hue yang
65
Customer care:
Erinna
081314735599
Protein 4.6 g
Karbohidrat 21 g
Lemak total 8.1 g
Serat 4.9 g
Ca 94,6 mg
Fe 2,6 mg
Zn 0,7mg
% AKG
6%
7%
15%
20%
12%
10%
6%
66
A. Kesimpulan
Formula terbaik snack bar jewawut-ampas tahu adalah M1:2 dengan
perbandingan tepung jewawut : ampas tahu = 1:2 dan menggunakan minyak
goreng. Formula ini mengandung total serat pangan 13,42% (bk) dan aktivitas
antioksidan 3,76 mg eqivalen vitamin C/100g produk. Semakin banyak
penggunaan tepung jewawut, aktivitas antioksidan produk akan semakin
tinggi. Semakin banyak penggunaan tepung ampas tahu, kadar serat pangan
akan semakin tinggi kadar air 12,5% (bk), mineral 1,7% (bk), protein 12,65%
(bk), lemak 22,8% (bk), dan karbohidrat 62,86% (bk). Kandungan mineral
Fe, Zn, dan Ca yang terdapat pada formula terbaik berturut-turut adalah 64
ppm, 16 ppm, dan 2308 ppm. Hasil pengukuran warna formula M1:2 adalah
L= 61,12, a= +5,89, b= +2,86, dan Hue= 77,23. Tingkat kekerasan snack bar
jewawut- ampas tahu terpilih adalah 852 gram force.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan produk snack bar jewawutampas tahu adalah perlunya diteliti hal-hal sebagai berikut:
1. Mengganti penggunan alpukat dalam snack bar karena menimbulkan
perubahan flavor akibat terjadinya oksidasi pada lemak alpukat dengan
bahan lain, misalnya peanut butter.
2. Mencari flavor lainnya agar menambah keberagaman rasa dari snack bar
jewawut-ampas tahu dan mencoba bahan lain yang bisa meningkatkan
nutrisinya.
3. Perlu dilakukan analisis finansial produk snack bar skala industri rumah
tangga.
67
DAFTAR PUSTAKA
Edition.
68
69
Matz, S. A. dan Matz, T. D. 1978. Cookies and Crakers Technology. The AVI
Publishing Co., Inc,Westport, Connecticut.
McDonough, C. M. and Rooney, L. W. 1987. Food quality and consumer
acceptance of pearl millet. Di dalam: J. R. Witcombe dan Seth R.
Beckerman (eds.), Proceedings International Pearl Millet Workshop.
ICRISAT, India.
McWilliams, M. 1979. Food Fundamental. 3rd Ed. John Willey & Sons Inc.,
Toronto.
Molyneux P. 2004. The Use of The Stable Free Radical DPPH for Estimate
Antioxidant Activity. Journal Science and Technology. 26(2): 211-219.
Muchtadi, D. 1999. Kajian Terhadap Serat Makanan dan Antioksidan dalam
Berbagai Jenis Sayuran untuk Pencegahan Penyakit Degeneratif. Laporan
Penelitian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nurmala, T. 1997. Serealia. Rineka Cipta, Jakarta.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Kamus Gizi. PT Kompas Media Nusantara,
Jakarta.
Pokorny J., Yanishlieva N., Gordon M. 2008. Antioxidants in Food : Practical
Application. Woodhead Publishing Limited, London.
Puspawati, K. D. 2009. Kajian Aktivitas Proliferasi Limfosit dan Kapasitas
Antioksidan Sorgum (Sorghum bicolor L Moench) dan Jewawut
(Pennisetum sp) pada Tikus Sprague Dawley. Tesis. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Raharjo, M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Roizen, M. F. dan Puma, J. L. 2008. The Real Age Diet. Dian Rakyat, Jakarta.
Rooney L W, and Serna S. 2000. Handbook of Cereal Science and Technology.
Marcel Dekker, New York.
Severson, D.K., 1998. Lactic acid fermentations. In: Nagodawithana, T.W., Reed,
G. (Eds.), Nutritional Requirements of Commercially Important
Microorganisms. Esteekay Associates, Milwaukee, USA.
Shurtleff, W., dan Aoyagi, A. 1975. The Book of Tofu. Autumn Express,
Massachusets.
Sitanggang, A. B. 2008. Pembuatan Prototipe Cookies Dari Berbagai Bahan
Sebagai Produk Alternatif Pangan Darurat. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Siwela, M., Taylor, J. R. N., de Milliano, W. A. J., Duodu, K. G. 2007.
Occurrence and Location of Tannins in Finger Millet Grain and
70
Verheij, E. W. M., dan Coroner, R. E. 1997. Prosea: Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara 2. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Whiley, A.W., Schaffer, B., and Wolstenholme, B. N. 2003. The Avocado:
Botany, Production, and Uses. CABI Publishing, London.
Whitely, P. R. 1971. Biscuit Manufacture. Applied Science Publishing, Ltd.,
London.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta.
Yanuwar, W. 2009. Aktivitas Antioksidan dan Imunomodulator Serealia NonBeras. Tesis Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
71
Lampiran 1.
Produk
Nama
bahwa
TIDAK
BOLEH
MEMBANDINGKAN
ANTAR
Rasa
Tekstur
124
697
551
245
709
398
Keterangan : 1. sangat tidak suka 2. tidak suka 3. netral 4. suka 5. sangat suka
72
3
2
3
3
3
1
2
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
3
3
1
1
3
2
1
3
3
1
Keterangan:
F1: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 2:1 dengan minyak
goreng
F2: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 1:1 dengan minyak
goreng
F3: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 1:2 dengan minyak
goreng
F4: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 2:1 dengan bubur
alpukat
F5: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 1:1 dengan bubur
alpukat
F6: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 1:2 dengan bubur
alpukat
73
3
2
3
3
3
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
1
2
3
2
2
3
2
2
3
2
1
Keterangan:
F1: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 2:1 dengan minyak
goreng
F2: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 1:1 dengan minyak
goreng
F3: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 1:2 dengan minyak
goreng
F4: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 2:1 dengan bubur
alpukat
F5: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 1:1 dengan bubur
alpukat
F6: Formula dengan perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu 1:2 dengan bubur
alpukat
74
Lampiran 4.
df
5
1
2
1
2
174
180
179
Mean Square
17.072
1372.272
.506
84.050
.150
.594
F
28.738
2309.984
.851
141.484
.252
Sig.
.000
.000
.429
.000
.777
Group Statistics
rasa
B
alpukat
minyak goreng
N
90
90
Mean
2,08
3,44
Std. Deviation
,753
,781
Std. Error
Mean
,079
,082
75
Lampiran 5.
df
5
1
2
1
2
174
180
179
Mean Square
9.209
1525.422
1.089
43.022
.422
.520
F
17.699
2931.776
2.093
82.686
.811
Sig.
.000
.000
.126
.000
.446
Group Statistics
tekstur
B
alpukat
minyak goreng
N
90
90
Mean
2,42
3,40
Std. Deviation
,749
,700
Std. Error
Mean
,079
,074
76
Formula
M1:1
M1:2
M2:1
A1:1
A1:2
A2:1
Ulangan
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Serat Pangan
Tidak Larut
8,2612
8,3599
8,4507 0,1340
10,5848 10,6408
10,6968 0,0792
6,7316 6,7063
6,6810
0,0357
11,9321 11,9533
11,9746 0,0301
13,7917 13,8267
13,8618 0,0496
10,0041 9,8047
9,6054
0,2819
77
Lampiran 7. Hasil pengolahan data analisis kadar serat pangan tak larut (IDF)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: k.serattdklarut
Type III Sum
of Squares
64,367a
1252,069
31,675
32,550
,142
,108
1316,544
64,475
Source
Corrected Model
Intercept
A
B
A*B
Error
Total
Corrected Total
df
5
1
2
1
2
6
12
11
Mean Square
12,873
1252,069
15,837
32,550
,071
,018
F
712,884
69335,788
877,020
1802,520
3,931
Sig.
,000
,000
,000
,000
,081
Std. Deviation
1,8046922
1,7686317
Std. Error
Mean
,7367625
,7220409
k.serattdklarut
Duncan
A
2:1
1:1
1:2
Sig.
a,b
N
4
4
4
1
8,255525
Subset
2
10,154650
1,000
1,000
12,233775
1,000
Group Statistics
k.serattdklarut
B
alpukat
minyak goreng
N
6
6
Mean
11,861617
8,567683
Keterangan:
Variabel A = perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu (1:1, 2:1, 1:2)
Variabel B = sumber minyak (bubur alpukat atau minyak goreng)
78
Lampiran 8. Hasil pengolahan data analisis kadar serat pangan larut (SDF)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: k.seratlarut
Type III Sum
of Squares
2,918a
81,471
,843
2,061
,014
,031
84,421
2,950
Source
Corrected Model
Intercept
A
B
A*B
Error
Total
Corrected Total
df
5
1
2
1
2
6
12
11
Mean Square
,584
81,471
,421
2,061
,007
,005
F
111,189
15520,200
80,289
392,695
1,337
Sig.
,000
,000
,000
,000
,331
a,b
A
2:1
1:1
1:2
Sig.
N
4
4
4
1
2,290900
Subset
2
2,586675
1,000
1,000
2,939275
1,000
Group Statistics
k.seratlarut
B
alpukat
minyak goreng
N
6
6
Mean
3,020083
2,191150
Std. Deviation
,3058160
,2901193
Std. Error
Mean
,1248488
,1184407
Keterangan:
Variabel A = perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu (1:1, 2:1, 1:2)
Variabel B = sumber minyak (bubur alpukat atau minyak goreng)
79
Source
Corrected Model
Intercept
A
B
A*B
Error
Total
Corrected Total
df
5
1
2
1
2
6
12
11
Mean Square
18,783
1972,308
21,424
50,995
,036
,021
F
878,511
92247,648
1002,048
2385,085
1,687
Sig.
,000
,000
,000
,000
,262
k.serattotal
Duncan
a,b
A
2:1
1:1
1:2
Sig.
N
4
4
4
1
10,546425
Subset
2
12,741300
1,000
1,000
15,173050
1,000
Group Statistics
k.serattotal
B
alpukat
minyak goreng
N
6
6
Mean
14,881700
10,758817
Std. Deviation
2,0979297
2,0514683
Std. Error
Mean
,8564762
,8375084
Keterangan:
Variabel A = perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu (1:1, 2:1, 1:2)
Variabel B = sumber minyak (bubur alpukat atau minyak goreng)
80
Absorbansi
Konsentrasi
(ppm)
5
10
15
20
25
Absorbansi
kontrol-absorbansi
0.8575
0.7280
0.5930
0.4580
0.2625
0.1865
0.3160
0.4510
0.5860
0.7815
1,0000
0,8000
0,6000
0,4000
0,2000
0,0000
y = 0,029x + 0,026
R = 0,992
10
15
20
25
30
Produk
Konsentrasi
(ppm)
5
10
15
20
25
Absorbansi
0,855
0,728
0,593
0,458
0,262
KontrolAbsorbansi
0,189
0,316
0,451
0,586
0,782
81
Absorbansi
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
y = 0,028x + 0,0291
R = 0,992
10
15
20
25
30
Formula Ulangan
A1:2
A2:1
A1:1
M1:2
M2:1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Kapasitas Antioksidan
(mg vit C/100 g produk)
2,0419
1,9058
3,0113
3,1244
2,4474
2,2915
3,8473
3,6762
4,8364
5,1238
3,9061
4,1502
M1:1
Tepung Jewawut
Tepung Ampas Tahu
1,97380,0962
3,06780,0800
2,36950,1102
3,76180,1210
4,98010,2032
4,02810,1726
0,02454
0,0339
82
Source
Corrected Model
Intercept
A
B
A*B
Error
Total
Corrected Total
df
5
1
2
1
2
6
12
11
Mean Square
2.488
135.760
1.418
9.572
.016
.019
F
131.488
7174.241
74.942
505.857
.849
Sig.
.000
.000
.000
.000
.473
antioksidan
Duncan
a,b
A
1:2
1:1
2:1
Sig.
N
4
4
4
1
2.867800
Subset
2
3.198800
1.000
1.000
4.023975
1.000
Group Statistics
antioksidan
B
alpukat
minyak goreng
N
6
6
Mean
2,470383
4,256667
Std. Deviation
,5010406
,5876675
Std. Error
Mean
,2045490
,2399143
Keterangan:
Variabel A = perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu (1:1, 2:1, 1:2)
Variabel B = sumber minyak (bubur alpukat atau minyak goreng)
83
Lampiran 12. Data analisis kadar air tepung jewawut, tepung ampas tahu, dan
produk
Formula
Ulangan
1
39,9832
2
A1:1
37,7807
1
37,4523
2
35,1486
A2:1
1
37,2674
2
A1:2
35,4412
1
13,3875
2
13,9961
M1:1
1
15,3699
2
16,1953
M2:1
1
12,9488
2
12,0676
M1:2
Tepung jewawut
Tepung ampas tahu
38,88191,5574
36,30051,6289
36,35431,2913
13,69180.4303
15,78260.5837
12,50820,6232
12,8606
10,2093
84
df
5
1
2
1
2
6
12
11
Mean Square
326.458
7856.053
4.064
1612.591
5.786
1.277
F
255.686
6152.959
3.183
1263.002
4.531
Sig.
.000
.000
.114
.000
.063
Group Statistics
k.air
B
alpukat
minyak goreng
N
6
6
Mean
37,178893
13,994190
Std. Deviation
1,7578554
1,5433921
Std. Error
Mean
,7176415
,6300872
Keterangan:
Variabel A = perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu (1:1, 2:1, 1:2)
Variabel B = sumber minyak (bubur alpukat atau minyak goreng)
85
Lampiran 14. Data analisis kadar abu tepung jewawut, tepung ampas tahu, dan
produk.
Formula
A1:1
A2:1
A1:2
M1:1
M2:1
M1:2
Ulangan
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
2,43680,0897
2,30530,0860
2,48750,0566
1,67030,0416
1,56840,0419
1,70100,0241
2,66700.0106
Tepung jewawut
2,92540.0888
Tepung ampas tahu
86
Source
Corrected Model
Intercept
A
B
A*B
Error
Total
Corrected Total
df
5
1
2
1
2
6
12
11
Mean Square
,360
49,366
,027
1,748
,001
,004
F
95,221
13039,938
7,052
461,674
,164
Sig.
,000
,000
,027
,000
,852
k.abu
Duncan
a,b
Subset
A
2:1
1:1
1:2
Sig.
N
4
4
4
1
1,936889
1,000
2
2,053597
2,094280
,386
Group Statistics
k.abu
B
alpukat
minyak goreng
N
6
6
Mean
2,409894
1,646617
Std. Deviation
,1039318
,0683328
Std. Error
Mean
,0424300
,0278967
Keterangan:
Variabel A = perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu (1:1, 2:1, 1:2)
Variabel B = sumber minyak (bubur alpukat atau minyak goreng)
87
Lampiran 16. Data analisis kadar protein tepung jewawut, tepung ampas tahu,
dan produk
Formula
A1:1
A2:1
A1:2
M1:1
M2:1
M1:2
Ulangan
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Tepung jewawut
14,39670.1832
12.68130.3225
15,24910,1370
11,94730.0924
10,75670.2188
12,65540.1893
7,1254
35,1651
88
Source
Corrected Model
Intercept
A
B
A*B
Error
Total
Corrected Total
df
5
1
2
1
2
6
12
11
Mean Square
5,341
2011,721
5,138
16,182
,124
,042
F
127,941
48186,331
123,074
387,615
2,970
Sig.
,000
,000
,000
,000
,127
k.protein
Duncan
a,b
A
2:1
1:1
1:2
Sig.
N
4
4
4
Subset
2
1
11,718975
13,171975
1,000
1,000
13,952204
1,000
Group Statistics
k.protein
B
alpukat
minyak goreng
N
6
6
Mean
14,108983
11,786453
Std. Deviation
1,1832259
,8688782
Std. Error
Mean
,4830499
,3547181
Keterangan:
Variabel A = perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu (1:1, 2:1, 1:2)
Variabel B = sumber minyak (bubur alpukat atau minyak goreng)
89
Lampiran 18. Data analisis kadar lemak tepung jewawut, tepung ampas tahu,
dan produk
Formula
Ulangan
1
8,1722 8,32390.2145
2
A1:1
8,4756
1
8,1812 8,32290.2005
2
8,4647
A2:1
1
9,2281 9,46480,3348
2
A1:2
9,7016
1
22,3989 21,71490.9673
2
21,0310
M1:1
1
22,4510 23,16541,0103
2
23,8798
M2:1
1
23,3305 22,78600.7701
2
22,2414
M1:2
9,0275
Tepung jewawut
Tepung ampas tahu
19,8021
90
df
5
1
2
1
2
6
12
11
Mean Square
115.919
2931.431
1.263
575.595
.738
.458
F
253.122
6401.101
2.757
1256.875
1.611
Sig.
.000
.000
.142
.000
.275
Group Statistics
k.lemak
B
alpukat
minyak goreng
N
6
6
Mean
8,703882
22,555418
Std. Deviation
,6221704
,9810981
Std. Error
Mean
,2540000
,4005316
Keterangan:
Variabel A = perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu (1:1, 2:1, 1:2)
Variabel B = sumber minyak (bubur alpukat atau minyak goreng)
91
Lampiran 20. Data analisis kadar karbohidrat tepung jewawut, tepung ampas
tahu, dan produk
Formula
A1:1
A2:1
A1:2
M1:1
M2:1
M1:2
Ulangan
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Tepung jewawut
Tepung ampas tahu
Kadar Karbohidrat (%
Bobot Kering)
74,9281 74,84260,1210
74,7570
76,6629 76,69050,0390
76,7181
73,1722
72,4250
64,0194
65,3156
65,0396
63,9794
62,4299
63,2854
72,79860,5284
64,66750,9168
64,50950,7496
62,85760,6049
68,3193
42,1073
92
Source
Corrected Model
Intercept
A
B
A*B
Error
Total
Corrected Total
df
5
1
2
1
2
6
12
11
Mean Square
73,376
57786,965
8,073
347,699
1,516
,344
F
213,370
168039,6
23,477
1011,078
4,409
Sig.
,000
,000
,001
,000
,066
k.karbohdrat
Duncan
a,b
Subset
A
1:2
1:1
2:1
Sig.
N
4
4
4
1
67,828125
1,000
2
69,755025
70,600000
,088
Group Statistics
k.karbohdrat
B
alpukat
minyak goreng
N
6
6
Mean
74,777217
64,011550
Std. Deviation
1,7581243
1,0758661
Std. Error
Mean
,7177513
,4392205
Keterangan:
Variabel A = perbandingan tepung jewawut dan ampas tahu (1:1, 2:1, 1:2)
Variabel B = sumber minyak (bubur alpukat atau minyak goreng)
93
Kadar (mg/1000g)
68,2440
59,6494
63,94676,0773
15,7911
16,7409
16,26600,6716
2207,1115
2410,1051 2308,608143,5381
Ulangan
1
2
1
2
1
2
Data Pengukuran
1
61,32
5,92
26,01
77,20
2
60,65
5,90
25,78
77,20
3
61,38
5,84
25,78
77,30
Rata-rata
61,120,33
5,890,04
25,860,13
77,230,05
II
Kekerasan
(gram
force)
856,0
885,2
846,5
807,6
859,9
854,7
Rata-rata
862,5667
851,650015,4385
840,7333
94