Você está na página 1de 18

Tugas Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

ZIZI DIAN NOVIANTI


03.1001.169

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
BAB I
PENDAHULUAN

Actynomicosis merupakan penyakit infeksi kronis yang membentuk


granumola yang disebabkan oleh mikro organisme actynomicosis.
Actynomicosis dulu dianggap sebagai jamur. Actynomycetes ini terdapat
dirumput, dibiji-bijian atau dimulut. Penyakit ini sering terdapat pada
binatang ternak dan actynomycetes pada kuman kebanyakan terdapat
pada petani-petani. Selain didaerah cervikofasial actynomycetes ini juga
menyerang gastro intestinal dan thorax dimana diagnosa untuk itu lebih
sukar ditentukan tanpa menemukan aktynomycosis yang menjadi
penyebab penyakit.
Aktinomicosis merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri gram positif berbentuk batang yang pipih yaitu actynomyces
israelii, yang menunjukkan sejumlah karateristik seperti jamur biasa,
seperti misalnya suatu tendesi untuk bertumbuh sebagai suatu massa
berbentuk bulat dan filmen-filmen dalam jaringan (karenanya disebut
ray fungus), virulensinya rendah, dan sifatnya menimbulkan supurasi
nekrosis dan respon jaringan granulomatous yang kronis. Berdasarkan
atas gambaran berupa respon jaringan granulomatous ini, mak
aktinomicosis. Tuberkulosis dan sifilis pernah dikelompokkan sebagai
penyakit granulomatous yang spesifik. Namun terdapat kesamaan lainnya

diantara ketiga infeksi ini sejauh yang dimaksud adalah riwayat


alaminya, gambaran klinisnya atau terapinya, bahkan infeksi pulmoner
yang kronis akibat actinomyces, kadang-kadang dapat dikacaukan baik
secara

klinis

actynomyces

maupun
israelii

radiografis

merupakan

denga

suatu

tuberkulosis.

species

Karena

anaerobik

atau

mikroaerofilik, maka isolasi dari organisme ini dalam kultur yang murni
tidaklah muda dan identifikasinya sering didasarkan atas penampakan
organisme yang diwarnai dalam irisan jaringan, atau sebagai mikroloni
(Sulfur Granula) dalam PUS. Bila ditempuh cara khusus untuk
mengisolasi organisme tersebut maka dapat dibuktikan bahwa organisme
tersebut merupaka bagian floras bakteri mulut yang normal, khususnya
terkumpul dalam plak gigi, kulkus, lesi karies dan kripta tonsilar.
Mungkin juga hampir semua infeksi aktinomikotik servikofasial ini
endogen asalnya dan terjadinya bila plak gigi, kalkulus atau debris
gingiva menjadi sumber komtaminasi bagi luka yang relatif dalam di
sekitar

mulut. Lesi-lesi klasik dari aktonomikosis servikofasial

merupakan suatu infeksi yang kronis, menetap dan dalam derajat ringan,
yang mungkin sulit untuk dibasmi, namun pemeriksaan bakteriologis
yang teliti dari abses rahang kuat dan abses jaringan lunak setelah

pembedahan atau trauma lainya telah membuktikan bahwa actinomyces


israelii juga dapat berperan dalam lesi supratif yang akut dan cepat
mereda. Pemeriksaan mikroskopik dari jaringan periapikal gigi yang
nonvital dan gigi yang telah dirawat endodontik, kadang-kadang juga
dapat memperlihatkan suatu granuloma aktinomikotik periapikal yang
terisolasi, yang tidak invasif ini juga dapat dibendung dan di toleransi
dalam jaringan mulut untuk waktu yang lama tanpa disertai tanda-tanda
dari penyakit yang aktif

BAB II
ACTYNOMYCOSIS
Merupakan infeksi subakut atau klinis karena aktinomyces yang
terjadi paling sering didaerah sekitar rahang dan dengan patogenis yang
berhubungan erat terhadap infeksi gigi dan pencabutan gigi-gigi, tetapi
kadang-kadang keadaan ini terjadi pada paru-paru dan daerah
ilikokaekal.
Salah satu dari karateristik aktinomikosis adalah kurangnya reaksi
jaringan yang segera timbul setelah terjadi infeksi. Infeksi aktinomikotik,
dan abses atau gigi yang tidak berpulpa akan menghasilkan
pembengkakan submandibular yang serupa. Jika pembengkakan dan
trismus menetap setelah pencabutam gigi, maka aktinomikosis harus
dicurigai kemungkinannya. Beberapa pembengkakan yang keras seperti
tumor dan terbatas tegas dapat timbuldan pecah serta mengeluarkan
cairan kekuningan yang mengandung sulfur granula. Biasanya
dibutuhkan waktu enam minggu atau lebih lama bagi pembengkakan
aktinomikotik tersebut untuk pecah dan mengeluarkan nanah. Banyaknya
sinus-sinus untuk pengaliran pus yang kemudian terbentuk hampir dapat
dipastikan merupakan pertanda dari penyakit ini. Jaringan didekatnay

biadsanya memiliki konsistensi yang keras. Kulit disekitar fistula akan


berwarna keunguan, dan mungkin terdapat daerah kecil jaringan
granulasi yang hiopertrofik. Rasa sakit yang hebat jarang terjadi.
Aktinomikosis primer dari lidahharus dibedakan dari neoplasma,
ulserasi tuberkolosis, guma sifilis, dan penyakit granulomatous infeksius
yang kronis lainnya sepeti misalnya histoplasmosis. Pada aktinomikosis
dari lidah biasanya terdapat nodul kecil yang terletak jauh di dalam
dimana mula-mula tidak sakit dan hanya menimbulkan sedikit gangguan
(tidak enak). Lalu secara berangsur-angsur lesi tersebut akan membesar
dan jaringan diatasnya menjadi lunak serta pecah. Mungkin terdapat
penyembuhan sementara, setelah itu prosesnay berulang dengan disertai
timbulnya suatu lesi yang lebih ekstensif. Disfagia merupakan suatu
gejala yang menonjol dalam kasus dengan serangan yang ekstensif.
DIAGNOSA
Suatu proses radang yang berjalan lambat didaerah submandibular,
disertai indurasi dan beberapa fistula yang menetap merupakan petunjuk
dari aktinomikosis. Perubahan warna keunguan atau merah tua dari kulit
di sekeliling sinus merupakan tanda-tanda tambahan. Sekretnya harus

diperiksa untuk memastikan ada tidaknya sulfur granula dan dikultur


secara anaerobik untuk menentukan organisme penyebabnya.
Diagnosa ementara dapat ditegakkan jika terdapat sulfur granula
dan miselia gram positif dpat dibuktikan keberadaannya. Diagnosa pasti
dapat ditegakkan hanya dari kultur anaerobik dan isolasi aktinomikosis
dari jaringan yang terinfeksi atau nanah. Sebagaimana telah dibicarakan
dimuka, kemungkinan untuk menegakkan diagnosa yang positif dari
penyakit ini terbatas dan akan terjadi bila klinikus dan ahli mikrobiologi
bekerjasama untuk memastikan infeksi aktinomikosis yang dicurigai atau
bila organismenya dapat diperlihatkan dalam irisan jaringan.

ETIOLOGI DAN PATOPGENIS


Aktinoyces israelii merupakan agent penyebab keadaan ini dan
meruoakan organisme Gram positif yang benar-benar mempunyai
cabang. Ukurannya 12 15 x 2 m, tetapi hyphea cenderung tetap
bergabung membentuk koloni-koloni yang merupkan granula sulpur
dalam nanah dan menyebabkan keadaan tersebut ray fungus. Orgnisme
ini bersifat anaerob dan dapat dikultur. Nanah aktinomikotik hampir
selalu mengandung sejumlah besar basili Gram-negatif yang kecil, yang

ternyata merupakan aktinobasilus ahli sebagai penyebab timbul dan


bertahannya lesi. Teori ini tidak benar walaupun organisme itu tahan
terhadap penisilin, kadang-kadang tahan terhadap tetraksilin, kedua obat
tersebut cukup efektif pada perawatan aktinomikosis. Organisme dapat
berperan pada kolonisasi jaringan dengan mengurangi lesilokal yang
sesuai degan aktinomyces. Actinomyces israelii dapat diperoleh dari
dalam mulut. Kadang-kadang bila organisme tersebut menyerang
jaringan, akan terjadi reaksi polimorph neutropil yang hebat. Infeksi
meluas secara sentrifugal dan ada kecenderungan

yang besar untuk

menerosi kulit. Lymphnode regional tidak pernah membesar dalam


hubungannya dengan fokus aktinomycotik, tetapi dapat ikut berperan
pada penyebaran langsung. Pada keadaan kronis, dapat terjadi fibrosis
yang luas diikuti dengan pembentukan kavitis abses dengan satu atau
beberapa sinus. Kadang-kadang bidang kortikal rahang bawah tererosi
dengan pembentukan nanah mirip dengan abses dento-alveolar dan abses
superiosteal. True osteomyelitis karena organisme tersebut tidak pernah
terjadi. Organisme tidak jarang ditemukan pada granuloma periapikal.

TANDA-TANDA KLINIS
Infeksi jarang dapat meluas melalui poket periodontal yang dalam
atau ruang periodontal, tetapi lebih sering melalui gigi sehingga abses
dentoalveolar, merupakan salah satu kelainan pertama. Cara perluasan infeksi
yang paling adalah mengikuti pencabutan gigi-gigi geraham besar bawah,
terutama geraham besar ketiga, dan dapat mendorong terjadinya fraktur
melalui sudut mandibula. Atau penyakit terjadi setelah pencabutan gigigigi bawah yang lain atau gigi geraham besar pertama atas. Pada semua
kasus paska pencabutan tersebut, gejala biadanya timbul setelah 1-6
minggu

kemudian.

Penyakit

timbul

secara

mendadak,

berupa

pembengkakan yang membesar dengan cepat, terasa sakit dan


terlokalisir, tetapi kadang-kadang mirip dengan abses dento-alveolar
yang hebat dengan edema yang luas didaerah sekitarnya. Keadaan ini
tidak terlalu dramatis, bahkan bersifat lokal; pasien akan menemukan
pembengkakan di rahang bawah atau pada daerah submandibula yang
mula-mula bersifat intermiten, tetapi nantinya mudah meluas dengan
cepat. Umumnya, terlihat kecenderungan lesi untuk menyerang kulit dan
pada semua keadaan kecuali pada keadaan yang sangat akut, lesi dengan

cepat mengecil membentuk cekungan berwarna kebiru-biruan, ditengah


daerah pembengkakan yang terfluktuasi. Pada semua keadaan, terlihat
alasan klinis untuk dilakukan insisi dan drainage. Bila dibiarkan tidak
dirawat (dewasa ini jarang terjadi), kulit rudak dan mengeluarkan nanah,
lesi meluas dengan pembesaran yang makin hebat. Limpadenopati
regional selalu tidak ada pada keadaan ini.
Diagnosa menentukan berdasar hasil pemeriksaan nanah, pasa kasus
yang meragukan, nanah harus disimpan dalam tube. Pemeriksaan
langsung dari nanah menunjukkan organisme dan hasil pemeriksaan
dapat dibuktikan dengan pemeriksaan kultur.
PERAWATAN
Indikasi insisi (aspirasi) dan manfaat diagnosa dari prosedur tersebut
telah dibicarakan diatas. Baru setelah itu, diberikan perawatan antibiotik;
baik penisilin maupn tetrasiklin. Sebagian besar strain organisme sensitif
terhadap penisilin, tetapi ada kelompok organisme resisten terhadap
penisilin, dan karena organisme sering terdapat berkelompok dalam
jaringan, maka dosis obat yang tinggi dan lama sangat diperlukan.
Penisilin intramuskular sangat ideal (600.000 IU prokain penisilin bd
selama 1 bulan, diikuti dengan 250 mg qds tablet penisilin V selama 1

bulan). Prosedur tersebut kurang praktis untuk pasien yang dirawat jalan
dan tablet penisilin V 500mg qds dapat digunakan untuk menggantikan
prokain penisilin. Pada pasieen yang alergi terhadap penisilin, atau untuk
lebih praktisnya, dan karena penggunaan tetrasiklin secara oral lebih
populer, maka tetrasiklin dapat diberikan dalam dosis 250 mg qds
selasma 1 - 2 bulan; tetrasiklin sering dianggap sebagai obat yang paling
tepat. Rud menganjurkan penggunaan sulphonamide tetapi hal tersebut
belum terbukti kebenarannya.

BAB III
KESIMPULAN
Actinomycosis disebabkan oleh actimynocosis israelii organisme
anaerob sejati yang diklasidikasikan sebagai bakteri walaupun memiliki
hifa

bercabang

dimana-mana

kadang-kadang

ditemukan

sebagai

organisme komensal didalam mulut dan traktus alimenter


Ada kalanya dapat menjadi patogen dan karena lebih banyak
dijumpai pada ternak. Maka peternak lebih mudah kena. Hampir 70%
kasus yang ada melibatkan leher da muka bawah; kira-kira 15% infeksi
terjadi diusus (seringkali disekitar regio ileocaecal atau apendiks) : kirakira 10% lesi multipel pulmonar setelah inhalasi, sekitar 5% membentuk
lesi subkutan.
Aktinomycosis membentuk massa keras yang mengandung banyak
koloni organisme penyebab abses, berupa butiran-butiran berwarna
kekuningan, terjadi banyak sekali detruksi jaringan setempat, dan
umumnya terbentuk sinus dan fistula
Secara histologis, ada radang kronik granuloma dengan supurasi
(yaitu : polimorph yang menghasilkan pus). Sesekali organisme
memasuki sirkulasi darah dan sejenis dapat berkembang deseluruh tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mokhtar Mundiyah. dr. Ny. Ilmu

Penyakit Mulut Dan Gigi,

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara. Medan ;


1992, Hal 92.
2. Lawler William; Ahmed Ali; T. Hume William; Buku Pintar
Patologi Untuk Kedokteran Gigi; EGC; Jakarta; 1992 Hal 21 - 22
3. A.Lynch Malcolin; J. Brightman Veron; S. Green Berg Marten;
Burket Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosa dan Terapi, Edisi
Kedelapan; Bina Rupa Aksara, Jakarta 1994 Hal 444 - 449
4. Haskel.R ; Gayford J.J; Penyakit Mulut; Edisi II; EGC. Jakarta.
1993 Hal 50 - 52

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis
masih mampu menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah yang berjudul ACTINOMYCOSIS ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menembah ilmu dan wawasan
kita mengenai penyakit-penyakit yang ada dalam mulut.
Dasar pembuatan paper ini saya ambil dari berbagai buku. Dalam
paper ini hanya menceritakan penjelasan singkat saja tentang
Actynomicosis.
Saya menyadari dalam paper ini masih sangat banyak kejanggalan
dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka oleh karena itu saya
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun sebagai
acuan untuk penulisan makalah berikutnya.
Wassalam

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................

BAB II ACTYNOMYCOSIS............................................................... 14
Diagnosa..................................................................................

Etiologi dan Patogenesis..........................................................

Tanda-tanda Klinis...................................................................

Perawatan ................................................................................

BAB II KESIMPULAN........................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 12

ii

Bab I
Pendahuluan
Beberapa mikroorganisme. Seperti bakteri, virus, spirochaeta, iketsia,
klamidia, mokro plasma, jamur, ragi dan protozoa dapat menginfeksi
tubuh manusia. Beberapa diantaranya (misalnya di kulit) secaranormal
ada dan tidak berbahaya (komensal); beberapa lainnya (misal, didalm
usus) bahkan menguntungkan hospes (asprofit). Tetapi, banyak juga yang
patogen, menyebabkan penyakit dengan merussak jaringandan sel
hospes.
Perbadaan ini kendati berguna, tidak selalu dedmikian; di bawah keadaan
tertentu (misalnya imunosupresi), organisme komensal dapat menjadi
patogen, menimbulkan infeksi oportunistik(opportunistic).
Jenis, luas, dan beratnya kerusakan yang disebabkan oleh tiap
mikroorganisme patogen dipengaruhi juga oleh sejumlah faktor yang
erperan saat timbul infeksi. Salah satu diantaranya akan dibahas secara
singkat yaitu actinomycosis.

KESIMPULAN
Assamualaikum wr . wb.
Puji syukur kita panjatklan kepada Allah SWT, yang

masih

memberikan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis masih mampu


menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa ucapan terima kasih kepada
Ibu Mundiyah Mokhtar yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis.
Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengetahui dan
memahmi infeksi yang terjadi pada gigi dn mulut yang disebabkan oleh
actinomycosis.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan paper ini masih banyak
kekurangan dan kejanggalan, oleh karena itu saya mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat membangun sebagai acuan untuk penulis
makalah berikutnya.

30, maret 2007


wassalam

penulis

KESIMPULAN
Secara histologi, ada radang kronik granuloma dengan supurasi
(yaitu: polimorph yang menghasilkan pus). Sesekali organisme
memasuki sirkulasi darah dan sejenisnya dapat berkembang diseluruh
tubuh.
Jadi hasil dari penelitian menunjukkan bahwa jenis actinomycosis
termasuk

kuman,

meskipu

sebelumnya

diduga

suatu

jamur.

Actinomycosis ditemukan dalam gigiyang berlubang, pada gigi dalam


pocket gingiva dan kripta tonsil sebagai saprofit dan sampai sekarang
actynomyces belum berhasil diisolasi dari alam bebas .

Você também pode gostar