Você está na página 1de 19

Nur Ilmi Sofiah

04011181419061
Alpha 2014
ANALISIS MASALAH
1. Makna dari mimisan (-) 9 8
a. Menandakan bahwa tidak terjadi perdarahan akut yang dapat menyebabkan munculnya
gejala anemia seperti pada kasus (pucat dan lesu) menyingkirkan diagnosa banding
anemia mikrositik hipokrom pasca perdarahan akut
b. Dapat menyingkirkan diagnosis banding perdarahan yang disebabkan karena blood
dyscrasias koagulopati congenital ataupun didapat
- Koagulopati kongenital harus dicurigai pada pasien dengan adanya riwayat keluarga,
mudah memar, atau perdarahan yang memanjang dari trauma minor atau operasi.
Contoh dari gangguan perdarahan congenital termasuk hemophilia dan von
-

Willebrand disease.
Koagulopati yang didapat bisa primer (akibat penyakitnya) dan sekunder (akibat dari
terapi).

Koagulopati

didapat

yang

sering

dijumpai

diantaranya

adalah

trombositopenia dan penyakit hati yang mengakibatkan penurunan sintesis factor


koagulasi, sedangkan yang sekunder misal akibat pemberian antikoagulan (sebagai
factor predisposisi)
2. Makna dari lebam atau biru di kulit (-) 10 9
Berikut adalah penyakit yang dapat menyebabkan seorang anak mudah mengalami lebam
(bruising):
- leukemia (thrombocytopenia),
- hemophilia (defisiensi factor VIII atau IX)
- von Willebrand disease (defisiensi factor von Willebrand)
- Idiopatik trombositopenia
Sehingga, tidak ditemukannya lebam atau biru dikulit kemungkinan dapat menyingkirkan
etiologi perdarahan akibat penyakit diatas.
http://www.livestrong.com/article/105204-diseases-cause-easy-bruising-children/
Bruises are hardly unusual in children as they tend to fall down, run into each other and bump the
furniture regularly. But bruising that occurs spontaneously or that seems out of proportion to an injury
needs investigation. Many diseases can cause easy bruising in children -- some are temporary and not

serious, while others need ongoing medical treatment. See your doctor for an accurate diagnosis if your
child experiences easy bruising.
Von Willebrand Disease
Von Willebrand disease is the most common inherited bleeding disorder. Von Willebrand factor helps
platelets clump together and stop bleeding. This disease is usually mild, affects males and females
equally, and is more common in Caucasians than blacks.
Hemophilia
Hemophilia is an inherited clotting disorder. In the United States, most of the children with hemophilia
are boys. Proteins -- called clotting factors -- that help blood clot are absent in children with hemophilia.
Clotting factors help blood cell pieces called platelets clump together at the site of an injury to stop
bleeding. Many children with hemophilia receive regular injections of clotting factor, since bleeding into
the joints and other areas of the body that may not be immediately noticed can be extremely dangerous.
Idiopathic Thrombocytopenia
Idiopathic thrombocytopenia -- ITP -- occurs when platelet levels in the blood are lower than normal, so
bruising with minimal or no injury occurs. Platelets stick together at the site of an injury to stop bleeding.
In addition to bruising, ITP causes small pinpoint red dots on the skin. These occur when very small
blood vessels bleed under the skin. This condition resolves on its own without complication for most
children. However, in some cases it may be life-threatening, such as bleeding that occurs in the brain, or
excessive bleeding in other areas of the body.
Leukemia
Leukemia is the most common type of childhood cancer. It affects the production of blood cells in the
bone marrow. Immature cells grow out of control, crowding out normal production of white and red blood
cells and platelets. Leukemia normally occurs in children between 2 and 6 years old, but can affect
children of any age. Boys are slightly more likely to develop leukemia than girls, and Caucasian children
have leukemia more often than black children. In addition to bruising, fatigue, fever and shortness of
breath often occur in children with leukemia.

3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium: Trombosit 358.000/mm3 9 8


Nilai normal trombosit anak:
- 150.000-450.000/mm3 (KK Womans and Childrens Hospital; thrombocyte.com)
Nilai trombosit anak pada kasus: 358.000/mm3
Interpretasi: normal
4. Riwayat makan 3 kali sehari nasi 3-4 sendok makan, tidak suka makan ikan, daging, dan tidak
suka minum susu. Riwayat pucat sebelumnya tidak ada, riwayat pucat dalam keluarga tidak
ada.
Bagaimana dampak makan hanya 3-4 sendok setiap kali makan? (kalori nasi sehari) 10 9
- Perhitungan kalori
Nasi 100 gram mengandung 129 kkal kurang lebih dihabiskan dengan 10 suapan
1 suapan/sendok makan nasi mengandung 13 kkal.

Kasus: 1 x makan hanya 3-4 sendok makan dengan frekuensi makan 3 kali sehari
9-12 sendok makan nasi perhari 117 156 kkal yang di dapat dari nasi.
Analisis: anak tidak suka ikan, daging, susu sumber kalori anak sebagian besar
kemungkinan hanya dari nasi.
Cara menghitung kebutuhan kalori anak
1.

Hitung berat badan sehat anak sesuai umurnya dengan menggunakan rumus
Berhman (1992) berikut ini:
Usia 3 -12 bulan = [umur (dalam bulan) + 9] / 2
Usia 1 - 6 tahun = [umur (dalam tahun) x 2] + 8
Usia 7 - 12 tahun = {[umur (dalam tahun) x 7] + 5} / 2
Usia 10 tahun

= {[10 tahun x 7] + 5} / 2
= 37,5 kg

2. Selanjutnya, kita masukkan berat badan sehat kedalam rumus dibawah ini untuk
mengetahui kebutuhan kalori perhari. Rumusnya:
Usia 0 - 12 bulan = BB sehat (dalam kg) x 110 Kal
Usia 1 - 3 tahun = BB sehat (dalam kg) x 100 Kal
Usia 4 - 6 tahun = BB sehat (dalam kg) x 90 Kal
Usia 7 - 9 tahun = BB sehat (dalam kg) x 80 Kal
Usia 10 - 12 tahun = BB sehat (dalam kg) x 70 Kal
= 37,5 kg x 70 Kal
= 2625 kKal
Jika kita bandingkan dengan kemungkinan asupan kalori yang didapat anak A perhari dari
nasi, dengan kebutuhan kalori seharusnya dalam satu hari:
Jumlah kalori yang didapat anak A pada kasus per hari: (dari nasi) 117-156 kKal
Jumlah kalori yang didapatkan seharusnya per hari: 2625 kKal
Hanya memenuhi 4-6% kebutuhan kalori per hari yang seharusnya.

Kebutuhan nasi per hari


Diperkirakan seseorang makan nasi 3 x 100 150 gram per hari (3 piring/hari) 10-15
sendok makan nasi x 3 kali sehari = 30 45 sendok makan nasi per hari
(ingat, asupan kalori seharusnya tidak hanya dari nasi, oleh karena itu pada perhitungan
ini akan didapat persentase jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan kalori per
hari secara keseluruhan.

Kalori per hari: kalori total (karbo, protein, lipid): kalori dari nasi pada kasus
Jumlah asupan nasi per hari: jumlah nasi per hari rata-rata: jml asupan nasi pada
kasus persentase akan jauh lebih tinggi disbanding dengan hasil sebelumnya)
Kasus: 9-12 sendok makan per hari
Jadi, kemungkinan anak A mengkonsumsi nasi sebanyak 20-40% dari jumlah nasi
yang kira-kira dikonsumsi seseorang per hari.

Sumber:
http://www.kesehatanpedia.com/2015/01/jumlah-kalori-sepiring-nasi-putih.html
http://www.fatsecret.co.id/kalori-gizi/umum/nasi-putih?
portionid=53181&portionamount=100,000
Sumber lain:
-

1-10 tahun membutuhkan 100 kalori/kgBB 100 kalori x 25 kg 2500 kKal


(female.kompas.com)

Anak usia 10-12 tahun


Perempuan: 1900 kKal
Laki-laki: 2000 kKal (infobundakita.com)

Dampak kekurangan kalori:


-

Kelemahan akibat kurangnya energy

Gangguan system kekebalan tubuh (imunitas) akibat kekurangan zat besi dan
protein

Tekanan darah rendah secara abnormal

Gangguan irama jantung

Rambut rontok

Kuku menjadi rapuh

Gangguan konsentrasi

Menurunnya kekuatan otot

Anemia

Pembengkakan sendi

Gangguan kelenjar tiroid hipotiroidism metabolism basal menurun merasa


kedinginan sepanjang waktu, menurunnya energi, dan meningkatnya kemungkinan
depresi (terkait gangguan sintesis dopamine)

Dampak kekurangan kalori pada anak:


1. Gangguan pertumbuhan
2. Gangguan perkembangan intelektual dan gangguan dalam proses pembelajaran
3. Gangguan psikologis dan emosional
4. Gangguan perilaku
http://www.livestrong.com/article/465374-how-poor-nutrition-affects-childdevelopment/

Berikut adalah akibat kekurangan kalori dan protein :


1. Tenaga
Jika tubuh berada dalam kondisi kekurangan kalori ataupun zat pemasok kalori
yakni protein maka secara otomatis tenaga yang mampu kita gunakan pun akan
menurun drastis, akibat dari kurangnya ketersediaan pasokan energi dari kalori ini
maka tubuh kita akan sangat mudah merasakan cepat lelah dan jantung berdebar
serta lemah dalam beraktifitas karena jika tubuh kita diibaratkan sebagai mesin
maka pada saat bahan bakar yang dibutuhkan kemudian habis maka macetlah
seluruh kinerja mesin tersebut, jika dibiarkan terus berkelanjutan maka dampak dari
rendahnya kalori ini bisa membuat kita kehilangan kemampuan untuk beraktifitas
baik secara fisik ataupun mental yang dalam kasus fatalnya berujung pada dampak
semisal kelumpuhan ataupun koma yakni berhentinya sistem kinerja tubuh
sementara sampai didapatkan kembali asupan nutrisi dan kalori yang memadai bagi
kebutuhan aktifitas tubuh.
2. Jaringan Otot
Pada saat asupan kalori utamanya protein bagi tubuh kita berkurang dari yang
seharusnya kita akan mulai mengalami beberapa gangguan pada jaringan otot kita,
bisa mulai dari keluhan nyeri otot yang disebabkan oleh minimnya ketersediaan
protein yang berfungsi menjaga sistem otot tetap berfungsi selayaknya secara
optimal. Kondisi kekurangan protein pun dapat membuat tubuh kita lemah ataupun
juga mengurangi massa otot, jika dalam kondisi sangat parah maka akan kita
jumpai banyak penderita kurang protein yang memiliki fisik cenderung kurus
ataupun kurang dari bobot normal.
3. Jaringan sel

Keberadaan kalori yang berasal utamanya dari protein sangat berguna bagi
keberlangsungan hidup sel yang optimal dan sehat, bisa saja karena kekurangan
komponen penting ini maka sel akan mudah terserang radikal bebas ataupun
mikroorganisme

yang

merusak

perkembangannya

atau

bahkan

sampai

memunculkan pertumbuhan abnormal yang berdampak pada mutasi genetik atau


sering disebut dengan tumor maupun kanker
4. Permukaan tubuh
Sebenarnya protein terdapat pada keseluruhan anggota tubuh, tak terkecuali juga
pada lapisan helai rambut kita, ketersediaan pasokan protein yang kurang
mencukupi akan membuat rambut kita kehilangan sebagian nutrisi penting hingga
dapat mengakibatkan gangguan helai rambut yang kering, gampang pecah serta
bercabang dan juga tampak kemerahan layaknya rambut yang rusak tak terawat
Pada permukaan tubuh lainnya yakni asupan kalori protein sangat berguna bagi
tubuh, seperti yang kita ketahui bersama jika keberadaan protein amatlah berguna
bagi seluruh perkembangan sel dan melindunginya dari radikal bebas, maka yang
terjadi jika kadar protein ini berkurang dari normal akan mengakibatkan rusaknya
jaringan kulit akibat mulai munculnya penuaan dini, hal ini bisa ditandai dengan
kulit yang cenderung kering, mudah timbul keriput di atasnya, muncul gejala
bersisik serta berkurang kelembaban serta kekenyalannya akibat terusak oleh zat
radikal bebas
Sedangkan pada permukaan tubuh bagian kuku pun juga dapat berdampak hampir
sama seperti yang terjadi pada kulit dan rambut, kuku akan mulai dihinggapi
bermacam gejala penyakit layaknya kering, tidak merata dengan permukaan yang
tidak halus dan licin, juga perubahan warna yang tidak bening kembali yang
dikarenakan berkurangnya asupan protein yang diperlukan demi menjaga
kesehatannya
5. Kimiawi tubuh

Keberadaan kalori protein juga penting bagi keseimbangan hormon tubuh tak
ketinggalan pula pada produksi berbagai jenis enzim dalam tubuh, jika kedua hal ini
terganggu keseimbangannya akibat dari berkurangnya pasokan protein maka sudah
barang tentu segala sistem tubuh yang melibatkan kinerja hormon dan enzim
layaknya sistem reproduksi dan pencernakan pun akan terganggu keoptimalannya
6. Sistem gerak
Protein juga merupakan zat penting dalam penyusun jaringan tulang pada makhluk
hidup, jika kandungan protein berkurang maka secara otomatis susunan tulang pun
menjadi tidak maksimal lagi, hal ini dapat menimbulkan berbagai gangguan mulai
dari nyeri sendi sampai juga pada resiko pengeroposan tulang ataupun penyebab
osteoporosis yang disertai juga dengan gejala semisal nyeri punggung
7. Sistem syaraf
Protein berperan penting dalam melindungi kesehatan sel syaraf, begitupun yang
terhubung langsung pada pusat yakni di otak, sehingga berkurangnya pasokan
protein kalori mampu berdampak pada kesehatan sistem saraf otak yang terganggu
semisal saja berdampak pada kurang cakapnya seseorang dalam mengatur fokus
serta emosinya dan bisa juga berdampak pada kepikunan dan menurunnya tingkat
kecerdasan seseorang, hal ini erat kaitannya dengan terganggunya sistem transmisi
syaraf yang tidak optimal
Pada penglihatan pun jika asupan kalori protein yang berpengaruh pada kinerja
syaraf berkurang dari kadar normal bisa juga mengakibatkan kurang maksimalnya
hubungan syaraf penglihatan yang bisa berdampat pada terganggunya penglihatan
yang dimulai dengan gejala kaburnya pandangan akibat kurang lancarnya hubungan
antar sistem syaraf antara organ mata dan syaraf pusat pada otak yang berperan
sebagai pengendali utama atas segala kinerja tubuh
8. Kardiovaskular

Dalam sistem kardiovaskular sangatlah penting peranan dari protein itu sendiri,
utamanya pada organ jantung protein akan menguatkan otot-ototnya sedangkan jika
kebutuhan akan zat protein tidak dapat tercukupi maka kemampuan otot jantung
dalam memompa aliran darah pun taka akan dapat berperan optimal sebagai mana
mestinya. Protein juga sangat membantu dalam perannya untuk menjaga kesehatan
pembuluh darah, jika kekurangan protein ini tidak segera ditanggulagi dengan
berbagai asupan penunjang kemungkinan rapuh pembuluh darah yang berakibat
fatal pun bisa saja mengancam jiwa, protein juga terbukti mampu membersihkan
pembuluh darah dari kemungkinan timbulnya plak kolesterol jahat yang mampu
membahayakan jantung dan jika kadarnya berkurang maka kemungkinan ancaman
penyakit jantung pun juga semakin meningkat.
Dan jika kandungan protein dalam sel darah tak dapat dicukupi maka kemungkinan
besar dapat mengakibatkan cacat produksi yang berdampak pada kurang mampunya
sel darah dalam bekerja optimal, jika kekurangan kalori protein mampu
mengacaukan sistem kardiovaskular maka tak hanya jantung saja yang terancam
tapi seluruh organ tubuh seperti melemahnya kinerja otak, timbulnya gejala sering
kesemutan pada anggota gerak akibat kurang lancarnya edaran oksien dan
sebagainya
9. Respiratori
Protein berperan sangat signifikan pada kekuatan otot paru-paru, jika kebutuhan
tubuh akan kandungan protein berkurang dari normal maka akan berdampak pada
gangguan sistem nafas utamanya pada paru-paru yang tidak optimal dalam proses
pertukaran udara tubuh
10. Pencernakan
Protein berperan penting setidaknya dalam peremajaan beberapa sel jaringan,
segala sel rusak dan mati akan mampu tergantikan dengan ketersediaan protein
yang mencukupi, namun jika tidak maka hal ini akan cenderung memudahkan
timbulnya gejala perlukaan yang sulit tersembuhkan semisal saja pada organ

lambung ataupun usus yang dapat mengganggu sistem pencernakan. Keberadaan


protein juga terbukti mampu menekan bertambahnya cadangan lemak pada tubuh
dengan begini maka diet pun akan semakin berpotensi untuk berhasil, namun jika
kebutuhan tubuh akan protein tidak dapat dipenuhi hal yang terjadi adalah justru
perlambatan metabolisme yang dapat mengganggu kinerja tubuh itu sendiri.
Sumber:

http://halosehat.com/gizi-nutrisi/panduan-gizi/akibat-kekurangan-kalori-

dan-protein

Perhitungan asupan zat besi


100 gram nasi mengandung 0 mg zat besi tidak ada asupan zat besi yang bisa
didapat anak hanya dari nasi
http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-nasi-komposisi-nutrisi-bahanmakanan.html

5. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari:


BB 25 kg, TB 140 cm, IMT 9 8
Sumber: 2007 WHO Reference
BMI for Age
BMI = BB(kg)/TB2 (m)2
= 25 kg/(1,4)2 m2
= 25 kg/1,96 m2

= 12,755 kg/m2 antara SD -2 dan SD -3, interpretasi: Kurus (thinness)


Weight for Age
Berdasarkan WHO growth chart, berat badan menurut umur anak A terletak diantara SD -1
dan SD -2 Interpretasi: normal

Height for Age


Berdasarkan WHO growth chart, tinggi badan menurut umur anak A terletak diantara SD 0
dengan SD -1 dan SD 0 dengan SD +1 Interpretasi: normal
6. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari:

Kepala: NCH (-), konjungtiva anemis(+), sclera ikterik (-) 10 9


Jawab:
a. Interpretasi
NCH (-)
: normal
Konjungtiva anemis (+)
: abnormal
Sklera ikterik (-)
: normal
b. Mekanisme abnormalitas konjungtiva anemis:
Tidak suka makan ikan dan daging asupan protein dan zat besi rendah/tidak ada 1)
Kurang zat besi menyebabkan gangguan sintesis heme yang terdiri dari protoporfirin
dan satu atom Fe pada bagian tengahnya 2) Kurang protein menyebabkan gangguan
sintesis globin gangguan sintesis hemoglobin sel darah merah akan menjadi lebih

kecil karena mengandung sedikit hemoglobin Hb diperlukan untuk mengangkut


oksigen ke dalam sel darah merah untuk kemudian didistribusikan ke jaringan tubuh
lainnya berkurangnya oksigenasi ke jaringan tubuh konjungtiva merupakan
jaringan ikat yang longgar, sehingga manifestasi anemis akan lebih tampak: konjungtiva
anemis
7. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas: LED: 25 mm/jam 9 8
Nilai normal LED anak (newborn - puberty) dengan metode Westergren: 3 to 13 mm/jam
LED pada kasus: 25 mm/jam
Interpretasi: terjadi peningkatan ringan laju endap darah (mildly elevated)
Mekanisme:
LED ditentukan berdasarakan interaksi antara faktor pendukung pengendapan misalnya
fibrinogen dan immunoglobulin dan faktor penghalang/penahan/penolak pengendapan berupa
muatan negatif dari SDM yang menyebabkan gaya tolak menolak antar SDM dan juga protein
plasma berupa albumin.
Pada kasus, anak A mengalami anemia, sehingga menyebabkan jumlah dari sel darah merah
menjadi lebih sedikit, hal ini menyebabkan berkurangnya faktor penahan seperti ikut
menurunnya jumlah muatan negatif pada membrane sel SDM, sehingga dapat menyebabkan
laju endap darah menjadi lebih cepat. Disamping itu, kadar albumin juga dapat menurun,
yang terjadi akibat berkurangnya sintesis albumin karena kurangnya asupan protein pada anak A.
Anemia dengan kurangnya asupan protein jumlah sel darah merah berkurang + penurunan
sintesis albumin menurunnya faktor penahan pembentukan rouleaux, berupa muatan negatif
SDM dan albumin LED menjadi lebih cepat

Sumber: https://allaboutblood.com/2014/10/14/erythrocyte-sedimentation-rate/
8. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari: MCV:57,9 (fl) 10 9
Tidak suka makan ikan dan daging asupan protein dan zat besi rendah/tidak ada 1)
Kurang zat besi menyebabkan gangguan sintesis heme yang terdiri dari protoporfirin dan
satu atom Fe pada bagian tengahnya 2) Kurang protein menyebabkan gangguan sintesis
globin gangguan sintesis hemoglobin sel darah merah akan menjadi lebih kecil karena
mengandung sedikit hemoglobin anemia mikrositik [MCV 57,9 fl (< 70 fl)]

Hipotesis: Anak A perempuan usia 10 tahun diduga menderita anemia defisiensi besi.
9. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit pada kasus? 9 8
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat.
Anamnesis

Pucat kronis, Mudah lelah, berdebar-debar, sering pusing, kadang dapat ditemui sesak

napas
Orang tua bisa mengeluhkan adanya keterlambatan pertumbuhan
Pada bayi dan anak kecil dapat ditemukan keterlambatan perkembangan psikomotor.

Pada usia yang lebih lanjut dapat dijumpai gangguan kognitif


Perubahan perilaku: pika (makan benda-benda seperti tanah, batu, kertas, dll).

Pemeriksaan Fisis

Pucat dan tidak ditemukan organomegali


Atrofi papil lidah
Koilonikia (perubahan pada epitel kuku)
Gangguan jantung bila sudah terjadi komplikasi jantung.

Pemeriksaan penunjang

Hb turun
MCV dan MCHC dapat normal pada awalnya. Pada tahap lanjut dapat ditemukan mikrositik

hipokrom
Status besi (Feritin turun, SI turun, TIBC naik, dan saturasi transferin). Awalnya terjadi
penurunan feritin yang mengalami penurunan (stadium deplesi besi). Pada tahap lanjut
(definisi besi). Juga dapat disertai penurunan SI.
Secara laboratorik untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dipakai
kriteria diagnosis anemia defisiensi besi (modifikasi dari kriteria Kerlin et al) sebagai
berikut:
Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi, atau MCV < 80 fl dan MCHC <
31% dengan salah satu dari a, b, c, atau d.
1. Dua dari tiga parameter dibawah ini:
a. Besi serum < 50 mg/dl
b. TIBC >350 mg/dl
c. Saturasi transferin: <15%
2. Feritin serum <20 g/dl

3. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (perls stain) menunjukkan cadangan
besi (butir-butir hemosiderin) negative
4. Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara)
selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2 g/dl
10. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis penyakit pada
kasus? 10 9
Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah:
1. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit didapatkan:
a. anemia hipokromik mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan
sampai berat
b. MCV, MCHC, MCH menurun. MCV < 70 fl hanya didapatkan pada anemia defisiensi
besi dan thalassemia mayor.
c. RDW (red cell distribution width) meningkat yang menandakan adanya anisositosis.
d. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin
menurun.
e. Kadar hemoglobin sering turun atau sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia
yang mencolok karena anemia timbul perlahan-lahan.
f. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis,
anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target.
g. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda
dengan thalassemia.
h. Leukosit dan trombosit normal.
i. Retikulosit rendah dibandingkan dengan derajat anemia.
j. Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.
2. Kadar besi serum menurun < 50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC) meningkat >
350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%
3. Kadar serum feritin < 20 g/dl (ada yang memakai < 15 g/dl, ada juga < 12 g/dl).
Jika terdapat inflamasi maka feritin serum sampai dengan 60 g/dl masih dapat
menunjukkan adanya defisiensi besi.
4. Protoporfirin eritrosit meningkat ( > 100 g/dl)
5. Sumsum tulang: menunjukkan hyperplasia normoblastik dengan normoblast kecil-kecil
(mikronormoblast) dominan.
6. pada laboratorium yang maju dapat diperiksa reseptor transferin: kadar reseptor transferin
meningkat pada defisiensi besi, normal pada anemia akibat penyakit kronik dan
thalassemia.
7. Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia (Perls stain) menunjukkan cadangan
besi yang negatif (butir hemosiderin negatif).

8. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab anemia defisiensi besi: antara lain
pemeriksaan

feses

untuk

cacing

tambang,

sebaiknya

dilakukan

pemeriksaan

semikuantitaif (Kato-Katz), pemeriksaan darah samar dalam feses, endoskopi, barium


intake atau barium inloop, dan lain-lain, tergantung dari dugaan penyebab defisiensi besi
tersebut.
11. PBagaimana prognosis dari penyakit pada kasus? 9 8
Dalam pengobatan dengan preparat besi, seorang penderita dinyatakan memberikan respons
baik bila: retikulosit naik pada minggu pertama, mencapai puncak pada hari ke-10 dan
kembali normal setelah hari 10-14, diikuti kenaikan Hb 0,15 g/dl per hari atau 2 g/dl setelah
3-4 minggu sehingga Hb akan kembali normal setelah 4-10 minggu. Jika respons terhadap
terapi tidak baik, perlu dipikirkan:
1. Pasien tidak patuh sehingga obat tidak diminum
2. Dosis besi kurang
3. Masih ada perdarahan cukup banyak
4. Ada penyakit lain, seperti penyakit kronik, peradangan menahun atau pada saat yang sama
ada defisiensi asam folat
5. Diagnosis salah.
Jika dijumpai keadaan di atas, lakukan evaluasi kembali dan ambil tindakan yang tepat.

12. Bagaimana SKDI dari penyakit pada kasus? 10 9


4A.
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter

Você também pode gostar