Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
04011181419061
Alpha 2014
ANALISIS MASALAH
1. Makna dari mimisan (-) 9 8
a. Menandakan bahwa tidak terjadi perdarahan akut yang dapat menyebabkan munculnya
gejala anemia seperti pada kasus (pucat dan lesu) menyingkirkan diagnosa banding
anemia mikrositik hipokrom pasca perdarahan akut
b. Dapat menyingkirkan diagnosis banding perdarahan yang disebabkan karena blood
dyscrasias koagulopati congenital ataupun didapat
- Koagulopati kongenital harus dicurigai pada pasien dengan adanya riwayat keluarga,
mudah memar, atau perdarahan yang memanjang dari trauma minor atau operasi.
Contoh dari gangguan perdarahan congenital termasuk hemophilia dan von
-
Willebrand disease.
Koagulopati yang didapat bisa primer (akibat penyakitnya) dan sekunder (akibat dari
terapi).
Koagulopati
didapat
yang
sering
dijumpai
diantaranya
adalah
serious, while others need ongoing medical treatment. See your doctor for an accurate diagnosis if your
child experiences easy bruising.
Von Willebrand Disease
Von Willebrand disease is the most common inherited bleeding disorder. Von Willebrand factor helps
platelets clump together and stop bleeding. This disease is usually mild, affects males and females
equally, and is more common in Caucasians than blacks.
Hemophilia
Hemophilia is an inherited clotting disorder. In the United States, most of the children with hemophilia
are boys. Proteins -- called clotting factors -- that help blood clot are absent in children with hemophilia.
Clotting factors help blood cell pieces called platelets clump together at the site of an injury to stop
bleeding. Many children with hemophilia receive regular injections of clotting factor, since bleeding into
the joints and other areas of the body that may not be immediately noticed can be extremely dangerous.
Idiopathic Thrombocytopenia
Idiopathic thrombocytopenia -- ITP -- occurs when platelet levels in the blood are lower than normal, so
bruising with minimal or no injury occurs. Platelets stick together at the site of an injury to stop bleeding.
In addition to bruising, ITP causes small pinpoint red dots on the skin. These occur when very small
blood vessels bleed under the skin. This condition resolves on its own without complication for most
children. However, in some cases it may be life-threatening, such as bleeding that occurs in the brain, or
excessive bleeding in other areas of the body.
Leukemia
Leukemia is the most common type of childhood cancer. It affects the production of blood cells in the
bone marrow. Immature cells grow out of control, crowding out normal production of white and red blood
cells and platelets. Leukemia normally occurs in children between 2 and 6 years old, but can affect
children of any age. Boys are slightly more likely to develop leukemia than girls, and Caucasian children
have leukemia more often than black children. In addition to bruising, fatigue, fever and shortness of
breath often occur in children with leukemia.
Kasus: 1 x makan hanya 3-4 sendok makan dengan frekuensi makan 3 kali sehari
9-12 sendok makan nasi perhari 117 156 kkal yang di dapat dari nasi.
Analisis: anak tidak suka ikan, daging, susu sumber kalori anak sebagian besar
kemungkinan hanya dari nasi.
Cara menghitung kebutuhan kalori anak
1.
Hitung berat badan sehat anak sesuai umurnya dengan menggunakan rumus
Berhman (1992) berikut ini:
Usia 3 -12 bulan = [umur (dalam bulan) + 9] / 2
Usia 1 - 6 tahun = [umur (dalam tahun) x 2] + 8
Usia 7 - 12 tahun = {[umur (dalam tahun) x 7] + 5} / 2
Usia 10 tahun
= {[10 tahun x 7] + 5} / 2
= 37,5 kg
2. Selanjutnya, kita masukkan berat badan sehat kedalam rumus dibawah ini untuk
mengetahui kebutuhan kalori perhari. Rumusnya:
Usia 0 - 12 bulan = BB sehat (dalam kg) x 110 Kal
Usia 1 - 3 tahun = BB sehat (dalam kg) x 100 Kal
Usia 4 - 6 tahun = BB sehat (dalam kg) x 90 Kal
Usia 7 - 9 tahun = BB sehat (dalam kg) x 80 Kal
Usia 10 - 12 tahun = BB sehat (dalam kg) x 70 Kal
= 37,5 kg x 70 Kal
= 2625 kKal
Jika kita bandingkan dengan kemungkinan asupan kalori yang didapat anak A perhari dari
nasi, dengan kebutuhan kalori seharusnya dalam satu hari:
Jumlah kalori yang didapat anak A pada kasus per hari: (dari nasi) 117-156 kKal
Jumlah kalori yang didapatkan seharusnya per hari: 2625 kKal
Hanya memenuhi 4-6% kebutuhan kalori per hari yang seharusnya.
Kalori per hari: kalori total (karbo, protein, lipid): kalori dari nasi pada kasus
Jumlah asupan nasi per hari: jumlah nasi per hari rata-rata: jml asupan nasi pada
kasus persentase akan jauh lebih tinggi disbanding dengan hasil sebelumnya)
Kasus: 9-12 sendok makan per hari
Jadi, kemungkinan anak A mengkonsumsi nasi sebanyak 20-40% dari jumlah nasi
yang kira-kira dikonsumsi seseorang per hari.
Sumber:
http://www.kesehatanpedia.com/2015/01/jumlah-kalori-sepiring-nasi-putih.html
http://www.fatsecret.co.id/kalori-gizi/umum/nasi-putih?
portionid=53181&portionamount=100,000
Sumber lain:
-
Gangguan system kekebalan tubuh (imunitas) akibat kekurangan zat besi dan
protein
Rambut rontok
Gangguan konsentrasi
Anemia
Pembengkakan sendi
Keberadaan kalori yang berasal utamanya dari protein sangat berguna bagi
keberlangsungan hidup sel yang optimal dan sehat, bisa saja karena kekurangan
komponen penting ini maka sel akan mudah terserang radikal bebas ataupun
mikroorganisme
yang
merusak
perkembangannya
atau
bahkan
sampai
Keberadaan kalori protein juga penting bagi keseimbangan hormon tubuh tak
ketinggalan pula pada produksi berbagai jenis enzim dalam tubuh, jika kedua hal ini
terganggu keseimbangannya akibat dari berkurangnya pasokan protein maka sudah
barang tentu segala sistem tubuh yang melibatkan kinerja hormon dan enzim
layaknya sistem reproduksi dan pencernakan pun akan terganggu keoptimalannya
6. Sistem gerak
Protein juga merupakan zat penting dalam penyusun jaringan tulang pada makhluk
hidup, jika kandungan protein berkurang maka secara otomatis susunan tulang pun
menjadi tidak maksimal lagi, hal ini dapat menimbulkan berbagai gangguan mulai
dari nyeri sendi sampai juga pada resiko pengeroposan tulang ataupun penyebab
osteoporosis yang disertai juga dengan gejala semisal nyeri punggung
7. Sistem syaraf
Protein berperan penting dalam melindungi kesehatan sel syaraf, begitupun yang
terhubung langsung pada pusat yakni di otak, sehingga berkurangnya pasokan
protein kalori mampu berdampak pada kesehatan sistem saraf otak yang terganggu
semisal saja berdampak pada kurang cakapnya seseorang dalam mengatur fokus
serta emosinya dan bisa juga berdampak pada kepikunan dan menurunnya tingkat
kecerdasan seseorang, hal ini erat kaitannya dengan terganggunya sistem transmisi
syaraf yang tidak optimal
Pada penglihatan pun jika asupan kalori protein yang berpengaruh pada kinerja
syaraf berkurang dari kadar normal bisa juga mengakibatkan kurang maksimalnya
hubungan syaraf penglihatan yang bisa berdampat pada terganggunya penglihatan
yang dimulai dengan gejala kaburnya pandangan akibat kurang lancarnya hubungan
antar sistem syaraf antara organ mata dan syaraf pusat pada otak yang berperan
sebagai pengendali utama atas segala kinerja tubuh
8. Kardiovaskular
Dalam sistem kardiovaskular sangatlah penting peranan dari protein itu sendiri,
utamanya pada organ jantung protein akan menguatkan otot-ototnya sedangkan jika
kebutuhan akan zat protein tidak dapat tercukupi maka kemampuan otot jantung
dalam memompa aliran darah pun taka akan dapat berperan optimal sebagai mana
mestinya. Protein juga sangat membantu dalam perannya untuk menjaga kesehatan
pembuluh darah, jika kekurangan protein ini tidak segera ditanggulagi dengan
berbagai asupan penunjang kemungkinan rapuh pembuluh darah yang berakibat
fatal pun bisa saja mengancam jiwa, protein juga terbukti mampu membersihkan
pembuluh darah dari kemungkinan timbulnya plak kolesterol jahat yang mampu
membahayakan jantung dan jika kadarnya berkurang maka kemungkinan ancaman
penyakit jantung pun juga semakin meningkat.
Dan jika kandungan protein dalam sel darah tak dapat dicukupi maka kemungkinan
besar dapat mengakibatkan cacat produksi yang berdampak pada kurang mampunya
sel darah dalam bekerja optimal, jika kekurangan kalori protein mampu
mengacaukan sistem kardiovaskular maka tak hanya jantung saja yang terancam
tapi seluruh organ tubuh seperti melemahnya kinerja otak, timbulnya gejala sering
kesemutan pada anggota gerak akibat kurang lancarnya edaran oksien dan
sebagainya
9. Respiratori
Protein berperan sangat signifikan pada kekuatan otot paru-paru, jika kebutuhan
tubuh akan kandungan protein berkurang dari normal maka akan berdampak pada
gangguan sistem nafas utamanya pada paru-paru yang tidak optimal dalam proses
pertukaran udara tubuh
10. Pencernakan
Protein berperan penting setidaknya dalam peremajaan beberapa sel jaringan,
segala sel rusak dan mati akan mampu tergantikan dengan ketersediaan protein
yang mencukupi, namun jika tidak maka hal ini akan cenderung memudahkan
timbulnya gejala perlukaan yang sulit tersembuhkan semisal saja pada organ
http://halosehat.com/gizi-nutrisi/panduan-gizi/akibat-kekurangan-kalori-
dan-protein
Sumber: https://allaboutblood.com/2014/10/14/erythrocyte-sedimentation-rate/
8. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari: MCV:57,9 (fl) 10 9
Tidak suka makan ikan dan daging asupan protein dan zat besi rendah/tidak ada 1)
Kurang zat besi menyebabkan gangguan sintesis heme yang terdiri dari protoporfirin dan
satu atom Fe pada bagian tengahnya 2) Kurang protein menyebabkan gangguan sintesis
globin gangguan sintesis hemoglobin sel darah merah akan menjadi lebih kecil karena
mengandung sedikit hemoglobin anemia mikrositik [MCV 57,9 fl (< 70 fl)]
Hipotesis: Anak A perempuan usia 10 tahun diduga menderita anemia defisiensi besi.
9. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit pada kasus? 9 8
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat.
Anamnesis
Pucat kronis, Mudah lelah, berdebar-debar, sering pusing, kadang dapat ditemui sesak
napas
Orang tua bisa mengeluhkan adanya keterlambatan pertumbuhan
Pada bayi dan anak kecil dapat ditemukan keterlambatan perkembangan psikomotor.
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan penunjang
Hb turun
MCV dan MCHC dapat normal pada awalnya. Pada tahap lanjut dapat ditemukan mikrositik
hipokrom
Status besi (Feritin turun, SI turun, TIBC naik, dan saturasi transferin). Awalnya terjadi
penurunan feritin yang mengalami penurunan (stadium deplesi besi). Pada tahap lanjut
(definisi besi). Juga dapat disertai penurunan SI.
Secara laboratorik untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dipakai
kriteria diagnosis anemia defisiensi besi (modifikasi dari kriteria Kerlin et al) sebagai
berikut:
Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi, atau MCV < 80 fl dan MCHC <
31% dengan salah satu dari a, b, c, atau d.
1. Dua dari tiga parameter dibawah ini:
a. Besi serum < 50 mg/dl
b. TIBC >350 mg/dl
c. Saturasi transferin: <15%
2. Feritin serum <20 g/dl
3. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (perls stain) menunjukkan cadangan
besi (butir-butir hemosiderin) negative
4. Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara)
selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2 g/dl
10. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis penyakit pada
kasus? 10 9
Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah:
1. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit didapatkan:
a. anemia hipokromik mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan
sampai berat
b. MCV, MCHC, MCH menurun. MCV < 70 fl hanya didapatkan pada anemia defisiensi
besi dan thalassemia mayor.
c. RDW (red cell distribution width) meningkat yang menandakan adanya anisositosis.
d. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin
menurun.
e. Kadar hemoglobin sering turun atau sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia
yang mencolok karena anemia timbul perlahan-lahan.
f. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis,
anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target.
g. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda
dengan thalassemia.
h. Leukosit dan trombosit normal.
i. Retikulosit rendah dibandingkan dengan derajat anemia.
j. Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.
2. Kadar besi serum menurun < 50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC) meningkat >
350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%
3. Kadar serum feritin < 20 g/dl (ada yang memakai < 15 g/dl, ada juga < 12 g/dl).
Jika terdapat inflamasi maka feritin serum sampai dengan 60 g/dl masih dapat
menunjukkan adanya defisiensi besi.
4. Protoporfirin eritrosit meningkat ( > 100 g/dl)
5. Sumsum tulang: menunjukkan hyperplasia normoblastik dengan normoblast kecil-kecil
(mikronormoblast) dominan.
6. pada laboratorium yang maju dapat diperiksa reseptor transferin: kadar reseptor transferin
meningkat pada defisiensi besi, normal pada anemia akibat penyakit kronik dan
thalassemia.
7. Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia (Perls stain) menunjukkan cadangan
besi yang negatif (butir hemosiderin negatif).
8. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab anemia defisiensi besi: antara lain
pemeriksaan
feses
untuk
cacing
tambang,
sebaiknya
dilakukan
pemeriksaan