Você está na página 1de 3

Kasus Pencemaran Limbah Di Teluk Jakarta

Pencemaran laut menurut PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan
baku mutu dan atau fungsinya. Komponen-komponen yang menyebabkan pencemaran laut seperti partikel kimia, limbah
industri, limbah pertambangan, limbah pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) di
dalam laut yang berpotensi memberi efek berbahaya. Teluk Jakarta salah satu kawasan dengan pencemaran laut terparah.
Warna air laut di teluk ini semakin menghitam dan sampah yang rapat mengambang di permukaan air. Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan pencemaran itu berasal dari limbah domestik dan industri yang dibawa 13 sungai
bermuara di sana. Pencemaran juga terjadi di Taman Nasional Pulau Seribu.
LSM Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) bahkan menyebutkan telah menemukan gumpalan minyak di 78 pulau sejak
2003. Menurut sumber bahwa pencemaran Teluk Jakarta bukan hanya berasal dari darat, karena memang ada banyak sekali
sungai yang bermuara ke teluk ini. Saat ini diprediksi terdapat 14 ribu kubik sampah dari limbah rumah tangga dan limbah
industri, yang mencemari teluk seluas 2,8 kilometer persegi itu. Seluruh limbah tersebut mengalir melalui 13 anak sungai
yang bermuara di teluk tersebut. Jika hal tersebut tidak segera ditangani, dikhawatirkan akan mengancam kelestarian hutan
bakau dan terumbu karang. Bahkan jumlah produksi ikan dan budi daya laut lainnya pun menurun drastis hingga 38 persen
dari biasanya. Sumber lain yang dikutip dari Republika mengatakan bahwa Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi),
menyatakan 80 persen lingkungan di perairan Teluk Jakarta tercemar berat karena limbah industri dan rumah tangga yang
di buang ke sungai. Selain itu, pencemaran berat terutama di kawasan laut dekat muara sungai ini berasal dari limbah
industri yang berlebihan, ekploitasi minyak dan gas bumi di lautan. pencemaran dari partikel kimia, limbah industri, limbah
pertanian dan perumahan merusak lingkungan dan ekosistem laut dan sungai dan kesejahteraan masyarakat di kawasan
pesisir karena populasi ikan yang semakin berkurang
Analisa Kasus :
Kasus yang diangkat tersebut menjelaskan mengenai pencemaran Teluk Jakarta yang disebabkan karena limbah industri
dan limbah rumah tangga. Menurut Wikipedia, limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah yang dihasilkan baik dari limbah industrI maupun limbah rumah tangga
jenisnya dapat berupa sampah, maupun cairan yang mengandung zat-zat kimia. Jika kita berbicara mengenai limbah
industri dilihat dari karakternya, maka limbah industri dapat dikategorikan dalam beberapa jenis limbah, yakni padat, cair
dan gas. Ada juga limbah dalam bentuk partikel. Hasil buangan buangan berupa gas dan partikel adalah bagian yang paling
dominan dalam pencemaran udara di sekitar industri. Menurut hasil penelitian, lebih dari 90% dari pencemaran udara
adalah sumbangan limbah industri dalam bentuk gas, baik itu karbon monoksida, hidrokarbon, nitrogen oksida, sulfur
oksida dan beberapa jenis partikel lain. Parameter penting di dalam ekosistem air adalah jumlah oksigen terlarut di
dalamnya. Jika kadar oksigen terlarut dalam air menurun dalam jumlah dan kualitasnya, maka akan terjadi ancaman
tehadap makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Hal ini dapat terjadi jika ada pencemaran pada air yang diakibatkan
limbah dalam bentuk cair, seperti contohnya pencemaran pada Teluk Jakarta.
Hampir 80% air di teluk Jakarta telah mengalami pencemaran. Hal tersebut tentunya akan berakibat pada kerusakan pada
sumber daya hayati di dalamnya, seperti warna air yang berubah kecoklatan, ikan-ikan mati, dan banyaknya makhluk hidup
yang mati akibat limbah tersebut. Selain berdampak pada lingkungan, pencemaran juga memberikan dampak pada
masyarakat sekitarnya. Apabila masyarakat setempat mengkonsumsi ikan maupun menggunakan air yang telah tercemar
tersebut maka akan berdampak pada kesehatan. Hal tersebut tentu sudah menjadi perhatian serta tanggung jAwab kita
semua. Oleh karena itu, hendaknya kita sebagai manusia sudah sepantasnya dan selayaknya menjaga lingkungan kita.
Tindakan yang dapat kita lakukan diantaranya tidak membuang sampah ke sungai yang dapat menyebabkan pencemaran
yang berdampak pada kerusakan sumber daya hayati. Selain masyarakat, peran pemerintah juga sangat berpengaruh. Salah
satunya adalah dengan menindaklanjuti segala kegiatan yang dapat berakibat terjadinya pencemaran tersebut dengan
memberikan efek jera kepada perusahaan maupun masyarakat yang melakukan tindakan yang berakibat meruguikan serta
merusak lingkungan. Sehingga penanganan limbah industri tidak boleh dianggap sepele jika tidak menghendaki kerugian
yang lebih besar terjadi. Kesadaran tentang bahaya limbah industri ini harus dimiliki oleh siapapun, baik pemilik modal
yang mendirikan industri, birokrasi yang memberikan ijin dan juga masyarakat di manapun mereka berada.

Ancaman Banjir di Jakarta

Banjir yang terjadi di Jakarta selain karena faktor alam juga merupakan dampak kerusakan lingkungan
yang parah di kawasan Jakarta Depok, Bogor, Bekasi dan Tanggerang. Dimaksud dengan faktor alamiah adalah
adanya muara dari 13 sungai di DKI Jakarta, kondisi topografi DKI Jakarta yang hampir 40% berada di bawah
permukaan air laut, dan naiknya muka air laut sebagai dampak pemanasan global (global warming). Sedangkan
faktor manusia antara lain adalah, kebiasaan sebagian warga masyarakat membuang sampah di sungai dan badan
air lainnya, pemanfaatan bantaran sungai untuk pemukiman, konservasi lahan di hulu daerah aliran sungai
(DAS), berkurangnya daerah terbuka hijau sebagai daerah resapan air, hilangnya sejumlah situ sebagai tempat
parkir air dan lain sebagainya.
Terjadinya perubahan musim yang ekstrim antara lain ditandai dengan meningkatnya curah hujan di
musim penghujan juga berpotensi menimbulkan banjir. Sementara naiknya permukaan air laut, hilangnya hutan
mangrove di pesisir pantai menyebabkan terjadinya Rob (banjir pasang air laut) yang kini telah terjadi di
beberapa kawasan Pantai Utara (Pantura) Jakarta.
Secara umum banjir disebabkan oleh rusaknya bendungan dan saluran air rusak, seperti terjadi pada
bencana di situ gintung, penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali, kiriman atau bencana banjir bandang,
keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air, pembangunan tempat permukiman
dimana tanah kosong diubah menjadi jalan gedung, tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
Saat ini, banjir telah menjadi bencana bencana yang rutin terjadi setiap tahun baik di DKI Jakarta maupun
di daerah-daerah lain di Indoenesia. Dan paling sering memakan korban yang tidak sedikit, baik jiwa, harta
maupun sarana dan prasarana bagi kehidupan masyarakat. Puluhan ribu hektar sawah dan taanaman lain gagal
panen, jalan dan jembatan rusak, serta ribuan rumah yang rusak dan hancur. Misalnya, banjir yang terjadi di
Jakarta pada Agustus 2010 telah meluruhkan Jakarta. Wilayah-wilayah yang tergenang air antara lain Kalibata,
Bukit Duri, dan Bidara Cina, segitiga emas Kuningan. Bahkan sentra bisnis di jalan Sudirman (Bendungan Hilir,
Semanggi, Dukuh Atas), Kuningan, serta seputaran Sarinah-Sabang-Thamrin tenggelam. Di Kelapa Gading
hanya menyisakan atap rumah dan lampu jalan. Akibatnya, listrik mati dan air ledeng mampet. 70 ribu
sambungan telepon putus. Jakarta berubah seperti rawa-rawa purba. Lebih dari dua per tiga wilayahnya
terendam. Kawasan Suntersentra industri otomotif nasionallumpuh selama sepekan. 100 mobil Toyota
tenggelam Begitu pula di Pulogadung, mesin-mesin tak dapat dioperasikan karena terendam air.
Kejadian yang sama kembali terulang pada 25 Oktober 2010 yang menyebabkan transportasi kotaa
lumpuh (hampir total) karena hujan deras yang mengakibatkan banjir yang pada akhirnya menyebabkan
kemacetan di mana-mana. Perjalanan dari Kuningan ke Kelapa Gading yang biasanya hanya memakan waktu
satu jam berubah menjadi tiga jam. Berbagai upaya untuk mengatasi ancaman banjir telah dilakukan sejak Jaman
Kerajaan Tarumanegara dengan pembangunan saluran air dari hulu hingga hilir. Juga pada masa kolonial Belanda
dengan pembangunan Kanal Banjir Barat. Sekarang pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah
membangun Kanal Banjir Timur (KBT) dan merevitalisasi Kanal Banjir Barat (KBB) dengan harapan dapat
membebaskan 207 wilayah DKI Jakarta dari ancaman banjir. Namun upaya tersebut diperkirakan hanya
mengurangi sebagian resiko dan dampak banjir. Artinya, ancaman banjir tetap menjadi persoalan yang akut bagi
Jakarta di masa mendatang terutama banjir lokal.
Analisa Kasus diatas
Resiko dan dampak banjir yang terjadi dalam dua dekade terakhir sangat terasa menimbulkan penderitaan
bagi warga masyarakat secara luas antara lain disebabkan:
a) Rendahnya kesadaran dan kemampuan warga menghadapi datangnya banjir;
b) Belum ada strategi dan skenario baku dari pemerintah dalam menghadapi resiko dan dampak banjir;
c) Belum/tidak ada strategi mitigasi dan adaptasi menghadapi banjir yang berkesinambungan.
Selain beberapa permasalahan tersebut, sesungguhnya masih banyak permasalahan yang aktual dalam
kehidupan sosial, seperti pemukiman kumuh, kebakaran, kemacetan lalu lintas, dan lain-lain yang memiliki
pertaliannya dengan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup di DKI Jakarta.
Solusi
1. Sudah ada namun butuh pengembangan
Penyuluhan dan pelatihan tentang pencegahan banjir Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan
wawasan tentang teknologi sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah banjir, misalnya dengan
membuat lubang biopori atau sumur resapan. Selain itu, masyarakat juga diajarkan secara langsung
bagaimana cara membuat lubang biopori yang baik dan benar.

Penertiban dan pembenahan warga yang tinggal di darah bantaran sungai. Seluruh warga yang tinggal di
bantaran sungai akan direlokasi secara bertahap ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Jika warga di
bantaran sungai tidak mau direlokasi ke rusunawa, mereka akan diberi stimulus tertentu berupa bantuan
ekonomi (bisa berupa sewa gratis di rusunawa selama beberapa bulan, bantuan sembako, ataupun bantuan
langsung uang tunai) sesuai data statistik ekonomi warga. Bantaran sungai yang ada kemudian dibenahi
dengan cara membangun tanggul yang lebih tinggi dan menambah kedalaman serta lebar sungai agar
dapat menampung limpahan air hujan lebih banyak. Daerah di sekitar sungai juga akan direboisasi untuk
menambah daerah resapan.
Pengembangan Kalpataru (penghargaan yang diberikan kepada perorangan maupun kelompok atas
jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia) dan Adipura (penghargaan bagi suatu kota di
Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan).
Pengembangan Bank Sampah, yakni konsep pengumpulan sampah kering maupun sampah basah yang
dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tapi yang ditabung bukanlah uang melainkan
sampah. Warga yang menabung disebut nasabah dan memiliki buku tabungan dan dapat meminjam uang
yang nantinya akan dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung
akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang yang nantinya akan dijual di pabrik maupun
perusahaan yang sudah bekerja sama. Sedangkan plastik kemasan dibeli oleh ibu-ibu PKK setempat untuk
didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan yang masih layak pakai. Konsep bank sampah ini bisa
dimodifikasi dengan cara membagi bank sampah memjadi 3 divisi, yaitu divisi pelayanan nasabah, divisi
pengolahan atau daur ulang sampah, dan divisi penjualan produk hasil olahan atau daur ulang sampah.
Divisi-divisi tersebut akan mempekerjakan warga sekitar yang masih menganggur dan sebelumnya sudah
mengikuti pelatihan menjadi karyawan di bank sampah. Pada awalnya, bank sampah ini akan
disosialisasikan ke masyarakat luas, sehingga banyak warga menganggur yang tertarik menjadi karyawan
maupun menjadi nasabah bank sampah. Divisi pengolahan sampah akan mengolah berbagai macam
sampah dengan teknologi yang relatif sederhana dan tidak mahal, seperti pembuatan kompos dari sampah
organik dan membuat produk dari seperti tas dari sampah plastik. Sampah-sampah sisanya yang
memerlukan teknik pengolahan relatif rumit akan dijual ke perusahaan pengelolaan sampah. Dengan
mempekerjakan warga sekitar yang menganggur, perekonomian warga sekitar juga akan membaik dan
mengurangi jumlah pengangguran.
Sosialisasi ke masyarakat tentang bank sampah, diutamakan ke warga yang memiliki kesadaran
lingkungan berdasarkan survey.
Bank sampah dibentuk di berbagai wilayah. Pegawainya berasal dari warga sekitar yang menganggur dan
sudah ditraining sebelumnya.
Pegawai bank sampah dibagi menjadi 3 divisi, yaitu konsumen, pengolahan, dan jual-beli.
Dana untuk membangun bank sampah berasal dari dana APBD maupun investor. Divisi jual beli melayani
penjualan dari hasil daur ulang sampah.
Seiring berjalannya waktu, sebagian keuntungan dari bank sampah digunakan untuk operasional bank
sampah itu sendiri dan mengembalikan modal
2. Belum ada namun bisa menjadi solusi yang mungkin dilakukan
Pemberian reward terhadap warga yang bisa menjaga serta membersihkan lingkungannya apabila
daerahnya belum bersih. Apabila konsep suatu warga untuk membersihkan lingkungannya itu inovatif dan
efektif, maka konsep tersebut akan diterapkan kepada lingkungan lain yang daerahnya masih belum
bersih. Reward-nya dapat berupa renovasi beberapa bangunan yang kurang layak yang berada di
lingkungan tersebut maupun pemberian bantuan seperti sembako maupun BLT (bantuan langsung tunai)
yang akan diberikan kepada warga yang aktif dalam menjaga serta membersihkan lingkungannya. Reward
ini juga akan memperhatikan data statistik ekonomi warga tersebut.
Sosialisasi kepada warga yang bertujuan untuk mengubah persepsi mengenai banjir. Selama ini, istilah
"banjir kiriman dari Bogor" seringkali digembar-gemborkan oleh pemerintah DKI Jakarta, warga sekitar
bantaran sungai, maupun media massa. Sehingga, istilah "banjir kiriman dari Bogor" secara tidak langsung
akan membuat banyak warga di DKI Jakarta pasrah terhadap banjir yang terjadi dan menganggap bahwa
banjir tersebut tetap akan terjadi meskipun mereka berusaha menanggulanginya. Dengan mengubah
persepsi tersebut, warga yang sering dilanda banjir akan kembali bersemangat dan meningkat
kesadarannya untuk membenahi lingkungan sekitar dan mengelola sampah di lingkungan mereka agar
dapat mencegah atau setidaknya mengurangi dampak banjir yang melanda mereka di kemudian hari.

Você também pode gostar