Você está na página 1de 22

FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATIONAL SCIENCES (Department

of English Education)

Jumat, 13 Juni 2014

PANDANGAN ISLAM TERHADAP


PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN
DAN PENGOBATAN ALTERNATIF
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Islam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap aspek
kehidupan manusia, termasuk di antaranya masalah kesehatan dan pengobatan.
Ilmu pengobatan islam sebenarnya tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat.
Contohnya, Ibnu Sina seorang muslim yang menjadi pionir ilmu kedokteran
modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada cara-cara alami dan metode
ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang muslim dalam
menjaga kesehatan dan mengobati penyakitnya.

Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah SWT,
disamping sebagai instink yang mendorong manusia untuk mencari segala
sesuatu yang di butuhkan untuk melestarikan hidupnya seperti makan, minum
dan tempat berlindung. Dalam mencari hal-hal tersebut, manusia akan
mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik maupun yang
membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta
mengembangkan pengalaman tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Karena itu, manusia selalu dalam proses mencari dan manusia dalam bebragai
menyempurnakan hingga selalu progresif. Berbeda dengan binatang yang hanya
dibekali dengan instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah dan dan
bersifat statis. Akal lah yang membentuk serta membina kebudayaan aspek
kehidupannya termasuk dalam bidang pengobatan.
Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa di tolak, meskipun kadang
bisa dicegah ataupun dihindari. Kemajuan teknologi dewasa ini telah
menghasilkan berbagai pengobatan modern yang dapat membantu pengobatan
pada segala macam penyakit.
Penyakit dan kesehatan sebagai bagian dari kehidupan manusia yang
dikaji dalam Antropologi kesehatan bermula dari sejak berakhirnya PDII, ahli-ahli
antropologi biologi dan Antropologi sosial budaya mualai meningkatkan
perhatian mereka pada studi lintas budaya mengenai masalah kesehatan juga
pada faktor bioekologi dan sosiokultural yang berpengaruh terhadap kesehatan
dan timbulnya penyakit. Selain itu terdapat banyak faktor-faktor budaya yang
yang sangat berpengaruh pada dunia kesehatan seperti perbedaan persepsi
sakit dan sehat, perlakuan kepada pasien, cara pengobatan, persepsi mengenai
penyebab sakit, bahkan mengenai cara seseorang memandang penyakit sangat
ditentukan oleh kebudayaanya.

Dalam sistem pengobatan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi


dua bagian yaitu pengobatan barat dan pengobatan timur. Seiring dengan
berkembangnya teknologi, pengobatan modern pun semakin berkembang.
Pengobatan modern yaitu metode pengobatan yang sudah terstandarkan dan
telah diuji secara ilmiah sehingga dipercaya sebagai pengobatan yang resmi
dipakai belahan dunia termasuk di Indonesia. Pengobatan modern menggunakan
alat-alat kesehatan yang canggih dan mahal harganya, seperti CT Scan, MRI, dan
lain-lain.
Selain pengobatan secara modern ada pula pengobatan secara alami atau
biasa di sebut dengan pengobatan tradisoanal. adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun temurun dan diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turuntemurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

1.2 RUMUSAN MASALAH


2.

Apa itu pengobatan ?

3.

Bagaimana pandangan islam terhadapat pengobatan tradisoanal-modern yang


berkembang ?

4.

Jenis pengobatan tradisional-modern ?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari di buat nya makalah ini adalah untuk mengetahui atau
memahami lebih luas tentang seperti apa pandangan islam terhadap kemajuan

teknologi kedokteran dalam ilmu pengobatan terhadap penyakit yang


berkembang saat ini serta seperti apa cara pengobatan dari ilmu
tradisional yang memang semakin marak di jumpai.

1.4.MANFAAT
Dengan memahami lebih lanjut tentang seperti apa pengobatan yang
diperbolehkan dan tidak dalam islam maka kita sebagai muslim yang baik akan
lebih berhati-hati lagi dalam memilih tempat atau sistem pengobatan yang akan
di jalani agar tidak terjerumus ke dalam ilmu yang salah dan mendapat kerugian
bukan kesembuhan.

BAB II
PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN PENGOBATAN


Terapi atau pengobatanadalah remediasi masalah kesehatan, biasanya
mengikuti diagnosis. Orang yang melakukan terapi disebut sebagaiterapis.
Risalah Islam membawa rahmat bagi semesta alam dengan menanamkan jiwa
harapan dan optimisme bagi setiap insan dalam kondisi apapun. Semangat inilah
yang menyelimuti pesan dan petunjuk beliau tentang pengobatan sebagaimana
dirangkum oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Zadul Maad (Juz IV) yang
dikenal dengan At-Thibb An-Nabawi (Pengobatan Nabi). Di antaranya sabda
beliau: Setiap penyakit ada obatnya, maka jika obat telah mengenai penyakit

maka akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla (HR. Muslim)
Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali telah menurunkan
untuknya obat yang diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak
diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya. (HR. Ahmad).
Ketika umat Islam salah paham tentang takdir dengan kepasrahan fatalis
tanpa usaha sehingga mereka bertanya kepada Nabi apa perlu berobat bila
datang takdir sakit, beliau menjawab: Ya. Wahai hamba-hamba Allah,
berobatlah, karena Allah Azza wa Jalla tidak menaruh penyakit kecuali menaruh
padanya obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu kerentaan. (HR. Ahmad)
Demikian pula Abu Khizamah menanyakan kepada Nabi tentang ruqyah
(bacaan doa dan al-Quran) untuk menyembuhkan, obat-obatan untuk berobat
dan pelindung untuk pengamanan apakah semua itu dapat menolak takdir Allah,
maka beliau menjawab bahwa semua ikhtiar itu juga termasuk takdir Allah.
Dalam sebuah kisah diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim pernah menanyakan
kepada Allah dari mana asalnya penyakit dan obat, dijawab oleh Allah dari-Ku,
Nabi Ibrahim menanyakan, Lalu bagaimana dengan seorang dokter/tabib?
maka Allah menjawab: Ia hanyalah seorang perantara yang dikirimkan melalui
tangannya suatu obat Oleh karena itu siapapun yang memberi obat, itu bukan
masalah.
Bisa saja dokter, tabib ataupun ahli pengobatan tradisional dan lainnya. Yang
penting, misinya pengobatan dan tercapainya kesembuhan. Kita bisa pilih sendiri
mana yang berkenan di hati kita, sebab obat mereka masing-masing biasanya
berbeda, asalkan tidak mengandung bahan-bahan yang najis, haram ataupun
membahayakan serta cara-cara yang haram. Rasulullah berpesan:
Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit sekaligus obat, dan telah
menciptakan obat bagi setiap penyakit, maka berobatlah dan jangan berobat
dengan yang haram. (HR. Abu Dawud).

3.2 CONTOH PERKEMBANGAN ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN

1.

Pencangkokan Organ Tubuh


A.

Pengertian Transplantasi
Transplantasi atau pencakokan adalah pemindahan organ tubuh dari orang

sehat atau mayat yang organ tubuhnya mempunyai daya hidup dan sehat
kepada tubuh orang lain yang memiliki organ tubuh yang tidak berfungsi lagi
sehingga resipien (penerima organ tubuh) dapat bertahan hidup secara sehat.
Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi
pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari pendonor.
Dalam islam transplantasi bisa dikategorikan urusan duniawi. Karena jika kita
amati, tidak ada dalil baik dari Al Quran ataupun hadits. Lalu bagaimana hukum
mendonorkan organ tubuh untuk di transplantasi?
Allah berfirman:
Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al-Maidah 5 :2)
Dari firman tersebut maka mendonorkan organ tubuh untuk ditransplantasi itu
boleh. Namun perlu diperhatikan,dalam mendonorkan organ,organ tersebut
bukanlah organ vital,yang jika organ tersebut di ambil maka akan menimbulkan
kematian bagi pendonor.

B. Macam-macam Donor:
1. Donor Hidup
Donor seperti ini dibolehkan dengan syarat. Yaitu, donor tersebut tidak
mengakibatkan kematian si pendonor. Misalnya, dia mendonorkan jantung,
limpha atau paru-parunya. Hal ini akan mengakibatkan kematian pada diri si
pendonor. Padahal manusia tidak boleh membunuh dirinya, atau membiarkan
orang lain membunuh dirinya, meski dengan kerelaannya.Allah Swt berfirman:
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. (QS an-Nisa [4]: 29).
Selanjutnya Allah Swt berfirman:
Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS alAnam [6]: 151)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA yang
mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Siapa saja yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung dan membunuh dirinya
sendiri, maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam.
dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. AlBaqarah 2: 195)
Jadi organ-organ yang boleh diambil dari donor hidup adalah kulit ginjal
sumsum tulang dan darah (transfusi darah), organ yang tidak berdampak buruk
pada individu itu sendiri apabila diambil dari dalam tubuhnya.
2.

Donor Organ Ketika Pendonor Telah Meninggal


Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqih. Sebagian ulama
madzhab Maliki dan Adz-Dzahiri yang berpendapat bahwa pemanfaatan organ
tubuh mayat tidak boleh didilakukan dengan landasan sabda Rasulullah saw.,

Memotong tulang mayat sama dengan memotong tulang manusia ketika


masih hidup. (H.R Abu Daud).
Jadi, mayat harus dihormati sebagaimana ia dihormati semasa hidupnya.
Jumhur ulama fiqih yang terdiri dari sebagian ulama Madzhab Hanafi, Maliki,
Syafli dan Hambali berpendapat bahwa memanfaatkan organ tubuh manusia
sebagai pengobatan dibolehkan dalam keadaan darurat. Menurut mereka hadits
riwayat Abu Daud tersebut berlaku jika dilakukan semena-mena tanpa manfaat.
Apabila dilakukan untuk pengobatan itu tidak dilarang karena hadits yang
memerintahkan seseorang untuk mengobati penyakitnya lebih banyak dan lebih
meyakinkan daripada hadits Abu Daud tersebut.
Transplantasi ini dapat di lakukan dengan syarat si pendonor telah mewariskan
sebelum ia meninggal atau dari ahli warisnya (jika sudah wafat).
Namun ada pula yang berpendapat bahwa hukum pemilikan terhadap tubuh
manusia
setelah dia mati merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi bahwa setelah
kematiannya, manusia telah keluar dari kepemilikan serta kekuasaannya
terhadap semua hal, baik harta, tubuh, maupun istrinya. Dengan demikian, dia
tidak lagi memiliki hak terhadap tubuhnya. Memang di bolehkan untuk harta
namun itu di khususkan hanya untuk harta bukan untuk anggota badan.
Kesimpulan :

Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor hidup sehat


diperbolehkan asal organ yang disumbangkan tidak menyebabkan kematian
kepada si pendonor.

Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor sakit (koma),


hukumnya haram.

Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor telah meninggal, ada
yang berpendapat boleh dan ada yang berpendapat haram.

1.

Bayi Tabung

A. Pengertian Bayi Tabung


Bayi tabung atau pembuahan In Vitro Vertilization adalah sebuah teknik
pembuahan yang sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Ini merupakan
salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya
tidak berhasil.
B.

Proses Bayi Tabung


Proses bayi tabung adalah proses dimana sel telur wanita dan sel sperma pria
diambil untuk menjalani proses pembuahan. Proses pembuahan sperma dengan
ovum dipertemukan di luar kandungan pada satu tabung yang dirancang secara
khusus. Setelah terjadi pembuahan lalu menjadi zygot kemudian dimasukkan ke
dalam rahim sampai dilahirkan.Proses pembuatan bayi tabung diantaranya :

a. Pengambilan Sel Telur


Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara, cara pertama: indung telur
di pegang dengan penjepit dan dilakukan pengisapan. Cairan folikel yang berisi
sel telur di periksa di mikroskop untuk ditemukan sel telur. Sedangkan cara
kedua ( USG) folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum melalui vagina
kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti pengisapan
laparoskopi.

Pendapat Ulama Tentang Pengambilan Sel Telur

Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat melihat atau
memegang aurat diperbolehkan dengan syarat keamanan dan nafsu dapat
dijaga. Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fiqih:
Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti keadaan terpaksa
( darurat). Dan keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang.

Menurut hemat penulis adalah keadaan seperti ini di sebut dengan keadaan
darurat, dimana orang lain boleh melihat dan memegang aurat besar wanita.
Karena belum ditemukan cara lain dan kesempatan unutuk melihat dan
memegang aurat wanita itu ditujukan semata- mata hanya untuk kepentingan
medis yang tidak menimbulkan rangsangan.

b.

Pengambilan sel sperma


Untuk mendapatkan sperma laki- laki dapat ditempuh dengan cara:

Istimna (onani)

Azl ( senggama terputus)

Dihisap dari pelir (testis)

Jima dengan memakai pengaman karet

Sperma yang di tumpahkan dalam jalan lahir yang dihisap dengan spuit.

Mimpi basah
Diantara keenam cara diatas, cara yang dipandang baik adalah dengan cara
onani ( mastrubasi) yang dilakukan di rumah sakit.

Pendapat Ulama Tentang Pengambilan Sperma


Ulama Malikiyah, Syafiiyah, Zaidiyah, mengharamkan secara multak
berdasarkan
Al-Quran surat Al- Muminun ayat 5-7, dimana Allah telah memerintahkan
manusia untuk menjaga kehormatan kelamin dalam setiap keadaan, kecuali
terhadap istri.
Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat zina atau
terganggu
kesehatannya, sedang ia tidak punya istri atau tidak mampu kawin. Yusuf
Qardawi juga sependapat dengan ulama Hanabilah.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna pada prinsipnya diharamkan,
namun
istimna diperbolehkan dalam keadaan tertentu bahkan wajib, jika dikhawatirkan
jatuh kepada perbuatan zina. Hal ini didasari oleh kaidah ushul adalah:
Wajib menempuh bahaya yang lebih ringan diantara dua bahaya.
C.

Hukum bayi tabung menurut pandangan islam


Masalah tentang bayi tabung ini memunculkan banyak pendapat, boleh atau
tidak? Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980,
mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh
Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih
Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986
mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan
membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari istri
sendiri.
para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang
dititipkan di rahim perempuan lain. Itu hukumnya HARAM. Para ulama menegaskan, di

kemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan
warisan. Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang
dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya HARAM. Sebab, hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun
dalam hal kewarisan.
Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari
pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan hal tersebut
hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis
di luar penikahan yang sah alias zina. Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang
diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, Tidak ada dosa yang lebih besar
setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang
meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.
Maka dapat kita simpulkan bahwa Bayi tabung itu di bolehkan ( Mubah) jika sperma dan
sel telur berasal dari pasangan suami istri yang sah.
Bayi tabung diharamkan jika:
1. Sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang tidak sah
2. Penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang
dititipkan di rahim perempuan lain
2. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia.
Ada beberapa kriteria mengenai Halal Haram bayi tabung diantaranya :
Hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:
a.

Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya
kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

b.

Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya


atau langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.

Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar


memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut
memperoleh keturunan.

Hal yang membuat bayi tabung menjadi haram, yaitu:


a.

Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung telur pihak
wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

b.

Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang
diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam
rahim si wanita.

c.

Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang
suami istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia
mengandung persemaian benih mereka tersebut.

d.

Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.

e.

Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami
dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.

f.

Jumhur ulama menghukuminya haram. Karena sama hukumnya dengan zina


yang akan mencampur adukkan nashab dan sebagai akibat, hukumnya anak
tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya. Sesuai firman Allah dalam surat (At-Tiin: 4) adalah:
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya

Dan hadist Rasululloh Saw:

Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyirami air
spermanya kepada tanaman orang lain (perempuan bukan istrinya). HR. Abu
Daud At- Tarmidzi yang dipandang shahih oleh Ibnu Hibban.

3.

Teknologi Kloning

A. Pengertian kloning
Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan individu-individu
dari jenis yang sama (populasi) yang identik secara genetik. Kloning merupakan
proses reproduksi aseksualyang biasa terjadi di alam dan dialami oleh
banyak bakteria, serangga, atau tumbuhan. Dalam bioteknologi, kloning merujuk
pada berbagai usaha-usaha yang dilakukan manusiauntuk menghasilkan salinan
berkas DNA atau gen, sel, atau organisme.
Proses kloning manusia dapat digambarkan seperti ditunjukkan dan
dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :
Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel
tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian
dipisahkan dari sel.
Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan
kemudian intinya dipisahkan.
Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur
Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah
(hari kedua) menjadi sel embrio.
Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari
ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.

Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama
dengan sel stem donor.
B.

Dampak Kloning
Menurut George Annos, kloning akan memiliki dampak buruk bagi kehidupan,
antara lain:

Merusak peradaban manusia.

Memperlakukan manusia sebagai objek.

Hilangnya hukum variasi dialam raya.

Kemungkinan kerusakan lainnya seperti terjangkit penyakit.

Kloning bertentangan dengan sunnah untuk berpasang-pasangan.

Jika kloning dilakukan manusia seolah seperti barang mekanis yang bisa
dicetak semaunya oleh pemilik modal. Hal ini akan mereduksi nilai-nilai
kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia hasil kloning.
Kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentu
terhadap kelompok lain. Kloning biasanya dilakukan pada manusia unggulan
yang memiliki keistimewaan dibidang tertentu. Tidak mungkin kloning dilakukan
pada manusia awam yang tidak memiliki keistimewaan. Misalnya kloning
Einstein, kloning Beethoven maupun tokoh-tokoh yang lain. Hal ini akan
menimbulkan perasaan dominasi oleh manusia hasil kloning tersebut sehingga
bukan suatu kemustahilan ketika manusia hasil kloning malah menguasai
manusia sebenarnya karena keunggulan mereka dalam berbagai bidang.

C.

Kajian Kloning dalam Hukum islam


Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian).
Dalam kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para

ulama. Oleh karenanya, rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan


masalah kloning ini adalah menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.
Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat
berikut:





























(5 : )
.

Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki (QS. 22/al-Hajj: 5).
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas,
bahwa ayat tersebut menampakkan paradigma al-Quran tentang penciptaan
manusia mencegah tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal
kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala
bentuk peniruan atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang
melampaui batas.
Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya
prestasi ilmiah atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada
Allah SWT sebagai Pencipta? Abul Fadl menyatakan tidak, berdasarkan pada
pernyataan al-Quran bahwa Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa
ayah dan ibu, dan Nabi Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:



(59 : )






.











Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman
kepadanya: Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia (QS. 3/Ali Imran: 59).
Pada surat yang sama juga dikemukakan:









.

.












-45 : )














(47.
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan)
dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera
Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang
yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam
buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang
saleh. Maryam berkata: Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak,
padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun. Allah berfirman
(dengan perantaraan Jibril): Demikianlah Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah
hanya cukup berkata kepadanya: Jadilah, lalu jadilah dia (QS. 3/Ali Imran: 4547).
Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala
sesuatu terjadi menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan
sistem sebab-akibat di alam semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga
telah menetapkan pengecualian-pengecualian bagi sistem umum tersebut,
seperti pada kasus penciptaan Adam As. dan Isa As. Jika kloning manusia benarbenar menjadi kenyataan, maka itu adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu,
jika manipulasi bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak
mengurangi keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahanbahan utama yang digunakan, yakni sel somatis dan sel telur yang belum
dibuahi adalah benda ciptaan Allah SWT.
Islam mengakui hubungan suami istri melalui perkawinan sebagai
landasan bagi pembentukan masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan

Tuhan. Anak-anak yang lahir dalam ikatan perkawinan membawa komponenkomponen genetis dari kedua orang tuanya, dan kombinasi genetis inilah yang
memberi mereka identitas. Karena itu, kegelisahan umat Islam dalam hal ini
adalah bahwa replikasi genetis semacam ini akan berakibat negatif pada
hubungan suami-isteri dan hubungan anak-orang tua, dan akan berujung pada
kehancuran institusi keluarga Islam. Lebih jauh, kloning manusia akan
merenggut anak-anak dari akar (nenek moyang) mereka serta merusak aturan
hukum Islam tentang waris yang didasarkan pada pertalian darah.
Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz
Sachedina dan Imam Mohamad Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan
alasan mengandung ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan institusi
perkawinan atau mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga, merosotnya nilai
manusia, menantang Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral,
budaya dan hukum.
M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga
berpendapat teknik kloning diharamkan, dengan argumentasi: menghancurkan
institusi pernikahan yang mulia (misal: tumbuh suburnya lesbian, tidak perlu lakilaki untuk memproduksi anak), juga akan menghancurkan manusia sendiri (dari
sudut evolusi, makhluk yang sesuai dengan environment-nya yang dapat hidup).
Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang
menyangkut masalah hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila
diingat anak hasil kloning hanya mempunyai DNA dari donor nukleussaja,
sehingga walaupun nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA yang
ada dalam tubuh anak tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan anak
ibunya (tak ada hubungan darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis
bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya, terlebih saudara
sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut masalah kejiwaan, bila
melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti kriminalitas, alkoholik dan

homoseks disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah kejiwaan bagi


anak-anak yang diasuh oleh single parent, barangkali akan lebih kompleks
masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami dan yang mengandung bukan
ibunya.
Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan alasan
sebagai berikut:
1.

Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami
agama.

2.

Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu (dalam hadits dinyatakan bahkan
sampai ke negri Cina sekalipun).

3.

Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang belum ia
ketahui (lihat QS. 96/al-Alaq).

4.

Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin
Allah (lihat ayat Kursi pada QS. 2/al-Baqarah: 255).
Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari bahwa
penemuan teknologi bayi tabung, pencakokan organ tubuh, dan kemudian
kloning adalah juga bagian dari takdir (kehendak) Ilahi, dan dikuasai manusia
dengan seizin-Nya. Penolakan terhadap kemajuan teknologi itu justru
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Islam.
Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru mengharamkan
ataupun membolehkan, namun dilihat dahulu sisi-sisi kemanfaatan dan
kemudharatan di dalamnya. Argumentasi yang dikemukakan sebagai berikut:
Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya masih
bersifat tentative, bahwa argumen para ulama/ilmuan yang menolak aplikasi
kloning pada manusia hanya melihatnya dari satu sisi, yakni sisi implikasi praktis
atau sisi applied science dari teknik kloning. Wilayah applied science yang

mempunyai implikasi sosial praktis sudah barang tentu mempunyai logika


tersendiri. Mereka kurang menyentuh sisi pure science (ilmu-ilmu dasar) dari
teknik kloning, yang bisa berjalan terus di laboratorium baik ada larangan
maupun tidak. Wilayah pure science juga punya dasar pemikiran dan logika
tersendiri pula.

3.3

PENGOBATAN ALTERNATIF DAN JENIS JENISNYA

A.

Pengertian
Istilah pengobatan alternatif mengacu pada berbagai perawatan yang biasanya tidak
diklasifikasikan sebagai bagian dari tradisi pengobatan Barat. Pengobatan alternatif juga
dapat mencakup perawatan seperti jamu, bekam,gurah,homeopati dan akupunktur yang
semuanya tidak diklasifikasikan sebagai praktik standar dalam sistem kedokteran Barat.
Pengobatan alternatif, atau dikenal juga sebagai pengobatan komplementer atau
pengobatan integratif atau holistik, juga dapat merujuk kepada pengobatan medis apapun
yang tanpa menggunakan obat.
Filosofi dari pengobatan alternatif biasanya menekankan promosi kesehatan,
penyembuhan dan pencegahan melalui kesadaran diri atas pikiran dan tubuh, serta
olahraga, gizi, dan bentuk lain dari perawatan diri.
B. Jenis Jenis Pengobatan Alternatif
a. Pengobatan Para Rasul

Nabi Isa AS

Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata) Aku
telah datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhan mu, yaitu
aku membuatkanmu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku
meniup nya, maka ia menjadi seekor burung atas izin Allah. Dan aku
menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta.
Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan
kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda(kebenaran
kerasulanku) bagimu,jika kamu orang yang beriman.(QS Ali-Imran:49).
Menurut para mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan kusta dengan
cara di usap dengan tangan nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang
terkena kusta dengan izin Allah melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.

Nabi Musa AS
Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang merupakan sunnatulloh

yaitu sakit. Beliau pernah sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan
sebagai obat yang hakikatnya Allah menyembuhkan kemudian di tempelkannya
daun tersebut pada anggota tubuh yang sakit, karena mukjizatnya seketika itu
sembuh. Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian memetik sehelai daun secara
spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah Sang
Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.

Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diprinyahkan Allah untuk menyampaikan

wahyu kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Quran karena beliau
dijadikan suri tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman
Allah :Sesungguhnya pada diri Rasul itu terdapat suri tauladan yang baik untuk
kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat (Allah) dan (kedatangan)
hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.(QS Al-Ahzab: 21). Imam Ali

berkata : Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah AlQuran. Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :
Ruqyah
Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah diajarkan
malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah sakit maka datang
malaikat jibril mendekati tubuh beliau,kemudian jibril membacakan salah satu
doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu beliau sembuh. Inilah
doanya :Bismillahi arqiika minkulli syai-in yudziika minsyarri kulli nafsin auainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi arqiika.
Ada 3 cara ruqyah yang dilakukan oleh Nabi :
1.

Nafats
Yaitu membacakan ayat Al-Quran atau doa kemudian di tiupkan pada kedua
telapak tangan kemudian di uasapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam
suatu riwayat bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila beliau sakit maka
membaca Al-muawwidzat yaitu tiga surat Al-Quran yang diawali dengan
Audzu yaitu surat An Naas, Al Falaq, dan Al ikhlas kemudian di tiupkan pada
kedua telapak tangannya lalu diusapkan keseluruh badan.

2.

Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.

Você também pode gostar