Você está na página 1de 10

11

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN


PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN
PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008
Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih

ABSTRAK
Latar Belakang : Usia Harapan Hidup sangat dipengaruhi oleh Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Ibu (AKI), semakin tinggi AKB & AKI maka semakin rendah Usia Harapan Hidup. Salah satu
upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah adanya peran dan fungsi bidan yang adekuat
dalam menolong persalinan. Peran bidan sebagai pelaksana dalam proses persalinan merupakan salah
satu faktor penting untuk meningkatkan keselamatan ibu dan bayi, untuk itu diperlukan alat bantu atau
pedoman persalinan untuk menilai kemajuan persalinan dan mendeteksi adanya komplikasi dan
penyimpangan pada persalinan yaitu partograf.
Tujuan Penelitian : Adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tingkat pendidikan bidan
dengan penggunaan partograf di Puskesmas Pagaden Periode Maret-Juli 2008.
Metodelogi Penelitian : Yang digunakan adalah metode penelitian analitik, dengan pendekatan cross
sectional. Pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 18
orang bidan di Puskesmas Pagaden. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner
sedangkan teknik analisa data dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian : Didapatkan sebanyak 4 orang bidan (22,2%) berpengetahuan cukup dan 14 orang
(77,8%) berpengetahuan baik, 3 orang (16,7%)bidan bersikap negatif dan 15 orang (83,3%) bersikap positif,
6 orang (33,3%) bidan berpendidikan DI kebidanan, dan 12 orang (66,7%) bidan berpendidikan DIII. Ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan bidan (p value = 0,002), sikap bidan (p value = 0,012) dan
pendidikan bidan (p value = 0,001) dengan penggunaan partograf.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar bidan yang berpendidikan DIII,
berpengetahuan baik dan bersikap positif setiap menolong persalinan selalu menggunakan partograf.
Sedangkan sebagian besar bidan yang berpendidikan DI, pengetahuannya cukup dan bersikap negatif
setiap memantau persalinan tidak menggunakan partograf. Diharapkan semua bidan dapat
mensosialisasikan penggunaan partograf dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti pelatihan.
Kata kunci

: Cross sectional, partograf, pengetahuan, sikap dan pendidikan

A. PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB) 20/1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi masih
tetap tinggi dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Thailand AKI 129/100.000 kelahiran hidup,
Malaysia AKI 39/100.000 kelahiran hidup, Singapura AKI 6/100.000 kelahiran hidup dan AKB 1/1000
kelahiran hidup, Philipina AKB 18/1000 kelahiran hidup dan Srilanka AKB 11/1000 kelahiran hidup
(SDKI 2002-2003). Setiap hari seorang ibu meninggal baik di masa hamil atau saat persalinan.
Kematian pada ibu melahirkan bisa disebabkan oleh pendarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi
(11%), abortus (5%), atau partus macet (5%) (Dinkes JABAR, 2004).

12
Bidan memberikan asuhan kepada ibu bersalin harus selalu waspada terhadap masalah atau
penyulit yang mungkin terjadi, karena menunda pemberian asuhan kegawatdaruratan akan
meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Penggunaan partograf secara rutin
akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu, dan juga
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayi (Depkes, 2007).
Peran bidan sebagai pelaksana dalam proses persalinan merupakan salah satu faktor penting
untuk keselamatan ibu dan bayi. Untuk itu, diperlukan suatu alat atau cara sebagai pedoman bidan
yaitu partograf dalam menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan sehingga dapat
mendeteksi jika teradapat penyimpangan atau masalah pada persalinan. Karenanya, keahlian dan
kecakapan seorang bidan dalam menggunakan partograf menjadi bagian yang menentukan dalam
menurunkan kejadian partus lama (persalinan abnormal) yang pada akhirnya dapat menekan AKI dan
AKB. Keahlian dan kecakapan tersebut akan lebih baik apabila diimbangi dengan pengetahuan.
Pengetahuan memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku bidan. Pengetahuan dan
keterampilan bidan dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman kerja. Semakin lama waktu yang
digunakan seorang bidan untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi kemampuan atau
kompetensinya, dengan demikian akan sangat mempengaruhi akses atau tindakan bidan dalam
penggunaan partograf. Seorang bidan yang mempunyai masa kerja lebih lama mempunyai
pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan bidan yang belum lama bekerja terutama di instansi
besar. Semua ini disebabkan karena bidan yang mempunyai masa kerja lebih lama memiliki akses
yang lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk informasi tentang penggunaan partograf
(Henderson, 2006).
Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang memiliki bidan sebanyak 18 orang, yang terdiri dari
bidan Puskesmas dan bidan Desa. Berdasarkan hasil survey pendahuluan, pendokumentasian yang
dilakukan oleh bidan di Puskesmas Pagaden belum sepenuhnya dipenuhi. Pada tahun 2007 partograf
yang terkumpul yaitu 100 partograf dari 135 persalinan. Penggunaan partograf di institusi resmi
pemerintah telah sebagian besar dilakukan begitu juga di praktek swasta, tapi hal itu tidak menutup
kemungkinan bagi instistusi pemerintah di daerah penggunaan partograf belum sepenuhnya dilakukan,
bahkan masih ditemukannya kesalahan dalam pengisian partograf, dan juga tidak dilampirkan pada
pendokumentasian atau rekam medik (Henderson,2006).
Mengingat pentingnya pengetahuan bidan dalam meningkatkan kompetensi, keterampilan dan
sikap profesionalismenya, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai pengetahuan dan sikap
bidan dalam pengisian partograf, sehingga dapat mendiagnosa secara dini terhadap kasus-kasus
persalinan patologis yang dapat menekan angka kematian maternal dan perinatal.

13
Berdasarkan paparan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan
Pengetahuan,Sikap dan pendidikan Bidan dengan Penggunaan Partograf di Puskesmas Pagaden
Periode Maret-Juli 2008.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana
dalam penelitian Cross Sectional peneliti melakukan penelitian pada beberapa populasi yang diamati
pada waktu yang sama ( Alimul, 2007). Variabel penelitian adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel (terikat), variabel ini dikenal dengan variabel bebas artinya bebas
dalam mempengaruhi variabel lain, yaitu pengetahuan, sikap dan pendidikan. Sedangkan variabel
dependen merupakan variabel yang dipengaruhi yaitu penggunaan partograf. Adapun definisi
operasional variabel tersebut adalag sebagai berikut :
Tabel 1 Definisi Operasional dan Cara Pengukurannya
No.
1.

Variabel
Penggunaan
partograf

2.

Pengetahuan

3.

Sikap

4.

Pendidikan

Definisi Operasional
Pendokumentasian atau
pencatatan kemajuan
persalinana kedalam lembar
partograf
Kemampuan bidan untuk
mengungkapkan kembali apa
yang diketahuinya tentang
penggunaan partograf dalam
bentuk bukti jawaban tulisan
melalui pengisian kuesioner
Penilaian terhadap persepsi,
perasaan dan kecenderungan
untuk melakukan sesuatu
yang dianggapnya benar.
Jenjang pendidikan formal
yang ditempuh oleh
responden sampai pada saat
diwawancara.

Alat
Kuesioner

Kategori
1.Tidak
2.Ya

Skala
Nominal

Kuesioner

1.Kurang :
59%
2.Cukup :
60-75%
3.Baik :
76%
1. Negatif <
median.
2. Positif
median.
1. DI
2. DIII

Ordinal

Kuesioner

Kuesioner

Ordinal

Ordinal

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti, yang
menjadi populasi pada penelitian ini adalah semua bidan di kecamatan Pagaden yang berjumlah 18
orang. Dan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu dengan mengambil
semua anggota populasi menjadi sampel (Alimul, 2007).

14
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji kai kuadrat atau dengan uji Chi Square. Uji
ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara variabel independen dan
variabel dependen.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
a. Gambaran penggunaan partograf
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Penggunaan Partograf
Penggunaan partograf
Tidak
Ya
Total
Berdasarkan tabel diatas didapatkan

Jumlah
5
13
18

Persentase
27,8
72,2
100

bahwa dari 18 responden 13 (72,2%) bidan

menggunakan partograf dalam Asuhan Persalinan. Masih adanya bidan yang tidak menggunakan
partograf dipengaruhi oleh faktor kepribadian yang memutuskan seseorang tersebut menggunakan
atau tidak partograf dalam memantau persalinan, dan faktor lingkungan, yaitu ketersediaan
partograf dan peraturan Puskesmas yang mewajibkan setiap akhir bulan bidan mengumpulkan
lembaran partograf sebanyak persalinan yang mereka tolong.
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik Dalam memantau persalinan lembaran partograf yang harus diisi
adalah lembar depan dan lembar belakang partograf, dimana lembar depan mulai diisi pada kala I
fase aktif sampai bayi lahir. Dan lembar belakang partograf diisi sampai selesai pemantauan kala
IV (Depkes RI,2007).
b. Gambaran Karakteristik Bidan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakterisrik Bidan
Variabel
Pengetahuan
Sikap
Pengetahuan
Pendidikan

Kategori
Cukup
Baik
Negatif
Positif
Cukup
Baik
DI
DIII

Jumlah
4
14
3
15
4
14
6
12

Persentase
22,2
77,8
16,7
83,3
22,2
77,8
33,3
66,7

15
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa dari 18 responden, 14 (77,8) responden
dikategorikan berpengetahuan baik. Masih adanya bidan yang berpengetahuan cukup dikarenakan
setiap bidan ataupun individu memiliki pengetahuan yang berbeda-beda dimana setiap informasi
yang didapatkan dari pelatihan yang mereka ikuti diserap dan dipadukan kedalam pikiran secara
berbeda-beda, sehingga memepengaruhi seseorang dalam mengisi partograf.
Sikap Responden dapat dikategorikan positif (83,3%) dalam melakukan pendokumentasian
dengan menggunakan partograf dalam memantau kemajuan persalinan, dan hanya sebagian kecil
saja yang negatif. Masih adanya bidan yang bersikap negatif karena dipengaruhi oleh persepsi
bidan tersebut yang menyatakan bahwa memantau kemajuan persalinan tidak pakai lembaran
partograf yang penting selamat. Hal ini disebabkan karena beberapa bidan kurang mengikuti
pelatihan-pelatihan sehingga wawasannya tidak bertambah sehingga persepsi tidak berubah.
Tabel 3 juga menunjukan bahwa sebagian besar bidan Pagaden pendidikannya DIII,
tetapi masih ada beberapa orang bidan yang pendidikannya masih DI. Tingkat pendidikan
seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dan taraf
pendidikan yang rendah selalu berkaitan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas,
semakin tinggi pendidikan seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuannyapun
semakin tinggi. Begitupun kaitannya dengan penggunaan partograf, semakin tinggi pendidikan
seorang bidan terhadap informasi sangat mempengaruhi akses atau tindakan bidan untuk
menggunakan partograf.

2. Analisis Bivariatif
a. Hubungan Antara Pengetahuan Bidan dengan penggunaan Partograf
Tabel 4 Distribusi Hubungan Penggunaan Partograf Berdasarkan Pengetahuan Bidan
Pengetahuan

Penggunaan partograf
Ya
Tidak

Cukup
Baik

0 (0%)
13 (92,9%)

4 (100%)
1 (7,1%)

Total

13 (72,2%)

5 (27,8%)

P Value
0,002

Dari tabel 4 diatas didapatkan bahwa 4 (100%) responden yang berpengetahuan cukup,
tidak menggunakan partograf dalam memantau persalinan. Sedangkan dari 14 responden yang
berpengetahuan baik, 13 (92,9%) responden yang menggunakan partograf dan satu responden
(7,1%) tidak menggunakan partograf dalam memantau persalinan. Hasil uji statistik diperoleh nilai
p value= 0,002 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan bidan
dengan penggunaan partograf.

16
Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap sesuatu hal yang akan dilakukan seseorang,
terlihat dari hasil penelitian diatas bahwa bidan dengan pengetahuan cukup semuanya tidak
menggunakan partograf dalam memantau kemajuan persalinan, sedangkan salah satu bidan yang
berpengetahuan baik tetapi tidak menggunakan partograf. Satu responden yang berpengetahuan
baik tidak menggunakan partograf karena perilaku responden itu masih negatif. Dimana
pengetahuan baik tidak menjamin sikap dan perilaku juga baik.
Bidan dalam pengisian partograf mengacu pada pengetahuan yang setiap waktu atau setiap
hari dapat bertambah. Dengan bertambahnya ilmu pengetahuan sedikit demi sedikit dapat
merubah sikap bidan. Tetapi dengan bertambah pengetahuan dan berubahnya sikap bidan tidak
menjamin bidan tersebut selalu menggunakan partograf secara baik dan benar.
Pengetahuan dalam penggunaan atau pengisian partograf diaplikasikan kedalam bentuk
gambar dan tulisan. Karena seperti yang telah kita ketahui bahwa cara pengisian partograf ada
cara penulisan data ibu, pengisian titik-titik pada garis atau kolom yang ada pada partograf sampai
penulisan dilembar belakang partograf yang menulis hasil pemantauan kala I, kala II, bayi baru
lahir, kala III sampai kala IV (Setiarso,2006).

b. Hubungan Antara Sikap Bidan dengan Penggunaan Partograf


Tabel 5 Distribusi Hubungan Penggunaan Partograf Berdasarkan Sikap Bidan
Sikap bidan

Penggunaan partograf
Ya
Tidak

Negatif
Positif

0 (0%)
13 (86,7%)

3 (100%)
2 (13,3%)

Total

13 (72,2%)

5 (27,8%)

P Value
0,012

Dari tabel 5 diatas diketahui bahwa 3 (100%) responden yang bersikap negatif tidak
menggunakan partograf dalam memantau persalinan. Sedangkan dari 15 responden yang
bersikap positif, 13 (92,9%) responden yang menggunakan partograf dan dua responden
(13,3%) tidak menggunakan partograf dalam memantau persalinan persalinan. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p value= 0,012 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara sikap bidan dengan penggunaan partograf.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap yang positif belum tentu melakukan perilaku
positif juga. Hal ini berhubungan dengan teori yang menyatakan bahwa faktor penentu atau
determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena merupakan resultansi dari berbagai
faktor, baik internal maupun eksternal. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari

17
tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Secara terinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi dan sikap (Notoatmodjo, 2003).
Setiap bidan mempunyai sikap yang berbeda- beda, bervariasi dan sulit ditebak, dimana
setiap individu arah berfikir dan berbagai hal yang dipertimbangkannya memiliki karakteristik
yang bervariasi, yang dapat menentukan atau mengarahkan sikap seseorang atau individu.
Digunakan atau tidaknya partograf oleh bidan ditentukan oleh sikap yang mendukung perilaku
bidan untuk menggunakan partograf dalam setiap memantau persalinan.
Bidan yang mempunyai pengalaman lebih lama cenderung mempunyai sikap positif,
tetapi belum tentu berperilaku positif pula, karena sikap bukanlah perilaku tetapi sikap
merupakan kecenderungan untuk berprilaku. Seorang bidan dalam melakukan perilaku positif
yaitu dengan selalu menggunakan partograf setiap menolong persalinan, bidan tersebut
sudah pasti mempunyai sikap positif. Dimana setiap sikap seseorang selalu dihubungkan
dengan sesuatu karena sikap tidak bisa berdiri sendiri, seperti dalam penelitian ini sikap
dihubungkan dengan penggunaan partograf.
c. Hubungan Antara Pendidikan Bidan dengan Penggunaan Partograf
Tabel 6. Distribusi Hubungan Penggunaan Partograf Berdasarkan Pendidikan Bidan
Pendidikan
bidan

Penggunaan partograf
Ya
Tidak

DI
DIII

1 (16,7%)
12 (100%)

5 (83,3%)
0 (0%)

Total

13 (72,2%)

5 (27,8%)

P Value

0,001

Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa dari 6 responden yang pendidikan bidan DI, satu
orang responden (16,7%) menggunakan partograf dan 5 orang responden (83,3%) tidak
menggunakan partograf dalam memantau persalinan. Sedangkan 12 (100%) responden yang
berpendidikan DIII, selalu menggunakan partograf setiap memantau persalinan.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0,001 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara pendidikan bidan dengan penggunaan partograf.
Bidan dengan tingkat pendidikan DI menggunakan partograf dikarenakan bidan tersebut
mempunyai sikap sadar akan pentingnya penggunaan partograf sehingga setiap memantau
persalinan selalu menggunakan partograf.

18
Bidan yang telah menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi, akan memperoleh
pengetahuan dan ilmu-ilmu terbaru atau terkini. Dimana kenyataan yang peneliti peroleh dari
lapangan bahwa bidan yang belum melanjutkan pendidikannya dalam menolong persalinan tidak
mengikuti aturan APN terbaru dan tidak menggunakan partograf dalam memantau kemajuan
persalinan sehingga pekerjaannya tidak produktif dan menimbulkan masalah pada pasien. Hal ini
membuktikan pendidikan sangat diperlukan dan sesuai dengan teori dibawah ini.
Pendidikan merupakan sarana dan cara utama yang paling strategis bagi perkembangan
sumber daya manusia. Melalui pendidikan dapat membekali seseorang berbagai pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap yang diperlukan untuk dapat bekerja secara produktif. Pekerja
dengan pendidikan yang lebih tinggi akan manghasilkan barang atau jasa yang lebih banyak
karena memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kecekatan yang lebih tinggi. Orang yang lebih
terdidik akan mampu menghasilkan barang jasa yang lebih dihargai orang (Ekosusilo,2003).
Tingkat pendidikan merupakan komponen penting dalam menggunakan partograf karena
tingkat pendidikan seseorang merupakan hal utama dalam berkembangnya pengetahuan
seseorang, walaupun yang menentukan dalam penggunaan partograf adalah sikap seseorang
yang berujung pada perilakunya
Masih ada beberapa bidan di Pagaden yang tingkat pendidikannya masih DI, dan sebagian
besar bidan tersebut tidak menggunakan partograf dalam memantau persalinan. tetapi ada salah
satu bidan tersebut yang sadar akan kewajibannya untuk menggunakan partograf setiap
memantau kemajuan persalinan. Hal ini berhubungan dengan perilaku seseorang dimana jenjang
pendidikan tinggi, pengetahuan baik dan bersikap positif tetapi belum tentu berperilaku positif pula.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa :
a. Bidan yang menggunakan partograf 13 orang (72,2%), dan bidan yang tidak menggunakan
partograf 5 orang (27,8).
b. Bidan yang berpengetahuan baik 14 orang (77,8%), dan yang berpengetahuan cukup 4 orang
(22,2%).
c. Bidan yang mempunyai sikap positif 15 orang (83,3%), dan yang bersikap negatif 3 orang
(16,7%).
d. Bidan DIII sebanyak 12 orang (66,7%), dan bidan DI 6 orang (33,3%).
e. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan bidan dengan penggunaan
partograf (p value = 0,002), ada hubungan yang signifikan antara sikap bidan dengan

19
penggunaan partograf (p value = 0,012). ada hubungan yang signifikan antara pendidikan bidan
dengan penggunaan partograf (p value = 0,001).
2. Saran
Bidan sebagai penolong persalinan, akan selalu menggunakan pertograf di setiap pemantauan
persalinan. Dimana selalu mengisi lengkap bagian partograf (lembar depan dan lembar belakang).
Karena akan membantu bidan dalam mendeteksi dini kegawatdaruratan dan dapat mempermudah
bidan dalam mengambil keputusan.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Dan analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
___________(2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Dinkes JABAR. (2004). Kematian Ibu Dan Bayi masih Tinggi. http://dinkesjabar.go.id diperoleh tanggal
10/01/2008
Dinkes Subang. (2007). Tekan Angka Kematian Dan Ibu. http://dinkessubang.go.id diperoleh tanggal
2008/01/10
Henderson, C. (2006).Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
IBI. (2003). Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : Departemen
Karisc.

(2007).
Faktor-faktor
Personal
http://karisc.multply.com/jurnal/item/203

yang

Kesehatan RI.

Mempengaruhi

Perilaku

Manusia.

Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
___________ (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Purwanto, H. (1998). Pengantaar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta; EGC.

20
Sarjono, B. (2004). Kebijakan Depkes Terhadap Program Pendidikan Bidan di Indonesia. Bandung.
Simanjuntak, P. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sudewi. (2003). Perpustakaan Dalam Konsep Pemberdayaan Pengetahuan.http//media.diknas.go.id
diperoleh tanggal 08/08/08
Sumapraja, S. (2001). Partograf WHO.http//perpus.yarsi.ac.id diperoleh tanggal 08/08/08

Você também pode gostar