Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
Pembimbing
dr. Thomas Harry Adoe, Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN
INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
Nama mahasiswa : Anggi Lewis R.P Aruan (1161050113)
Bagian : Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi
Periode : Periode 3 Oktober 10 Desember 2016
Judul : GNAPS
Pembimbing : dr. Thomas Harry Adoe, Sp.A (K)
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi
KATA PENGANTAR
2
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan atas segala nikmat,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul GNAPS dengan baik dan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia di RSUD Bekasi
Periode 3 Oktober 2016 10 Desember 2016. Di samping itu, laporan kasus ini
ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi kita semua tentang Atresia Anni.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada dr. Thomas Harry Adoe, Sp.A(K) selaku pembimbing dalam
penyusunan laporan kasus ini, serta kepada dokterdokter pembimbing lain yang telah
membimbing penulis selama di Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekanrekan anggota Kepaniteraan
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi serta berbagai pihak yang telah memberi
dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan,
kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang
sebesarbesarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita
semua.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
4
Data Pasien Ayah Ibu
Nama An. M.J Tn. S Ny. S
Umur 7 tahun 47 tahun 42 tahun
Jenis Kelamin Laki-Laki Laki-laki Perempuan
Alamat Pekayon - Bekasi
Agama Islam Islam Islam
Suku bangsa Sunda
Pendidikan Belum sekolah SMP SMP
Pekerjaan - Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
Penghasilan - - -
Keterangan Hubungan dengan
orang tua : Anak
Kandung
Tanggal Masuk 3 November 2016
RS
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada bapak pasien pada tanggal 9 November 2016
pukul 15.00 di bangsal Melati RSUD Bekasi
a. Keluhan Utama :
Kencing seperti cucian daging sudah sejak 2 minggu SMRS
b. Keluhan Tambahan :
Demam, Sesak, dan nyeri pada perut bagian bawah, serta bengkak pada
seluruh tubuh.
c. Penyakit Sekarang :
Pasien dibawa ke IGD RSUD Bekasi pada dini hari tanggal 3
November 2016 oleh kelurga hasil rujukan dari RS ANA dengan keluhan
kencing merah seperti cucian daging sejak 2 minggu SMRS. Keluhan ini
dirasakan pasien sudah cukup lama disertai dengan sesak, nyeri pada perut
bagian bawah. Nyeri ini merut pasien sperti nyeri pada pinggang nya. Pasien
juga mengatakan merasa tangan kaki, pipi dan badannya terasa semakin
membesar terlebih pada kelopak mata pasien, padahal frekuensi makan pasien
biasa saja. Pasien juga merasa badan nya panas namun tidak ada batuk pilek.
Sebelumnya di RS ANA pasien sudah mendapatkan pengobatan, dan tidak tau
obat yang di berikan dan di rujuk ke RSUD Kota Bekasi.
Mual dan muntah tidak dialami pasien buang air besar dalam batas
normal.
5
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat sakit pada saluran pernafasan sebelum
keluhan kencing seperti air cucian daging ini pasien rasakan, diobati dan tidak
ada keluhan tambahan lainnya. Menurut ibu pasien, saat itu suhu tubuh pasien
juga panas.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
h. Riwayat Makanan
0-2 +
2-4 +
6
4-6 +/+
6-7 +/+ + - -
8-10 -/+ + + -
10-12 -/+ + + +
Kesan : Pasien mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, selanjutnya pasien
mendapatkan tambahan susu formula. Pasien mulai mendapatkan bubur susu sejak
usia 8 bulan
i. Riwayat Imunisasi
Keluarga tidak ingat, meunrut ibu pasien pasien sudah di imunisasi tp tidak
tau imunisasi apa saja
j. Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan ke 1 1
Pasien tinggal di rumah pribadi, dinding terbuat dari tembok, atap terbuat dari
genteng, dan ventilasi cukup. Menurut pengakuan keluarga pasien, keadaan
lingkungan rumah padat, ventilasi, dan pencahayaan baik. Sumber air bersih berasal
dari PAM.
7
b. Tanda Vital
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/ 90 mmHg
Frekuensi nadi : 120 x/m
Frekuensi pernapasan : 32 x/m
Suhu tubuh : 38,50C
c. Data antropometri
Berat badan : 48 kg
Tinggi badan : 142 cm
o BB/TB : 48/34 x 100% = 141.1% (Gizi Lebih)
o BB/U : 48/23 x 100% = 208,6% (Gizi Lebih)
o TB/U : 142/123 x 100% = 115.44% (Tinggi Baik)
d. Kepala
Bentuk : Normocephali, simetris, ubun-ubun tidak
cekung, rambut tersebar merata
Rambut : Rambut hitam, distribusi merata.
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik
-/-, pupil bulat isokor.
Telinga : Normotia, keluar sekret -/-, otalgia -/-
Hidung : Bentuk normal, sekret -/-, NCH -/-,
terdapat hematom (-)
Mulut : Bibir tidak kering, lidah kotor (-)
Leher : Bentuk simteris, trakea di tengah,
e. Thorax
8
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi -, napas
Kusmaul -
Palpasi : Gerak napas simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
9
Pulmo : Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I dan II reguler, murmur -, gallop
f. Abdomen
Inspeksi : Perut datar
Auskultasi : Bising usus normal, frekuensi 4x/menit
Palpasi :Teraba supel, defense muscular (-), nyeri tekan +,
(perut bawah ), Turgor kembali cepat.
Perkusi : Shifting dullness +, nyeri ketuk +,perkusi timpani
g. Kulit : Pucat -, ikterik -, petekie -
h. Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), oedem (+), ikterik (-),
CRT < 2 detik.
10
11
12
13
14
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium hematologi
15
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI RUTIN
Leukosit 11,4 ribu/L 5,0-10,0
Eritrosit 3,41 juta/uL 4-5
Hemoglobin 7,8 g/dL 11,0-14,5
Hematokrit 24,0 % 37-47
Trombosit 269ribu/ L 150-400
LED 104 mm/jam 0-10
Hitung Jenis
Basofil 0 <1
Eosinofil 7 1-3
Batang 2 2-6
Segment 66 52-70
Limfosit 19 20-40
Monosit 6 2-8
Index Eritrosit
MCV 70,4 fL 75-87
MCH 22,8 pg 24-30
MCHC 32,3 % 31-37
FUNGSI HATI
AST (SGOT) 36 U/L < 37
ALT (SGPT) 25U/L <41
FUNGSI GINJAL
Ureum 102 mg/dl 20-40
Kreatinin 1,80 mg/dl 1,5-1,3
ELEKTROLIT
Natrium 138 mmol/L 135-145
Kalium 3,2 mmol/L 3,6-5,5
Klorida 102 mmol/L 94-109
IMUNOSEROLOGI
ASTO Positif, titer < 1/200 IU/ml Neg
V. RESUME
Pasien dibawa ke IGD RSUD Bekasi pada dini hari tanggal 3 November 2016
oleh kelurga hasil rujukan dari RS ANA dengan keluhan kencing merah seperti cucian
daging sejak 2 minggu SMRS. Keluhan ini dirasakan pasien sudah cukup lama
disertai dengan sesak, nyeri pada perut bagian bawah. Nyeri ini merut pasien sperti
nyeri pada pinggang nya. Pasien juga mengatakan merasa tangan kaki, pipi dan
badannya terasa semakin membesar terlebih pada kelopak mata pasien, padahal
frekuensi makan pasien biasa saja. Pasien juga merasa badan nya panas namun tidak
16
ada batuk pilek. Sebelumnya di RS ANA pasien sudah mendapatkan pengobatan, dan
tidak tau obat yang di berikan dan di rujuk ke RSUD Kota Bekasi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien compos mentis, tanda vital
ditemukan TD meningkat 130/90menit, HR meningkat 120x/menit dan suhu
didapatkan 37.7 C. Status gizi pasien menurut CDC BB/TB adalah gizi baik. Pada
pasien ditemukan oedem pada preorbital, leher, tungkai atas dan bawah dan juga
kencing yang berwarna seperti air cucian daging Pada pemeriksaan neurologis tidak
ditemukan adanya kelainan.
Pada pemeriksaan laboratorium hari pertama pasien masuk rumah sakit
ditemukan peningkatan serta penurunan hasil lab hematokrit, trombosit, eritrodit,
HB, juga pada Ureum dan Kreatinin.
VII.DIAGNOSIS BANDING
- Sindroma Nefrotik
IX. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
- -Nifedipin 5 mg + Diazepam 2 mg Puyer 4 x 5 mg p.o
- Furosemid 2 x 40 mg p.o
- Amoxicilin 3 x 500 mg p.o
-
b. Non medikamentosa
- Informasi dan edukasi mengenai keadaan dan penyakit pasien
- Observasi tanda vital
- Tirah baring
17
- Balance cairan negatif sampai tanda vital stabil( tampung urin/ 24 jam)
- IV line
- Diet rendah garam
- PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
X. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
9-11-2016 Bengkak KU/Kes: tss/ CM GNAPS Venflon
Kembung TD: 130/ 90 mmHg, Captopril 2 x
Batuk berdahak N: 80 x/ menit, S: 36,6 12,5 mg
o
(+) C, P: 20 x/ menit Amoxicilin 3 x
Sesak (-) Mata: edema palpebra 500 mg
Nyeri kepala (+) +/+, CP -/- Furosemid 2 x 40
Hidung: nch -, sekret mg
-/-
Mulut: bibir kering
(+), faring hiperemis
(+)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-).
SN ves rh -/-, wh -/-
Abdomen:
18
Supel. BU (+), NT (-)
SD (+)
Ext: edema pretibial &
dorsum pedis (+/+)
BB: 44 kg
M: 500 cc
U: 2400 cc, kuning
pekat
BC: -1900 cc
D: 2,3 cc/ kgBB/ jam
LP: 68 cm
10-11-2016 Bengkak KU/Kes: tss/ CM GNAPS Venflon
Kembung TD: 110/ 80 mmHg, Captopril 2 x
Batuk berdahak N: 72 x/ menit, S: 36,5 12,5 mg
o
(+) C, P:18 x menit Amoxicilin 3 x
Sesak (-) Mata: edema palpebra 500 mg
+/+, CP -/- Furosemid 2 x 40
Hidung : nch -, sekret mg
-/- Ambroxol 3 x 1
Mulut: bibir kering (-), tab
faring hiperemis (+)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-).
SN ves rh -/-, wh -/-
Abdomen:
Supel. BU (+), NT (-)
SD (+)
Ext: edema pretibial
(-/-)
BB: 44 kg
M: 1500 cc, kuning
pekat
19
U: 1500 cc
BC: 0 cc
D:1,4 cc/ kgBB/ jam
LP: 65 cm
11-11-2016 Bengkak KU/Kes: tss/ CM GNAPS Venflon
Kembung (-) TD: 110/ 80 mmHg, Captopril 2 x
Batuk berdahak N: 68 x/ menit, S: 36,8 12,5 mg
o
(-) C, P: 20 x/ menit Amoxicilin 3 x
Sesak (-) Mata: edema palpebra 500 mg
-/-, CP -/- Furosemid 2 x 40
Hidung : nch -, sekret mg
-/-
Mulut: bibir kering
(+), Faring hiperemis
(+)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-).
SN ves rh -/-, wh -/-
Abdomen:
Supel. BU (+), NT (-)
SD (+)
Ext: edema pretibial
(-/-)
BB: 43 kg
M: 300 cc
U: 1000 cc
BC: -700 cc
D: 0,96 cc/ kgBB/ jam
LP: 63 cm
12-11-2016 Bengkak KU/Kes: tss/ CM GNAPS Venflon
Kembung (-) TD: 110/ 80 mmHg, dengan Captopril 2 x
Batuk berdahak N: 68 x/ menit, S: 36,5 hipertensi 12,5 mg
o
(-) C, P:20 x/ menit urgensi Amoxicilin 3 x
20
Mata: edema palpebra 500 mg
-/-, CP -/-
Hidung : nch -, sekret
-/-
Mulut: bibir kering
(+), faring hiperemis
(-)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-).
SN ves rh -/-, wh -/-
Abdomen:
Supel, BU (+), NT (-)
SD (-)
Ext: edema pretibial
(-/-)
BB: 42 kg
M: 1200 cc
U: 500 cc
BC: -700 cc
D: 0,5 cc/ kgBB/ jam
LP: 60 cm
13-11-2016 Bengkak (-) KU/Kes: tss/ CM GNAPS Venflon
Kembung (-) TD: 110/ 70 mmHg, dengan Captopril 2 x
N: 72 x/ menit, S: 36,7 hipertensi 12,5 mg
o
C, P:20 x/ menit urgensi Amoxicilin 3 x
Mata: edema palpebra 500 mg
-/-, CP -/-
Hidung : nch -, sekret
-/-
Mulut: bibir kering (-),
faring hiperemis (-)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-).
21
SN ves rh -/-, wh -/-
Abdomen:
Supel, BU (+), NT (-)
SD (-)
Ext: edema pretibial
(-/-)
BB: 42 kg
M: 500 cc
U: 900 cc
BC: -400 cc
D: 0,4 cc/ kgBB/ jam
LP: 59 cm
LAB
- Na+: 140 mmol /L
- K+ : 4,7 mmol /L
- Cl- : 99 mmol /L
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a DEFINISI
Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
inflamasi glomerulus, baik sebagai penyakit primer ginjal ataupun sebagai
manifestasi proses penyakit sistemik.1
b EPIDEMIOLOGI
GNAPS masih merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat infeksi
Streptococcus -hemoliticus grup A di dunia. Insidensi tertinggi adalah di
negara-negara berkembang, yaitu 24,3-6,0 kasus per 100.000 orang.1
Insidensi yang lebih rendah dipengaruhi oleh faktor kebersihan lingkungan
dan penyebaran antibiotik untuk mengobati infeksi Streptococcus -
23
hemoliticus grup A. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun
1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit
pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya
(26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung
(17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan
berbanding 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak pada usia antara 6-8
tahun (40,6%).3
c ETIOLOGI
Terdapat 80 subtipe Streptococcus -hemoliticus grup A yang
diklasifikasikan berdasarkan protein M permukaannya. Masa inkubasi
bakteri ini adalah 7-14 hari, tapi dapat lebih lama pada pioderma
Streptococcus -hemoliticus grup A.1
d PATOGENESIS
Secara umum patogenesis glomerulonefritis telah dimengerti, namun
mekanisme yang tepat bagaimana terjadinya lesi glomerulus dan hematuria
24
pada GNAPS belumlah jelas. Pembentukan kompleks-imun bersirkulasi
dan pembentukan kompleks-imun in situ telah ditetapkan sebagai
mekanisme patogenesis GNAPS. Hipotesis lain yang sering disebut adalah
adanya neuroamidase yang dihasilkan oleh streptokokus yang mengubah
IgG endogen sehingga menjadi autoantigenik. Akibatnya terbentuklah
autoantibodi terhadap IgG yang telah berubah tersebut yang
mengakibatkan pembentukan kompleks imun bersirkulasi, yang kemudian
mengendap di ginjal.2
25
strain tertentu dari streptokokus grup A yang nefritogenik. Yang lebih baru,
streptokokus non-grup A, terutama grup C, ditemukan juga menyebabkan
glomerulonefritis.5
26
komplemen. SpeB dan zSpeB (kanan) dapat menginduksi immune-
complex-mediated glomerulonephritis ketika SpeB menempel dengan
komplemen dan IgG dan tampak di tumpukan subepitelial, dimana
merupakan penampakan khas dari GNAPS.5
e PATOLOGI
Seperti pada GN akut lain, ginjal terlihat membesar simetris. Pada
mikroskop cahaya, seluruh glomeruli tampak membesar dan bloodless dan
menampakkan proliferasi sel mesangial difus dengan pembesaran matriks
mesangial.4
27
mesangial. Pada mikroskop electron, deposit electron-dense atau humps
terlihat pada sisi epitel membran basalis glomerulus.4
28
Gambar 6. Gambaran mikroskopik sedimen urin memperlihatkan
gambaran khas pada hematuria glomerular: sel darah merah kecil dan
bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan kandungan hemoglobin.4
f GEJALA KLINIS
Gejala klinis klasik dari GNAPS adalah sindrom nefritik akut yang
ditandai dengan hematuria, edema, hipertensi, dan gangguan ginjal.
Makroskopik hematuria terdapat pada sepertiga pasien, dan biasanya akan
menghilang setelag beberapa hari. Namun, mikroskopik hematuria dapat
bertahan hingga bertahun-tahun dan memburuk saat demam.4
29
Pasien biasanya menunjukan gejala sindrom nefritis akut 1-2 minggu
setelah faringitis streptokokus atau 3-6 minggu setelah pioderma. Tingkat
keparahan kerusakan bervariasi dari hematuria mikroskopik asimtomatik
dengan fungsi ginjal normal hingga gagal ginjal akut. Pasien dapat juga
mengalami ensefalopati dan/atau gagal ginjal yang disebabkan oleh
hipertensi atau hipervolemia. Ensefalopati dapat juga terjadi karena akibat
langsung dari efek toksik bakteri streptokokus di system saraf pusat.
Edema biasanya disebabkan dari retensi air dan garam dan sindrom
nefrotik dapat muncul pada 10-20 % kasus. Gejala nonspesifik seperti
malaise, letargi, nyeri abdomen/pinggang, dan demam umum terjadi.
Edema subglotis akut dan gangguan pernapasan juga pernah dilaporkan
muncul.1
Tanda kardinal yang khas terdiri dari :
1 Hematuria dengan urin berwarna teh/cucian daging tanpa disertai disuria,
2 Edema terutama periorbital dan dapat juga seluruh tubuh,
3 Hipertensi,
4 Oliguria / anuria.6
Edema terjadi pada 90% pasien, tetapi edema yang terjadi biasanya
ringan. Hipertensi terjadi pada 80% anak dan setengahnya merupakan
hipertensi berat sehingga memerlukan terapi antihipertensi. Edema dan
hipertensi biasanya akan membaik setelah 5-10 hari. 5% anak mengalami
komplikasi otak akibat hipertensi seperti nyeri kepala, kejang, perubahan
kesadaran, dan gangguan penglihatan.1
g DIAGNOSIS
Diagnosis secara klinis GNAPS dapat ditegakkan pada seorang anak
dengan sindrom nefritis akut (gross hematuria, edema, hipertensi, dan
30
penurunan fungsi ginjal), bukti infeksi strptokokus sebelumnya, ASTO +
dan C3 serum yang rendah.1,4,7
h PEMERIKSAAN PENUNJANG
Konfirmasi diagnosis membutuhkan adanya bukti yang jelas tentang
infeksi streptokokus yang invasive. Kultur tenggorok yang positif dapat
mendukung diagnosis atau menunjukkan keadaan karier. Di sisi lain,
peningkatan antibodi terhadap antigen streptokokal memastikan adanya
infeksi streptokokus. Penting untuk diketahui titer antistreptolisin O
(ASTO) biasanya meningkat setelah infeksi faring namun jarang
meningkat setelah infeksi kulit pioderma. Titer antibodi tunggal yang
paling baik untuk menunjukkan adanya infeksi streptokokus di kulit adalah
deoxyribonuclease (DNase) B antigen. Tes streptozim merupakan suatu
pemeriksaan alternative untuk mendeteksi antibodi terhadap streptolysin
O, DNase B, hyaluronidase, streptokinase, dan nicotinamide-adenine
dinucleotidase menggunakan tes slide aglutinasi.8
i TATALAKSANA
Tatalaksana ditujukan untuk menangani efek akut dari penurunan fungsi
ginjal dan hipertensi. Walaupun pemberian 10 hari antibiotik sistemik
dengan penisilin dianjurkan untuk membatasi penyebaran organisme
31
nefritogenik, terapi antibiotik tidak memperngaruhi perjalanan penyakit
dari glomerulonefritis. Pembatasan garam, dieresis, dan farmakoterapi
dengan antagonis kalsium, vasodilator, atau ACE-inhibitor adalah terapi
standar yang digunakan untuk menangani hipertensi.1,4,7,8
j PROGNOSIS
Penyembuhan sempurna terdapat pada >95% anak dengan GNAPS.
Mortalitas dari fase akut dapat dicegah dengan penanganan yang tepat dari
gagal ginjal akut, gagal jantung, dan hipertensi. Fase akut sangat berat dan
membawa pasien pada hialinisasi glomerular dan insufisiensi ginjal kronik
sangat jarang terjadi. Rekurensi sangat jarang terjadi.
Tabel 3. Perbedaan antara etiologi, gejala klinis, dan prognosis pada sindroma
nefritik 8
32
DAFTAR PUSTAKA
33
1 McCaffrey J, Shenoy M. The glomerulonephritides. Symposium: Nephrology.
Pediatrics and Child Health, 2011: 22:8
8 Madaio MP, Harrington JT. The Diagnosis of Glomerular Disease. Arch Intern
Med, 2011; 161: 25-34
9 John AR. Diagnosis and management of hypertension in childhood. Pediatr
Ann 1997;26: 105-10.
10 Fivush B, Neu A, Furth S. Acute hypertensive crises in children: emergencies
and urgencies. Curr Opin Pediatr 1997;9:233-6.
34