Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam jilid II (Yogyakarta: PT. Dana Bakti
Waqof,1995)
1
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dan
sekalligus menjadi system perekonomian suatu Negara.2
B. Rumusan masalah
1. Pengertian Distribusi Menurut Konsep Ekonomi Islam
2. Pemerataan distribusi pendapatan dalam islam
3. Bentuk Distribusi dalam Islam
C. Tujuan pembahasa
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
distribusi itu sendiri menjadi tujuan dari kebijakan fiskal dalam
suatu pemerintahan (selain fungsi alokasi). Adapun distribusi,
seringkali diaplikasikan dalam bentuk pungutan pajak (baik pajak
yang bersifat individu maupun pajak perusahaan). Akan tetapi
masyarakat juga dapat melaksanakan swadaya melalui
pelembagaan ZIS, di mana dalam hal ini pemerintah tidak terlibat
langsung dalam mobilisasi pengelolaan pendapatan ZIS yang
diterima. Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi
distribusi itu sebagai suatu transfer dari pendapatan kekayaan
antara individu dengan cara pertukaran (melalui Pasar) atau
dengan cara lain, seperti warisan, shadaqah, wakaf dan zakat.4
Dari definisi yang dikemukakan oleh Anas Zarqa di atas,
dapat diketahui bahwa pada dasarnya ketika kita berbicara tentang
aktifitas ekonomi di bidang distribusi, maka kita akan berbicara
pula tentang konsep ekonomi yang ditawarkan oleh Islam. Hal ini
lebih melihat pada bagaimana Islam mengenalkan konsep
pemerataan pembagian hasil kekayaan negara melalui distribusi
tersebut, yang tentunya pendapatan negara tidak terlepas dari
konsep-konsep Islam, seperti zakat, wakaf, warisan dan lain
sebagainya
4
di hapuskan dan semua wewenang dipercayakan kepada
masyarakat agar supaya dapat mempertahankan persamaan
ekonomi di dalam masyarakat.
Bertolak dari kedua pendapat maka berdirilah ekonomi islam
yang mengambil jalan tengah yaitu membantu dalam menegakkan
suatu system yang adil dan merata. System ini tidak memberikan
kebebasan dan hak atas milik pribadi secara individual dalam
bidang produksi, tidak pula mengikat mereka dengan satu system
pemerataan ekonomi yang seolah- olah tidak boleh memiliki
kekayaan secara bebas . prinsip utama dari system ini adalah
peningkatan dan pembagian hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan
dapat ditingkatkan, yang mengarah pada pembagian kekayaan
yang merata di berbagai kalangan masyarakat yang berbeda dan
tidak hanya berfokus pada beberapa golongan tertentu.5 ntuk itu
islam memberikan prinsip dasar distribusi pendapatan dan
kekayaan yang terdapat pada Al Quran surat Al Hasyr dalam
ayat:
5
memberikan latihan moral tentang pembelanjaan harta secara
benar.6
6
hadis Rasulullah yang menyatakan bahwa rasulullah melarang
penyerahan tanah dengan persewaan dan pembagian hasil dengan
mengambil hasil tanah.8
Rasulullah juga memerintahkan kepada pemilik tanah agar
menggarap tanah mereka sendiri atau menyerahkan kepada orang
lain tannpa memungut pembayaran sewa. Karena Nabi saw tidak
menyukai sewa dalam bentuk apapun. Alasan larangan sewa
tersebut didasarkan adanya indikasi bahwa penggarap tanah akan
di eksploitasi semata- mata untuk kepentingan pemilik tanah
sehingga hal ini di larang. 9 Namun dalam keterangan lebih lanjut
mannan mengatakan bahwa sewa di pandang dari hokum islam
tidak bertentangan dengan ekonomi islam. Menurutnya mengenai
sewa usaha produktif diperlukan dalam proses menciptakan nilai
secara bersama karena pemilik modal dan pengusaha ikut
berperan aktif dalam produksi barang atau jasa. Pengambilan sewa
harus di dasarkan pada prinsip tidak menganiaya atau dianiaya.
Hal tersebut juga dijelaskan pada surat Al Baqaroh: 279.
()
Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah
perang dari Alloh dan rosulnya, tetapi jika kamu bertaubat, maka
kamu berhak atas pokok hartamu, kamu tidak berbuat dzolim
(merugikan) dan tidak di dzolimi atau dirugikan.
2. Upah bagi pekerja
Upah adalah harga yang dibayarkan kepada pekerja atas
jasanya dalam produksi kekayaan. Benham mendefinisikan upah
dengan sejumlah uang yang dibayar oleh orang yang memberi
pekerjaan kepada seorang pekerja atas jasanya sesuai dengan
8Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam jilid II,.hal 279
7
perjanjian.10 Islam memperbolehkan seseorang menngontrak para
pekerja. Terdapat juga dalam hadist Nabi saw: HR. Abdul Razak
apabila salah seorang diantara kalian mengkontrak
(tenaga)seorang, maka hendaknya diberitahu tentang upahnya.
Tenaga kerja adalah salah satu factor produksi. Dalam hal ini
yang dimaksudkan adalah usaha yang dilakukan manusia baik
dalam bentuk fisik maupun mental dalam rangka menghasilkan
produk dalam bentuk barang maupun jasa. Hasil produk ini nilainya
diukur dengan kemampuannya menambah manfaat atas barang
atau jasa yang sudah ada.
Beberapa ayat dan hadis Nabi saw, menjelaskan bahwa dalam
pemberian upah kepada pekerja merupakan sesuatu yang di
wajibkan karena telah mengunakan tenaga orang lain. Upah atau
gaji dapat di jadikan sebagai alat pendorong seseorang untuk giat
bekerja. Upah adalah sebagai imbalan dari jerih payah seseorang
atas pekerjaan yang telah dilakukan yang harus di berikan secara
adil. Sesugguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan.11
Maksud ayat ini adalah bahwa seseorang yang bekerja harus
mendapatkan upah yang adil sesuai dengan kondisi yang wajar
dalam mayarakat. Seorang pekerja tidak boleh diperas tenaganya
sementara upah yang diterima tidak memadai. Demikian pula
seseorang pekerja tidak boleh dibebani pekerjaan yang terlalu
berat di luar kemampuannya. Majikan bertanggung jawab terhadap
pembayaran upah pekerja pada saat pekerja tersebut
membutuhkan. Rasulullah saw menganjurkan pembayaran upah
kepada seorang pekerja sebelum keringat pekerja itu kering.
Demikian islam memberikan penjelasan tentang keharusan
membayar upah kepada seorang pekerja. Dalam melakukan
11Q.S. 16: 90
8
pembayaran upah ini harus disesuaikan dengan apa yang telah
dilakukan dan dianjurkan untuk membayar upah secepatnya.
12 Qs. 2: 282
9
mengenai sumbangannya yang ditentukan sebagai prosentase laba
yang berubah-ubah dan diperoleh bukan dari prosentase tertentu
dari kekayaan itu sendiri.13Hal ini berarti bahwa sebenarnya islam
memperbolehkan pengambilan bagian keuntungan atas modal
namun besarnya tidak boleh ditetapkan bedasarkan prosentase
dari modal.
Secara umum dapat di simpulkan bahwa islam memperoleh
kan adanya imbalan berupa laba bagi peranan modal dalam proses
produksi yang bersifat tidak tetap sesuai dengan kondisi
perusahaan yang suatu saat mengaklami keuntungan serta asumsi
pada suatu saat akan mengalami kerugian.
10
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa islam tidak
melarang setiap pemilik factor produksi yang terlibat dalam
penyelenggaraan produksi menerima imbalan sesuai dengan apa
yang telah di lakukannya. Pemberian imbalan tersebut merupakan
konsekuensi adanya kepemilikan terhadap factor produksi yang
tidak boleh mengorbankan pemmilik factor produksi lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian distribusi menurut konsep ekonomi umum adalah
klasifikasi pembayaran berupa sewa, upah, bunga modal dan laba,
yang berhubungan dengan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh
tenaga kerja, modal dan pengusaha- pengusaha. Ketidak merataan
distribusi pendapatan diperlihatkan dalam bentuk grafik, grafik
11
atau kurva dinamakan kurva Lorenz, memperlihatkan berapa
banyak pendapatan yang diperoleh oleh suatu proporsi.
Distribusi menurut konsep ekonomi islam Distribusi
pendapatan merupakan suatu proses pembagian ( sebagian hasil
penjualan produk ) kepada factor-faktor produksi yang yang ikut
menentukan pendapatan. Distribusi pendapatan merupakan
permasalahan yang sangat rumit hingga saat ini masih sering
dijadikan bahan perdebatan antara ahli ekonomi karena tidak
samanya persepsi antara perekonomian kapitalis, sosialis, yang
hingga saat ini belum bisa memberikan solusi yang adil dan merata
terhadap masalah pendistribusian dalam masyarakat. Untuk itu
islam datang memberikan dasar distribusi pendapatan dan
kekayaan.
DAFTAR PUSTAKA
12
Ash Shadr, Muhammad Baqir. Buku Induk Ekonomi Islam. Jakarta:
Zahra, 2008)
13