Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KATA PENGANTAR
Pertama tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat membuat makalah ini yang
digunakan untuk melengkapi nilai tugas Kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia
Dan juga tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan kami
yang sudah saling membantu untuk melengkapi makalah ini.
Dalam makalah ini kami selaku penulis ingin memaparkan atau menjelaskan tentang
Bentuk-bentuk Surat yang sekiranya dapat menjadi contoh tentang bagaimana
membuat surat yang baik dengan penggunaan bahasa yang baik pula. Karena pada
jaman atau era seperti sekarang ini telah banyak masyarakat yang melupakan
penulisan Bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam surat - menyurat.
Sehingga secara langsung hal tersebut menjadi lumrah atau biasa dikalangan
masyarakat.
Oleh karena itu saya mengambil tema Bentuk-bentuk Surat ini dengan harapan
makalah ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi semua orang. Kami pun
menerima kritik ataupun saran dari Saudara/i yang mungkin dapat membantu saya
memperbaiki makalah ini.
DAFTAR ISI
COVER DEPAN
DAFTAR ISI
BAB1.PENDAHULUAN
2.1TEMPAT DAN
WAKTU........
3.2 PEMBAHASAN
BAB 4. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini
adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan
pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati. Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br - ) dengan ion perak Ag+.
Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa
ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3. Dasar titrasi
argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titrant dan analit.
Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari
titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan
yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi
pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990)
Weiner, I. B., & Greene, R. L. (2008).Handbook of personality assessment . New York: Wiley
Iodo
BAB 4
PENDAHULUAN
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam
analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena
Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung
dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar-kadar zat
oksidator secara langsung, seperti kadar yang terdapat pada serbuk vitamin C.
Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat
yang mengandung oksidator, misalnya Cl2, Fe(III), Cu(II) dan sebagainya. Sehingga
mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya. (Nurirjawati El
Ruri, 2012)
Titrasi redoks didasarkan pada pemindahan electron titran dan analit. Jenis
titrasi ini biasanya diikuti dengan potensiometri, meskipun pewarna yang mengubah
termodinamik bagi suatu senyawa untuk mendapatkan electron. Nilai positif yang
tinggi untuk suatu potensial reduksi menunjukkan bahwa suatu senyawa mudah
menghilangkan electron dari zat-zat dengan potensial reduksi yang lebih rendah.
Suatu zat dengan potensial reduksi yang lebih tinggi akan mengoksidasi zat
yang potensial reduksinya lebih rendah. Perbedaan potensial antara dua zat
merupakan potensial reaksi dan lebih kurang merupakan perbedaan potensial yang
akan diukur jika zat tersebut terdiri atas dua setengah dari suatu sel listrik.
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena zat organic
dan zat anorganik dapat ditemukan dengan cara ini. Namun demikian agar titrasi
redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus di penuhi :
1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran
(Kesempurnaan 99%). Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
Iodimetri merupakan metode titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau
penetapan berdasar pada jumlah I 2 (Iodium) yang bereaksi dengan sampel atau
terbentuk dari hasil reaksi antara sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara
Metode ini tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metode iodometri yang
BAB 6
PENDAHULUAN
6.1 PENGERTIAN
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang
bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II,Kalium Permanganat dimana zat ini
akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk
akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku tiosulfat .Pada titrasi iodometri,
analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat bereaksi dengan I- (iodide) untuk
menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan
tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan
sebagai titrasi kembali.
6.2 LATAR BELAKANG
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan
bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan
reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang
terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi.Sebaliknya pada reduktor, atom
yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus
selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah
oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja
(Khopkar, 2003).
Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor.Namin demikian,
oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk
penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion
vanadium(II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter
disebut iodimetri, sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter
disebut iodometri (Rivai, 1995).
BAB 7
TINJAUAN PUSTAKA
7.1 DASAR TEORI
Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor.Namin demikian,
oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk
penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion
vanadium(II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter
disebut iodimetri, sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter
disebut iodometri (Rivai, 1995).
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri)
dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan
iodium.Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak
pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada
banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan
kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang
kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.Reaksi antara iodium dan tiosulfat
berlangsung secara sempurna (Underwood, 1986).
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada 25 0C), tetapi
agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar
dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam
botol volumetrik.Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu
larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan
iodium.Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar
primer, As2O3 yang paling biasa digunakan.(Underwood, 1986).
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik
adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat
Na2S2O3.5H2O.Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara
langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer.Larutan natrium
tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama.Sejumlah zat padat digunakan sebagai
standar primer untuk larutan natrium tiosulfat.Iodium murni merupakan standar yang
paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan
penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang membebaskan
iodium dari iodida, suatu proses iodometrik (Underwood, 1986).
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri)
mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar.Metode titrasi iodometri tak
langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri), adlaah berkenaan dengan titrasi
dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Potensial reduksi normal dari sistem
reversibel:
I2(solid) 2e 2I-
adalah 0,5345 volt. Persamaan di atas mengacu kepada suatu larutan air
yang jenuh dengan adanya iod padat; reaksi sel setengah ini akan terjadi, misalnya,
menjelang akhir titrasi iodida dengan suatu zat pengoksid seperti kalium
permanganat, ketika konsentrasi ion iodida menjadi relatif rendah. Dekat permulaan,
atau dalam kebanyakan titrasi iodometri, bila ion iodida terdapat dengan berlebih,
terbentuklah ion tri-iodida:
I2(aq) + I- I3-
Karena iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah itu lebih baik
ditulis sebagai:
I3- + 2e 3I-
Dan potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod atau ion tri-
iodida merupakan zat pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang kalium
permanganat, kalium dikromat, dan serium(IV) sulfat (Bassett, J. dkk., 1994).
Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan suatu
larutan iod dalam kalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalh ion tri-iodida,
I3-. Untuk tepatnya, semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod
seharusnya ditulis dengan I3- dan bukan dengan I2, misalnya:
I3- + 2S2O32- = 3I- + S4O62-
akan lebih akurat daripada:
I2 + 2S2O32- = 2I- + S4O62-
(Bassett, J. dkk., 1994).
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja
sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah
lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida atau
kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir
titrasi.Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji,
karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat
peka terhadap iodium.Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam
daripada larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Underwood,
1986).
BAB I
PENDAHULUAN
jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang
dibutuhkan untuk pereaksi secara stokiometri dengan zat yang ditentukan dapat
dibagi menjadi empat jenis, yaitu reaksi asam basa, reaksi pengendapan, reaksi
Reaksi oksidasi reduksi dan asam basa memiliki nasib yang sama, dalam
hal keduanya digunakan dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi ini dipahami.
oksidan (bahan pengoksidasi), reduktan (bahan pereduksi), dan gaya gerak listrik,
intelektual. Sel dan elektrolisis adalah dua contoh penting, keduanya sangat erat
permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan
dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik
akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam
suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .
KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara
langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam atau garam oksalat yang
reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.
titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+,
asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam
yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri
seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai
oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih
sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang
akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang
bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat.
Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan
baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya
9.1. Kompleksometri