Você está na página 1de 14

ANALISIS DAN MITIGASI BENCANA ALAM

GEMPA BUMI TEKTONIK DAN TSUNAMI


Oleh: Gidion Tefa

Abstrak
Bumi sebagai tempat hidup dan kehidupan manusia menyimpan sumber daya alam
yang mensejahterakan dan juga menyimpan potensi bencana yang merusakkan. Bumi
ini selalu bergerak, atau yang dikenal dengan istilah dynamic earth. Bencana
kebumian yang sangat merusakan diantaranya adalah gempa bumi dan tsunami.
Tsunami merupakan ikutan dari gempa tektonik yang berpusat di laut. Gempa bumi
dan tsunami dapat meluluh lantakan sendi-sendi kehidupan manusia. Bencana alam
akibat gempa bumi tektonik dan tsunami yang menelan banyak korban manusia,
kerugian material serta dampak ikutan perlu ditanggulangi secara terpadu dan
berkelanjutan, tidak dapat dilakukan secara parsial. Analisa bahaya tsunami ditujukan
untuk mengidentifikasi daerah yang akan terkena bahaya tsunami. Mitigasi adalah
segenap usaha untuk meminimalisir kerugian dan resiko akibat bencana alam. Upaya
meminimalkan resiko akibat gempa bumi dan tsunami dengan melakukan mitigasi
yang meliputi memprediksi gempa bumi, tindakan sebelum kejadian, tindakan saat
kejadian dan tindakan setelah kejadian. Analisa tingkat ketahanan juga ditujukan
untuk mengidentifikasi kemampuan pemerintah serta masyarakat pada umumnya
untuk merespon terjadinya bencana tsunami.

Kata Kunci : Gempa bumi, tsunami, mitigasi

1. Pendahuluan

Secara geografis, tiga lempeng tektonik utama dunia bertemu di wilayah


Indonesia, yaitu di daerah Sumatera, Jawa, Bali Nusa tenggara, Maluku, Sulawesi dan
Papua yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gempa bumi tektonik dan
tsunami. Ketiga lempeng tektonik utama dunia itu adalah kawasan barat Indonesia
berupa lempeng benua (continental crust), yaitu lempeng benua Eurasia yang
bergerak ke arah timur- tenggara dengan kecepatan 1 cm/tahun, di kawasan selatan
Indonesia berupa lempeng benua (continental crust) dan lempeng samudera (oceanic
crust), yaitu lempeng Australia-Hindia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan
7 cm /tahun, dan di kawasan timur Indonesia berupa lempeng samudera (oceanic
crust), yaitu lempeng pasifik yang bergerak ke arah barat-barat laut dengan kecepatan
9 cm/tahun(Verstappen, 2000). Selain interaksi antar lempeng tektonik utama dunia,
di wilayah Indnesia terdapat pula interaksi antar lempeng mikro dan interaksi antar
planetet sehingga tidak perlu heran kalau terjadi gempa bumi tektonik dan tsunami
yang saling bersusulan.
Interaksi antar lempeng tektonik tersebut antara lain terjadinya gempa bumi
tektonik dan tsunami. Gempa bumi tektonik yang berpotensi menimbulkan tsunami
disebut tsunami earthquake, dengan karakteristik: terjadi di dasar laut, kedalaman

1
pusat gempa kurang dari 60 km (gempa dangkal), magnitude lebih besar dari 6,5
skala Richter, dan jenis pensesarannya tergolong sesar naik dan sesar turun.
Adakalanya gempa bumi tektonik yang magnitudenya kecil dapat pula menimbulkan
tsunami dasyat, gempa semacam ini disebut tsunami earthquake. Bencana alam
gempa bumi tektonik dan tsunami telah dan akan membawa korban jiwa manusia,
kerugian material dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan umat. Kondisi yang
tidak kondusif ini diperlukan berbagai bantuan dalam berbagai bentuk, diantaranya
dengan mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan, ilmu dan teknologi dalam
mendesain model, metode, strategi untuk meminimalisasi jumlah korban jiwa
manusia, kerugian dan kerusakan fasilitas umum.
Bencana alam akibat gempa bumi tektonik dan tsunami yang menelan banyak
korban manusia, kerugian material serta dampak ikutan perlu ditanggulangi secara
terpadu dan berkelanjutan, tidak dapat dilakukan secara parsial. Bencana alam
mempunyai siklus penanggulangan, yaitu suatu siklus yang menggambarkan urutan
kejadian dan tindakan pada saat sebelum, selama dan sesudah bencana alam tersebut
terjadi. Pengetahuan tentang mekanisme terjadinya, penanganan darurat, rehabilitasi,
rekonstruksi, dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam, senantiasa
dilakukan secara berkelanjutan kepada masyarakat Indonesia yang berdiam di daerah
rawan bencana alam.

2. Gempa Bumi Tektonik dan Tsunami

Gempa bumi tektonik adalah gerakan atau bentakan secara tiba-tiba akibat
pelepasan energi yang terakumulasi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng
tektonik, pergeseran sesar atau lainnya dari lepasan akumulasi energi di dalam bumi
yang sifatnya sangat merusak, untuk suatu jangka waktu tertentu yang berasal dari
suatu wilayah yang terbatas dan menyebarkan dari tersebut ke segalah arah dengan
peringatan dini yang sangat kecil. Menurut Boen (2000) salah satu dari teori yang
digunakan untuk menjelaskan terjadinya gempa tektonik adalah elastic ribound
theory, yang dikemukakan oleh Reid. Secara sederhana, teori ini diformulasikan
sebagai berikut. Dalam kulit bumi ada aktivitas geologi yang menyebabkan
pergerakan relatif suatu massa batuan di dalam kulit bumi terhadap yang lain. Gaya-
gaya yang menimbulkan pergerakan batuan-batuan ini disebut gaya-gaya tektonik.
Batuan-batuan ini bersifat elastik dan dapat menimbulkan pergerakan regangan
bilamana ditekan atau ditarik oleh gaya-gaya tektonik. Ketika regangan yang terjadi
pada batuan tersebut melampaui kekuatannya, batuan tersebut akan hancur ke daerah
terlemah yang disebut sesar (fault). Batuan yang hancur tersebut akan melepaskan
sebagian atau seluruh tegangan untuk kembali kedalam keadaan semula yang bebas
tegangan.
Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa hancurnya batuan di dalam kulit bumi
tersebut akan disertai dengan pemancaran gelombang-gelombang gempa ke segalah
arah, bahkan sampai jauh sekali tergantung dari banyaknya energi yang dilepaskan.
Kulit bumi tidak homogen dan terdiri dari bermacam-macam bahan dan lapisan,
gelombang gelombang tersebut dalam perjalanannya mencapai permukaan bumi,
yaitu di redam, dipantulkan, dibiaskan baik pada batas- batas, lapisan-lapisan maupun

2
pada permukaan. Akibatnya, jalannya gelombang-gelombang dengan cepat menjadi
tidak beraturan, rumit,dan sulit untut diprediksi.
Teori ini menyatakan bahwa semua itu tergantung dari arah terjadinya sesar
yang pada dasarnya ada dip slip dan stike slip. Suatu sesar dikatakan di slip bila sesar
itu terjadi dalam arah vertical sesar normal dan sesar naik), sedangkan suatu sesar
dikatakan strike slip bila sesar itu terjadi dalam arah horizontal seperti sesar samping
ke kanan dan sesar samping ke kiri.
Suatu peristiwa gempa bumi umumnya digambarkan dengan parameter-
parameter sebagai berikut:
a) Origin time (Tanggal dan waktu kejadian )
b) Kedalaman hiposentrum
c) Episentrum (lokasi pusat gempa bumi)
d) Magnitudo (kekuatan gempa bumi)
e) Intensitas maksimum
Titik di bawah permukaan bumi tempat gelombang pertama kali dipancarkan,
disebut hiposentrum. Pusat gempa ini biasanya ditentukan melalui analisis data pada
alat pencatat gempa(seismograf). Episentrum merupakan hasil proyeksi hiposentrum
ke permukaan bumi.
Berdasarkan kedalaman hiposentrum, suatu gempa bumi dapat diklasifikasikan
menjadi :
a) Gempa dangkal, bila kedalamannya kurang dari 60-70 km.
b) Gempa menengah, bila kedalamannya 70-300 km.
c) Gempa dalam, lebih dari 300 km.

Gambar 1. Dampak gempa bumi terhadap bangunan

Pada umumnya besaran gempa bumi dinyatakan dalam dua macam yang
mempuyai makna berbeda yaitu magnitude dan intensitas. Besaran(magnitude)

3
gempa menunjukan jumlah energy yang dilepaskan pada suatu pusat
gempa(hiposentrum)yang dapat diukur dengan seismograf. Magnitude(M) pertama
kali diperkenalkan oleh Charles Richter tahun 1935, sehingga selanjutnya sering
disebut dengan Skala Richter. Menurut UNDP (1995) gempa bumi di dunia pernah
tercatat mencapai 8,8-8,9 Skala Richter.
Untuk mengetahui Skala Richter dapat diperhatikan pada tabel 1.1

Tabel 1 Skala Richter (SR) (sumber: Boen,2000)


Magnitude Ciri-ciri/Akibat
2,0-3,4 Tidak dapat direkam oleh manusia, hanya dapat direkam oleh seismograf
3,5-4`2 Dapat dirasakan tapi hanya untuk sebagian orang saja
4,3-4,8 Getaran dapat dirasakan banyak orang
4,9-5,4 Getaran dapat dirasakan semua orang
5,5-6,1 Terdapat sejumlah kecil bangunan yang rusak
6,2-6,9 Bangunan banyak yang rusak
7,0-7,3 Kerusakan bangunan lebih besar, bangunan runtuh, rel kereta api bengkok
7,4-7,9 Terjadi kerusakan yang hebat
>8.0 Terjadi kerusakan total

Intensitas gempa adalah derajat kerusakan akibat gempa, merupakan intensitas


maksimum yang dihasilkan oleh gempa umumnya menggunakan skala intensitas
menurut tingkat kerusakan atau dirasakan oleh manusia. Dengan melihat kerusakan
struktur bangunan, segala sesuatu yang dirasakan manusia atau gerakan pada benda-
benda yang ada di atas permukaan bumi saja dapat ditentukan intensitas gempa. Salah
satu skala intensitas gempa yang paling terkenal pada tahun 1956 hingga saat ini
adalah MMI (Medifit Mercalli Intensity) yang menggunakan skala I-XII.
Wilayah Indonesia sering terjadi gempa merusak atau gempa dengan kekuatan
sedang dan kuat seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kejadian gempa merusak di Indonesia 1979-2005 (sumber: boen,2000)


No Lokasi gempa Bulan, tahun Magnitude
.
1. Seruni, Yapen, Papua September 1979 6,4
2. Bali, Lombok Oktober 1979 5,8
3. Garut, Tasikmalaya November 1979 6,4
4. Curup, Bengkulu Desember 1979 6,0
5. Culik, Bali Desember 1979 6,1
6. Jayawijaya, Papua Januari 1981 6,7
7. Padang, Sumbar November 1981 5,4
8. Sukabumi Februari 1982 5,3
9. Solor, Adonara,NTT Desember 1982 5,3
10. Banda Aceh April 1983 6,6
11. Sarula, tapanuli Agustus 1984 4,8
12. Palu Februari 1985 5,5

4
13. Tarutung,sumatera utara April 1987 6,0
14. Pulau Pantar,NTT November 1987 6,4
15. Flores Desember 1992 7,5
16. Nabire, Papua Januari 1994 5,8
17. Halmahera Januari 1994 6,8
18. Liwa, lampung Januari 1994 6,5
19. Banggai, Sulawesi Mei 2000 6,5
20. Bengkulu Juni 2000 7,3
21. Sukabumi Juli 2000 5,3
22. Alor-NTT November 2004 6,0
23. Nangroe Aceh Darussalam Desember 2004 8,9
24. Garut, tasikmalaya Maret 2005 5,8
25. Pulau Nias April 2005 6,7
26. Pulau Timor Juli 2005 5,6

Indonesia tergolong daerah rawan tsunami. Daerah-daerah yang rawan


terhadap bencana tsunami adalah pantai-pantai (Landai) yang menghadap ke mintakat
subduksi(subduction zone) Sunda-sunda dan Caroline serta mintakat bukaan
Sulawesi. Sejumlah derah itu adalah sepanjang pantai Barat Sumatera, pantai selatan
pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, Pantai Barat Sulawesi dan Pantai Barat Papua. Tsunami
berasal dari bahasa Jepang, Tsu artinya pelabuhan dan Nami artinya gelombang
besar. Pada mulanya orang Jepang mengenalnya sebagai gelombang besar di
pelabuhan yang disebabkan gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Tsunami akan
lebih banyak menyerang pelabuhan, karena pada umumnya pelabuhan terletak di
ketiak-ketiak suatu teluk yang akan menyebabkan terakumulasinyan energi saat
tsunami terjadi. Selain itu juga dengan sendirinya pelabuhan memiliki pantai landai
yang memungkinkan tsunami untuk menyerap naik ke permukiman, karena itulah
tsunami lebih sering dialami di pelabuhan-pelabuhan terutama pelabuhan nelayan. Di
pihak lain juga teluk- teluk merupakan wilayah potensial untuk menangkap ikan.
Tsunami adalah gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan
impulsive pada volume air laut akibat terjadinya deformasi kerak bumi yang terjadi
pad dasar laut yang terjadi secara tiba-tiba akibat interaksi antar lempeng
tektonik(Yeh, Harry, dkk,1993). Tsunami merupakan salah satu manifestasi dari
deformasi kerak bumi akibat gerak antar lempeng tektonik (gempa bumi tektonik dan
letusan gunung api) atau juga longsor yang terjadi di dasar laut. Sekitar 80% tsunami
yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh gempa bumi tektonik, namun tidak semua
gempa tektonik menimbulkan tsunami. Gempa bumi yang berpotensi menimbulkan
tsunami disebut Tsunami Earthquake.
Tsunami merupakan gelombang transien yang disebabkan oleh gempa
tektonik ataupun oleh letusan gunung api dan longsor yang terjadi di dasar laut.
Deformasi kerak bumi pada dasar laut merambat pada perubahan massa air laut, yaitu
kemudian bergerak secara frontal dengan trayek yang tegak lurus terhadap bidang
perubahan massa kerak bumi tersebut. Sifat perjalanan tsunami frontal terhadap
bidang subduksi, berarti trayek tsunami dapat di ikuti. Kecepatan ini ditentukan oleh

5
kedalaman laut. Pada garis besarnya bila kedalaman laut berkurang setengahnya
maka kecepatannya berkurang lebih dengan kurang lebih . Sebagai contoh : gempa
bumi tektonik yang terjadi dalam kedalaman laut 7300 meter mempunyai kecepatan
rambat gelombang sebesar 960 km/jam pada kedalaman 181 km dan akhirnya
menggenang pantai dengan kecepatan 48 km/jam.
Tinggi gelombang dilaut yang dalam bisa mencapai 5 meter, akan tetapi
gelombang ini tidak terasa oleh penumpang yang ada dalam kapal yang sedang
berlayar di kawasan tersebut. Bila mendekati pantai kecepatan menurun dan
penumpukan volume air, maka gelombang tinggi (run-up) naik menjadi sekitar 30
meter. Tsunami sangat terasa pada ketiak pantai atau teluk-teluk yang sempit karena
disini air laut terjebak dan volumenya berlipat ganda. Gelombang berikutnya datang
antara 10-15 menit kemudian, tsunami yang menggenang pantai juga mempunyai
arus berputar baik ke arah bawah maupun ke arah samping. Tsunami dapat
berlangsung berhari-hari atau beberapa menit saja.
Daya rusak tsunami bukan saja karena banjir pasang tapi juga hantaman
benda-benda yang dibawahnya seperti badan kapal, kayu-kayu gelondongan yang ada
di laut. Pada waktu surut kembali maka tsunami menyedot segala benda yang telah
terhempas jauh ke daratan. Tsunami dapat didahului dengan susut laut karena
perubahan tegangan pada lantai laut yang mempengarihi volume air laut.

Gambar 2. Tsunami

Trayek tsunami dapat diakui karena sifat perjalanannya frontal terhadap


bidang subduksi. Misalnya gempa bumi di lepas pantai Cili yang terjadi beberapa
tahun yang lalu, dapat diketahui mengarah ke Jepang melalui Hawaii dan arena
jaraknya cukup jauh, sedangkan kecepatan tsunami sekitar 700-900 meter/jam maka
warning dapat dikeluarkan. Perjalanan itu memerlukan waktu cukup yaitu lebih dari
20 jam. Negara-negara di seputar pasifik termasuk Indonesia bergabung dalam dalam
asosiasi system peringatan dini tsunami pasifik yang berpusat di Honolulu Hawaii.
Namun peringatan semacam ini hanya dapat dilakukan untuk tsunami yang sifatnya
regional di cekungan pasifik.
Tsunami lokal yang disebabkan gempa bumi tektonik yang hanya berjarak
100-200 kilometer dari pantai peringatan dini sulit atau tidak mungkin dilaksanakan.

6
Jarak semacam ini hanya dapat di tempuh dalam waktu kurang dari 10-20 menit.
Gempa bumi tektonik pembangkit tsunami semacan ini sering mengancam wilayah
pantai Nusantara. Langkah penting yang perlu di ambil bukan pada warning
melainkan pada persiapan dini (preparedness) atau tindak kewaspadaan.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan saran dan prasarana serta utilitas umum dan menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan dan penghidupan masyarakat
perlu direduksi melalui penanggulangan bencana alam. Penanggulangan bencana
alam adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan miliputi kegiatan pencegahan,
mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi baik sebelum, pada saat,
maupun setelah bencana alam dan menghindarkan diri dari bencana alam yang yang
terjadi. Mitigasi merupakan suatu tindakan sebelum bencana alam alam terjadi untuk
mengurangi seminimal mungkin korban penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana serta utilitas umu dan menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Tabel 3. Tsunami di Indonesia 1965-2004 (sumber: Dahuri et al )


No Tahun Daerah bencana SR Tinggi Korban jiwa
. Tsunami(m)
1. 1965 Seram-Maluku 7,5 4 71
2. 1967 Tinambu-Sulawesi 5,8 - 58
3. 1968 Tambu-Sulawesi 7,4 8,1 200
4. 1969 Majene-Sulawesi 6,9 10 64
5. 1977 Sumba 8,0 15 189
6. 1982 Larantuka 5,9 - 13
7. 1992 Flores 7,5 26 2100
8. 1994 Banyuwangi 6,8 14 238
9. 1996 Palu 7,7 6 8
10. 1996 Biak 8,0 12 160
11. 1998 Taliabu-Maluku 7,7 3 34
12. 2000 Banggai-Sulawesi 7,6 3 -
13. 2000 Bengkulu 7,9 5 90
14. 2004 Aceh dan sumatera utara 8,9 5 >4000

3. Mitigasi Gempa Tektonik Dan Tsunami

3.1 Mitigasi bencana Tsunami

Mitigasi dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu : sebelum terjadi, ketika
berlangsung dan setelah terjadi gempa bumi dan tsunami. Mitigasi yang dianjurkan
untuk menghadapi tsunami antara lain :

1. Sebelum terjadi bencana

7
a) Kenalilah dengan baik tanda-tanda datangnya tsunami, seperti :
1. Air laut yang surut secara tiba-tiba.
2. Tercium bauh garam yang menyengat secara tiba-tiba.
3. Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.
4. Terlihat gelombang hitam tebal memanjang di garis cakrawala.
b) Menyimpan alat pendeteksi gelombang tsunami (BOUY)
c) Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lain dengan kaidah teknik
bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana dengan
mengembangkan beberapa insentif antara lain Retrifitting dan relokasi.
d) Penanaman hutan mangrove/green belt di sepanjang kawasan pantai dan
perlindungan terumbu karang.
e) Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk
menahan tsunami.
f) Kebijakan tentang tata guna lahan/tata ruang/zona kawasan pantai yang
aman bencana.
g) Kebijakan tentang standarisasi bangunan dan pemukiman serta infrastruktur
sarana dan prasarana.
h) Mikrozonasi daerah rawan bencana alam dalam skala local.
i) Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta
tingkat ketahanan sehingga dapat didesain kompleks pemukiman akrab
bencana.
j) Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiantan perekonomian masyarakat
kawasan pantai .
k) Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.
l) Membuat jalur evakuasi
m) Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana gempa bumi dan
tsunami.
n) Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya gempa bumi dan
tsunami.
o) Kenali areal rumah, sekolah , tempat kerja, atau tempat yang lain beresiko.
p) Mengetahui pusat informasi bencana, seperti posko bencana, palang merah
Indonesia dan tim SAR.
q) Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan dan
sebagainya. Sediakan juga Radio karena pada saat bencana alat komunikasi
dan informasi seperti telpon, hp, televise, dan internet akan tergangggu.
Radio yang hanya menggunakan baterai akan sangat berguna di saat
bencana. Kotak persediaan pengungsian tersebut dimasukkan ke dalam
suatu tempat yang mudah dibawa (seperti ransel punggung) dan disimpan di
tempat yang mudah digapai pada saat bencana.

2. Selama terjadi bencana

a) Berdoa minta ampun dan keselamatan dari Allah.

8
b) Jangan panik, kuasai diri anda bahwa anda dapat lepas dari bencana
tersebut.
c) Bergeraklah dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi. Ajaklah keluarga dan
orang di sekitar turut serta
d) Jika air laut surut secara tiba-tiba, jangan mengambil ikan yang ada di
pantai.
e) Jika berada di pantai atau di dekat pantai, panjat bangunan dan pohon yang
tinggi. Yang paling dekat dengan anda.
f) Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah
ditentukan.
g) Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacuh kapal
anda ke arah laut yan g lebih jauh.
h) Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan anda
bebas dan tidak membawa apa-apa.
i) Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan. Apabila
gelombang tsunami dapat dilihat, berarti kita berada di kawasan yang
berbahaya.
j) Utamakan keselamatan jiwa daripada harta.

3. Sesudah terjadi bencana

a) Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam,
kebocoran gas, dinding retak dan lainnya. Lakukan P3K pada yang luka atau
sakit.
b) Ketika kembali ke rumah, jangan lupa memeriksa kerabat satu-persatu
c) Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi untuk
roboh.
d) Hindari instalasi listrik.
e) Jangan ke pantai sampai peringatan bahaya dicabut karena banyak kali
tsunami dating dalam 2 sampai 3 kali.
f) Datangi posko bencana, untuk mendapatkan informasi Jalinlah komunikasi
dan kerja sama degan warga sekitar.
g) Carilah informasi tentang bencana tersebut dengan radio yang ada tadi.

3.2 Mitigasi gempa bumi tektonik

1. Sebelum terjadinya gempa :

a) Dirikanlah bangunan (kantor, rumah) sesuai dengan kaidah yang baku.


Diskusikanlah dengan para ahli agar bangunan anda tahan gempa. Jangan
membangun dengan asal-asalan apalagi tanpa perhitungan.
b) Ikutilah Kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa yang sudah mulai dilakukan
oleh beberapa daerah seperti Kota Padang, Sumatera Barat. Hal ini sudah biasa
dilakukan oleh masyarakat Jepang. Sehingga mereka tidak canggung lagi ketika
terjadi bencana. Dengan mengikuti kegiatan ini, kita akan terbiasa dengan

9
bentuk peringatan dini yang disediakan pemerintah daerah, seperti sirine
pertanda Tsunami, Sirine Banjir dsb.
c) Mengetahui pintu keluar masuk untuk keadaan darurat.
d) Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional. Jika anda punya lemari,
ada baiknya dipakukan ke dinding, agar tidak roboh dan ikut menindih ketika
terjadi gempa. Jika ada perabotan yang digantung, periksalah secara rutin
keamananya. Pipa saluran gas dan pipa saluran air dipastikan tidak bocor dan
tertutup saat tidak digunakan untuk mencegah bencana.
e) Mengenali lingkungan tempat bekerja dan tinggal.
f) Jika tempat tinggalmu di daerah pantai, maka jauhi pantai untuk menghindari
bahaya dari bencana tsunami.
g) Jika tempat tinggalmu di daerah pegunungan, maka hindari daerah yang
berpotensi terkena longsor, seperti tebing/lereng yang curam.
h) Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan dsb. Sediakan
juga Radio, karena pada saat gempa alat komunikasi dan informasi lain seperti
Telpon, HP, Televisi, Internet akan terganggu. Radio yang hanya menggunakan
baterai akan sangat berguna disaat bencana.

2. Saat terjadinya gempa :

a) Jika berada di dalam gedung perkantoran, bangunan atau sebagainya, maka


jangan menggunakan lift. Dan berlari ke luar apabila masih bisa dilakukan.
b) Jika kamu berada di gunung/pantai: Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas
gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya
datang dari tsunami. Jika kamu merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami
tampak, cepatlah berlari ke dataran tinggi yang aman dan tidak terjangkau
tsunami.
c) Dengarkan informasi: Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul
kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap
tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Kamu dapat
memperoleh informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau petugas
PMK. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.
d) Jika berada di luar bangunan, maka carilah tanah lapang, jangan berlindung di
bawah pohon atau di dekat tiang listrik. Hindari tempat yang apabila terjadi
rekahan tanah.
e) Carilah tempat yang aman dari reruntuhan dan goncangan.

3. Setelah terjadi gempa :

Jika berada di dalam bangunan


a) Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift.
b) Keluarlah dari bangunan dengan tenang dan jangan panik.
c) periksa diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Jika ada yang terluka lakukan P3K
d) Mintalah pertolongan jika ada yang terluka parah.
Jika berada di luar bangunan

10
a) Periksa lingkungan sekitar.
b) Jangan berjalan di sekitar daerah gempa.
c) Jangan berjalan di sekitar bangunan karena bangunan masih dapat runtuh.

Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi

1) Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah


rawan gempa.
2) Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
3) Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
4) Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
5) Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan
hunian di daerah rawan gempa bumi.
6) Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
7) Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi
dan cara - cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
8) Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan
pertolongan pertama.
9) Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
10) Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam
menghadapi gempa bumi.
11) Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan
pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.
12) Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
13) Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam
menghadapi bencana gempa bumi tektonik sejak dini dengan baik.

Mitigasi bencana gempa bumi tektonik dan tsunami di Nangro Aceh


Darussalam dan Sumatera Utara berupa program untuk mengurangi pengaruh
bencana alam terhadap masyarakat atau komunitas, perencanaan tata ruang,
pengaturan tata guna lahan, penyusunan peta kerentanan bencana, penyusunan
database, pemantauan, penelitian dan pengembangan.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah mencegah jatuhnya korban gempa
lebih banyak adalah penyusunan peta kerentanan bencana. Peta tersebut menjadi
referensi Pemda dalam mengeluarkan IMB untuk daerah rawan gempa harus
disyaratkan penggunaan konstruksi tahan gempa. Selanjutnya, dikatakan bahwa
informasi tentang tindakan menghadapi bencana tersebut, hendaknya disebarluaskan
kepada masyarakat, misalnya melalui jalur pendidikan dan penyuluhan. Pengetahuan
mengenai mekanisme terjadinya bencana alam sebaiknya sudah diberikan kepada
peserta didik SMP dan SMA, bahkan pengetahuan tentang penyelamatan diri, pada
saat bencana dapat diberikan kepada murid TK dan SD. Pemahaman dan pelatihan

11
sejak dini, akan membuat orang selalu ingat dan terbiasa dengan cara penyelamatan
diri.

Kesimpulan

Bencana tidak dapat kita tolak dan hindari. Yang terpenting adalah bagaimana
kita menyikapi bencana bila terjadi. Contohnya adalah dengan menanamkan sikap
tanggap bencana sejak dini, penguatan struktur bangunan juga perlu diperhatikan.
Indonesia merupakan daerah tektonik aktif tempat berinteraksinya lempeng
Eurasia, Hindia sampai Australia, lempeng pasifik dan sejumlah lempeng mikro
seperti lempeng Carolina dan lempeng laut Filipina.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa gempa bumi dan tsunami mengakibatkan
korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan(lingkungan, sarana
dan prasarana, utilitas umum) serta mempengaruhi tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat. Untuk itu perlu direduksi melalui panggulangan gempa bumi dan
tsunami, yakni berbagai upaya dan kegiatan yang dilakukan melalui aktivitas
pencegahan, mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi baik sebelum pada
saat maupun setelah bencana dan menghindarkan diri dari musibah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Boen, Teddy, 2000, Bencana Gempa Bumi: Fenomena dan Perbaikan/Perkuatan


Bangunan Berdasarkan Hasil Pengamatan Terhadap Bangunan-Bangunan Yang
Rusak Akibat Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000, laporan penelitian,Jakarta:BPPT.

Dahuri, Rokhmin, J.Rais. S.P. Ginting, M.J. Setepu, 2000, Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir Secara Terpadu, Jakarta: PT Pradnya Paramita

Yeh, Harry, Fuimihiko Imamura, Costas Synolakis, Yoshinobu Tsuji, Philip Liu,
Shaozhongshi, 1993,The Flores Island Tsunami, The American Jurnal of
Geophisic,74(33): 369-373

UNDP, 1994, Intriction to Hazards, Bangkok: Disaster Management Training


Programme

Verstappen, H.Th., 2000, Outline of the Geomorphology of Indonesian: A Case Study


on Tropical Geomorphology of a Tectogene Region, Anschede: ITC

Wisnuwardhani, Dhyanti,2005, Meminimalisasi Dampak Bencana Dengan Tata


Ruang, Warta Kehati, 28(9): 13-14.

Iwan, W.D., editor, 2006, Summary report of the Great Sumatra Earthquakes and
Indian Ocean tsunamis of 26 December 2004 and 28 March 2005: Earthquake
Engineering Research Institute, EERI Publication #2006-06, 11 chapters, 100 page

12
summary, plus CD-ROM with complete text and supplementary photographs, EERI
Report 2006-06. [www.eeri.org] ISBN 1-932884-19-X

Dudley, Walter C. & Lee, Min (1988: 1st edition) Tsunami! ISBN 0-8248-1125-9 link

Kenneally, Christine (December 30 2004). "Surviving the Tsunami". Slate. link

Macey, Richard (January 1 2005). "The Big Bang that Triggered A Tragedy", The
Sydney Morning Herald, p 11 - quoting Dr Mark Leonard, seismologist at Geoscience
Australia.

Lambourne, Helen (March 27 2005). "Tsunami: Anatomy of a disaster". BBC News.


link
abelard.org. tsunamis: tsunamis travel fast but not at infinite speed. Website, retrieved
March 29 2014. link

Nida, Ririn,2012,mitigasi gempa bumi, Jakarta: PT Pradnya Paramita

http://repository.unand.ac.id/id/eprint/17038

Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [27 maret 2014].

Soemarwoto, 0 . 2005. Gempa bumi dan tsunami. Gadjah Mada Uversity Press.
Yogyakarta.

http://adclick.g.doubleclick.net

http://wahyuarayelecax4.blogspot.com/2012/02/makalah-gempa-bumi-dan-
tsunami.html

https://www.google.com, makalah gempa bumi dan tsunami.html. 22 maret 2014

http://www.bmg.go.id/ mekanisme tsunami. Diakses 22 Maret 2014

http://www.etipsbali.wordpress.com/ persiapan menghadapi tsunami. diakses 22


Maret 2014

http://www.sayakasihtahu.com/ peristiwa tsunami. Diakses 20 Maret 2014

http://www.wikipedia.com/tsunami. Diakses 20 Maret 2014

The NOAAs page on the 2004 Indian Ocean earthquake and tsunami.

Lambourne, Helen (March 27 2005). Tsunami: Anatomy of a disaster. BBC News.


Link

13
Pengertian Gempa Bumi, http://id.wikipedia.org/wiki/gempa_bumi. diakses 22 Maret
2014

http://www.anneahira.com/penyebab-terjadinya-tsunami.html. 21 maret 2014


http://dwiwidiyastoto.blogspot.com/2010/03/penyebab dan cara
penanggulangan .html. 22 maret 2014
http://community.um.ac.id
http://harytami3.wordpress.com/2009/03/05/tsunami-penyebab-dan-akibatnya.diakses
23 maret 2014

http://makalahtsunami.blogspot.com/ http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami/ Diakses


pada tanggal 24 maret 2014

http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/11/artikel-tsunami.html/ diakses tanggal 24


maret 2014

http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=13675.0/ http://www.anneahira.com/proses-
tsunami.html/diakses tanggal 24 maret 2014

14

Você também pode gostar