Você está na página 1de 3

Judul : Developing Conceptual Understanding In Ray Optics Via Learning With

Multiple Representations
Author : Rosa Hettmannsperger Andreas Mueller Jochen Scheid Wolfgang
Schnotz
Nama jurnal : Zeitschrift fr Energiewirtschaft (ZFE) 2015

Analisis jurnal:
1. Dasar Pemikiran/Latar Belakang
Perkembangan terpenting dalam peneitian yang berkaitan dengan aspek representasi
adalah berkaitan dengan pengembangan pembelajaran dan pengubahan konsepsi awal siswa,
dalam hal ini siswa perlu mengembangkan dan memahami multirepresentasi (MR) guna
memahami konsep sains dasar (Waldrip, dkk). MR berfungsi sebagai alat kognitif dan berfungsi
sebagai pendukung dalam memahami konsep yang abstrak (Ainsworth, dkk). salah satu strategi
yang mampu menarik siswa dalam pembelajaran adalah adanya penggunaan MR pada tugas-
tugas cognitively activating(Lipowski, 2009). Aktivasi kognitif diartikan sebagai melatihkan
siswa agar lebih sering berpikir secara eksplisit dan lebih dalam tentang eksperimen yang
dihubungkan dengan representasi (Penyajian) yang terkait dengan pernyataan dan penarikan
kesimpulan oleh siswa.
Dalam rangka untuk memahami bagaimana representasi terkait aktivasi kognitif yang
mungkin membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman konseptual, kita harus
menganalisis bagaimana proses kognitif siswa yang berkaitan dengan informasi yang disajikan di
sekolah. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai peneliti dalam pendidikan fisika telah
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan MR membantu siswa untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang konsep sains dasar. Pltzner dan Spada ( 1998, p. 81 f.)
Menganalisis bagaimana representasi masalah kualitatif dapat digunakan untuk memecahkan
masalah kuantitatif dalam bidang mekanika Newton di SMA, Cheng dan Shipstone (2003 ,
P. 193 f.) Menyelidiki pendekatan baru untuk mengajarkan teori rangkaian listrik pada sekolah
menengah (SMA) menggunakan berbagai jenis diagram yang menggambarkan bagaimana arus,
tegangan, resistansi, dan daya didistribusikan, Wilhelm (2005 , P. 175-216) membandingkan
kelompok perlakuan dengan representasi pada gerak 2 dimensi pada tingkat abstraksi yang
berbeda-beda dengan kelompok kontrol yang intensif diajarkan untuk menafsirkan gerakan satu
dimensi dalam grafik, Botzer dan Reiner (2005 ) Difokuskan pada analisis kebutuhan
representasional untuk memperoleh konsep-konsep ilmiah di bidang magnet pada sekolah
menegah pertama (SMP), dll. Namun, dalam domain fisika, sebagian besar studi yang diuraikan
di atas didasarkan pada ukuran sampel yang kecil dan analisis terutama kualitatif. Untuk alasan
ini, penelitian ini diakukan untuk memperjelas efektivitas strategi ini. Artikel ini mencoba untuk
membantu menutup kesenjangan ini.
2. Metode dan desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan metode quasi eksperimen
dengan desain berulang.
3. Subjek penelitian yang mencakup populasi, sampel, dan cara menentukan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas 8 awal atau kelas 7 akhir, setelah siswa
mempelajari fisika selama satu tahun. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 729 siswa dari 29
kelas, dan 10 sekolah. Group kontrol (CG) sebanyak 218 siswa dan grup eksperimen (TG A dan
TG B) sebanyak 511. Jumlah siswa perempuan sebanyak 371 orang siswa, siswa laki-laki
sebanyak 358 orang siswa. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu
penelitian dilakukan setelah siswa belajar topik pembentukan bayangan pada lensa cembung
sebagai syarat pengetahuan awal yang mereka miliki.
4. Data dan Instrumen penelitian
Instrument tes untuk menilai pemahaman konsep dalam penelitian ini berupa tes pilihan
ganda sebanyak 11 item dengan 4 pilihan dengan 3 pengecoh dan satu pilihan yang benar.
Instrumen tes di tes kan selama 30 menit.
5. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan
Ketika data telah dikumpulkan kemudian dilakukan perbandingan, dalam prakteknya
stuktur hirarki data harus diperhitungkan : pengukuran berkali-kali pada siswa, siswa pada kelas-
kelas, kelas pada sekolah-sekolah, untuk itu data dianalisis dengan analisis multilevel. Semua
perhitungan statistik dilakukan dengan software statistik R, terutama paket nlme (Pinheiro dan
Bates 2013 ). Dalam analisis data penelitian ini ditetapkan hanya pada 3 level pada ukuran
sampel (N=29) pada tingkat kelas yang hampir sesuai untuk pemodelan multilevel, tapi tidak
pada ukuran sampel tingkat sekolah (N = 16), Efek size dijelaskan oleh Tymms (2004 )
Digunakan untuk menilai relevansi efek yang signifikan. Dalam analogi Cohen, = 0,20
dianggap efek yang kecil, = 0.50 efek medium, dan = 0.80 efek besar (lihat Bortz dan Doring
2005 . p. 568). Menurut Tymms (2004 , P. 56 f.), dapat dihitung dengan membagi perbedaan
rata-rata yang diminta oleh standar deviasi dikumpulkan. Data yang hilang ditangani sebagai
berikut: (i) jika semua nilai yang ada, namun siswa tidak hadir pada pre test, maka data post
tidak dilanjutkan pada data statistik (ii) apabila terdapat pertanyaan yang belum terjawab diberi
skor 0 baik pada pre maupun post test
6. Hasil penelitian
Terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa pada kelompok studi I yaitu TG A dan
TGB yang signifikan dibandingkan dengan penguasaan konsep siswa pada kelompok studi II
yaitu CG. Dalam setiap kasus, ditemukan peningkatan statistik sangat signifikan sekitar setengah
standar deviasi dan menengah ukuran efek (efek size). Namun, tidak ditemukan perbedaan
yang signifikan antara perlakuan A) dan B) dalam studi I. kelompok pada studi I ini penguasaan
konsep siswa pada TGB sedikit lebih meningkat dibanding di TG A), namun efek ini tidak
signifikan.
7. Pembahasan hasil penelitian
Perbandingan antara TGA dan TGB mengungkapkan bahwa terdapat kesulitan
memahami konsep melalui aktivasi kognitif melalui pembelajaran dengan MR.
meskipun secara teori aktivasi kognitif itu dapat mendukung penguasaaan konsep,
dalam penelitian ini ditemukan hal yang sebaliknya, salah satunya dimungkinkan
karena term aktivasi kognitif yang terlalu singkat.
8. Kekuatan dan kelemahan
Penelitian ini dilakukan dengan sampel yang besar dan dan analisis multilevel, sehingga
penelitian ini dapat mendpatkan kesimpulan ang lebih luas dibandingkan apabila dengan
menggunkana sampel kecil. Namun penulisan dalam jurnal ini sedikit aga membingungkan
terdapat beberapa istilah yang belum familiar sehingga diperlukan kejelian dalam mengungkap
makna didalamnya, dan dalam penulisannya tidak dilampirkan instrumen lengkap yang
digunakan.
9. Ide atau gagasan
Pembelajaran dengan menggunakan MR ini mampu mengembangkan pemahaan konsep
siswa dan mengatasi kesulitan dalam pembelajaran fisika terkait dengan adanya intuitive concept
siswa, MR membutuhkan aktivitas kognitif tambahan sehingga tidak menciptakan beban kognitif
tambahan (yang berbahaya dalam pembelajaran fisika), akan tetapi waktu untuk memberikan
aktivitas kognitif ini relative harus lebih lama sehingga kedalaman penguaasaan konsep siswa
lebih dapat dilihat.

Você também pode gostar