Você está na página 1de 33

LAPORAN PENDAHULUAN

INFARK MIOKARD AKUT

I. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Infark Miokard Akut ( IMA ) adalah suatu keadaan dimana otot jantung tiba-tiba
tidak mendapat suplai darah akibat penyumbatan mendadak arteri koroner oleh
gumpalan darah karena pecahnya plak. ( Kabo, 2008 )
IMA adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan
oksigen berkepanjangan. ( Corwin, 2009 )
Infark Miokard Akut adalah kematian jaringan miokard akibat oklusi akut
pembuluh darah koroner. ( Suryono, Bambang dkk. 2005 : 120 )
Menurut Smeltzer dan Bare ( 2008 : 788 ) Infark Miokard Akut mengacu pada
proses masuknya proses rusak jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai
darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis
atau penyumbatan total arteri oleh emboli atai trombus.
B. Etiologi
Terlepasnya suatu plak aterosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian
tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh miokardium
yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut, dapat menyebabkan infark
miokardium. Infark miokardium juga dapat terjadi apabila lesi trombotik yang
melekat ke suatu arte yang rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara
total aliran darah ke bagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami
hipertfrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi. ( corwin,
2000 ).
Infark miokard dapat disebabkan oleh :
a. Penyempitan kritis arteri koroner,
b. Oklusi arteri komplit,
c. Syok hemoragik,
d. Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen,
e. Stenosis aorta/aorta inufisiensi,
f. Hipertensi,
g. Lesi trombolik,
h. Hipertrofi ruang jantung.
( Suryono, bambang dkk. 2005 : 119 )
C. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2002 : 7776-777) Aterosklerosis dimulai
ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini
dinamakan ateroma atau plaqul yang akan mengganggu absorpsi nutrien oleh
sel-sel endotal yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh
darah. Endotel pembuluh darah terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen akan menjadi sempit dan kasar, akan
cenderung terjadi pembentukan bekuan darah terjadi koagulasi intravaskuler.
Iskemia miokard bermanifestasi berupa angina pektoris yaitu dengan
gejala perasaan tertekan dan penuh atau nyeri substernal. Ini akibat kurangnya
oksigen untuk miokard agar dapat bekerja efektif, penyebabnya hampir selalu
penyempitan yang disebabkan aterosklerosis, perubahan ini masih reversible dan
fungsi sel-sel kembali normal bila oksigenasinya kembali mencukupi
(Tambayong, 2000:90).
Infark miokardium jelas akan menurunkan fungsi ventrikel karena otot
yang nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia
disekitarnya juga mengalami daya kontraksi.Secara fungsional infark
miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia
:daya kontraksi menurun,gerakan dinding abnormal,perubahan daya kembang
dinding ventrikel,pengurangan volume sekuncup,pengurangan fraksi
injeksi,peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel dan
peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri.(Price & Wilson
Patofisiologi Ed:6,2005.
Pathway
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen dan nutrisi turun

Jaringan Miocard Iskemik

Nekrose lebih dari 30 menit

Supply dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang

Supply Oksigen ke Miocard turun

Kerusakan Metabolisme an aerob Seluler hipoksia


pertukaran
gas
Timbunan asam laktat nyeri Integritas membran sel berubah
Meningkat
Resiko
cemas penurunan
Fatique Kontraktilitas turun
curah
jantung
Intoleransi
aktifitas
COP turun Kegagalan pompa jantung

Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung

Resiko kelebihan volume cairan


ekstravaskuler
D. Manifestasi Klinis
Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda-tanda jelas
infark miokardium (suatu serangan jantung tersamar), biasanya timbul
manifestasi klinis yang bermakna:
a. Nyeri dengan awitan yang (biasanya) mendadak, sering digambarkan
memiliki sifat meremukan dan parah. Nyeri dapat menyebar kebagian atas
tubuh mana saja, tapi sebagian besar menyebar ke lengan kiri, leher, atau
rahang. Nitrat dan istirahat dapat menghilangkan iskemia di luar zona
nekrotik dengan menurunkan beban kerja jantung.
b. Timbul mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri yang hebat.
c. Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot-otot
rangka.
d. Kulit yang dingin, pucat akibat vasokontriksi simpatis.
e. Pengeluaran urin berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta
peningkatan aldosteron dan ADH.
f. Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung.
g. Keadaan mental berupa rasa cemas besar disertai perasaan mendekati
kematian. (Corwin, 2000).
AMI biasanya disertai nyeri dada substernum yang parah dan terasa menekan,
yang mungkin menyebar keleher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri.
Pada sekitar 50% pasien, AMI didahului oleh serangan-serangan angina
pektoris. Namun, berbeda pada nyeri dada angina pektoris, nyeri dada AMI
biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari dan tidak banyak berkurang
dengan nitrogliserin. Nadi biasanya cepat dan lemah, dan pasien sering
mengalami diaforesis. Sering timbul sesak dan hal ini diakibatkan oleh
gangguan kontraktilitas miokardium yang iskemik, yang menyebabkan kongesti
dan edema paru. Pada AMI masif yang mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri,
timbul syok kardiogenik. Pada sebagian kecil pasien (20% sampai 30%), AMI
tidak menimbulkan nyeri dada. AMI silent ini terutama terjadi pada pasien
dengan diabetes melitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut. (Kumar,
Cortan, & Robins, 2007).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
a. Creatinin Posfakinase
b. SGOT
c. Laju Endap Darah
d. Leukosit
e. Kolesterol
f. Trigliserida
g. Kardiak iso-enzim
h. Analisa Gas Darah
2. Diagnostik :
a. Elektrokardiogram ( EKG )
b. Foto Thorax
c. Tes Treadmill
d. Echocardiography
e. Angiografy coroner
f. Multyslice Computed Tomografhy Scanning
g. Cardiac Magnetic Resonance Imaging
h. Radionuclear Medicine
i. Vektocardiography
j. Scintygraphy Talium
( Kabo, 2008 )
F. Penatalaksanaan Medik / Terapi Pengobatan
1. Bedrest total
2. Diit makanan lunak / saring serta rendah garam ( bila gagal jantung ).
3. Pasang infus Dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat IV.
4. Atasi nyeri :
a. Morfin 2,5 5 Mg IV atau Petidin 25 50 Mg IM.
b. Lain-lain : Nitrat, Antagonis Kalsium, dan Beta Bloker.
c. Oksigen 2 4 liter / hari.
d. Sedatif sedang seperti Diazepam 3 -4 x 2,5 Mg / oral. Pada insomnia
dapat ditambah Flurazepam 15 30 Mg.
5. Antikoagulan :
a. Heparin 20.000 40.000 U/24 Jam IV, tiap 4 6 jam atau drip IV
dilakukan atas indikasi.
b. Asetakumoral dan atau Warparin.
c. Streptokinase / Trombolisis.
6. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran
pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat
dibesrikan sebelum dibawa ke RS. Dengan trombolisis, kematian dapat
diturunkan sebesar 40 %.
( Punsalan, 2009 )

II. Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
4) Riwayat Psikososial
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi
2) Pola Aktivitas Latihan
3) Pola Nutrisi
4) Pola Sirkulasi
5) Pola Eliminasi
6) Pola Penafasan
7) Pola Tidur Istirahat
8) Pola Kognitif
9) Pola Toleransi
10) Pola Persepsi Diri
11) Pola Hubungan-Peran
d. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Tanda tanda Vital
e. Hasil Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
2) Diagnostik
f. Terapi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbanmgan antara suplai
oksigen miokard dengan kebutuhan.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan.
d. Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuenasi, irama, konduksilektrikal.
e. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan ferfusi organ.

3. Perencanaan dan Implementasi


Diagnosa Tujuan- Kriteria Intervensi Rasional
Nyeri akut b/d Tujuan : Catat karakteristik Variasi
iskemia jaringan Nyeri dada nyeri, lokasi, intensitas, pemampilan dan
sekunder terhadap hilang/terkontrol lamanya dan perilaku pasien
sumbatan arteri Kriteria: penyebaran. karena nyeri
koroner. Klien menyatakan terjadi sebagai
nyeri dada hilang temuan
/berkurang pengkajian.
Mendemonstrasikan
tehnik penggunaan Anjurkan kepada klien Nyeri berat dapat
relaksasi. untuk melaporkan nyeri menyebabkan
Klien terlihat rileks. dengan segera syok.

Berikan lingkungan Menurunkan


yang tenang, aktivitas rangsangan
perlahan dan tindakan eksternal,
nyaman, dekati pasien,
berikan sentuhan.

Bantu melakukan tehnik


relaksasi. Membantu dalam
penurunan persepsi
respon nyeri
Meningkatkan
Berikan oksigen jumlah oksigen
tambahan dengan yang ada untuk
kanula nasal atau pemakaian
masker sesuai dengan miokard sekaligus
indikasi mengurangi
ketidaknyamanan
s/d iskemia

Nitrat berguna
Kolaborasi : untuk kontrol nyeri
Berikan obat sesuai dengan efek
dengan indikasi : vasodilatasi
Antiangina koroner.
( nitroglyserin,)
Penyekat 8 ( contoh,
atenolol ,Tonormin,
pindolol, ( Visken )
propanolol ( inderal ) Agen ke 2 untuk
pengontrol nyeri
Analgesik, contoh melalui efek
morphin meperidin hambatan
( demerol rangsanggsimpatis
sehingga
Penyekat saluran menurunkan TD.
kalsium contoh, ( sistolik ) Fibrilasi
verafamil, ( calan ) jantung,dan
diltiazem ( prokardia ) kebutuhan oksigen
miokard .
Menurunkan nyeri
hebat, memberikan
sedasi, dan
mengurangi kerja
miokard.
Efek vasodilatasi
dapat
meningkatkan
aliran darah
koroner, sirkulasi
kolateral dan
menurunkan
preload.
Intoleransi Tujuan : Catat frekuensi jantung, Respon pasien
aktivitas b/d Meningkatkan irama dan perubahan terhadap aktivitas
ketidakseimbanm toleransi aktiviitas TD., selama dan dapat
gan antara suplai Kriteria ; sesudah aktivitas mengindikasikan
oksigen miokard Frekuensi jantung, penurunan oksigen
dan kebutuhan irama dan tekanan Tingkatkan istirahat, miokard.
darah dalam batas batasi aktivitas , dan Menurunkan kerja
normal berikan aktivitas miokard/konsumsi
Kulit hangat, merah senggang yang tidak oksigen
muda dan kering. berat.
Dengan mengejan
Anjurkan menghindari dapat
peningkatan tekanan mengakibatkan
abdomen misal, bradikardi,
mengejan saat defekasi menurunkan curah
jantung, dan
takhicardia serta
peningkatan TD
Jelaskan pola Aktivitas yang
peningkatan bertahap maju memberikan
dari tingkat aktivitas , kontrol jantung,
contoh bangun dari meningkatkan
kursi, bila tak ada nyeri, regangan dan
ambulasi, dan istirahat mencegah
selama 1 jam setelah aktovitas
makan. berlebihan.
Rujuk ke program
rehabilitasi jantung..
Ansietas b/d Tujuan Bantu klien Cemas
ancaman atau Ansietas hilang mengekspresikan berkelanjutan
perubahan /berkurang perasaan marah, memberikan
kesehatan. Kriteria : kehilangan dan takut. dampak serangan
Mengenal Kaji tanda verbal dan jantung
perasaannya non verbal kecemasan, selanjutnya.
Dapat dampingi klien dan Reaksi verbal/non
mengidentifikasi lakukan tindakan bila verbal dapat
penyebab atau faktor menunjukan perilaku menunjukan rasa
yang mempengaruhi merusak. agitasi, marah dan
nya. gelisah
Menyatakan ansietas Hindari konfrantasi Konfrontasi dapat
berkurang /hilang. meningkatkan rasa
marah,
menurunkan kerja
sama dan mungkin
memperlambat
penyembuhan
Orientasikan klien Orientasi dapat
terhadap prosedur rutin menurunkan
dan aktifitas yang kecemasan.
diharapkan. Dapat
Beri kesempatan kepadamenghilangkan
klien untuk ketegangan
mengungkapkan terhadap
ansietasnya. kehawatiran yang
Berikan privasi untuk tidak diekspresikan
klien dan orang Memberi waktu
terdekat. untuk
mengekspresikan
Kolaborasi : berikan perasaan,
anti cemas / hipnotik menghilangkan
sesuai indikasi cemas dan perilaku
contohnya diazepam adaptasi.
Meningkatkan
relaksasi dan
menurunkan
kecemasan
Resiko tinggi Tujuan : Auskultasi TD. Hipotensi dapat
terhadap Penurunan curah Bandingkan kedua terjadi s/d
penurunan curah jantung tidak terjadi. lengan, ukur dalam disfungsi ventrikel,
jantung b/d Kriteria : keadaan berbaring, hipertensi juga
perubahan Stabilitas duduk, atau berdiri bila fenomena umum
frekuensi, irama hemodinamik baik memungkinkan. b/d nyeri cemas
dan konduksi (tekanan darah dbn., pengeluaran
elektrikel. curah jantung katekolamin
drn.intake dan output Evaluasi kualitas dan Penurunan curah
sesuai, tidak kesamaan nadi. jantung
menunjukan tanda mengakibatkan
tanda disritmia) menurunnya
Catat terjadinya S3/S4. kekuatan nadi.
S3 b/d gjk atau
gagal mitral yang
disertai infark
berat.
S4 b/d iskemia,
Catat Murmur kekakuan ventrikel
atau hypertensi
pulmonal.
Menunjukan
gangguan aliran
darah dalam
Pantau frekuensi jantung,(kelainan
jantung dan irama katup, kerusakan
septum, atau
vibrasi otot papilar
Berikan makanan kecil / Perubahan
mudah dikunyah, batasi frekuensi dan
asupan kafein. irama jantung
menunjukan
Kolaborasi komplikasi
Berikan O tambahan disritmia.
sesuai indikasi Makanan besar
Pertahankan cara masuk dapat
heparin (IV) sesuai meningkatkan
indikasi kerja miokard.
Pantau data Kafein dapat
laboratorium enzim merangsang
jantung, GDA. Dan langsung ke
elektrolit. jantung sehingga
Berikan obat meningkatkan
antidisritmia s/d frekuensi jantung.
indikasi. Meningkatkan
kebutuhan miokard

Jalur yang paten


pentying untuk
pemberian obat
darurat.

Enzim memantau
perluasan infark,
elektrolit
berpengaruh
terhadap irama
jantung.
Resiko tinggi Tujuan Auskultasi bunyi nafas ( Indikasi edema
terhadap Kelebihan volume krekels ) paru, sekunder
kelebihan volume cairan tidak terjadi akibat
cairan b/d Kriteria : Kaji adanya edema dekompensasi
penurunan ferfusi TD. Dbn. jantung.
organ Tidak ada edema, Curiga gagal
tidak ada distensi Ukur intake dan output kongestif/kelebiha
vena, paru bersih n volume cairan
berat badan stabil. Penurunan curah
jantung,
mengakibatkan
Timbang berat badan gangguan ferfusi
ginjal, retensi
natrium/air, dan
penurunan
haluaran urine.
Pertahankan pemasukan Perubahan tiba-
total cairan 2000ml/24 tiba dari berat
jam dalam toleransi badan menunjukan
kardiovaskuler. gangguan
keseimbangan
cairan
Memenuhi
Kolaborasi kebutuhan cairan
Berikan diet natrium tubuh orang
rendah dewasa, tepai
memerlukan
Berikan diuretik, contoh pembatasan
: Lasix atau hidralazin, dengan adanya
sprinolakton,hidronolakt dekompensasi
on jantung
Pantau Kalium sesuai Natrium
dengan indikasi meningkatkan
retensi cairan dan
harus dibatasai.
Memperbaiki
kelebihan cairan.
Hipokalemia dapat
membatasi
keefeftifan terapi.

4. Evaluasi
Setelah tindakan pengkajian, merumuskan diagnosa, menentukan intervensi,
serta melakukan tindakan maka langkah selanjutnya tahap evaluasi dilakukan. Tahap
evaluasi dilakukan agar setiap tindakan yang dilakukan dapat diketahui sejauh mana
tingkat keberhasilannya. Tahap ini juga dilakukan guna mengetahui tingkat kompetensi
yang telah dicapai selama proses tindakan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah
sebagai berikut :
a. Nyeri tidak ada atau hilang.
b. Aktivitas mobilisasi meningkat.
c. Perasaan cemas berkurang atau hilang.
d. Peningkatan curah jantung.
e. Resiko kelebihan volume cairan terhindari.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN K DENGAN IMA


DI RUANG ICU RS dr.SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
Tanggal MRS :
Tanggal/ Jam Pengkajian :
Diagnosa medis : Infark Miocard Acute
No Registrasi :

I. BIODATA
Nama Klien : Tn K
Alamat :
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta

Tanggal Masuk RS: 01 Februari 2013 Diagnosa Medis :


No. MR : 11.45.10 Infark Miokard Akut ( IMA
)

II. Riwayat Perawatan


A. Keluhan Utama : Nyeri dada bagian kanan dan kiri, sesak nafas.
B. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Kesehatan / Keperawatan Sekarang
Pasien MRS 3 hari yang lalu dengan keluhan nyeri dada dan sesak nafas.
Pasien pernah dirawat di Rawat Inap namun dirujuk karena keterbatasan alat
dan oksigen serta Tekanan Darah Tinggi. Terpasang Infus NaCl 10 tetes/menit.
Oksigen lewat Nasal Kanul 4 Liter/menit.

2) Riwayat Kesehatan / Keperawatan Dahulu


Pasien menyatakan bahwa keluhan nyeri dada dan sesak nafas sudah muncul
sejak 1 tahun yang lalu. Pasien hanya sesekali berobat ke Puskesmas dan lebih
rutin menggunakan obat tradisional.

3) Riwayat Kesehatan / Keperawatan Keluarga


Pasien menyatakan tidak ada keluarga yang memilki penyakit sama seperti yang dialami
pasien.
Genogram Keluarga

Keterangan :

Perempuan
Laki-
laki

Meninggal

Pasien

Serumah

Bercerai
4) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien menyatakan bahwa dirinya tinggal di lingkungan dengan kondisi yang baik.

5) Riwayat Psikososial
Pasien tidak mengalami gangguan dalam hubungan keluarga. Pasien berinteraksi
terhadap lingkungan dengan baik.

c. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola Persepsi Pemeliharaan Kesehatan
Pasien memiliki lingkungan yang bersih. Lantai rumah terbuat dari kayu. Tersedia
tempat pembuangan sampah dan WC di rumah pasien. Rumah selalu dobersihkan secara
teratur.

2) Pola Aktivitas Latihan


Pasien tidak memiliki aktivitas yang berat / keras. Pasien jarang olahraga.

3) Pola Nutrisi Metabolik


Pasien mengalami penurunan nafsu makan.
Sebelum MRS : Makan 1 piring nasi + lauk. Minum 7 10 gelas per hari.
Sesudah MRS : Makan porsi yang diberikan. Minum 2 3 gelas per hari.

4) Pola Eliminasi
Tidak ada gangguan pada pola eliminasi pasien.
BAK
Warna : Kuning, Bau : Amoniak, Frekuensi : 3 Kali / hari.
BAB
Warna :Kuning, Konsistensi : Lunak, Frekuensi : 1 kali / hari.
5) Pola Tidur Istirahat
Pasien tidur 6 8 jam / hari sebelum MRS. Sesudah MRS pasien hanya tidur 3 4 jam
per hari.
6) Pola Persepsi Perseptual
Pasien tidak mengalami gangguan citra diri maupun sistem indera. Pasien merespon
secara kooperatif.

7) Pola Toleransi Koping Sress


Pasien dapat menerima apa yang dialaminya sekarang, klien menghadapi masalah dan
penyakitnya dengan baik.

8) Pola Persepsi Diri / Konsep Diri


Pasien mengetahui penyakitnya cukup parah dan menyatakan akan berobat secara
teratur serta akan mulai berolahraga.

9) Pola Seksual Reproduktif


Pasien tidak mengalami gangguan pada pola seksual dan reproduktif.

10) Pola Hubungan Peran


Pasien memiliki hubungan yang baik terhadap lingkungan dan keluarga. Pasien
berperan sebagai kepala rumah tangga dan seorang ayah.

11) Pola Nilai dan Keyakinan


Pasien menyatakan memiliki kepercayaan dan berjanji akan merubah pola hidup dengan
olahraga ringan secara teratur dan menghindari konsumsi daging.

d. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


1) Keadaan Umum : Pasien tampak lemah, Kesadaran Compos Mentis ( CM ),
Terpasang Infus NaCl 10 Tetes / menit di tangan
kiri.

2) Tanda tanda Vital : TD : 104/64 mmHg, N : 70 x/m , S : 36,2 C, RR : 26


x/m.

3) Pemeriksaan Kulit, Rambut, dan Kelenjar Getah Bening


Kulit berwarna sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada edema dan asites. Rambut
lurus dan lembab. Tidak ada gangguan / pembengkakkan pada kelenjar getah bening.

4) Pemeriksaan Kepala dan Leher


Bentuk kepala oval. Ada bekas luka 6 jahitan pada kepala bagian kiri dan 14 jahitan
pada kepala bagian kanan. Tidak ada cacat atau gangguan pada leher.

5) Pemeriksaan Dada
Bentuk dada simetris. Pola nafas normal setelah 2 hari MRS. Sebelum MRS pasien
mengaku sesak nafas. ( Normal frekuensi nafas : 16 20 kali/menit ).
Bunyi jantung I : Lup
Bunyi jantung II : Dup

6) Pemeriksaan Abdomen
Bentuk dan ukuran perut normal. Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada bising usus. Tidak
ada asites.

7) Pemeriksaan Anggota Gerak dan Neurologis


Respon Motorik : 6 ( menurut perintah )
Respon Verbal : 5 ( orientasi baik ) Jumlah : 15
Respon Membuka Mata : 4 ( spontan )

e. Hasil Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Tanggal 02 Februari 2013
Glukosa S : 253 ( N : < 200 ),Trigliserida : 54 ( N : < 165 ),
Glukosa N : 189 ( N : 65 110 ), HDL-CHOL : 94 ( N : <
180 ),
Glukosa PP : 217 ( N : < 140 ),SGOT : 90 ( N : < 31C,
37C )
Asam Urat : 2,8 ( N : 4 7,0 ), SGPT : 60 ( N : <
42C, 37C)
Cholesterol : 168 ( N : < 200 ),Creatinin : 0,72 ( N : 0,17 1,5 ).

2) Pemeriksaan Diagnostik
EKG dan Foto Thorax.

f. Terapi
Oksigen 4 Liter/Menit, Vaclo Tablet 1 x 1, Lipnoav 2 x 1,
Infus NaCl 500cc/24 Jam, Aspirel Tablet 1 x 1, Sucralfat 3 x 1 SM,
Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul, Suenalfar 3 x 1 SM, Codipron k/p
Simvastatin 20mg 1 x 1, I S D N 3 x 1.

Nama dan Tanda Tangan Mahasisa

Brilian Samuel
Dehes
NIM. PO. 62. 20. 1. 11.
006

B. Analisis Masalah

Data Fokus Masalah Kemungkinan Penyebab


( Subyektif dan Obyektif )
Data Obyektif : Nyeri Kurang Suplai Oksigen ke
- TTV :
Infark Miokard
TD : 104/64 mmHg
N : 70 kali / menit
S : 36,2 C
RR : 26 kali/menit

- Nyeri dada
- Skala nyeri 4 ( 1 10 )

Data Subyektif :
Pasien menyatakan nyeri
pada bagian dada kanan dan
kiri.
Pasien menyatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk.

Gangguan Pertukaran
Bersihan Jalan Nafas
Gas
Tidak Efektif

Data Obyektif :
Sesak nafas ( dispnea )
Oksigen 4 Liter/menit
Posisi semifowler
RR : 26 kali / menit

Data Subyektif :
Pasien menyatakan sesak
nafas saat melakukan
aktivitas yang berat.
C. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan ( Secara Prioritas )


.

1. Nyeri berhubungan dengan kurang suplai oksigen ke infark miokard.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif.
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi Nama
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan dan
Paraf
1. Diagnosa I Setelah Mandiri : Mandiri :
dilakukan 1. Kaji TTV 1. Mengontrol
tindakan pasien perkembangan
2. Observasi
keperawatan kesehatan
skala nyeri.
selama 1 x 8 pasien.
3. Observasi jenis
2. Menentukan
jam diharapkan
nyeri.
skala nyeri.
nyeri berkurang4. Kaji keluhan
3.
/ hilang dengan pasien terhadap
Mengobservasi
Kriteria Hasil : lokasi nyeri.
jenis nyeri.
5. Berikan posisi
1. Tidak ada 4. Mengkaji
semifowler.
nyeri dada penyebaran
2. Pasien tidak
lanjutan nyeri.
gelisah 5. Memberikan
rasa aman dan
Penkes : nyaman.
2. Diagnosa II
1. Ajarkan teknik
relaksasi Penkes :
1. Mengalihkan
rasa nyeri.
Mandiri :
1. Hitung RR per
Setelah menit pasien. Mandiri :
2.
Kaji pola nafas
dilakukan 1. Menentukan
3.
Berikan posisi
tindakan perbandingan
semifowler
keperawatan 4. Observasi dengan kondisi
selama 1 x 8 kemampuan abnormal.
2. Mengkaji pola
jam diharapkan ekspirasi
pernafasan.
sesak nafas maksimal.
3. Memberikan
berkurang /
rasa aman dan
hilang dengan
nyaman.
kriteria hasil : 4.
1. Tidak ada Kolaborasi : Mengobservasi
sesak nafas 1. Berikan terapi kemampuan
2. Respirasi 16
oksigen 4 ekspirasi
20 x / menit
Liter/menit. maksimal paru-
paru.
Penkes :
1. Ajarkan nafas
Kolaborasi :
dalam dan batuk
1. Membantu
efektif.
memenuhi
kebutuhan
oksigen tubuh.

Penkes :
1. Mengurangi
sesak nafas dan
mengeluarkan
sekret.
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi
No. Diagnosa Tanggal Pelaksanaan Evaluasi Tindakan / Nama
Keperawatan
dan Respon Pasien dan
Jam Paraf
Diagnosa I 05 Februari
1. Menghitung TTV 1. TD : 104/64
2. Memberikan posisi
2013 mmHg, N : 70
09.30 WIB semifowler
x/menit,
3. Memberikan
S : 36,2 C, RR :
pendidikan kesehatan
26x/menit.
tentang mobilisasi 2. Pasien merasa
dan hidup sehat. nyaman.
4. Mengobservasi 3. Pasien
Diagnosa II
keadaan lokasi nyeri. menyatakan
05 Februari
5. Mengkaji pola
mengetahui pola
2013 penanganan pasien
hidup sehat.
10.30 WIB
terhadap nyeri. 4. Nyeri pada
bagian dada kanan
dan kiri.
5. Pasien
menyatakan
1. Menghitung RR
mengalihkan nyeri
per menit pasien
2. Mengkaji pola dada dengan cara
nafas pasien duduk di kursi.
3. Mengajarkan
pasien latihan nafas
dalam.
1. RR : 26 x/menit.
4. Memberikan
2. Pasien bernafas
pendidikan kesehatan
dengan perut.
mengenai 3. Melatih pasien
penanganan sesak mengatasi sesak
nafas. nafas.
5. Melatih pasien 4. Pasein
mobilisasi ringan. menyatakan akan
menerapkan posisi
duduk saat sesak
nafas.
5. Pasien mampu
berjalan keliling
lingkungan sekitar.

F. Evaluasi
Nomor Tanggal dan Catatan Perkembangan Nama
Diagnosa Jam ( SOAP / SOAPIER ) dan
Paraf
Diagnosa I 05 02 S. Klien menyatakan nyeri pada dada bagian kanan
2013 dan kiri
09.30 WIB
O. Pasien tampak lemah, tidak mampu tidur
terlentang.
TD : 104/64 mmHG
S : 36, 2 C
N : 70 x/menit
RR :26 x/menit

A. Masalah belum teratasi

P. Lanjutkan intervensi

Diagnosa S. Klien menyatakan sesak nafas saat tidur


II 05 02 terlentang.
2013
10.30 WIB O. RR : 26 x/menit
Pasien tampak sesak nafas.

A. Masalah belum teratasi

P. Lanjutkan intervensi
Diagnosa I 06 02 S. Klien menyatakan nyeri telah berkurang
2013
09.00 WIB O. TD : 110/70 mmHg
N : 62 x/menit
S : 36 C
RR : 22 x/menit
Pasien tampak tenang.

A. Masalah teratasi

P. Intervensi selesai/pasien pulang.

S. Klien menyatakan sudah tidak sesak nafas

Diagnosa
O. RR : 22 x/menit
II 06 02
Pasien tampak tenang, tidak tampak sesak nafas.
2013
09.00 WIB
A. Masalah teratasi

P. Intervensi selesai/pasien pulang.

B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengobservasi dan mengkaji data-data yang aktual
terhadap pasien. Pengkajian keperawatan pada seluruh tingkat analisis ( individu,
keluarga, dan komunitas ), terdiri dari data subjektif dari seorang atau kelompok dan
data obyektif yang diperoleh dari hasil tes diagnostik dan sumber-sumber lain.
Pengkajian individu terdiri dari riwayat kesehatan ( data subjektif ) dan pengkajian fisik
( data objektif ) ( Weber dan Kelly, 2007 ). Pengkajian keluarga terdiri dari kelengkapan
informasi spesifik dari keluarga ( data subyektif ) dan hasil observasi interaksi keluarga
( data objektif ) ( Weber dan Leahey, 2005 ).
Sedangkan pengkajian komunitas terdiri dari kelengkapan informasi dari
pemberi informasi kunci di dalam komunitas ( data subyektif ) dan data statistik ( data
objektif ) ( Anderson dan McFarland, 2006 ). Kerangka pengkajian keperawatan yang
telah secara luas digunakan untuk menghasilkan diagnosis keperawatan yang akurat
adalah kerangka pola kesehatan fungsional ( Gordon, 2007 ). Kerangka ini mencakup 11
pola individu, keluarga dan komunitas.
Dalam pengkajian pada kasus Tn. D, penulis melakukan pengkajian dengan
metoda observasi, wawancara dan diagnostik. Penulis menggunakan konsep aktual,
yaitu menggunakan data-data terbaru pasien yang kemudian dikoordinasikan dengan
tahap keperawatan lainnya. Kesulitan yang didapatkan dalam proses pengkajian ini
adalah minimnya bahan berupa data ataupun buku mengenai Infark Miokard Akut yang
dinilai masih belum memenuhi kebutuhan penulis. Kemudahan dalam pengkajian ini
adalah terjalinnya kerjasama yang baik antara perawat dan pasien dalam hal pengkajian
sehingga sedikit banyak telah membantu dalam melengkapi proses pengkajian.

2. Diagnosa Keperawatan
Pada respon manusia, ada hal yang sangat bertumpang tindih untuk
mendiagnosis dan banyak faktor penting, misalnya budaya yang dapat mengubah
perspektif tentang diagnosis telah memverifikasi banyak penelitian bahwa interpretasi
terhadap kasus klinis memiliki potensi kurang akurat dari yang diindikasikan oleh data (
Lunney, 2008 ). Diagnosa keperawatan adalah suatu proses dimana semua data yang ada
dari tahap pengkajian dipilah kedalam analisis data kemudian ditentukan prioritas
masalah yang ada, selanjutnya dari prioritas yang ada dirumuskanlah diagnosa
keperawatan berdasarkan prioritas ( Problem, Etiologi, Syntom ). ( NANDA, 2010 )
Dalam kasus Tn. D penulis memilah antara diagnosa proritas dan non prioritas.
Penulis mengangkat Nyeri dan Gangguan Pertukaran Gas sebagai prioritas yang
ditemukan pada pasien dana diangkat dalam asuhan keperawatan. Kesulitan dalam
perumusan diagnosa adalah terbatasnya sumber daya ilmu pengetahuan mengenai Infark
Miokard Akut. Kemudahan yang ditemukan adalah adanya kerjasama dari Pembimbing
RS Doris Sylvanus dalam membantu membimbing penulis menentukan diagnosa yang
akan diangkat kedalam asuhan keperawatan.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang valid dan akurat menentukan sensitivitas perawat
tentang hasil yang diharapkan. Hasil yang diharapkan tersebut menjadi petunjuk dalam
menyeleksi intervensi yang mungkin menghasilkan efek pengobatan yang diharapkan.
Intervensi keperawatan merupakan tahap dimana perawat akan secara kritis menentukan
rencana tindakan keperawatan secara prioritas terhadap pasien, yang kemudian mejadi
tolak ukur suatu asuhan keperawatan. Secara garis besar intervensi adalah tahap kritis
dimana perawat diminta untuk menentukan rencana apa yang akan diberikan, kemudian
dari semua rencana itu haruslah bekejasama terhadap tenaga kesehatan lain guna
mendapatkan hasil yang maksimal ( Johnson et al, 2006 ).
Dalam tahap perencanaan pada kasus Infark Miokar Akut pada Tn. D , penulis
menggunakan perencanaan yang bersifat prioritas yang digunakan untuk
mengurangi/menghilangkan keluhan utama pada pasien. Kesulitan pada tahap ini adalah
terbatasnya sarana dan prasarana yang ada guna menunjang tindakan intervensi
keperawatan ini. Kemudahan yang ditemukan adalah adanya kolaborasi yang baik
antara penulis dan Perawat Senior di Ruang ICCU dalam menuntun penulis guna
menetapkan perencanaan yang dinilai sesuai.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap final dari sebuah asuhan keperawatan
sebelum evaluasi. Pada tahap ini semua rencana tindakan yang prioritas dan non
prioritas akan diterapkan dan dilaksanakan terhadap pasien. Sekali lagi dalam tahap ini
dituntut sikap kompeten dari tenaga kesehatan guna mendapatkan hasil memuaskan dan
maksimal dari tahap pengkajian, perumusan diagnosa hingga intervensi yang sudah
ditetapkan ( Crosseti dan Saurin, 2006 ).
Dalam tahap ini kesulitan yang ada adalah ada beberapa rencana tindakan non
prioritas yang belum terlaksana atau belum mendapatkan hasil yang memuaskan
dikarenakan keterbatasan waktu keperawatan. Kemudahan yang didapatkan pada tahap
ini adalah adanya kerjasama dari CI dalam melakukan tindakan yang dinilai perlu dan
prioritas.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dimana tindakan mulai dari pengkajian hingga
pelaksanaan akan dilakukan penilaian pencapaian tingkat keberhasilannya. Pada tahap
semua tindakan akan dikembangkan guna mengetahui letak kekurangan dan kelebihan
pada asuhan keperawatan. Tingkat keberhasilan yang tinggi serta kemajuan dalam pola
perubahan kesehatan merupakan hasil yang paling diharapkan oleh tenaga kesehatan
( Minthorn, 2006 ).
Pada tahap ini penulis telah melakukan penilaian atas kinerja yang dicapai dan
masuk dalam kategori memuaskan. Tahap pengkajian hingga pelaksanaan telah sedikit
banyak membantu pasien dalam meningkatkan pola kesehatannya.
Pada tahap ini tidak ditemukan kesulitan. Kemudahan yang didapatkan adalah
adanya bantuan oleh perawat Ruang ICCU dalam hal evaluasi hasil kinerja yang telah
dicapai.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
IMA (infark miokard akut) Merupakan salah satu penyakit yang di akibatkan
karena berkurangnya suplai oksigen kejaringan .sehingga kematian sel-sel mikardium
yang terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan .
Selain itu ,serangan jantung terjadi jika ada suatu sumbatan pada arteri koroner
menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah kesuatu bagian dari jantung
.dimana arteri koroner kiri memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri, septum dan
arteri kiri serta arteri kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri sedikit bagian
posterior septum dan vetrikel serta antrium kanan .
Akan tetapi , IMA (infark miokard akut) bisa diatasi .apabila ,perawat atupun
tim medis segera melakukan tindakan kepada kliennya untuk cepat tanggap terhadap
gejala-gejala yang ditimbulkan dalam IMA ini .

B. Saran
Sebaiknya , untuk menghindari penyakit IMA ini .maka hindarilah hal-hal yang
dapat menyebabkan fungsi otot jantung terganggu ,dengan melakukan pola nafas efektif
dengan baik karena penyakit ini cukup membahayakan bagi tubuh dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari .
Daftar Pustaka

Corwin, J Elisabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.


NANDA. 2010. Nursing Diagnoses : definitions and classification. Jakarta : EGC
Price and Wilson. 2005. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Smeltzer and Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Suryono, Bambang dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
WWW. Us. Elsevierhealth. Com. 2004. Nursing Diagnosis : A Guide to Planning Care.
Fifth Edition.
Diposkan oleh Brilian Samuel Dehes di 02.03

Você também pode gostar

  • Spo Olah Raga
    Spo Olah Raga
    Documento3 páginas
    Spo Olah Raga
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Master SOP
    Master SOP
    Documento5 páginas
    Master SOP
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • KAK Pelatihan Kader Posyandu
    KAK Pelatihan Kader Posyandu
    Documento4 páginas
    KAK Pelatihan Kader Posyandu
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Spo Olah Raga
    Spo Olah Raga
    Documento2 páginas
    Spo Olah Raga
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • 9.1.1.c, Bukti Analisis
    9.1.1.c, Bukti Analisis
    Documento1 página
    9.1.1.c, Bukti Analisis
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Perawatan Sirkumsisi
    Perawatan Sirkumsisi
    Documento5 páginas
    Perawatan Sirkumsisi
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • SPO SMD Edit
    SPO SMD Edit
    Documento5 páginas
    SPO SMD Edit
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • SPO SMD Edit
    SPO SMD Edit
    Documento5 páginas
    SPO SMD Edit
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Ped Penyelenggaraan Perkesmas Tio 1
    Ped Penyelenggaraan Perkesmas Tio 1
    Documento22 páginas
    Ped Penyelenggaraan Perkesmas Tio 1
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Sop Admen Kalibrasi Revisi
    Sop Admen Kalibrasi Revisi
    Documento2 páginas
    Sop Admen Kalibrasi Revisi
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • GermasRefres
    GermasRefres
    Documento10 páginas
    GermasRefres
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Master SOP
    Master SOP
    Documento5 páginas
    Master SOP
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Difteri Adalah Infeksi Bakteri Yang Umumnya Menyerang Selaput Lendir Pada Hidung Dan Tenggorokan
    Difteri Adalah Infeksi Bakteri Yang Umumnya Menyerang Selaput Lendir Pada Hidung Dan Tenggorokan
    Documento4 páginas
    Difteri Adalah Infeksi Bakteri Yang Umumnya Menyerang Selaput Lendir Pada Hidung Dan Tenggorokan
    Syifaa Nurlaila
    Ainda não há avaliações
  • Askep HT
    Askep HT
    Documento47 páginas
    Askep HT
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Master SOP
    Master SOP
    Documento5 páginas
    Master SOP
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Master SOP
    Master SOP
    Documento5 páginas
    Master SOP
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Lampiran Widada
    Lampiran Widada
    Documento4 páginas
    Lampiran Widada
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • 9.1.1.j.ka Keselamatan Pasien
    9.1.1.j.ka Keselamatan Pasien
    Documento3 páginas
    9.1.1.j.ka Keselamatan Pasien
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Perawatan Sirkumsisi
    Perawatan Sirkumsisi
    Documento5 páginas
    Perawatan Sirkumsisi
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento10 páginas
    Cover
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Master SOP
    Master SOP
    Documento5 páginas
    Master SOP
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Bukti Evaluasi Kesesuaian Layanan Klinis
    Bukti Evaluasi Kesesuaian Layanan Klinis
    Documento6 páginas
    Bukti Evaluasi Kesesuaian Layanan Klinis
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Undgn Promkes
    Undgn Promkes
    Documento1 página
    Undgn Promkes
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • JUDUL
    JUDUL
    Documento17 páginas
    JUDUL
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Askep Hernia Asih
    Askep Hernia Asih
    Documento29 páginas
    Askep Hernia Asih
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Exspert Gastritis Yanti
    Exspert Gastritis Yanti
    Documento17 páginas
    Exspert Gastritis Yanti
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Askep Kritis - Asih
    Askep Kritis - Asih
    Documento17 páginas
    Askep Kritis - Asih
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Perawatan Sirkumsisi
    Perawatan Sirkumsisi
    Documento5 páginas
    Perawatan Sirkumsisi
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações
  • Askep Gadar Asih
    Askep Gadar Asih
    Documento20 páginas
    Askep Gadar Asih
    Anonymous k5wWGYtKx
    Ainda não há avaliações