Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke
parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3
sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 :
710)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh
eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat
lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli
terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-
barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen
infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
B. ETIOLOGI
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :
reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar
dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya
tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena
adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M.
Nettina, 2001 : 682)
C. PATHOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh
bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian
bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke
pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah
alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik
meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Soeparman, 1991)
PATHWAY
Lihat Pathway Bronkopneumonia DI SINI
Download Pathway BronkoPneumonia DI SINI
D. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas
selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan
gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
(Barbara C. long, 1996 :435)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara oleh eksudat).
(Sandra M. Nettina, 2001 : 683)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan sputum
Analisa gas darah
Kultur darah
Sampel darah, sputum, dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
Rontgenogram Thoraks
Laringoskopi/ bronkoskopi
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 :
166)
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :
177)
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 : 172)
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan
rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari.
(Doenges, 1999 : 170)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya,
tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
F. PENATALAKSANAAN
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500
mg sehari atau Tetrasiklin 3 4 mg sehari.
Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada
kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan
Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan
simtomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang
mempunyai spektrum sempit.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sitemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam,
b) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
c) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
d) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
e) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal,
gelisah, sianosis
2. Pemeriksaan fisik
a) Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung
b) Auskultasi paru ronchi basah
c) Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal
d) Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua paru)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
4. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
6. Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan
kurangnya informasi.
7. Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
C. INTERVENSI
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : sekret dapat keluar.
Rencana tindakan :
1. Monitor status respirasi setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan pernapasan dan
bunyi napas abnormal.
2. Lakukan suction sesuai indikasi.
3. Beri terapi oksigen setiap 6 jam
4. Ciptakan lingkungan nyaman sehingga pasien dapat tidur dengan tenang
5. Beri posisi yang nyaman bagi pasien
6. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernapasan
7. Lakukan perkusi dada
8. Sediakan sputum untuk kultur / test sensitifitas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli
Tujuan : pertujaran gas kembali normal.
Kriteria Hasil : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas
secara optimal dan oksigenisasi jaringan secara adekuat
Rencana tindakan :
1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda cianosis
2. Beri posisi fowler sesuai program / semi fowler
3. Beri oksigen sesuai program
4. Monitor AGD
5. Ciprtakan lingkungan yang nyaman
6. Cegah terjadinya kelelahan
Rencana tindakan :
1. Kaji status nutrisi klien
2. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan
inspeksi)
3. Timbang BB klien setiap hari.
4. Kaji adanya mual dan muntah
5. Berikan diet sedikit tapi sering
6. Berikan makanan dalam keadaan hangat
7. kolaborasi dengan tim gizi
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya
2. Kaji tingkat pendidikan orang tua klien
3. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan
dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai
4. Tekankan perlunya melindungi anak.
5. Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.
6. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum
dimengertinya
D. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Brochopneumonia adalah :
1. Pertukaran gas normal.
2. Bersihan jalan napas kembali efektif
3. Intake dan output seimbang
4. Intake nutrisi adekuat
5. Suhu tubuh dalam batas normal
6. Pengetahuan keluarga meningkat
7. Cemas teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai
Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta :EGC
http://teguhsubianto.blogspot.co.id/2009/08/asuhan-keperawatan-
bronchopneumonia.html
DAFTAR PUSTAKA
DR. Nursalam, M.Nurs, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta : Salemba Medika
A. Aziz Alimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika
http://khaidirmuhaj.blogspot.co.id/2009/03/askep-bronchopneumonia.html
Askep Bronchopneumonia
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus
keturunan , anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, tidak
satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami
bronchopneumonia.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 3
tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan, sedangkan
di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di
bawah umur 2 tahun (1).Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari
data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6
di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
pneumonia dan influenza. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit
infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia.
Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun
tahun 2000, kombinasi bronchopneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi
penyebab kematian ketujuh di negara itu.
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung
udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama
bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
B. TUJUAN
Tujuan penulisan dari makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
keperawatan anak dan membantu mahasiswa dan pembaca untuk memahami penyakit
bronchopneumonia yang terjadi pada anak dan menambah pengalaman mahasiswa keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia
C. MANFAAT
1. Bagi Institusi
Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam memahami ilmu yang telah
diberikan khususnya dalam melaksanakan proses keperawatan dan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronchopneumonia.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan bronchopnemonia serta dalam melakukan pendokumentasian
dan penyusunan makalah bronchopneumonia.
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
a. Memperoleh data dengan menggunakan referensi yang ada kaitannya dengan masalah yang
diangkat penulis.
b. Memperoleh data melalui internet.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP DASAR MEDIS
A. PENGERTIAN
Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak,
teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
(Brunner dan Suddarth, 2001).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru
yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda
dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G.
Bare, 1993).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Dari beberapa penngertian tersebut dapat disimpulkan,Bronkopneumonia adalah radang paru-
paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-
bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur dan benda asing
C. ETIOLOGI
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.Penyebab
Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah:
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium
Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
a) Faktor predisposisi
-usia /umur
-genetik
b) Faktor pencetus
-gizi buruk/kurang
-berat badan lahir rendah (BBLR)
-tidak mendapatkan ASI yang memadai
-imunisasi yang tidak lengkap
-polusi udara
-kepadatan tempat tinggal
D. PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan
alveolus dan jaringan sekitarnya. . Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme
tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
A. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah
baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler
di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-
sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos
vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang
harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
B. Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin
yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena
menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada
atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
C. Stadium III/hepatisasi kelabu (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru
yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
D. Stadium IV/resolusi (7 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-
sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan
napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan
penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis
respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan
terjadinya gagal napas.
E. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas
Demam (390 400C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi
Anak sangat gelisah,dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan oleh
bernapas dan batuk
Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung
dan mulut.
Kadang-kadang disertai muntah dan diare
Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan atelektasis
absorbsi.
F. KOMPLIKASI
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan
akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di
satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sistemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus yang
berbercak-bercak infiltrat
Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.
Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami imunodefiensi.
Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigen.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya.
H. PENATALAKSANAAN
A. Farmakologi
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, gentamisin.
Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum penderita, dan dugaan kuman
penyebab:
1. Umur 3 bulan-5 tahun,bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia, Hemofilus
influenza atau stafilokokus.Pada umumnya tidak diketahui penyebabnya, maka secara praktis
dipakai :
Kombinasi : penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24 jam IM, 1-2 kali sehari dan
Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari. Atau kombinasi Ampisilin 50-100
mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari atau
kombinasi Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sama
dengan diatas).
2. Anak anak < 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia:
o Penisilin prokain IM atau o Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/24 jam oral, 4 kali sehari o
Eritromisin atau o Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari. o Oksigen 1-2 L/menit.
IVFD dekstrose 5 % NaCl 0,225% 350cc / 24 jam ASI/PASI 8 x 20cc per sonde B. Non
farmakologi 1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah. 2.
Simptomatik terhadap batuk. 3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif 4. Bila
terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator. 5. Pemberian
oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik
adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya. I. PENCEGAHAN Penyakit
bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati
secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain
itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap
berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur
,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga
diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain: 1. Vaksinasi Pneumokokus 2.
Vaksinasi H. Influenza 3. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh
rendah 4. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit. II. KONSEP DASAR
KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN A. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan DS : polusi
udara, lingkungan berdebu,adanya anggota keluarga yang pernah menderita
bronchopneumonia,tidak mendapat vaksinasi /imunisasi yang lengkap,tidak mendapaat ASI yang
memadai,lingkungan yang padat penduduk. DO : demam, menggigil, berkeringat,sesak
napas,batuk,jenis kelamin, gangguan sistem imun : SLE, AIDS, Penggunaan steroid atau
kemoterapi, dominan pada usia > 3 tahun, rumah berdebu.
B. Pola nutrisi dan metabolic
DS : kehilangan nafsu makan ,mual /muntah, riwayat DM, tidak mendapat ASI yang memadai.
DO : gizi buruk, BBLR,defisiensi vitamin A, distensi abdomen, hiperaksi bunyi usus, kulit
kering,turgor kulit tidak elastis.
C. Pola aktivitas dan latihan
DS : kelelahan, kelemahan, takipnoe,insomnia, stridor
DO: letargi, pernapasan cuping hidung, sianosis,sputum,ronchi, fremitus meningkat, takikardi
D. Pola tidur dan istirahat
DS: insomnia, batuk ,sesak, stridor
DO: batuk, sesak, stridor, gelisah
E. Pola kognitif
DS: sakit kepala, nyeri dada
DO: rewel, menangis, bingung, samnolens
F. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
DO: stress ,ngompol, mengisap jari
DS : menangis, melempar mainan, isap jari
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang dapat diangkat adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d akumulasi lendir di jalan napas, inflamasi
trakeabronkial, nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan.
2. Gangguan pertukaran gas b/d obstruksi saluran pernapasan
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
5. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan
umum, batuk berlebihan dan dispnea.
6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi tubuh,
kurangnya intake cairan.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DP 1: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas b/d akumulasi lendir di jalan napas,inflamasi
trakeabronkial,nyeri pleuritik,penurunan energi,kelemahan.
HYD: -pasien menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas
-pasien menunjukkan jalan napas dengan bunyi napas bersih,tidak ada dispnea dan sianosis
Rencana tindakan :
Kaji atau pantau pernapasan klien
Rasionalnya: Mengetahui frekuensi pernapasan klien sebagai indikasi dasar gangguan
pernapasan.
Auskultasi bunyi napas tambahan (ronchi,wheezing)
Rasionalnya: adanya bunyi napas tambahan yang menandakan gangguan pernapasan.
Berikan posisi yang nyaman misalnya posisi semi fowler
Rasionalnya : posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru lebih maksimal
Terapi inhalasi dan latihan napas dalam dan batuk efektif
Rasionalnya : napas dalam memudahkan ekspirasi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil.
Batuk adalah mekanisme membersihkan jalan napas alami, membantu silia mempertahankan
jalan napas paten.
Memberian cairan per oral/IV sesuai usia anak,tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasionalnya : cairan khususnya yang hangat memobilisasi serta mengeluarkan lendir.
Kolaborasi dengan dokter dalam pengisapan lendir sesuai indikasi
Rasionalnya : merangsang batuk serta membersihkan jalan napas secara mekanik pada pasien
yang tidak mampu melakukan pernapasan karena batuk tidak efektif atau penurunan kesadaran.
D. DISCHARGE PLANNING
Hal-hal yang perlu disampaikan kepada keluarga dan pasien sebelum pulang adalah :
Memberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk melanjutkan pengobatan di rumah sesuai
dosis dan instruksi dokter
Memberitahukan jadwal kontrol di dokter kepada pasien dan keluarga
Mengajarkan kepada keluarga seperti :
-minum air hangat
-istirahat secukupnya
-mencuci tangan dengan sering
-membersihkan mulut dengan sering
Memberitahukan keluarga pasien tentang pentingnya memberi ASI eksklusif dan nutrisi pada
anak untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses penyembuhannya.
Memberitahukan pada keluarga pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan
tempat tinggal ,hindari merokok,polusi udara,lingkungan berdebu karena dapat menurunkan
kesehatan dan melemahkan kondisi saluran napas anak.
Memberitahukan pentingnya pemberian imunisasi pada anak, karena dengan imunisasi
kekebalan tubuh semakin kuat dan mikroorganisme sulit masuk dalam tubuh.
Mengajarkan tindakkan sederhana yang dapat dilakukan bila anak sakit misalnya : memberikan
kompres hangat untuk menurunkan demam, memberikan minuman yang cukup untuk mencegah
dehidrasi, memberikan minuman hangat untuk membantu mengencerkan sekret yang kental.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Irman. 2008. Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba medika
Doenges. E. Marylin. 1992.Nursing Care Plan. Jakarta: EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fak. Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu
Kesehatan Anak 3. Jakarta
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/08/asuhan-keperawatan-bronchopneumonia.html
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-bronchopneumonia.html
www.total-health-care.com
Tumbuh kembang anak usia 6 12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan
masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat
badan 2 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan ciri sex sekundernya.
Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan
sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
o Loncat tali
o Badminton
o Memukul
o Motorik kasar dibawah kendali kognitif dan secara bertahap meningkatkan irama
dan kehalusan.
b. Motorik halus
c. Kognitif
o Dapat membalikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
d. Bahasa
o Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata
penghubung dan kata depan
Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan
tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap
kerusakan penyakit dan pengobatan.
Penyebab anak stress meliputi ;
1. Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran
2. Fisiologis
Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri
3. Lingkungan asing
Kebiasaan sehari-hari berubah
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan
dampaknya terhadap masa depan anak
Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak
familiernya peraturan Rumah sakit
ANALISA DATA
NO TGL / JAM
1 Diisi pada saat tanggal pengkajian
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat.
4 Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inta
http://contoh-askep.blogspot.co.id/2008/10/asuhan-keperawatan-klien-tuberkulosis_10.html
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BRONCHOPNEUMONIA
DAFTAR SINGKATAN
C : Derajat Celcius
Bp. : Bapak
DO : Data Obyektif
DS : Data Subyektif
RL : Ringer Laktat
RS : Rumah Sakit
Tn. : Tuan
Nn : Nona
TD : Tekanan Darah
RR : Respiratory Rate
KU : Keadaan umum
CO2 : Karbondioksida
Ml : mililiter
IV : Intravena
O2 : Oksigen
BAB I
KONSEP DASAR
Sistem pernafasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan pertukaran gas sehingga
oksigen dapat disuplai dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh (Asih,
2003 : 2).Untuk lebih jelasnya anatomi pernafasan dapat dilihat pada (Gambar 1.1)
Secara sistematis saluran pernafasan dibagi menjadi saluran pernafasan atas dan
saluran pernafasan bawah. Organ saluran pernafasan atas terletak di luar toraks
atau rongga dada, sementara saluran pernafasan bawah terletak hampir seluruhnya
1) Hidung
Hidung adalah pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara keluar melalui
sistem pernafasan yaitu hidung yang terbentuk atas dua tulang hidung dan
beberapa kartilago. Terdapat dua pipi pada dasar hidung-nostril (lubang hidung),
atau nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengah. Lapisan
mukus hidung adalah sel epitel bersila dengan sel goblet yang menghasilkan lendir
dan juga sebagai sistem pembersih pada hidung(Asih, 2003 : 2). Zat mukus yang
2) Faring
Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga
nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dapat dibagi menjadi tiga
segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lain nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Nasofaring terletak di belakang rongga nasal, orofaring terletak di
5).
3) Laring
Laring sering disebut kotak suara fungsinya untuk berbicara, selain itu juga untuk
mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakhea. Dinding laring dibentuk
oleh tulang rawan (kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa
bersilia, kartilago laring tersusun 9 buah, kartilago yang terbesar adalah kartilago
tiroid atau disebut dengan buah jakun pada pria, terkait di puncak tulang rahang
tiroid terdapat epiglotis yang fungsinya membantu menutup laring sewaktu orang
menelan makanan. Pita suara terletak di kedua sisi selama bernafas, pita suara
tertahan di kedua sisi glotis sehingga untuk dapat masuk dan keluar dengan bebas
dari trakhea. Selama berbicara otot intrinsik laring menarik pita suara untuk
motorik yang mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus dan nervus
Adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 13 cm. Trakhea
kaku guna mencegah agar tidak kolaps dan menutup jalan udara. Bagian dalam
2) Bronkhial
Ujung distal trakhea terbagi menjadi bronkhus primer kanan dan kiri yang terletak
di dalam rongga dada. Bronkhus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada yang
kiri. Fungsi percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara
trakhea dan alveoli agar jalan udara tetap terbuka dan bersih (Pearce, 2006 : 215).
3) Alveoli
Alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru-paru orang dewasa.
eksternal dan aliran darah. Alveoli dikelilingi oleh dinding yang tipis yang terdiri atas
satu lapis epitel skuamosa. Di antara sel epitel terdapat cairan khusus yang
menyekresi lapisan molekul lipid yang disebut surfaktan. Cairan ini dibutuhkan
untuk menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab, tanpa surfaktan tekanan
yang sangat besar untuk mengembangkan alveoli (Asih, 2003 : 3-8). Surfaktan
adalah suatu zat campuran antara lemak fosfat, lemak jenis lain, protein dan
karbohidrat yang disekresi oleh epitel alveol tipe II, surfaktan berperan menurunkan
tegangan permukaaan pada cairan alveol sehingga alveol lebih mudah berkembang
pada waktu inspirasi dan mencegah alveol menutup pada akhir respirasi. Faktor
yang dapat mempengaruhi sintesa surfaktan adalah hormon tiroid dan hormon
4) Paru-paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta
dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak atas diafragma,
bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula . Pada permukaan
tengah dari setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus tempat bronkus primer
dan masuknya arteri serta vena pulmonasi ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri
paru terdiri atas percabangan saluran yang membentuk jutaan alveoli, jaring-jaring
Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil pembagian pertama
disebut lobus. Paru kanan terdiri atas 3 lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya
terdiri 2 lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Lobus
kemudian dibagi lagi menjadi segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus
limfatik
Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleura.
Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan
Rongga pleura ini mengandung cairan yang dihasilkan sel-sel serosa di dalam
pleura. Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau membran pleura membengkak,
akan terjadi suatu kondisi yang disebut pleuritis dan terasa sangat nyeri karena
5) Toraks
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang
disebut mediastinum. Satu-satunya organ dalam rongga toraks yang tidak terletak
2. Fisiologi pernafasan
adalah istilah teknis dari bernafas terdiri dari inspirasi yaitu gerakan perpindahan
udara masuk ke dalam paru-paru dan ekspirasi yaitu gerakan udara meninggalkan
a. Inspirasi
dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal menarik iga dari atas keluar
yang mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan kanan, dengan begitu
pleura parietal ikut mengembang diikuti oleh pleura viseral, yang menyebabkan
tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfer dan udara masuk melalui
hidung dan akhirnya sampai alveoli (Asih, 2003: 11). Otot otot yang digunakan
b. Ekspirasi
Diafragma dan otot-otot interkosta rileks, karena rongga menjadi lebih sempit,
tekanan atmosfir, udara didorong keluar paru sampai kedua tekanan sama
1. Pengertian
(Gambar 1.2)
teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronkhi dan meluas ke
parenkim paru, (Smeltzer, 2001 : 215). Seperti yang terlihat pada gambar diatas
bronkus, sebagian besar terjadi pada bayi atau anak, biasanya sekunder terhadap
C. Etiologi
sedangkan dari virus yaitu (influenza virus, Respiratory Syntial Virus (RSV), jamur
disebabkan bahan lain misalnya inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau
uap kimia seperti berilium, inhalasi bahan debu yang mengandung alergen, radiasi,
daya tahan tubuh yang menurun (Alsagaff, 2006 : 122-123). Penyebab dari
pada penderita dengan imunosupresi dimana bakteri tidak akan menyebabkan sakit
yang serupa pada individu sehat dan sakit, organisme penyebab adalah
D. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2001 : 460) manifestasi klinis dari bronchopneumonia adalah
sangat banyak, nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan
batuk, sakit parah dengan takipnea jelas (25-45 x/menit) dypsnea, nadi cepat, sakit
Menurut Asih (2003 : 65) temuan subyektif meliputi dipsneu demam, menggigil,
hipoksemia, bunyi pekak saat perkusi. Menurut Alsagaff (2006 : 125) gejala bersifat
akut, penderita merasa badannya dingin disertai menggigil dan disusul dengan
peningkatan panas badan 40C, panas badan meninggi pada pagi dan sore, mialgia.
E. Patofisiologi
Menurut Smeltzer (2001 : 211) virus, jamur, bakteri masuk ke alveoli dan ke
bronkioli melalui inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari
nasofaring, sirkulasi dari infeksi sistemik, invasi bakteri ke bronkioli dan alveolar
kapiler dan peningkatan sekresi kelenjar mukosa. Peningkatan jumlah kapiler akan
terjadi oedema pada mukosa dan bila terlalu lama maka akan terjadi hipoventilasi
dan pasien akan sesak nafas dikarenakan pada saat terjadi hipoventilasi terjadi
peningkatan sekresi kelenjar mukosa akan meningkatkan produksi mukosa yang bila
tidak segera diatasi lama kelamaan sekret itu akan semakin bertambah, yang akan
menyebabkan penyumbatan di saluran pernafasan.
Menurut Asih (2003 : 65) virus, jamur,protozoa, atau riketsia masuk melalui
beberapa jalur yaitu ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara,
mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari peralatan
individu yang sehat, patogen yang mencapai paru dikeluarkan atau melalui
fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, patogen yang masuk
ke dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan
menstimulasi respon inflamasi dan respon imun yang keduanya mempunyai efek
alveolar kapiler. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkhiolar
terminalis terisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang menyebabkan abnormalitas
ventilasi-perfusi.
F. Pemeriksaan Penunjang
2. Leukosit
3. Kultur darah
5. Bronkoskopi
1. Kultur sputum
Pada kultur sputum kuman dengan media agar darah bila ada stafilokokkus hemolitik
2. Kultur darah
beberapa lobus.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis :
Penatalaksanaan keperawatan :
1. Terapi intravena
2. Imobilisasi
H. Komplikasi
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
1. Hipotensi dan syok, terutama pada pasien yang tidak mendapatkan pengobatan
Nyeri
kelenjar mukosa
Keletihan
Hipoxia
Peningkatan produksi
Intoleransi aktivitas
mukus
Suplay O2 ke otak
menurun
Pusing Penurunan
kesadaran
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial.
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif, bunyi usus, kulit dengan turgor buruk,
malnutrisi.
5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat oleh batuk, mialgia, sefalgia
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit
7. Pernafasan
Gejala : Riwayat adanya ISK kronis, PPOM, takipnea, dipsneu progresif,
Tanda : Sputum purulen, perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi, gesekan
friksi pleura, fremitus, taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi
bunyi nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlihat atau nafas
bronkhial.
8. Keamanan
rubela.
1. Riwayat atau adanya faktor risiko seperti PPOM, perokok berat, immobilisasi
fisik lama, pemberian makanan melalui selang sacara terus-menerus, obat-
obatan imunosupresif, menghirup atau aspirasi zat iritan, terpapar pulusi
udara terus-menerus,terpasang selang endotrakeal atau trakeostomi,
penurunan tingkat kesadaran.
2. Pemeriksaan fisik berdasarkan pada format pengkajian sistem pernapasan
yaitu demam tinggi dan menggigil, nyeri dada pleuritik, takipnea dan
takikardi, rales, pada awalnya batuk tidak produktif tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mukosa purulen, dipsnea,
kelemahan dan malaise, keringat hilang timbul sesuai peningkatan dan
penurunan demam.
Kriteria hasil : Jalan nafas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dipsnea,
sianosis.
Intervensi Rasionalisasi
a. Takipnea, pernapasan dangkal dan
a. Kaji frekuensi atau kedalaman gerakan dada tak simetris sering terjadi
penurunan atau tak ada aliran konsolidasi dengan cairan, bunyi nafas
udara dan bunyi nafas adventisius, bronkial dapat juga terjadi pada area
misal krekels konsolidasi
c. Bantu pasien latihan nafas sering, c. Nafas dalam memudahkan ekspirasi
kapiler, hipoventilasi.
gas.
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi dengan GDA dalam
Intervensi Rasionalisasi
a. Manifestasi distres pernafasan tergantung pada
a. Kaji frekuensi, kedalaman
derajat keterlibatan paru dan status kesehatan
dan kemudahan bernafas
umum
b. Observasi warna kulit dan b. Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau
perifer sistemik
c. Awasi frekuensi dan irama c. Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam
Intervensi Rasionalisasi
a. Selama periode waktu ini potensial
dapat terjadi)
b. Anjurkan pasien memperhatikan
b. Sputum harus dikeluarkan dengan cara
pengeluaran sekret dan melapor-kan
aman, perubahan karakter sputum
perubahan warna, jumlah dan bau
menunjukkan perbaikan pneumonia
sekret
c. Tunjukkan atau dorong teknik c. Efektif berarti menurunkan penyebaran
Intervensi Rasionalisasi
a. Menetapkan kemampuan atau
a. Evaluasi respon pasien terhadap
kekuatan pasien dan memudahkan
aktivitas
pilihan
b. Berikan lingkungan yang tenang dan b. Menurunkan stres dan
Intervensi Rasionalisasi
a. Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa
a. Tentukan karakteristik nyeri
derajat
b. Perubahan frekuensi jantung dan tekanan
nyeri
c. Tindakan non analgetik diberikan dengan
c. Berikan tindakan nyaman misal
sentuhan lembut dapat menghilangkan
pemijatan, relaksasi
ketidaknyamanan
d. Kolaborasi dalam pemberian
d. Obat ini dapat digunakan untuk batuk,
analgetik dan antitusif sesuai
meningkatkan kenyamanan
indikasi
Intervensi Rasionalisasi
a. Identifikasi faktor yang a. Pilihan intervensi tergantung pada penyebab
mungkin mual
c. Auskultasi bunyi usus,
c. Bunyi usus mungkin menurun, distensi
observasi atau palpasi distensi
abdomen terjadi akibat menelan udara
abdomen
d. Tindakan ini dapat meningkatkan masukan
d. Berikan makan porsi kecil dan
meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
sering
kembali
e. Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan
e. Evaluasi status nutrisi umum,
malnutrisi rendahnya tahanan terhadap
ukur berat badan dasar
infeksi.
cairan.
Intervensi Rasionalisasi
a. Kaji perubahan tanda vitala. Peningkatan suhu meningkatkan laju metabolik
mukosa
c. Laporkan jika terjadi mual
c. Adanya gejala ini menurunkan masukan oral
atau muntah
d. Pantau masukan dan d. Memberikan informasi tentang keadekuatan
dan antiemetik
f. Pada adanya penurunan masukan atau banyak
f. Berikan cairan tambahan
kehilangan, pengggunaan parenteral dapat
IV sesuai keperluan
mencegah kekurangan cairan
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
penyakitnya.
pengobatan.
pengobatan.
Intervensi Rasionalisasi
a. Kaji fungsi normal paru, patologi a. Meningkatkan pemahaman situasi yang
gas.
Kriteria hasil : Bunyi nafas jelas, analisa gas darah dalam batas normal, frekuensi
nafas 12-24 per menit, frekuensi nadi 60-100 kali/menit, tidak ada batuk
Intervensi Rasionalisasi
a. Pantau : status pernafasan tiap 8 jam, tanda vital a. Untuk mengidentifikasi
tiap 4 jam, hasil analisa gas darah, foto rontgen, kemajuan-kemajuan atau
penyimpangan dan hasil
pemeriksaan fungsi paru-paru
yang diharapkan
b. Berikan ekspektoran sesuai dengan anjuran dan
samping akibat interaksi antara satu obat dengan sehingga sekret dapat
mengeluarkan sekresi.
c. Dorong pasien untuk minum minimal 2-3 liter cairan
Cairan juga membantu
perhari
mengalirkan obat-obatan
di dalam tubuh
d. Nikotin dapat
penyempitan
e. Posisi tegak lurus
memungkinkan ekpansi
cairan.
Kriteria hasil : Haluaran urine lebih besar dari 30 ml/jam, berat jenis urine 1,005-
1,025, natrium serum dalam batas normal, mukosa membran lembab, turgor kulit
Intervensi Rasionalisasi
a. Pantau masukan dan haluaran a. Untuk mengidentifikasi kemajuan-
tiap hari, kondisi kulit dan mukosa penyimpangan dari sasaran yang
dengan anjuran dan berikan dosis sesak, untuk meminum cairan per oral
terhadap bronchopneumonia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan menunjukkan peningkatan
Kriteria hasil : Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri, dapat berjalan jauh
Intervensi Rasionalisasi
a. Untuk mengidentifikasi
a. Monitor frekuensi nadi dan frekuensi nafas kemajuan yang dicapai atau
yang diharapkan
b. Tunda aktivitas jika frekuensi nadi dan frekuensi
toleransi
c. Bantu pasien dalam melaksanakan aktivitas sesuai
nafas
4. Nyeri dada pleuritik berhubungan dengan bronchopneumonia
Intervensi Rasionalisasi
a. Nyeri dada, biasanya ada
a. Tentukan karakteristik nyeri
dalam beberapa derajat
b. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran b. Analgetik membantu
untuk mengatasi nyeri pleuritik jika perlu dan mengontrol nyeri dengan
makan
Kriteria hasil : Peningkatan masukan makanan , tidak ada penurunan berat badan
lebih lanjut
Intervensi Rasionalisasi
a. Pantau , presentase jumlah makanan a. Untuk mengidentifikasi kemajuan-
Intervensi Rasionalisasi
a. Ketika terjadi tanda-tanda a. Keberadaan pemberi pelayanan kesehatan yang
1) Temani pasien dan minta menurunkan ansietas yang muncul pada waktu
perawat lain untuk segera pasien sendirian. Sakit dada dan kesulitan
(morfin sulfat) sesuai dengan b. Untuk membantu menurunkan nyeri dada dan
keefektifannya
c. Konsul dokter jika analgetik
c. Nyeri yang menetap merupakan tanda
yang diberikan gagal
timbulnya infark paru
mengontrol nyeri dada
d. Selama fase akut berikan d. Mengetahui apa yang diharapkan dapat
1) Sifat kondisi
dianjurkan
3) Pemeriksaan diagnostik yang
dianjurkan :
a) Tujuan
pemeriksaan
sebelum pemeriksaan
d) Perawatan sesudah
pemeriksaan dilakukan
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas diagnosa keperawatan yang muncul dengan
jalan nafas. Masalah tersebut muncul pada Tn. H didukung dengan adanya
sampai 24 x/menit. Suara nafas vesikuler adalah suara nafas yang tergolong
Diagnosa ini dijadikan sebagai prioritas utama karena ini merupakan situasi
kebutuhan fisiologis yang terletak pada urutan pertama dan harus segera
menimbulkan obstruksi jalan nafas yang akibatnya akan fatal bagi pasien.
Tujuan yang diharapkan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan
jam. Ini ditetapkan karena jika sekret menumpuk secara berlebihan maka
hasil yang diinginkan adalah jalan nafas efektif, tidak ada penumpukan sekret
posisi ini pernafasan pasien lebih mudah karena otot-otot diafragma bekerja
secara optimal, bisa mengoptimalkan fungsi paru atau otot bantu pernapasan
lain sehingga nafas lebih dalam dan kuat (Doenges, 1999 : 167).
c. Ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif dan fisioterapi dada. Nafas
bunyi nafas untuk membantu penurunan aliran udara yang terjadi pada
maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
fisioterapi dada harus berhati hati jika tidak maka akan terjadi trauma pada
terlalu sering pasien merasa kurang nyaman (Potter, 1245 : 2005) didapatkan
ruangan dan dengan fasilitas yang ada sehingga pelaksanaan dapat berjalan
lancar. Sedangkan intervensi terakhir tidak dapat dilakukan pada saat itu
tindakan dilakukan maka ditemukan evaluasi pada tanggal 05 Juni 2008 pada
jam 11.30 pasien tampak rileks setelah dahak dapat keluar maka masalah
dengan anjurkan kepada pasien untuk melakukan nafas dalam dan batuk
efektif apabila dahak sulit dikeluarkan, berikan posisi yang nyaman bagi
pasien (semifowler).
otak. Pengertian dari diagnosa nyeri kepala adalah salah satu keluhan fisik
rangka kombinasi respon tersebut (Smeltzer, 2001 : 2163). Fisiologi dari nyeri
melalui serabut syaraf perifer, serabut nyeri memasuki medula spinalis dan
menjalani salah satu dari rute syaraf dan akhirnya sampai ke dalam massa
Region : kepala sebelah kiri, Severity : skala nyeri ringan (3), Time : saat
aktivitas.
Kriteria hasil yang diinginkan adalah skala nyeri berkurang, pasien tampak
rileks.
1999 : 170), kelemahan : jika skala nyeri sudah sampai tahap nyeri sedang
atau berat maka teknik relaksasi ini tidak efektif untuk dilakukan (Potter,
analgetik jika nyeri tak tertahankan tidak dapat dilakukan karena skala nyeri
maka ditemukan evaluasi pada tanggal 25 Juni 2008 jam 11.30 WIB yaitu
nyeri
keinginan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Masalah ini muncul pada Tn.
keluarga.
24).
evaluasi pada tanggal 05 Juni 2008 jam 11.30 WIB dengan intoleransi
aktivitas teratasi sebagian dilanjutkan intervensi kolaborasi dengan keluarga
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood, 2006, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press,
Surabaya.
Asih, Niluh Gede Yasmin, 2003, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2,
EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilynn, E., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, EGC,
Jakarta.
America, Philadelphia.
Pearce, Evelyn, 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Pooter, Patricia, A., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzzanne, C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Underwood, J.C.E., 1999, Patologik Umum dan Sistem, Edisi 2, EGC, Jakarta.
http://askep1000.blogspot.co.id/2011/04/asuhan-keperawatan-dengan.html