Você está na página 1de 21

LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Disusun
Yeni Oleh
(406151022)
Kristianti
Pembimbing
Msi.Med,Sp.A : :(406151022)
KLINIKKUDUS
PENYAKIT
2016
September
RSUD
LAPORAN
PEREMPUAN,
TAHUN
AKUT
KLINIKKUDUS
PENYAKIT
2016
RSUD
LAPORAN ILMU
September24
PEREMPUAN,
TAHUN
AKUT ILMU
24
1 BULAN
DALAM
2016
KASUS
1 BULAN
3 DALAM
2016
KASUS 3
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : An. A
Umur : 6 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Loram Kulon 06/02, Jati
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Dirawat di : Bougenville 2
No. RM : 739xxx
Tanggal masuk : 26 September 2016
Tanggal pulang : 1 Oktober 2016

B. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesa terhadap ibu pasien pada tanggal 26 September 2016
pukul 11.00 WIB di ruang perawatan - Bangsal Bougenville 2.

Keluhan Utama
Demam sejak 2 hari yang lalu

Keluhan Tambahan
Batuk, Pilek, dan Sesak.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Anak RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus dengan
keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Ibu pasien mengatakan bahwa demam
terjadi naik turun sepanjang hari, tanpa disertai kejang. Sebelumnya pasien
sudah berobat sebelumnya ke Puskesmas diberikan obat penurun demam,
namun tidak ada perbaikan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 1


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Ibu pasien juga mengeluhkan bahwa, pasien pilek sejak 1 minggu


yang kemudian disertai dengan batuk yang timbul sejak 2 hari yang lalu.
Batuk terjadi terus menerus dengan adanya dahak yang tidak dapat keluar.
Keluhan ini dirasakan semakin memburuk sehingga membuat suara nafas
pasien terdengar kasar atau grok-grok dan tampak sesak saat bernafas. Ibu
juga mengeluhkan bila pasien ditidurkan kaki dan tangan menjadi dingin.
Keluhan lain seperti muntah, gusi berdarah, mimisan, ruam merah pada tubuh
disangkal.
Sejak keluhan-keluhan ini dialami oleh pasien, pasien menjadi lebih
rewel. Pasien sehari-hari minum ASI yang terkadang ditambah dengan susu
formula, namun pasien tidak menyusu sekuat dan sebanyak biasanya. BAK
dan BAB dalam batas normal.

Riwayat Pengobatan
- Pasien sudah berobat sebelumnya ke Puskesmas, dan mendapat obat
penurun demam.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya karena Bronkopneumoni
pada tanggal 4/8/2016 9/8/2016.

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat penyakit serupa tidak dialami oleh keluarga pasien

Riwayat Prenatal
- Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke
Bidan dan tidak terdapat masalah dalam kehamilannya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 2


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Riwayat Kelahiran
Pasien merupakan anak kelima dalam keluarga, dan lahir secara spontan per-
vaginam dengan bantuan Bidan Puskesmas.
- Berat badan : 2300 gram
- Panjang badan : 48 cm
- Lingkar kepala : ibu pasien tidak tahu
- Lingkar dada : ibu pasien tidak tahu
- Tanpa cacat bawaan, anus (+)

Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak


Berat badan sekarang 5,5 kilogram, dengan panjang badan 62 cm. Pasien
sudah bisa tengkurap, berjalan dengan berpegangan, menyebut kata yang
mempunyai arti.

Riwayat Makan dan Minum


Pasien sehari hari mengkonsumsi ASI yang ditambah dengan susu formula.

Riwayat Imunisasi
Ibu tidak membawa KMS-nya, namun ibu mengaku bahwa anaknya sudah
mendapat imunisasi lengkap sesuai dengan jadwal di Posyandu hingga usia 6
bulan.

Riwayat Sosial dan Ekonomi


Pasien tinggal di rumah bersama ayah, ibu dan kakaknya. Ayahnya bekerja
sebagai buruh lepas harian, sedangkan Ibunya adalah ibu rumah tangga. Ayah
pasien juga merupakan seorang perokok aktif. Pasien berasal dari keluarga
dengan kesan ekonomi menengah ke bawah, dengan biaya perawatan
menggunakan BPJS.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 3


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 26 September 2016 pukul 11.00 WIB di ruang perawatan
J6 - Bangsal Bougenville 2.

Keadaan umum : Tampak sakit


Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
Tanda vital :
- Suhu : 38,4 C
- HR : 110 x/menit, regular, isi cukup
- RR : 56 x /menit
- SpO2 : 94%
Antropometri :
- Berat Badan : 5,5 kg
- Panjang Badan : 62 cm
- Lingkar Kepala : 40 cm
WHO Child Growth Standards for Girls, Birth to 2 years (z-scores)
- Length-for-age : 0 s/d -2 (Normal)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 4


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

- Weight-for-age : -2 (Gizi Kurang)

- Weight-for-length : -1 (Normal)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 5


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Pemeriksaan Sistem :
Kepala
Bentuk dan Ukuran Normosefali, fontanel anterior menonjol (-)
Rambut Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil: isokor,
diameter 2 mm/2 mm, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung (+/+)
Telinga Bentuk normal, pembesaran KGB retroaurikula (-)
Hidung Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (+) kental dan
berwarna bening, pernafasan cuping hidung (+)
Mulut Bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-)
Leher Trakea letak di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Kulit Turgor baik, kulit tidak kering, sianosis (-), warna kulit sawo
matang

Thorax : Paru
Paru Depan Paru Belakang
Inspeksi Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, Simetris saat inspirasi dan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 6


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

retraksi suprasternal (+) , retraksi ekspirasi


intercostal (+), retraksi subcostal (-)
Palpasi Stem fremitus kanan dan kiri Stem fremitus kanan dan kiri
simetris, pergerakan napas simetris, simetris, pergerakan napas
tidak terdapat adanya benjolan simetris, tidak terdapat adanya
benjolan
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Suara dasar vesikuler (+), Wheezing Suara dasar vesikuler (+),
(-), Ronkhi (+) Wheezing (-), Ronkhi (+)

Jantung
Inspeksi Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Perkusi ictus cordis teraba di sela iga IV linea midklavikularis sinistra
Palpasi Batas atas : ICS III linea parastrenalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
Auskultasi Suara jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi Tampak datar
Palpasi Supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi Timpani pada semua kuadran
Auskultasi Bising usus (+) normal

Ektremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- +/+
Oedem -/- -/-
CTR > 2 detik -/- -/-

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 26 September 2016

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 7


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

HEMATOLOGI

Hemoglobin 10.6 g/dL 11.5 13.5

Eritrosit 4.36 jt/ul 3.9 5.9

Hematokrit 33.1 34 40

Trombosit 439 10^3/ul 150 400

Lekosit 28.2 10^3/ul 6.0 17.0

Netrofil 42.1 % 50 70

Limfosit 47.4 % 25 40

Monofit 9.5 % 28

Eosinophil 0.1 % 24

Basofil 0.4 01

MCH 24.3 pg 27.0 31.0

MCHC 32.0 g/dL 33.0 37.0

MCV 75.9 fL 79.0 99.0

RDW 16.6 % 10.0 15.0

MPV 10.3 fL 6.5 11.0

PDW 11 fL 10.0 18. 0

E. DIAGNOSA
Diagnosa Banding :Bronkopneumonia (BRPN), Bronkiolitis,
Aspirasi pneumonia
Diagnosis kerja : Bronkopneumonia (BRPN)

F. PENATALAKSANAAN
O2 Nasal canul 2 lpm

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 8


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Infus RL 10 tpm
Cefotaxim 2 x 150 mg
Paracetamol 3 x cth
Nebulizer (Combivent + Pulmicort + Nacl)

G. EDUKASI
Memberikan informasi kepada keluarga mengenai :
Kepatuhan minum obat
Menjauhkan anak dari asap rokok dan polusi udara lainnya
Makan makanan yang bergizi
Melakukan imunisasi

H. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

I. FOLLOW UP
27 September 2016
S : demam (-), batuk (+), pilek (+), sesak (+), ASI / susu formula (+)
O :
- KU : tampak sakit
- Kesadaran : composmentis
- Tanda Vital :

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 9


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Suhu : 36,2o C
Frekuensi Nadi : 110 x/menit
Frekuensi Nafas : 50 x/menit
Saturasi Oksigen : 97%
- Pemeriksaan Fisik :
Thorax : Pulmo SDV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Pernafasan cuping hidung (+), retraksi interkostal (+), retraksi
epigastrium (+)
A : Bronkopneumonia

P :
- O2 Nasal canul 2 lpm
- Infus RL 10 tpm
- Cefotaxim 2 x 150 mg
- Paracetamol 3 x cth
- Nebulizer (Combivent + Pulmicort + Nacl)

28 September 2016
S : demam (-), batuk (+ ), pilek (+), sesak (+), ASI / susu formula (+)
O :
- KU : tampak sakit
- Kesadaran : composmentis
- Tanda Vital :
Suhu : 36,5 o C
Frekuensi Nadi : 110 x/menit
Frekuensi Nafas : 45 x/menit
Saturasi Oksigen : 98%
- Pemeriksaan Fisik :
Thorax : Pulmo SDV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Pernafasan cuping hidung (-), retraksi interkostal (+), retraksi
epigastrium (+)
A : Bronkopneumonia

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 10


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

P :
- Infus RL 10 tpm
- Cefotaxim 2 x 150 mg
- Paracetamol 3 x cth
- Nebulizer (Combivent + Nacl)

29 September 2016
S : demam (-), pilek (+), batuk berkurang, sesak berkurang, ASI/ susu
formula (+)
O :
- KU : tampak sakit
- Kesadaran : composmentis
- Tanda Vital :
Suhu : 36,8o C
Frekuensi Nadi : 110 x/menit
Frekuensi Nafas : 40 x/menit
Saturasi Oksigen : 98%
- Pemeriksaan Fisik :
Thorax : Pulmo SDV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Pernafasan cuping hidung (-), retraksi interkostal (+), retraksi
epigastrium (+)
A : Bronkopneumonia
P :
- Infus RL 10 tpm
- Cefotaxim 2 x 150 mg
- Paracetamol 3 x cth
- Nebulizer (Combivent + Nacl)

30 September 2016
S : demam (-), pilek (+), batuk (-), sesak berkurang,ASI/susu formula
(+)
O :

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 11


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

- KU : tampak sakit
- Kesadaran : composmentis
- Tanda Vital :
Suhu : 37o C
Frekuensi Nadi : 110 x/menit
Frekuensi Nafas : 32 x/menit
Saturasi Oksigen : 98%
- Pemeriksaan Fisik :
Thorax : Pulmo SDV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Pernafasan cuping hidung (-), retraksi interkostal (-), retraksi
epigastrium (-)
A : Bronkopneumonia
P :
- Infus RL 10 tpm
- Cefotaxim 2 x 150 mg
- Paracetamol 3 x cth
- Nebulizer (Combivent + Nacl)

1 Oktober 2016
S : demam (-), pilek (-), batuk (-), sesak (-), menyusu kuat.
O :
- KU : baik
- Kesadaran : composmentis
- Tanda Vital :
Suhu : 36,4o C
Frekuensi Nadi : 88 x/menit
Frekuensi Nafas : 32 x/menit
Saturasi Oksigen : 98%
- Pemeriksaan Fisik :
Thorax : Pulmo SDV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Pernafasan cuping hidung (-), retraksi interkostal (-), retraksi
epigastrium (-)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 12


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

A : Bronkopneumonia
P :
- Infus RL 10 tpm
- Cefotaxim 2 x 150 mg
- Paracetamol 3 x cth
- Nebulizer (Combivent + Nacl)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

BRONKOPNEUMONIA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 13


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Definisi
Bronkopneumonia menurut World Health Association (WHO) adalah infeksi
pernafasan akut yang mempengaruhi paru-paru. Sedangkan menurut Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), bronkopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia
yang ditandai dengan adanya proses peradangan atau inflamasi pada parenkim paru,
yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial.
Berdasarkan gambaran radiologisnya, bronkopneumonia menurut
Radiopaedia.org adalah pneuomonia yang ditandai dengan adanya proses inflamasi
supuratif peribronkial berupa bercak konsolidasi atau patchy distribution pada segmen
lobulus paru.3 Jadi, bronkopneuomonia adalah infeksi penafasan akut yang ditandai
dengan adanya proses inflamasi pada parenkim paru, yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial.

Epidemiologi
Pneumonia merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang masih menjadi
masalah di berbagai negara terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Angka kejadian kasus baru pneumonia pada anak usia < 5 tahun di negara maju
adalah 2 - 4 kasus/100 anak/tahun. Sedangkan di negara berkembang, angka kejadian
kasus baru pneumonia adalah 10 20 kasus/100 anak/tahun. Menurut WHO pada
tahun 2015, pneumonia merupakan 15% penyebab kematian pada anak usia < 5 tahun,
dengan estimasi sebanyak 922.000 anak.

Etiologi
Bronkopneumonia dapat terjadi akibat adanya infeksi oleh bakteri, virus, atau jamur.
Bakteri penyebab bronkopneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenza type b (Hib), Staphylococcus aureus, Streptococcus group B. Virus
penyebab bronkopneumonia adalah Respiratory Syntical Virus (RSV), influenza
virus, parainfluenza, dan adenovirus. Sedangkan jamur penyebab bronkopneumonia
adalah Citoplasma capsulatum, Criptococcus nepromas, Blastomices dermatides,
Cocerdirides immitis, Aspergillus sp, Candida albicans, dan Mycoplasma pneumonia.

Faktor Risiko

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 14


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko kejadian bronkopneumonia


pada anak adalah:
Berat badan lahir rendah (BBLR)
Tidak mendapat air susu ibu (ASI) yang adekuat
Tidak mendapat imunisasi
Malnutrisi
Aspirasi
Imunodefisiensi
Adanya keluarga dalam satu rumah yang menderita batuk
Rumah yang terlalu padat penghuninya
Pajanan polusi, seperti asap rokok, polusi industri, dll

Patofisiologi
Pada keadaan normal, saluran pernafasan bawah memiliki mekanisme pertahanan
terhadap mikroorgansime pathogen melalui mucociliary escalator. Sedangkan
mekanisme imunologi yang dibentuk oleh tubuh dalam melakukan pertahanan
terhadap mikroorganisme pathogen yaitu dengan adanya makrofag, IgA, dan
immunoglobulin lainnya. Apabila pertahanan tubuh tidak adekuat, maka
mikroorganisme patogen akan masuk melalui saluran pernafasan dan menyebabkan
proses inflamasi di alveoli. Pada tahap pertama atau hyperemia, proses peradangan
ditandai dengan adanya peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hal ini terjadi akibat adanya pelepasan mediator peradangan dari sel mast
(histamine dan prostaglandin) setelah pengaktifan sel imun. Degranulasi sel mast akan
mengaktifkan komplemen yang akan bekerja bersama mediator peradangan dari sel
mast untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan meningkatkan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini menyebabakan terjadinya perpindahan eksudat plasma ke dalam
ruang interstitium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan
alveolus. Adanya penimbunan cairan ini menyebabkan perpindahana gas oksigen dan
karbondioksida tidak maksimal sehingga terjadi penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
Pada tahap berikutnya atau hepatisasi merah, alveolus akan terisi oleh sel
darah merah, eksudat, dan fibrin yang dihasilkan oleh host sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena akan menjadi padat dan menyebabkan udara di

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 15


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

alveoli tidak ada atau sangat minimal. Pada tahap ini, gejala sesak akan terasa
semakin berat.
Pada tahap berikutnya atau hepatisasi kelabu, eritrosit di alveoli mulai di
reabsorpsi dan lobus masih tetap padat karena terisi fibrin dan leukosit. Dan pada
tahapan berikutnya atau resolusi, respon imun dan peradangan akan mereda, sehingga
sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
kemabli ke strukturnya semula.

Gambaran Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Inspeksi : pernafasan cuping hidung (+),
sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga. Palpasi : Stem fremitus yang
meningkat pada sisi yang sakit. Perkusi : Sonor memendek sampai beda Auskultasi :
Suara pernafasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki basah gelembung
halus sampai sedang.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya
daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi
terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar
mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.Tanpa pengobatan
biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

Diagnosis
Diagnosis bronkopneumonia umumnya ditegakkan berdasarkan trias
bronkopneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak. Gejala infeksi umum yang terjadi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 16


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

pada anak dengan bronkopneumonia adalah demam > 38.5o C, sakit kepala, gelisah,
malaise, penurunan nafsu makan, dan keluhan gastrointestinal (mual, muntah, diare).
Sedangkan gangguan respiratori pada bronkopneumonia berupa batuk, sesak nafas,
retraksi dada, takipnea, nafas cuping hidung, merintih, dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisik, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan
umum anak, frekuensi pernafasan, serta pemeriksaan thorax. Keadaan umum anak
umumnya meliputi kesadaran dan kemampuan anak untuk makan atau minum. Pada
pemeriksaan thorax dapat ditemukan pekak perkusi, suara nafas yang melemah, dan
terdengar ronki.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Thorax pada Bronkopneumonia
Inspeksi Tampak sesak, retraksi ICS saat inspirasi
Auskulta Ronkhi basah halus nyaring >>, ronkhi
si krepitasi
Palpasi Gerakan sesak, retraksi ICS
Perkusi Redup relatif

Selain melihat dari gejala dan pemeriksaan fisik, beberapa pemeriksaan


penunjang lain yang dapat membantu proses diagnosis bronkopneumonia adalah:
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah pemeriksaan darah
perifer lengkap. Pada bronkopneumonia yang disebabkan oleh virus atau
jamur, umumnya ditemukan hasil berupa leukosit yang normal atau sedikit
meningkat. Sedangkan pada bronkopneumonia yang disebabkan oleh
bakteri dapat ditemukan hasil berupa leukositosis (nilai leukosit antara
15.000 40.000 / mm3).
Pemeriksaan radiologis, dilakukan pada anak dengan tanda klinis yang
membingungkan dan dirawat inap. Pemeriksaan ini tidak rutin dianjurkan
untuk anak yang menderita infeksi saluran pernafasan bawah akut ringan.
Pada bronkopneumonia, gambaran radiologis yang ditemukan berupa
bercak infiltrat difus yang merata pada kedua paru, yang dapat meluas
hingga daerah perifer paru, disertai dengan adanya peningkatan corakan
peribronkial.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 17


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Gambar 1.
Right lower lobe consolidation in a patient with bacterial pneumonia.

Tata Laksana
Dasar tata laksana bronkopneumonia adalah pengobatan kausal dan suportif.
Pengobatan kausal adalah pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yaitu
antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk pengobatan bronkopneumonia adalah
golongan beta laktam atau kloramfenikol. Pada anak usia < 5 tahun, antibiotik oral
pilihan pertama yang diberikan adalah amoksisilin. Amoksisilin dipilih karena
efeknya dalam melawan sebagian besar mikroorganisme pathogen penyebab
bronkopneumonia, dapat ditoleransi dengan baik, dan harganya yang murah.
Alternatif antibiotik oral lainnya adalah co-amoxiclaf, ceflacor, eritromisin,
claritromisin, dan azitromisin. Sedangkan pilihan antibiotik intravena yang dianjurkan
adalah ampisilin, kloramfenikol, co-amoxiclaf, ceftriaxone, cefuroxime, dan
cefotaxime.
Tabel 2. Pilihan Antibiotik Intravena

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 18


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Sedangkan yang termasuk ke dalam pengobatan suportif adalah pemberian


antipiretik, cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan
asam-basa, elektrolit, dan gula darah. Nebulisasi dengan beta 2 agonis dan atau NaCl
dapat diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance.

Kriteria rawat inap pada bayi dengan bronkopneumonia adalah:


Saturasi oksigen < 92%, sianosis
Frekuensi pernafasan > 60 x/menit
Distres pernafasan, apnea intermiten, atau grunting
Tidak mau minum
Keluarga tidak bisa merawat di rumah

Kriteria rawat inap pada anak dengan bronkopneumonia adalah:


Saturasi oksigen < 92%, sianosis
Frekuensi pernafasan > 50 x/menit
Distres pernafasan
Grunting
Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat di rumah

Kriteria pulang pada anak dengan bronkopneumonia adalah:


Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asupan per oral adekuat
Pemberian antibiotik dapat diteruskan per oral

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 19


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
Kondisi rumah yang memungkinkan untuk perawatan lanjut di rumah

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 20


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016
LAPORAN KASUS ELLISSA (406151052)

DAFTAR PUSTAKA

Bennett NJ. Pediatric pneumonia [Internet]. Medscape [cited 2016 May].


Available from: http://emedicine.medscape.com/article/967822-
overview#showall.
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson textbook of pediatrics.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Semarang: Balai Penerbit
Universitas Diponegoro; 2011.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Deteksi dini tanda dan gejala penyimpangan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Jawa Timur: Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
World Health Association. Pneumonia. [Internet]. World Health Association
[cited 2015 Nov]. Available from:
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/.
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita selekta: essentials of
medicine - jilid 1. Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 21


RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Agustus 2016 29 Oktober 2016

Você também pode gostar