Você está na página 1de 13

1

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIK PENATAAN KELEMBAGAAN


PEMERINTAHAN DAERAH

Oleh :

Apriansyah Qolbi

A. Latar Belakang
Pemerintah daerah merupakan ujung tombak untuk keberhasilan
otonomi daerah. Kedudukan pemerintah daerah yang sangat strategis
ini membutuhkan birokrasi yang berkualitas untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance).1 Salah satu tujuan
Good Governance adalah mendekatkan pemerintah dengan rakyat.
Dengan demikian apa yang menjadi kebutuhan, permasalahan,
keinginan, dan kepentingan serta aspirasi masyarakat dapat dipahami
secara baik dan benar oleh pemerintah. Sehingga pemerintah mampu
menyediakan layanan masyarakat secara efisien, mampu mengurangi
biaya, memperbaiki output dan penggunaan sumber daya manusia
secara lebih efektif.
Pelaksanaan otonomi daerah memberikan keleluasaan bagi
pemerintah daerah untuk menyusun organisasi perangkat daerahnya.
Pembentukan kelembagaan daerah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2003 pada Pasal 120 yang mengungkapkan bahwa
perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah,
sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan
dan kelurahan.
Dengan membentuk kelembagaan, maka pemerintah daerah
dapat menyelenggarakan pemerintahan secara efisien untuk
meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
Adanya tuntutan dari masyarakat akan kualitas pelayanan
menuntut pemerintah daerah untuk melakukan pembentukan
kelembagaan dalam pemerintahan daerah. sehingga bentuk

1 Ayu Desiana. 2014. Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Menuju Good


Governance. Jurnal Manajemen Pemerintahan, Volum I Nomor I, http://online-
journal.unja.ac.id/index.php/jmp/article/view/2092, 05 Februari 2017.
2

kelembagaan daerah yang efisien, transparan dan profesional dalam


melayani masyarakat.
Banyaknya keragaman organisasi kelembagaan yang dibangun
oleh pemerintah daerah menciptakan potensi terjadinya duplikasi
pelaksanaan tugas. Kondisi ini selain menciptakan sulitnya koordinasi
pada tatanan implementasi kebijakan publik juga berakibat pada
pemborosan penggunaan sumber daya. Banyaknya keragaman
organisasi yang dibangun juga menciptakan semakin banyak
kemungkinan terciptanya garis konflik diantara organisasi
kelembagaan itu sendiri.
Berdasarkan jurnal ilmiah ilmu pemerintahan yang berjudul
Penataan Kelembagaan Pemerintahan Daerah oleh Rasyid Thaha,
maka penulis tertarik untuk melakukan analisis manajemen strategik.
Sehingga makalah ini diberi judul: ANALISIS MANAJEMEN
STRATEGIK PENATAAN KELEMBAGAAN PEMERINTAHAN
DAERAH.

B. Perumusan Masalah
Bagaimana penerapan manajemen strategik dalam penataan
kelembagaan pemerintahan daerah?

C. Tujuan Analisis
Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang
manajemen strategik dalam penataan kelembagaan pada pemerintah
daerah yang menerapkan strategi SWOT (Strenght, Weaknesess,
Opportunity, Threats).

D. Konsep Pemerintahan Daerah


Pemerintahan daerah organisasi ditujukan untuk mencapai
efektifitas dan efisiensi organisasi. Hal ini dilakukan dengan cara
menata kembali struktur organisasi menjadi lebih baik. Hal ini sesuai
dengan definisi pemerintahan daerah yang diuraikan berikut.
Pemerintahan daerah, sering disebut sebagai downsizing atau
delayering, melibatkan pengurangan di bidang tenaga kerja, unit kerja
atau divisi, ataupun pengurangan tingkat jabatan dalam struktur
3

organisasi. Pengurangan ini diperlukan untuk memperbaiki efisiensi


dan efektifitas (David, F, 1997).
Strategi pemerintahan daerah digunakan untuk mencari jalan
keluar bagi organisasi yang tidak berkembang, sakit atau adanya
ancaman bagi organisasi, atau industri diambang pintu perubahan
yang signifikan. (Mintzberg & Quinn, 1996).
Faktor perubahan lingkungan strategis nasional sangat penting
dipahami. Karena faktor ini yang akan menimbulkan rencana dan
tindakan pembaharuan aparatur negara/pemerintah. Faktor perubahan
lingkungan strategis global mendorong agar pembaharuan aparatur
negara/pemerintah tidak berdiri sendiri melainkan mempertimbangkan
perubahan global tersebut. Perubahan global antara lain sistem
desentralisasi dan demokrasi yang sedang banyak dipakai oleh
negara-negara di pentas dunia yang menginginkan terwujudnya
kepemerintahan yang baik (good governance). Selain itu
perkembangan teknologi imformasi yang mulai diterapkan dalam
pemerintahan yang elektronik (electronic government = e-
government) penggunaan e-government tidak lain agar pelayanan
yang diberikan aparatur pemerintah kepada rakyat memberikan
kepuasan yang prima kepada rakyat.2
Perubahan organisasi merupakan beralihnya kondisi organisasi
dari kondisi yang berlaku kini menuju kondisi masa yang akan dating
yang diinginkan guna meningkatkan efektivitasnya. Perubahan
merupakan sesuatu hal yang harus terjadi dalam suatu organisasi
karena tuntutan perkembangan zaman. (Sedarmayanti 2000:44).

E. Penataan Kelembagaan
Kelembagaan merupakan hal yang paling utama yang harus
dilakukan penataan atau pembaharuan. Jika kelembagaan ini
diperbaharui demikian pula sistem yang digunakan juga menggunakan
sistem yang tepat, maka akan ada harapan untuk terwujudnya tata

2 Mifta Thoha. 2008. Birokrasi Pemerintah Indonesia Di Era Reformasi. Jakarta:


Kencana, hlm. 108.
4

kepemerintahan yang baik. Kelembagaan terdiri dari kultur dan


struktur. Kultur merupakan perpaduan tata nilai, kepercayaan dan
kebiasaan yang diyakini kebenarannya untuk diperjuangkan. Kultur
inilah yang nantinya akan membentuk boundary yang membedakan
suatu pemerintahan itu dengan pemerintahan lainnya, dalam hal ini
pemerintahan daerah.
Adapun struktur merupakan kerangka yang digunakan sebagai
tata aliran proses bagaimana kultur itu bisa diteapkan dan diwujudkan
dalam suatu pemerintahan. Kultur dalam lembaga pemerintahan
sering kali muncul dan dipakai adalah kultur yang menjamin kebiasaan
Asal Bapak Senang (ABS), kultur yang membiasakan partisipasi rakyat
yang menjamin kebiasaan demokrasi inilah yang harus dipilih dalam
strategi pembaharuan kelembagaan. Saya berharap jika kultur yang
tumbuh itu adalah kultur yang demokratis, responsif, partisipatif, dan
terbuka. Hal ini akan bisa melahirkan tata kepemerintahan yangbaik.
Jika kultur terpilih, maka struktur tinggal mewadahi dalam kerangka
yang sesuai. Untuk menyusun struktur ini maka leverage points di atas
mulai dipertimbangkan, misalnya perubahan sistem politik yang
terjadi dalam lingkungan strategis nasional di negara kita dan krisis
moneter yang melanda negara kita selama ini. Dengan
mempertimbangkan perubahan sistem politik dan krisis tersebut,
maka kita susun kerangka kelembagaan birokrasi pemerintah.
Sistem yang dipilih harus sistem yang telah dikenal baik sesuai
dengan kebutuhan kita. Sistem penataaan kelembagaan yang bisa
menjamin adanya profesionalisme yang berlandaskan pada
kompetensi, akuntabilitas, transparansi akan bisa mendorong kinerja
yang baik. Sementara itu leverage points di atas juga harus
dipertimbangkan untuk menyusun strategi pembaharuan sistem,
seperti misalnya perubahan paradigma, lingkungan strategis nasional
maupun global. Sistem ini sesuai dengan perubahan paradigma
manajemen pemerintahan, dan kebutuhan global akan mengarahkan
kita pada pilihan yang up to date dan bisa diterima dalam
perkembngan teknologi dan ilmu pengetahuan.
5

Dalam menyusun strategi yang memperbaharui sumber daya


aparatur, kita amati persoalan yang timbul sekarang ini, SDM aparatur
pemerintah ini dikenal sebagai aparatur yang tidak profesional dan
kesejahteraannya amat kurang. Oleh karena itu leverage points di atas
harus juga dijadikan pendorong timbulnya strategi pemecahan dan
pembaharuan aparatur sumber daya manusianya. Masalah tidak
profesionalnya SDM perlu perubahan lingkunga strategis global dan
perubahan paradigma dijadikan pertimbangan agar SDM kita tidak
jauh ketinggalan dari kemajuan global. Pendidikan dan pelatihan
diarahkan untuk meningkatkan ketrampilan yang sangat dibutuhkan
dalam pelaksanaan tugas masing-masing. Pendidikan dan pelatihan
teknis yang setaraf dengan vocational training kiranya amat
dibutuhkan bagi pengembangan profesionalisme aparatur pegawai.
Sementara itu, tingkat pendidikan formal perlu pula diberikan
kesempatan bagi aparatur pegawai untuk menyelesaikannya. Jika
profesionalisme tidak bisa diwujudkan, maka bisa ditempuh dengan
mengisinya dengan sistem outsourcing.
Di pemerintahan daerah ada organisasi perangkat daerah yang
jenis dan jumlahnya ditetapkan seragam oleh peraturan pemerintah.
Eksistensinya tidak didasarkan atas kebutuhan dan kemempuan
daerah masing-maisng. Jumlah pegawai yang banyak di daerah
menyulitkan penempatan pegawai ke dalam formasi jabatan pada
organisasi pemerintah daerah. Pemerintah daerah jarang mau
melakukan rasionalisasi antara pegawai yang dibutuhkan dengan
jumlah organisasi perangkat yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa
semua pegawai yang ada harus dimasukkan ke dalam unit organisasi
yang dibuat berdasarkan kemampuan pemerintah pusat ini
mengakibatkan struktur organisasi dirancang berdasarkan jumlah
manusia bukan didasarkan atas kebijakan strategis yang seharusnya
dibuat atau ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah yang
otonom.
Pelaksanaan fungsi sebagai pelayanan terhadap masyarakat
tidak dapat dipisahkan dari kemampuan profesional, serta manajemen
6

dan organisasi (capacity and capability institutional) yang berorientasi


pada pelaksanaan pembangunan secara terpadu, lancar, dan integral
dengan pendekatan administratif, karena itu, kelembagaan sebagai
public servis harus mampu menyeimbangkan antara kekuasaan dan
tanggung jawab (power and responsibility), sehingga fungsi-fungsi
yang dijalankannya memperoleh kedudukannya.
Dalam menjalankan fungsinya pemerintahan, kelembagaan
pemerintahan yang terstruktur dalam suatu wadah organisasi,
melakukan proses (kegiatan) dan perilaku (nilai), kelembagaan
pemerintahan harus memiliki kemampuan profesional, kualifikasi
administrasi atau manajerial, dan hierarki yang jelas untuk
melaksanakan kekuasaan dan tanggung jawab sebagai abdi
masyarakat.
Kelembagaan mengandung prinsip hierarki, sehingga dalam
pelaksanaannya ada kelembagaan pemerintahan lokal dan
kelembagaan pemerintahan sentral. Kelembagaan lokal merupakan
per- panjangan tangan kelembagaan sentral dalam memberikan
akses. Pelayanan pemerintahan dan pembangunan di daerah.
Selain itu, budaya kelembagaan sangat mempengaruhi kinerja
dari kelembagaan tersebut. Budaya organisasi (kelembagaan)
merupakan kesepakatan bersama tentang nilai-nilai bersama dalam
kehidupan organisasi dan mengikat semua orang dalam organisasi
yang bersangkutan (Siagian, 1995). Oleh karena itu budaya organisasi
kelembagaan akan menentukan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh oleh para anggota organisasi dan selanjutnya juga
dapat menentukan batas- batas normatif perilaku anggota organisasi.

F. Managemen Strategik
Manajemen strategik merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari ilmu manajemen. Hadir sebagai suatu solusi untuk
memberdayakan keseluruhan organisasi (perusahaan) agar secara
komprehensif dan sistematis mampu mewujudkan visi dan misi
organisasi tersebut.
7

Menurut Fred R. David (2004) manajemen strategis adalah seni


dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi
mampu mencapai objektifnya. Sedangkan Bambang Hariadi (2003:3)
berpendapat bahwa manajemen strategis adalah suatu proses yang
dirancang secara sistematis oleh manajemen untuk merumuskan
strategi, menjalankan strategi dan mengevaluasi strategi dalam
rangka menyediakan nilainilai yang terbaik bagi seluruh pelanggan
untuk mewujudkan visi organisasi. Menurut Pearch dan Robinson
(1997) dikatakan bahwa manajemen stratejik adalah kumpulan dan
tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai
sasaran-sasaran organisasi.
Pengertian manajemen strategis tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan sebelumnya terutama berkaitan dengan perencanaan
strategis. Berry dan Wechsler menjelaskan pengertian perencanaan
strategis sebagai suatu proses sistematis untuk mengelola organisasi
dan arah mendatang dalam hubungan dengan lingkungan dan
permintaanstakeholder eksternal, mencakup perumusan strategi,
analisis kekuatan dan kelemahan agensi, identifikasi stakeholder
agensi, implementasi tindakan strategis, dan manajemen isu.
Menurut Wheelen dan Hunger (1996 : 9), proses manajemen
strategis meliputi 4 elemen dasar, yaitu : (1) pengamatan lingkungan,
(2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi, dan (4) evaluasi
dan pengendalian.
Faktor Internal
1. Struktur adalah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan
2. Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan dan nilai-nilai yang
diberikan oleh anggota organisasi.
3. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi
produksi barang dan jasa organisasi.
Analisis internal adalah proses dimana perencana strategi
mengkaji pemasaran dan distribusi perusahaan, penelitian dan
pengembangan produksi dan operasi, sumberdaya dan karyawan
perusahaan serta faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan
8

di mana letak kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness)


perusahaan.
David Hunger. J & Thomas L. Wheelen (1996) dalam bukunya
membagi beberapa faktor kekuatan atau kelemahan internal kunci
yang nantinya mempengaruhi dasar analisis internal :
1. Visi, misi, strategi dan kebijakan perusahaan
2. Budaya Perusahaan (harapan, nilai-nilai organisasi)
3. Orientasi perusahaan saat ini
4. Struktur organisasi (komunikasi, wewenang dan arus kerja)
5. Pengalaman
6. SDM manajemen puncak dan karyawan
7. Hubungan karyawan
8. Penelitian dan pengembangan (aplikasi dan pemanfaatan
teknologi)
9. Posisi finansial (modal, pembiayaan dan hutang)
10. Fasilitas pemanufakturan
11. Saluran distribusi

Faktor Eksternal
Jauch dan Glack (dalam Iwan Setiawana, 2002) mendefinisikan
analisis eksternal sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
perencana strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam
menentukan peluang (opportunity) dan ancaman (threat) bagi
perusahaan.
1. Lingkungan mikro atau lingkungan luar dekat atau tugas.
2. Lingkungan makro atau lingkungan luar jauh.
Menurut Wheelen dan Hunger (1996 : 17), dalam tahap
implementasi strategi, manajemen mewujudkan strategi dan
kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan program,
anggaran, dan prosedur.

G. Analisis Terhadap Struktur Penataan Kelembagaan Dalam


Pemerintahan Daerah
1. Analisis Terhadap Struktur
Untuk mengetahui penataan kelembagaan dalam
pemerintahan daerah terutama dalam analisis struktur maka
diperlukan sebuah pendekatan analisis SWOT. Secara umum,
kekuatan (strength) penataan kelembagaan melalui analisis struktur
dapat diketahui dari keseriusan Pemerintah Daerah di Indonesia
9

untuk menyesuaikan antara kewenangan dengan kesesuaian


struktur yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
Kekuatan (strength) penataan kelembagaan selama ini adalah
dengan menerapkan dan membentuk struktur berdasarkan PP No.
41 Tahun 2007 yang sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa Pemerintah
Daerah dapat menjalankan kebijakan desentralisasi yaitu adanya
kewenangan yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah. Namun kewenangan ini menjadi dilematis atau
akan berpeluang lemah (weakness) bila pekerjaan itu tidak dapat
dilaksanakan oleh Pemerintah daerah akibat overload (kelebihan
pekerjaan).
adanya pola kewenangan pusat ke daerah melalui
desentralisasi tersebut membuka peluang (opportunity) sekaligus
ancaman (treath) akibat ketidak-efektifan dan membuka
peluang KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) hal ini dapat terjadi
karena Pemerintah Daerah memiliki kewenangan yang sangat luas
dan sulit untuk dikontrol.

2. Analisis Terhadap Teknologi


Secara umum, apa yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Di Indonesia dalam menyediakan peralatan dan fasilitas teknologi
adalah sesuatu yang bermanfaat (strength). Kekuatan ini bisa
menjelma karena kemampuan mengadopsi teknologi dalam
membantu kegiatan operasional organisasi atau setiap bidang
dalam lingkungan Pemerintah daerah di Indonesia. Ketersediaan
fasilitas juga menjadi jawaban atas keterlambatan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat selama ini. Kekuatan
lain (strength) adalah komitmen pemerintah untuk terus
melakukan inovasi dalam pelayanan dengan mengadopsi alat
teknologi yang lebih berpihak kepada pelayanan yang efektif dan
efisien sehingga memberi dampak positif kepada pemerintahan
yang sementara berjalan. Dan terutama kepada pimpinan setingkat
Bupati dan perangkatnya. Ketersediaan sarana dan prasarana
teknologi seperti alat komunikasi, kendaraan dinas serta sarana
10

lainnya menguatkan bahwa pemerintah bersungguh-sungguh


melakukan perbaikan.

3. Analisis Terhadap Personil


Kesadaran Pemerintah Daerah di Indonesia melakukan
restrukturisasi melalui pendayagunaan aparat atau personil
diwujudkan dalam bentuk mengikutsertakan mereka dalam diklat,
keterampilan menjalankan tugas birokrasi, serta kemudahan
bekerja sama dalam satu tim. Hal ini menjadi kekuatan (strength)
bagi Pemerintah Daerah Di Indonesia dalam pencapaian tujuan
bersama organisasi. Hal lain yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah di Indonesia adalah memberikan kesempatan kepada
setiap personil untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
sebagai upaya menjawab tantangan (opportunity) ke depan yang
lebih membutuhkan kecepatan dalam mengambil sebuah
keputusan serta meningkatkan kedisiplinan mereka akan tugas dan
tanggung jawab yang diembannya. Serta motivasi yang tinggi
untuk meningkatkan kinerja mereka.

H. Analisis Terhadap Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penataan


Kelembagaan Dalam Pemerintahan Daerah
1. Faktor Internal
a. Kekuatan (Strength)
Bila kita mencermati dari apa yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah di Indonesia selama ini adalah sebuah kekuatan yang
sangat penting dalam upaya restrukturisasi birokrasi.
Kemampuan Pemerintah Daerah melakukan strukturisasi,
teknologi, dan personil adalah sebuah keputusan yang baik
untuk memperbaiki semua yang berkenaan dengan
peningkatan kinerja dan terutama memberikan pelayanan bagi
masyarakat. Dengan adanya tingkat pelayanan yang baik
kepada masyarakat menjadikan pemerintah semakin mempunyai
legitimasi dalam menjalankan roda pemerintahan.
b. Kelemahan (Weakness)
11

Pola penataan kelembagaan ter- kendala dari beberapa hal


terutama masih adanya sebahagian personil dalam
pemerintahan yang kurang memberikan apriori terhadap roda
pemerintahan. Hal ini penulis dapatkan dari hasil kajian
sebelumnya pada saat mentabulasi jawaban pada saat
wawancara. Dari hasil wawancara tersebut masih ada personil
yang kurang mendukung keputusan yang diambil oleh
pemerintah daerah saat ini. Hal ini bila dibiarkan akan
menggembosi pemerintahan yang solid.
2. Faktor Eksternal
a. Peluang (opportunity)
Banyak peluang yang diterima Pemerintah Daerah terutama
setelah pemerintah pusat memberikan kewenangan penuh
untuk mengelola sendiri daerahnya. Sehingga memberikan
peluang untuk menata sendiri daerahnya. Hal ini mem- berikan
peluang lain untuk memberdayakan seluruh personil yang ada
dalam lingkungan pemerintahannya. Selain itu, peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan kepada masyarakat lebih luas dan
terintegrasi.
b. Ancaman (treath)
Ancaman itu tetap ada, mulai dari penggembosan dari aparat
sendiri untuk tidak memberikan kesungguhan hati untuk bekerja
karena ada unsur politik yang bekerja di dalamnya. Dalam
setiap organisasi hal seperti ini adalah lumrah namun bila
Strukturisasi S TREN G T H W E AKN ES S
dibiarkan maka akan menjadi ancaman di masa yang akan
Teknologi Penerapan Transparansi
datang. SelainPersonil
itu ancaman lain
PP Nomor adalah dengan sistem
Kepastian 41
desentralisasi membuka
Hukum peluang KKN
Tahun 2007
bagi penguasa di setiap
Kepastian
Transparansi hukum
daerah yang justru menambah
Akuntabilitas SPM
parah manajemen pemerintahan
(Standar
yang terbina OPselama
P UR TU NI TY ini,
SO sehinggaWIO tingkat kepercayaan
masyarakat kembali menurun
Strukturisasi dan melemah.
Pemda Transparansi
Teknologi melakukan hukum dengan
Personil restrukturisasi pemberlakuan
Dari uraian di atas dapat dikemukakan
Kepastian dengan baik Analisis
hukum SWOT
yang terhadap
Hukum sama
Pola penataan kelembagaan
Transparansisebagai berikut :
Transparansi
Tabel 1. Analisis SWOT Terhadap
Akuntabilitas Pola
Akuntabilitas
T H R E AT ST WT
Penataan Kelembagaan
Strukturisasi Good Akuntabilitas
Teknologi Governance
Personil harus ber- Transparansi
Kepastian kelanjutan
Hukum
Transparansi Akuntabilitas Kepastian
Akuntabilitas hukum

Kepastian
hukum
12

Gambaran hasil penelitian menunjuk- kan bahwa restrukturisasi


birokrasi memudahkan masyarakat untuk mengetahui penggunaan dana
publik.
Tabel 2. Diagram Analisis SWOT

Keterangan :

Kuadran 1. Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan


Pemda Di Indonesia disamping memiliki peluang dan
kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan PP Nomor 41 Tahun 2007.
Untuk tetap merevisi kelembagaan yang ada secara utuh ke
depan untuk terwujudnya Good Governance.
2.Meskipun menghadapi berbagai ancaman Pemda di
Indonesia masih memiliki kekuatan dari segi internal,
strategi yang diterapkan adalah menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan pola
restrukturisasi yang telah ada dapat dikembangkan dengan
pembenahan birokrasi.
3. Pemda di Indonesia menghadapi peluang yang sangat besar
tetapi di lain pihak Pemda menghadapi kendala/kelemahan
internal, strategi yang diambil adalah meminimalkan
masalah-masalah internal Pemda, sehingga dapat merebut
peluang yang lebih baik, dalam mewujudkan Good
Governance.
4. Pemda di Indonesia dalam situasi yang sangat tidak
menguntungkan karena menghadapi berbagai ancaman dan
13

kelemahan internal, sehingga dapat menghambat


pelaksanaan Good Governance.

Você também pode gostar