Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABORTUS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VIII
1. MELDIYANTO MAKO (081340275588)
2. EFLIN PRODIANSYAH
3. FLORENSIA LINDA SIWU
4. INMY RODYATAM MARDIYAH
5. FITRIANTO KASSE
6. HERYBERTUS ERICH NUKA
1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500
gr.
2. Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-
sebab abortus spontan yaitu :
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak
mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena
kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan
sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat
terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
1) Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak
mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi
X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama
yang disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom.
Sedangkan pada monosomi X (45, X) merupakan kelainan
kromosom tersering dan memungkinkan lahirnya bayi
perempuan hidup (sindrom Turner).
2) Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu
aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi
karena adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural
kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan pada
abortus euploid, pada umumnyanya tidak diketahuai
penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi mungkin
disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan beberapa
faktor ayah serta kondisi lingkungan.
b. Faktor ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1) Infeksi yang terdiri dari :
a) Infeksi akut
Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
Parasit, misalnya malaria.
b) Infeksi kronis
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester
kedua.
Tuberkulosis paru aktif.
2) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa.
3) Penyakit kronis, misalnya :
hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80
minggu
nephritis
diabetes angka abortus dan malformasi congenital
meningkat pada wanita dengan diabetes. Resiko ini
berkaitan dengan derajat control metabolic pada
trisemester pertama.
3. Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi
bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Abortus Imminens
4. Patofisiologi
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian / seluruh
janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing
bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi eksplusi
seringkali fatus tak tampak dan ini disebut Bligrted Ovum.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
5. Komplikasi
1. Perdarahan (haemorrogrie)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah
6. Penatalaksanaan Abortus
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Teknik bedah
a. Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi
memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan
kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan
mengerok isinya disebut kuretase tajam sedangang mengosongkan
uterus dengan vakum disebut kuretase isap .
b. Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5
atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
c. Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila
ada penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi
mungkin merupakan terpa ideal.
2. Teknik medis
a. Oksitosin
b. Prostaglandin
c. Urea hiperosomik
d. Larutan hiperostomik intraamnion.
7. Diagnosa keperawatan
1. Resiko syok hemorrhagic berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
8. Rencana asuhan keperawatan
ii. iv.
iii. v. Rasional
xxx. xxxvi.
xxxvii.
xxxviii.
xxxix.
xl.
xli. xlii. xliii. 8. Monitor kondisi nyeri yang 1. Pengukuran nilai ambang nyeri
xliv. dialami klien dapat dilakukan dengan skala
l. maupun deskripsi
9. Terangkan nyeri yang diderita 2. Meningkatkan koping klien
klien dan penyebabnya dalam melakukan guidance
li. mengatasi nyeri
lxi.
lxii.
lxxxvi.
xciv.
xcv.
xcvi.
xcvii.
xcviii.
xcix.
c.
ci.
cii.
ciii.
civ.
cv.
cvi.
8. EVALUASI
1. Resiko syok hemorrhagic b.d Perdarahan
cvii. S:-
cviii. O : - Pasien tidak menglami syok akibat perdarahan
cix. - devisit keseimbangan cairan normal
cx. - Tanda-tanda vital dalam batas normal
cxi. A : Masalah teratasi
cxii. P : Pertahankan Kondisi
2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
cxiii. S:-
cxiv. O : Pasien dapat memenuhi aktivitas sehari hari, seperti penuhan nutrisi.
cxv. A : Masalah teratasi
cxvi. P : Pertahankan Kondisi
3. Nyeri Akut b.d Kerusakan jaringan intrauteri
cxvii. S:-
cxviii. O : pasien terlihat rileks
cxix. Wajah pasien tidak terlihat meringis
cxx.TTV dalam batas normal
cxxi. A : Masalah teratasi
cxxii. P : Pertahankan Kondisi
4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan
cxxiii. S:-
cxxiv. O : Suhu normal dan tidak ada tanda-tanda infeksi
cxxv. A : Masalah teratasi
cxxvi. P : Pertahankan Kondisi
5. Cemas b.d kurang pengetahuan
cxxvii. S:-
cxxviii. O : Pasien tidak lagi cemas atas kejadian yang di alaminya
cxxix. A : Masalah teratasi
cxxx. P : Pertahankan Kondisi
cxxxi. DAFTAR PUSTAKA
cxxxii.
cxxxiii. Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC:
Jakarta.