Você está na página 1de 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VIII
1. MELDIYANTO MAKO (081340275588)
2. EFLIN PRODIANSYAH
3. FLORENSIA LINDA SIWU
4. INMY RODYATAM MARDIYAH
5. FITRIANTO KASSE
6. HERYBERTUS ERICH NUKA

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS

1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500
gr.

2. Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-
sebab abortus spontan yaitu :
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak
mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena
kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan
sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat
terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
1) Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak
mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi
X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama
yang disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom.
Sedangkan pada monosomi X (45, X) merupakan kelainan
kromosom tersering dan memungkinkan lahirnya bayi
perempuan hidup (sindrom Turner).
2) Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu
aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi
karena adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural
kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan pada
abortus euploid, pada umumnyanya tidak diketahuai
penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi mungkin
disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan beberapa
faktor ayah serta kondisi lingkungan.
b. Faktor ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1) Infeksi yang terdiri dari :
a) Infeksi akut
Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
Parasit, misalnya malaria.
b) Infeksi kronis
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester
kedua.
Tuberkulosis paru aktif.
2) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa.
3) Penyakit kronis, misalnya :
hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80
minggu
nephritis
diabetes angka abortus dan malformasi congenital
meningkat pada wanita dengan diabetes. Resiko ini
berkaitan dengan derajat control metabolic pada
trisemester pertama.

Kelainan kromosom, lingkungan, teratogenik, kongenital, penyakit pada ibu


hubungan seksual yang berlebihan ,trauma.
Gangguan sirkula
Kelainan ovum kelainan pada ibu

Kematian janin pada usia 20 minggu kehamilan


anemia berat
penyakit jantung
toxemia gravidarum yang berat
MK : Risti infeksiLepasnya dapat menyebabkan Psikologis ibu
PD dan plasenta ibu
ABORTUS
gangguan sirkulasi pada plasenta
4) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat kecemasan
Rangsangan pada uterus
menimbulkan abortus
perdarahan
5) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang
pendek, retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, MK: anxie
anemia
selama ini
Hipovolemik dapat menimbulkan abortus.
6) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
Dilatasi serviks
menyebabkan hiperemia dan abortus
kelemahan
7) syok
MK : Resiko Uterus terlalu cepat meregang
hemorrhagic (kehamilan ganda,mola)
nyeri
c. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
MK : Gangguan aktivitas
1) Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus MK : Gangguan
euploid. Wanitarasa nyaman : nye
yang merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2
kali lipat dobandingkan wanita yang tidak merokok.
2) Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
3) Kafein
kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak
sedikit meningkatkan abortus spontan
4) Radiasi
5) Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan
insiden abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
6) Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang
menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab.
Namun terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida,
benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus.
d. Faktor Imunologis
a) Autoimun
b) Alloimun
e. Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus.
2. Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan

3. Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi
bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari


uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
1) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan
biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadang-
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
2) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri
tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin
korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa
tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah
terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik
pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua
jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah
abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat
didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase.
Ultrasonografi abdomen atau probe vagina dapat membantu dalam
proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus
terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan
dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
1) Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai
zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.
Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
3) Pemeriksaan ultrasonografi
b. Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
1) rasa mules lebih sering dan kuat
2) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
3) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret
vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual.
Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
a). Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b). Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a). Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
b). Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml
cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi
hasil konsepsi.
c). Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan
c. Abortus Inkompletus

Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil


konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang
lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan
berusaha mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah
dibiarkan lama, cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri
ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol
400 mcg per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan
usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil
konsepsi dengan :
a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin
0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
d. Abortus kompletus

Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.


Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
a. Missed abortion

Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang


telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi
missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Gejala missed abortion adalah :
a. tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang
secara spontan atau setelah pengobatan.
b. Gejala subyektif kehamilan menghilang,
c. mamma agak mengendor lagi,
d. uterus tidak membesar lagi malah mengecil,
e. tes kehamilan menjadi negatif
f. gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe
berlangsung terus.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin
sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu
diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh
gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga
pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan. Tindakan pengeluaran
janin, tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia
dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari 1 bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan
karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah,
mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya
janin secepatnya dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus
dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat
dipastikan
b. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

4. Patofisiologi
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian / seluruh
janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing
bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi eksplusi
seringkali fatus tak tampak dan ini disebut Bligrted Ovum.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
5. Komplikasi
1. Perdarahan (haemorrogrie)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah

6. Penatalaksanaan Abortus
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Teknik bedah
a. Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi
memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan
kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan
mengerok isinya disebut kuretase tajam sedangang mengosongkan
uterus dengan vakum disebut kuretase isap .
b. Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5
atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
c. Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila
ada penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi
mungkin merupakan terpa ideal.
2. Teknik medis
a. Oksitosin
b. Prostaglandin
c. Urea hiperosomik
d. Larutan hiperostomik intraamnion.

7. Diagnosa keperawatan
1. Resiko syok hemorrhagic berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
8. Rencana asuhan keperawatan
ii. iv.
iii. v. Rasional

vi. vii. viii. Cek 1. Sebagai pertolongan pertama


ix. Airway, Breathing, and pada keadaan syok
Circulation 2. Mencegah gangguan perfusi
Pen serebral dan untuk auto
derita dibaringkan dalam transfusi
posisi trendelenburg, yaitu xix.
posisi telentang biasa dengan 3. Pengeluaran cairan pervaginal
kaki sedikit tinggi 30 derajat sebagai akibat abortus memiliki
Mo karekteristik bervariasi
nitor kondisi TTV tiap 2 jam 4. Jumlah cairan ditentukan dari
xiv. . jumlah kebutuhan harian
x. Mo ditambah dengan jumlah cairan
xi. nitor input dan output cairan yang hilang pervaginal
xii. xv. 5. Tranfusi mungkin diperlukan
xvi. pada kondisi perdarahan massif
Beri xx.
kan sejumlah cairan pengganti xxi.
harian(NaCl 0.9%, RL, 6. Penilaian dapat dilakukan
Dekstran), plasma dan secara harian melalui
transfusi darah pemeriksaan fisik
Eva 7. Untuk mencegah atau
luasi status hemodinamika menanggulangi asidosis
xvii.
xviii.
Sete
lah kebebasan jalan nafas
xiii. terjamin untuk meningkatkan
oksigenasi dapat diberi
1. Pasien tidak menglami oksigen 100% kira- kira 5 liter
syok akibat perdarahan. pm melalui jalan nafas dan bila
2. devisit keseimbangan perlu penderita diberi cairan
cairan normal. bikarbonat natricus
3. Tanda-tanda vital dalam
batas normal
xxii. xxiii. xxiv. xxxi. 1. Mungkin klien tidak
xxv. mengalami perubahan berarti,
xxxii. tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah
kondisi klien lebih buruk.
2. Aktivitas merangsang
peningkatan vaskularisasi dan
pulsasi organ reproduksi
3. Mengistiratkan klilen secara
optimal
4. Mengoptimalkan kondisi klien,
xxxiii. pada abortus imminens,
xxxiv. istirahat mutlak sangat
xxvi. xxxv. diperlukan
xxvii. 5. Menilai kondisi umum klien
xxviii.
xxix.

xxx. xxxvi.
xxxvii.

xxxviii.
xxxix.
xl.
xli. xlii. xliii. 8. Monitor kondisi nyeri yang 1. Pengukuran nilai ambang nyeri
xliv. dialami klien dapat dilakukan dengan skala
l. maupun deskripsi
9. Terangkan nyeri yang diderita 2. Meningkatkan koping klien
klien dan penyebabnya dalam melakukan guidance
li. mengatasi nyeri

10. Kolaborasi pemberian 3. Mengurangi onset terjadinya


analgetika nyeri dapat dilakukan dengan
xlv. pemberian analgetika oral
xlvi. maupun sistemik dalam
xlvii. spectrum luas/spesifik
lii.
liii.
xlviii.
xlix.
liv. lv. lvi. 1. Monitor kondisi keluaran 1. Perubahan yang terjadi pada
lvii. dischart yang keluar; jumlah, dishart dimonitor setiap saat
warna, dan bau dischart keluar. Adanya warna
lxiii. yang lebih gelap disertai bau
lxiv. tidak enak mungkin merupakan
lxv. tanda infeksi
2. Lakukan perawatan vulva 2. Inkubasi kuman pada area
lxvi. genital yang relatif cepat dapat
lxvii. menyebabkan infeksi
3. Terangkan pada klien 3. Infeksi dapat timbul akibat
pentingnya perawatan vulva kurangnya kebersihan genital.
selama masa perdarahan lxxvii.
4. Terangkan pada klien cara 4. Berbagai manivestasi klinik
mengidentifikasi tanda infeksi dapat menjadi tanda
lxviii. nonspesifik infeksi; demam
lxix. dan peningkatan rasa nyeri
lxx. mungkin merupakan gejala
lviii. lxxi. infeksi
lix. 5. Anjurkan pada suami untuk 5. Pengertian pada keluarga
lx. tidak melakukan hubungan sangat penting artinya untuk
senggama selama masa kebaikan ibu; senggama dalam
perdarahan kondisi perdarahan dapat
lxxii. memperburuk kondisi system
lxxiii. reproduksi ibu dan sekaligus
lxxiv. meningkatkan resiko infeksi
lxxv. pada pasanganyang lebih luar
lxxvi. 6. Berbagai kuman dapat
teridentifikasi melalui dischart

lxi.

lxii.

lxxviii. lxxix. lxxx. 1. Monitor tingkat pengetahuan/ 1. Ketidaktahuan dapat menjadi


lxxxi. persepsi klien dan keluarga dasar peningkatan rasa cemas
terhadap penyakit. xciii.
2. Monitor derajat kecemasan 2. Kecemasan yang tinggi dapat
yang dialami klien. menyebabkan penurunan
lxxxvii. penialaian objektif klien
lxxxviii. tentang penyakit.
3. Bantu klien mengidentifikasi 3. Kelibatan klien secara aktif
penyebab kecemasan dalam tindakan keperawatan
lxxxix. merupakan support yang
lxxxii. xc. mungkin berguna bagi klien
lxxxiii. xci. dan meningkatkan kesadaran
lxxxiv. xcii. diri klien.
4. Terangkan hal-hal seputar 4. Konseling bagi klien sangat
aborsi yang perlu diketahui diperlukan bagi klien untuk
oleh klien dan keluarga meningkatkan pengetahuan dan
membangun support system
keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga
lxxxv.

lxxxvi.

xciv.
xcv.
xcvi.
xcvii.
xcviii.
xcix.
c.
ci.
cii.
ciii.
civ.
cv.
cvi.
8. EVALUASI
1. Resiko syok hemorrhagic b.d Perdarahan
cvii. S:-
cviii. O : - Pasien tidak menglami syok akibat perdarahan
cix. - devisit keseimbangan cairan normal
cx. - Tanda-tanda vital dalam batas normal
cxi. A : Masalah teratasi
cxii. P : Pertahankan Kondisi
2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
cxiii. S:-
cxiv. O : Pasien dapat memenuhi aktivitas sehari hari, seperti penuhan nutrisi.
cxv. A : Masalah teratasi
cxvi. P : Pertahankan Kondisi
3. Nyeri Akut b.d Kerusakan jaringan intrauteri
cxvii. S:-
cxviii. O : pasien terlihat rileks
cxix. Wajah pasien tidak terlihat meringis
cxx.TTV dalam batas normal
cxxi. A : Masalah teratasi
cxxii. P : Pertahankan Kondisi
4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan
cxxiii. S:-
cxxiv. O : Suhu normal dan tidak ada tanda-tanda infeksi
cxxv. A : Masalah teratasi
cxxvi. P : Pertahankan Kondisi
5. Cemas b.d kurang pengetahuan
cxxvii. S:-
cxxviii. O : Pasien tidak lagi cemas atas kejadian yang di alaminya
cxxix. A : Masalah teratasi
cxxx. P : Pertahankan Kondisi
cxxxi. DAFTAR PUSTAKA
cxxxii.
cxxxiii. Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC:
Jakarta.

cxxxiv. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1984), Obstetri Patologi,


Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.

cxxxv. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),


Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

cxxxvi. NANDA INTERNASIONAL.2012.Diagnosis Keperawatan.EGC.Jakarta

cxxxvii. Wilkinson, Judith. M; Ahern, Nancy. R. 2011. Diagnosa Keperawatan edisi


9. EGC : Jakarta

Você também pode gostar