Você está na página 1de 10

Arsitektur Perilaku

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Definisi Ambient Environment


Ambient Environment terdapat empat definisi menurut para ahli, yaitu :
1. Rahardjani ( 1987 )
Kebisingan berakibat menurunnya kemampuan mendengar dan turunnya konsentrasi
belajar pada anak.
2. Menurut Ancok (1989)
Keadaan bising dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi emosi. Emosi yang
tidak terkontrol akan mempengaruhi hubungan sosial didalam maupun diluar rumah.
3. Menurut Holahan (1982)
Kebisingan dapat menjadi penyebab reaksi fisiologis sistematis yang secara khusus
diasosiasikan dengan stress. Sementara menuruk Crook dan Langdon mengatakan
terdapat hubungan antara kebisingan dengan aspek-aspek fisik, dan kesehatan
mental.
4. Sarwono (1992)
Menyebutkan tiga faktor yang menyebabkan suara secara psikologis dianggap bising
yaitu: Volume, Perkiraan, Pengendalian
Dari pendapat pari ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa Ambient Environment merupakan
kualitas fisik lingkungan berupa lingkungan alami yang berpengaruh terhadap perilaku,
yaitu kebisingan, suhu, kualitas udara (angin), dan stress.

1.2 Pengaruh Suhu Terhadap Perilaku


Suhu merupakan keadaan pada waktu dan tempat tertentu yang dipengaruhi oleh penyinaran
matahari, tinggi rendahnya permukaan daratan, dan sifat permukaan bumi. Terdapat dua
jenis suhu, yaitu suhu panas (tinggi) berkisaran antara 29 keatas dan suhu dingin (rendah)
antara 29 kebawah.
Suhu dapat mempengaruhi psikologis yaitu suasana hati seseorang yang tergantung dari
respon tubuhnya. Suhu tinggi menyebabkan dampak yang buruk terhadap fisiologis manusia
yaitu:
Heat exhaustion: Rasa lelah yang sangat kuat akibat panas disertai dengan rasa mual,
mau muntah, sakit kepala dan gelisah.
Heat stroke: Delirium (mengigau), koma (tidak sadar), dan akhirnya meninggal dunia
akibat otak terserang panas berlebihan.

1
Pengaruh Ambient Environment Terhadap Perilaku
Arsitektur Perilaku

Heat aesthenia: Jenuh, sakit kepala, gelisah, mudah tersinggung, nafsu makan kurang
dan tidak bisa tidur (insomnia) dengan sebab yang tidak jelas.
Serangan jantung: Jantung bekerja terlalu kuat mengedarkan darah ke seluruh tubuh
untuk menurunkan suhu.
Suhu terlalu rendah, reaksi tubuh adalah mengaktifkan mekanisme yang membangkitkan
dan mempertahankan panas, yaitu dengan meningkatkan metabolisme, menggigil, dan
menyempitkan pori-pori. Tujuannya menjaga agar panas tubuh sebanyak mungkin tinggal di
dalam tubuh sendiri.
Tabel 1. Pengaruh Temperatur Pada Tubuh Manusia

Temperatur Keterangan

Dapat tahan sekitar 1 jam tetapi jauh diatas tingkat


490C
kemampuan fisik dan mental

Aktifitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan


0
30 C cenderung untuk membuat kesalahan dalam bekerja dan
menimbulkan kelelahan fisik

240C Kondisi optimum

100C Kelelahan fisik yang ekstrem mulai muncul

Gambar 2.1 Keadaan Emosi yang Disebabkan Suhu


Sumber : http://majalah1000guru.net/2014/02/suhu-
Dari pemahaman tersebut suhu sangatlingkungan-perilaku-manusia/
berdampak terhadap perilaku keseharian seseorang,
berikut ini merupakan dampak dari dua jenis suhu terhadap perilaku seseorang:
1. Pengaruh Suhu Tinggi (Panas) Terhadap Perilaku
Manusia dalam menerima suhu yang tinggi/panas akan mengalami respon yang berbeda
beda sesuai dengan karakter masing masing, Dengan demikian respon perilaku

2
Pengaruh Ambient Environment Terhadap Perilaku
Arsitektur Perilaku

seseorang terhadap suhu tinggi yang dapat terjadi yaitu, Suhu udara panas dipercaya
sebagai faktor pendorong muculnya agresivitas atau perilaku yang ditujukan seseorang
untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis.
Contohnya: Suasana yang padat dan panas di ibu kota Jakarta menyebabkan pikiran
masyarakat dan tingkah laku sosial masyarakat mengalami peningkatan agresivitas, hal
ini menyebabkan seringnya timbulnya kerusuhan dan tawuran. Berikut ini merupakan
tahapan respon tubuh terhadap suhu (lingkungan):

Suhu / Lingkungan Psikologi Perilaku Agresif

Gambar 2.2. Tahapan Respon Tubuh Terhadap Suhu (Lingkungan)

2. Pengaruh Suhu Rendah (dingin) Terhadap Perilaku


Manusia dalam penerimaan terhadap suhu dingin mengalami respon terhadap perilaku
yaitu cenderung lambat dalam melaksanakan pekerjaan dan lebih bermalas malasan.
Namun hal ini tergantung dari pribadi masing masing bisa saja sebagian orang
merespon dingin dengan melakukan gerakan tubuh yang lebih banyak agar menjaga
kehangatan tubuh.
Contohnya: Saat musim hujan tekanan udara menjadi tinggi menyebabkan suhu menjadi
rendah/dingin orang yang berda di suatu tempat memilih beristirahat untuk menjaga suhu
tubuh agar tetap normal dan hangat.

1.3 Pengaruh Angin Terhadap Perilaku


Angin adalah salah satu bentuk kualitis fisik dari lingkungan yang dapat mempengaruhi
perilaku manusia. Angin umumnya bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi (suhu
dingin) ke daerah yang bertekanan rendah (suhu panas). Menurut Veitch dan Arkkelin
(1995), angin merupakan pergerakan udara yang bergerak sejajar dengan permukaan bumi.
Manusia mampu merasakan keberadaan angin dalam lingkungan dengan adanya sensor

3
Pengaruh Ambient Environment Terhadap Perilaku
Arsitektur Perilaku

dalam tubuh manusia yang mana dapat berupa angin bersifat dingin dan panas akibat
tekanan suatu daerah.
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan angin, seperti suhu, tekanan
atmosfer, dan kelembapan udara. Faktor sangat erat kaitannya dengan angin, sebab angin
merupakan pergerakan udara pada suatu daerah, apabila daerah tersebut bersuhu tinggi atau
panas maka angin yang bergerak berupa pergerakan udara panas pada daerah tersebut. Salah
satu contohnya adalah pada daerah Bedugul, Bali yang mana daerah tersebut merupakan
daerah dataran tinggi dan suhunya rendah, sehingga angin yang bergerak berupa udara
dingin pada daerah tersebut yang dapat dirasakan oleh orang-orang yang tinggal pada daerah
Bedugul, Bali.
Pergerakan udara atau angin dapat mempengaruhi perilaku manusia, baik itu pengaruh
negatif maupun positif yang mana dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam beraktivitas
sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa contoh kasus pengaruh angin terhadap perilaku
manusia, antara lain:
a. Pengaruh Angin Terhadap Perilaku yang Bersifat Positif
Angin yang bergerak secara perlahan-lahan atau sepoi-sepoi dapat mendukung perilaku
manusia dalam beraktivitas bersifat positif sebagai bentuk respon terhadap pengaruh
lingkungan. Salah satu contohnya adalah angin yang menyejukkan dapat menambah
intensitas kerja seseorang, sehingga orang lebih fokus dan tenang dalam mengerjakan
sesuatu. Selain itu, contoh lainnya adalah dalam kaitannya dengan perilaku arsitek angin
yang berhembus dapat mendorong seseorang untuk memikirkan ide-ide desain dengan
cepat sehingga suatu perkerjaan dapat lebih cepat diselesaikan.
b. Pengaruh Angin Terhadap Perilaku yang Bersifat Negatif
Angin yang termasuk polusi udara dapat mengganggu kegiatan manusia. Polusi udara
dapat bersumber dari karbon monoksida, asap rokok, dan lainnya. Salah satu contohnya
yang umum adalah karbon monoksida (CO) berasal dari pembakaran berupa asap
kendaraan bermotor, dalam hal ini berkaitan dengan perilaku manusia yang merasa
terganggu dengan adanya polusi udara tersebut. Manusia cenderung menghindari asap
kendaraan karena angin yang bertiup pada daerah yang terkandung asap kendaraan akan
mempengaruhi pernafasan dan kesehatan manusia. Sehingga, manusia memilih untuk
menghindari dengan cara menggunakan masker atau mengibaskan tangan untuk
menghalau angin yang terkandung polusi udara.

4
Pengaruh Ambient Environment Terhadap Perilaku
Arsitektur Perilaku

Gambar 2.3. Pengaruh Angin Terhadap Perilaku (Bersifat Negatif)


Sumber: http://higienis.com/beta/polusi-udara-indonesia-vs-china-manakah-yang-lebih-
mematikan/
1.4 Pengaruh Kebisingan Terhadap Perilaku
Berdasarkan beberapa sumber, definisi kebisingan antara lain:
Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Suara
dikatakan bising bila suara-suara tersebut menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan seperti gangguan percakapan, gangguan tidur, gangguan psikologis dan
lain-lain (WHO, 1995)
Kebisingan merupakan terjadinya bunyi yang tidak diingikan sehinga mengganggu
atau dapat membahayakan kesehatan. Bising merupakan kumpulan nada-nada dengan
berbagai macam intensitas yang tidak diinginkan sehingga mengganggu kesehatan
orang baik dari segi psikologis maupun pendengaran (Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 728/Menkes/Per/XI/1987)
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kebisingan merupakan bunyi-bunyi yang tidak
diinginkan, telah melampaui batas kenyamanan sehingga mengganggu dari aspek
pendengaran maupun psikologis.

Kebisingan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


Intensitas bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia berbanding langsung
dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang
dapat didengar. Jadi tingkat tekanan bunyi logaritma diukur dari desible (dB)
Frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16-20000 Hz dan
frekuensi bicara antara 250-4000 Hz
Durasi, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan
berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam

5
Pengaruh Ambient Environment Terhadap Perilaku
Arsitektur Perilaku

Sifat mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu, bising yang impulsif
(satu/lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi kurang dari 1 detik) sangat berbahaya

Sumber-sumber kebisingan dapat terbagi atas:


Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band
noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain)
Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state, narrow band
noise), misalnya seperti gergaji sikuler, katup gas , dan lain-lain.
Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas atau suara kapal terbang
di lapangan udara
Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti tembakan bedil dan lain
sebagainya.
Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan
Kebisingan tentunya sangat berpengaruh pada prilaku manusia, kebisingan cenderung
berdampak negatif pada perilaku manusia karena kebisingan adalah salah satu hal yang
tidak diinginkan oleh kebanyakan manusia. Dimana kebisingan tersebut dapat merugikan
dari beberapa aspek, yaitu dari sisi gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan
komunikasi, gangguan keseimbangan, dan gangguan pada efek pendengaran. Berikut
merupakan pendapat Ambar W. Roestam (2004) terhadap gangguan kebisingan terhadap
perilaku:
Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus
atau datangnya secara tiba-tiba. Gangguan dapat berupa tekanan darah (10mmHg),
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer, terutama pada tangan dan kaki,
serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris
Gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat berpa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,
cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit
psikosomatik berupa gastritis, stress, kelelahan dan lain-lain
Gangguan komunikasi
Gangguan komuniskasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan
harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya

6
Pengaruh Ambient Environment Terhadap Perilaku
Arsitektur Perilaku

pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tindak mendengar


isyarat atau tanda bahaya (gangguan kamunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan dari tiap pekerja.
Gangguan keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di luar angkasa atau
melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing
(vertigo) atau mual-mual.
Efek pada pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat mnyebabkan ketulian.
Ketulian bersifaat progresif, pada awalnya bersifat sementara dan akan pulih kembali bila
terhindar dari smber bising, namun bila terus menerus bekkekrja pada tempat yang bising,
daya dengar dapat hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali
Terdapat 2 kriteria kebisingan yang dapat ditanggulangi dari sisi arsitektur, yaitu:
a) Penanggulangan kebisingan dari dalam bangunan:
Pengaplikasian sistem akustik
Pengaplikasian sistem akustik pada bangunan sangat membantu dalam mereduksi
aliran suara/kebisingan yang memasuki ruangan agar tidak terjadinya pengaruh
negatif kebisingan pada dalam ruangan. Hal ini dapat diterapkan dengan
pengaplikasian peredam pada bangunan seperti rockwool, glass wool, dan lain-
lainnya guna mereduksi kebisingan yang memasuki sebuah ruangan tersebut.

Pengubahan orientasi pada bangunan


Pengubahan orientasi pada bangunan dimana bertujuan agar merubah orientasi
bangunan tidak menuju langsung pada jalan utama/akses tuama pada site gunak
menghindari kebisingan yang terdapat pada jalan utama site.
Mengatur zoning pada bangunan
Dimana pengaturan zoning dapat membantu mereduksi sumber kebisingan dimana
pada area yang diinginkan jauh dari sumber kebisingan dapat diletakkan paling
jauh dari arah sumber datangnya kebisingan.
b) Penanggulangan kebisingan dari luar ruangan
Pemberian vegetasi
Pemberian vegetasi pada area site dan sekitarnya, dimana pada tanaman yang
digunakan pada area site bangunan dapat mereduksi kebisingan yang memasuki
area site
Penghalang buatan

7
Pengaruh Ambient Environment Terhadap Perilaku
Arsitektur Perilaku

Penghalang yang dimaksudkan dimana pada asisi luar site dibangun tembok
pembatas site dengan ketinggian dan ketebalan secukupnya guna mereduksi
kebisingan yang memasuki site.

1.5 Pengaruh Stress Terhadap Perilaku


Berikut ini terdapat beberapa definisi stress dari beberapa ahli, antara lain:
Menurut Robbins (2001)
Stress dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang
dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat
batasan atau penghalang.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979)
Adanya sistem kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi
disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang
diberikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri. Karenanya
dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan
adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif
organisme.
Menurut Handoko (1997)
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungannya.

Menurut Sarafino (1990), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya stress,
antara lain:
Sumber-sumber stress didalam diri seseorang
Terkadang sumber stress tersebut ada didalam diri seseorang. Salah satunya melalui
kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada rasa sakit dan umur inividu.
Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional
yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stress
yang utama.
Sumber-sumber stress di dalam keluarga
Stress juga dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga, seperti
perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang
saling berbeda, dan lainnya. Beberapa contohnya seperti perbedaan keinginan tentang

8
Pengaruh Ambient Environment Terhadap Perilaku
Arsitektur Perilaku

acara televisi yang akan ditonton ataupun tinggal pada suatu lingkungan yang terlalu
sesak.
Sumber-sumber stress didalam komunitas dan lingkungan
Interaksi manusia di luar lingkungan keluarga dapat juga menjadi sumber stress, sebagai
contohnya adalah pengalaman stress anak-anak disekolah dan pada beberapa kejadian
kompetitif, seperti olahraga. Sedangkan beberapa pengalaman stress oang tua bersumber
dari pekerjaannya dan lingkungan yang sifatnya penuh dengan kepenatan.

Adapun jenis-jenis stress yang umumnya terjadi adalah


Tekanan
Merupakan hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa sekitar dengan individu. Wujud
dari tekanan yang dihasilkan bergantung pada sumber tekanan dan cara individu tersebut
dalam menanggulanginya.

Frustasi
Frustasi merupakan suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak
sesuai dengan yang diharapkan.
Konflik
Berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok).
Kecemasan
Kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena
dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan (Maramis 1995)

Berdasarkan sumber dan jenis stress yang dialami oleh seseorang dapat mempengaruhi
perilakunya. Adapun pengaruh stress terhadap perilaku, seperti:
Penyendiri
Menyendiri merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh stress. Dampak strees pada
perilaku berupa menyendiri atau dapat dikatakan susah berinteraksi dengan orang lain
karena lebih menyukai untuk menutup dirinya dan menganggap orang lain sebagai
ancaman
Tempramental
Perilaku yang ditimbulkan lainnya oleh pengaruh stress dapat berupa sikap
temperamental, yaitu susah mengendalikan emosi, dimana pada hal ini seseorang mudah
untuk meluapkan emosinya dan sulit untuk dikendalikan.

9
Pengaruh Ambient Environment Terhadap Perilaku
Arsitektur Perilaku

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ambient environment merupakan kualitas fisik lingkungan berupa lingkungan alami
yang berpengaruh terhadap perilaku, yaitu suhu, kualitas udara (angin), kebisingan, dan
stress. Pengaruh lingkungan tersebut berupa suhu, angin, kebisingan, dan stress terhadap
perilaku manusia dapat bersifat positif dan negatif, yang mana perilaku atau kegiatan
manusia bersifat positif merupakan hasil dorongan lingkungan yang baik, sedangkan
perilaku manusia yang termasuk negatif berupa hasil dorongan yang berasal dari pengaruh
lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu, pengaruh lingkungan atau ambient
environment cukup diperhitungkan dalam suatu rancangan bangunan nantinya dikarenakan
akan menimbulkan respon atau hasil perilaku yang positif ataupun sebaliknya.

3.2. Saran
Hendaknya diperhatikan kualitas lingkungan berupa suhu, angin, kebisingan, dan stress
karena akan mempengaruhi perilaku manusia yang mendiami suatu tempat. Sehingga,
nantinya dapat menghasilkan pengaruh yang positif atau baik lebih besar terhadap
rancangan hasil perilaku yang ditimbulkan dari kualitas lingkungan (ambient environment).

10
Pengaruh Ambient Environment Terhadap Perilaku

Você também pode gostar