Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
http://penulisdongeng.blogspot.co.id/2013/06/kisah-ular-katak-dan-saudagar.html
Konon, hiduplah seorang saudagar yang kaya
raya. Saudagar tersebut mempunyai tiga anak
gadis yang cantik dan belum menikah. Suatu
ketika, saudagar tersebut pergi jalan-jalan
menengok sawahnya. Tiba-tiba, di pematang
sawah, ia melihat seekor ular memangsa seekor
katak. Katak itu menjerit kesakitan. "Kiik.. kiik"
begitulah suara jeritannya. Karena merasa
kasihan, maka sang saudagar berseru kepada
sang ular. "Wahai ular, tolong lepaskan katak
itu. Aku punya tiga orang anak gadis. Kalau kau
melepaskan katak itu aku akan memberikan
seorang dari mereka untuk jadi istrimu" kata
sang saudagar. Mendengar perkataan tersebut,
ular pun melepaskan mangsanya dan pergi ke
semak-semak. Lama setelah kejadian itu, sang
saudagar pun lupa terhadap janjinya.
Sampai pada suatu hari, datanglah seorang
samurai muda yang gagah dan tampan
menemui sang saudagar di rumahnya. Samurai
tersebut lalu memperkenalkan diri.
"Saya adalah jelmaan dari ular. Saya datang
untuk menagih janji menikahi salah seorang
anak gadis Anda" kata sang samurai.
Mendengar perkataan itu, sang saudagar
teringat kembali janjinya yang dulu. Akhirnya ia
meminta agar sang samurai datang kembali
pada waktu yang dijanjikan. Dan sang samurai
pun menerima hal itu. Ia akan datang lagi untuk
menjemput pengantinnya.
Berhari-hari sang saudagar tidak bisa tidur
nyenyak karena terus memikirkan perjanjiannya
dengan sang ular. Akhirnya suatu pagi, anak-
anak gadisnya berkumpul dan bertanya kepada
ayahnya.
"Ayah, akhir-akhir ini engkau kelihatan kurang
sehat. Ada masalah apa?" tanya salah seorang
anak gadisnya.
Sang ayah pun akhirnya menceritakan
permasalahan yang dialaminya kepada
anaknya. Mendengar penjelasan ayahnya,
mereka semua terdiam. Anak pertama dan
kedua menolak menjadi pengantin sang ular.
Namun anak terakhir bersikap lain.
"Baiklah, aku tidak akan mengecewakan ayah.
Aku bersedia menjadi pengantin ular itu!"
katanya dengan tenang. Sang ayah pun lega
dibuatnya.
Akhirnya, hari pernikahan pun tiba. Sang anak
bungsu minta agar ia dibekali beberapa labu
panjang dan jarum tenun. Setelah itu, sang
pengantin pria membawa pengantin wanita
pulang ke rumahnya. Rumah pengantin pria
berada di balik bukit. Beberapa lama kemudian,
mereka sampai di sebuah kolam yang besar.
"Ini adalah rumahku. Silakan kau dulu yang
masuk ke dalam air!" kata pengantin pria. Tetapi
sang pengantin wanita menolak dengan halus.
"Barang bawaanku banyak. Tolong kau dulu
yang masuk dengan membawakan barang-
barangku tersebut" kata sang pengantin wanita.
Demikianlah, akhirnya pengantin pria dengan
membawa barang-barang milik pengantin
wanita, masuk ke dalam kolam. Ketika masuk ke
kolam, labu panjang yang ia bawa menyembul
ke permukaan kolam beberapa kali. Saat ia
memasukkan beberapa labu itu, labu lainnya
menyembul lagi ke permukaan. Sang pria pun
merasa jengkel, labu-labu itu akhirnya
mengapung semua ke permukaan kolam. Karena
terlalu lelah, perlahan-lahan tubuh pria itu
berubah menjadi wujud aslinya, yaitu ular. Ular
itu naik ke tanggul kolam dan tertidur disana.
Melihat bahwa ular sedang tertidur pulas,
pengantin wanita itu segera mengeluarkan
jarum tenunnya. Ia lalu menancapkan jarum
tenunnya ke atas kepala hingga ekor sang ular.
Ular itu pun mati.
Setelah berhasil membunuh sang ular, anak
gadis itu segera pergi dari kolam. Namun karena
hari sudah gelap, ia tersesat di dalam hutan.
Setelah