Você está na página 1de 4

PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) DAN KETERKAITANNYA

DENGAN KEBIJAKAN REDD+


Diana Aprila
e-mail : dianaaprila28@gmail.com

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik


Universitas Riau Pekanbaru 28293

ABSTRAK
Saat ini semakin banyak pengembangan Hutan Tanaman Industri di Indonesia, yaitu perkebunan
kayu monokultur skala besar yang ditanam dan dipanen untuk produksi bubur dan bubur kertas.
Pengembangan HTI ini menimbulkan berbagai dampak terhadap ekologi seperti musnahnya
komponen ekologi akibat hanya satu jenis pohon yang ditanam, dan dampak sosial masyarakat,
dimana sering terjadinya konflik antar penguasa lahan dengan masyarakat yang berpegang pada
hutan adat. Hal ini berkebalikan dengan ruang lingkup yang ingin dicapai dalam kebijakan
REDD+. Tentunya menjadi pertanyaan tersendiri mengenai implementasi kebijakan REDD+ ini,
apakah program REDD+ sudah berjalan optimal atau belum, dan tentunya solusi tepat sanagt
diperlukan untuk mengatasi hal ini.

Kata Kunci : HTI, REDD+, Konflik masyarakat

PENDAHULUAN
HTI (Hutan Tanaman Industri) 1. Untuk memanfaatkan lahan-lahan
adalah hutan tanaman pada hutan produksi kritis sehingga tidak terbengkalai dan
yang dibangun oleh kelompok industri untuk kesuburan tanahnya dapat
meningkatkan potensi dan kualitas hutan dikembalikah atau dipulihkan
produksi dengan menerapkan sistem menjadi lahan yang produktif
silvikultur dalam rangka memenuhi 2. Menjaga kelestarian lahan-lahan
kebutuhan bahan baku industri. Kegiatan kritis
yang dizinkan meliputi penyiapan lahan, 3. Untuk melindungi kerusakan hutan
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, alami akibat penebangan liar (illegal
pemanenan, pengolahan dan pemasaran. loging)
Hutan Tanaman Industri merupakan 4. Untuk mempercepat pembangunan
salah satu cara pengelolaan hutan dan lahan- dan memeratakan pembangunan
lahan kritis (rusak/marginal) dengan daerah setempat
penerapan ilmu SILVIKA untuk Namun, beberapa prinsip yang
meningkatkan produktivitas lahan atau hutan mendasari munculnya pengelolaan hutan
yang tidak produktif dengan tanaman- maupun lahan untuk Hutan Tanaman
tanaman kayu sebagai bahan baku industri.
Industri tersebut menimbulkan masalah-
Pengelolaan Hutan Tanaman Industri juga
merupakan salah satu bagian dari masalah baru di lingkungan masyarakat
pengelolaan lahan secara Agroforestry. khususnya masyarakat setempat.
Pengelolaan hutan tanaman industri atau Kenyataannya, HTI merupakan salah satu
lebih dikenal dengan HTI di Indonesia penyebab utama deforestasi di mana hutan
muncul berdasarkan beberapa prinsip yaitu : hujan tropis primer diganti dengan hutan
monokultur Eucalyptus dan Akasia. Hutan Tanaman Industri (HTI)
Perubahan besar dalam penggunaan lahan adalah perkebunan kayu monokultur skala
tersebut berdampak pada kondisi lingkungan besar yang ditanam dan dipanen untuk
dan sosial. produksi bubur dan bubur kertas. Pohon-
Salah satu skema yang sedang pohon seperti Eucalyptus dan Akasia
dikembangkan dalam upaya mitigasi dan ditanam melebihi batas produktivitas alami,
adaptasi perubahan iiklim adalah REDD dengan kecepatan tumbuh dan toleransi
(Reducing Emission from Deforestration tinggi terhadap lahan terdegradasi. Kayu
and Forest Degradation) dan REDD+. yang dihasilkan dari perkebunan ini
REDD merupakan mekanisme pembayaran digunakan secara luas sebagai bahan bakar
kompensasi atas penghindaran pemanfaatan dan konstruksi serta produksi kertas dan
lahan yang menyebabkan deforestasi dan kain seperti rayon. Pengembangan HTI
degradasi hutan sehingga mampu menahan dipromosikan besar-besaran di negara-
emisi karbon (Ministry of Forestry, 2008). negara Selatan, dimana Cina, Brazil dan
Adapun REDD+ adalah mekanisme termasuk negara kita Indonesia menjadi
kompensasi atas ketiga aktivitas di atas, produsen utama sedunia untuk bubur kertas
ditambah dengan konservasi, pengelolaan dan kertas.
hutan lestari, dan peningkatan simpanan Di Indonesia saat ini, pemerintah
karbon (IUCN, 2009). Kompensasi tersebut telah menargetkan dalam 5-10 tahun ke
diberikan oleh negara maju sebagai negara depan mengembangkan 10 juta hektar
emitter kepada negara berkembang yang perkebunan HTI baru. Kebijakan ini dinilai
berperan dalam penurunan emisi melalui sebagai kegiatan reforestasi, yaitu upaya
penurunan laju deforestasi dan degradasi pembentukan kembali tutupan hutan tipe apa
hutan. saja pada lahan yang sudah bukan
Hasil studi Indonesia Forest Climate merupakan hutan lagi. Kebijakan ini tentu
Alliance (IFCA, 2007) menyebutkan bahwa akan mendorong konversi hutan lebih luas
REDD berpotensi dapat diimplementasikan dan emisi besar gas rumah kaca.
pada kawasan hutan gambut, hutan Kenyataannya saat ini, hutan alami yang
produksi, hutan konservasi, dan hutan dimiliki Indonesia seperti hutan tropis, yang
tanaman industri pulp/kertas. Pengembangan mengandung berbagai vegetasi tanaman,
HTI ini tentu memberikan dampak terhadap semakin banyak yang dikonversi menjadi
lingkungan dan sosial, karena HTI hutan tanaman industry yang hanya ditanami
merupakan salah satu penyebab utama oleh satu jenis pohon seperti Akasia. Hal ini
deforestasi. Disinilah peran REDD+ tentu memberi dampak terhadap ekologi,
dibutuhkan agar hutan alam tidak dikonversi diantaranya adalah meningkatnya gas rumah
semuanya menjadi Hutan Tanaman Industri, kaca dan musnahnya berbagai
dan dapat benar-benar menekan laju keanekaragaman hayati yang ada di hutan
deforestasi. alami karena pada hutan tanaman industry
hanya menanam satu jenis pohon, sehingga
vegetasi yang ada menjadi homogen.
PEMBAHASAN
Selain terhadap ekologi, - Penurunan emisi dari degradasi
pengonversian hutan alami menjadi HTI hutan/dan atau degradasi lahan
juga berdampak pada sosial masyarakat, gambut
khususnya masyarakat yang hidupnya - Pemeliharaan dan peningkatan
bergantung pada hutan alami. Hutan alami cadangan karbon melalui :
berperan penting dalam melestarikan - Konservasi hutan
populasi adat, seluruh mata pencaharian - Pengelolaan hutan yang
tergantung pada mereka. Hutan merupakan berkelanjutan (SFM)
sumber makanan, bahan bangunan, obat- - Rehabilitasi dan restorasi
obatan serta tanaman yang bermakna kawasan yang rusak
religius, dan hal tersebut adalah inti dari - Penciptaan manfaat tambahan
ekonomi dan budaya adat. Mengganti hutan bersama dengan peningkatan
hujan tropis dengan perkebunan (HTI) dapat manfaat dari karbon melalui:
mengancam kelangsungan hidup masyarakat Peningkatan
yang tergantung pada hutan. Faktanya, kesejahteraan masyarakat
pengembangan HTI ini bahkan lokal
menyebabkan masyarakat yang telah lama Peningkatan kelestarian
mendiami daerah yang ingin dikembangkan keanekaragaman hayati
menjadi HTI harus keluar karena izin usaha Peningkatan kelestarian
yang dimiliki oleh perusahaan. Selain itu, produksi jasa ekosistem
tidak jarang juga perusahaan yang lain
melakukan penanaman HTI memperhatikan Merujuk kepada ruang lingkup
kemakmuran dan kemajuan daerah REDD+, tentunya berkebalikan dengan
setempat. Hanya sedikit masyarakat yang fakta mengenai dampak yang diperoleh dari
digali potensinya untuk bekerja di pengembangan Hutan Tanaman Industri
perusahaan tersebut, dengan alas an seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.
kurangnya keterampilan sehingga kurang Dimana banyak sekali terjadi konflik
menguntungkan perusahaan. Padahal bisa masyarakat, seperti pengrusakan lahan milik
saja perusahaan melakukan pelatihan kepada masyarakat (a.l. kebun, makam, pepohonan),
masyarakat sekitar. Dari berbagai dampak polusi, kurangnya kesempatan kerja bagi
negative yang ditimbulkan dari masyarakat lokal, serta kurangnya konsultasi
pengembangan HTI ini, pemerintah masih dengan masyarakat. Tentu hal ini perlu
terus memberikan izin terhadap perusahaan- dipertanyakan, apakah implementasi
perusahaan yang menghancurkan hutan REDD+ sudah berjalan baik atau belum,
tropis yang tersisa. apakah program REDD+ sudah mampu
Seperi yang telah diketahui bahwa mengurangi emisi karbon. Dilihat dari
salah satu kebijakan untuk mengurangi kenyataannya, sepertinya kebijakan REDD+
deforestasi dan degradasi hutan adalah bukan menjadi solusi yang baik, malah akan
kebijakan REDD+, yang ruang lingkupnya menjadi sebuah ancaman yang memicu
di Indonesia antara lain: konflik masyarakat.
- Penurunan emisi dari deforestasi
Untuk itu, perlu adanya beberapa Indonesia perlahan-lahan akan musnah.
rekomendasi agar implementasi REDD+ Implementasi kebijakan REDD+ terhaadap
dapat berjalan, yaitu dengan cara : HTI belum ada tindak nyatanya, karena
faktanya saat ini malah membuktikan
Memperjelas mengenai banyaknya dampak ekologi dan sosial
penguasaan lahan, dengan masyarakat yang dirasakan akibat
cara melibatkan masyarakat pengembangan HTI. Untuk itu perlu
melalui diskusi untuk dilakukan aksi nyata dengan
mengambil keputusan, agar memperlibatkan masyarakat yang berpegang
tidak menyebabkan konflik pada hutan adat, agar bersama-sama
dengan masyarakat yang berpartisipasi menjalankan proram REDD+.
berpegang pada hukum adat

Melibatkan masyarakat DAFTAR PUSTAKA


dalam perumusan kebijakan
Warta Tenure. 2012. Konflik, Lahan Tenure,
terkait REDD+, agar tercipta dan REDD. Bogor : WG Tenure
proses yang partisipatif dan
transparan Ministry of Forestry. 2008. IFCA 2007
Consolidation Report : Reducing
Melakukan koordinasi antar Emission from Deforestation and
sector perenanaan dan tata Degradation in Indonesia.
Indonesia: [FORDA] Forestry
guna lahan
Resesarch and Development
KESIMPULAN Agency, Ministry of Forestry
Pengembangan Hutan Tanaman
Rochmayanto, Yanto, dkk. 2013. Hutan
Industri bukanlah sebagai upaya reforestasi
Rawa Gambut dan HTI Pulp
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,
Dalam Bingkai Redd+. Bogor :
karena dengan dikembangkannya HTI, maka
FORDA Press
hutan tropis sebagai hutan alami di

Você também pode gostar