Você está na página 1de 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih
banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key
instruments. Instrumen penelitian digunakan untuk nilai variabel yang diteliti. Dengan
demikian, jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada
jumlah variabel yang diteliti. Bila variabel penelitiannya liam, maka jumlah instrumen
yang digunakan untuk penelitian juga lima. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada
yang dibakukan, tetapi masih ada yang harus dibuat oleh seorang peneliti. Karena
instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan
menghasilkan data kuantitaif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
Teknik membuat skala, menurut Nazir (1999) serta Good dan Hatt (1952) adalah cara
mengubah fakta-fakta kualitatif yang melekat pada objek atau subjek penelitian menjadi
urutan kuantitatif. Pembuatan skala pengukuran ini dibuat dengan mendasarkan pada dua
asumsi, yaitu ilmu pengetahuan pada akhir-akhir ini lebih cenderung menggunakan
prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan semakin menuntut presisi yang lebih
baik utamanya dalam hal mengukur gradasi. Dalam membuat skala, peneliti harus
mengasumsikan bahwa fakta dalam fakta mengandung suatu kontinum yang nyata berasal
dari sifat-sifat objek yang diteliti.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan skala pengukuran serta macam-macam bentuknya ?
2. Apakah yang dimaksud dengan instrumen penelitian ?
3. Bagaimana cara menyusun instrumen penelitian ?
4. Bagaimanakah yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas instrumen ?
5. Bagaimanakah cara pengujian validitas dan reliabilitas instrumen ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Agar dapat mengetahui macam-macam dari skala pengukuran.
2. Dapat membedakan antara validatas dan reliabilitas sebuah instrumen.
3. Dapat mengetahui cara membuat instrumen dengan skala pengukuran yang tepat.

BAB II

SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

A. Macam-Macam Skala Pengukuran

Metodelogi Penelitian | 1
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai
contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat
dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila
digunakan untuk mengukur. Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian
Administrasi, Pendidikan dan Sosial antara lain adalah :

1. Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Jawaban setiap
item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain :

a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya :

1) Sangat Setuju diberi skor 5


2) Setuju diberi skor 4
3) Ragu-ragu diberi skor 3
4) Tidak setuju diberi skor 2
5) Sangat tidak setuju 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist ataupun pilihan ganda.

a. Contoh Bentuk Checklist

Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara

memberi tanda ( ) pada kolom yang tersedia.

No Pertanyaan Jawaban

Metodelogi Penelitian | 2
SS ST RG TS STS
Prosedur kerja yang baru itu
1 akan segera diterapkan di
perusahaan anda
2 ..................

SS = Sangat Setuju diberi skor 5


ST = Setuju diberi skor 4
RG = Ragu-ragu diberi skor 3
TS = Tidak Setuju diberi skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju diberi skor 1

b. Contoh Bentuk Pilihan Ganda


Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat
anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.

Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di lembaga anda ?
a) Sangat tidak setuju
b) Tidak setuju
c) Ragu-ragu
d) Setuju
e) Sangat setuju

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipr ini akan sisapat jawaban yang tegas, yaitu ya-
tidak, benar-salah, dan lain-lain. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan
bila ingin mendapatkan jawaban yang tegtas terhadap suatu permasalahan yang
ditanyakan.

Contoh:

1) Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan ini ?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
2) Pernahkah pimpinan melakukan pemeriksaan di ruang kerja anda ?
a. Tidak Pernah
b. Pernah

Metodelogi Penelitian | 3
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat
dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol.

3. Semantic Defferensial
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan
ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban
sangat positifnya terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif
terletak dibagian kiri garis. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya
skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh
seseorang.
Contoh :

Beri nilai gaya kepemimpinan


Manajer Anda
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
Tepat Janji 5 4 3 2 1 Lupa Janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi Pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

4. Rating scale
Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang dikemudian dikuantitatifkan. Tetapi
dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif.
Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat
mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item
instrumen.
Contoh :
Seberapa baik data ruang kerja yang ada di Perusahaan A ?
Berilah jawaban dengan angka :
4. bila tata ruang itu sangat baik
3. bila tata ruang itu cukup baik
2. bila tata ruang itu kurang baik
1. bila tata ruang itu sangat tidak baik
Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan
keadaan yang sebenanrnya

No. Item Pertanyaan tentang tata ruang kantor Interval Jawaban

Metodelogi Penelitian | 4
Penataan meja kerja sehingga arus kerja
1. 4 3 2 1
menjadi pendek
2. Pencahayaan alam tiap ruangan 4 3 2 1
Pencahayaan buatan/listrik tiap ruang sesuai
3. 4 3 2 1
dengan kebutuhan
Warna lantai sehingga tidak menimbulkan
4. pantulan cahaya yang dapat menganggu 4 3 2 1
pegawai
5. Sirkulasi udara setiap ruangan 4 3 2 1
Keserasian warna alat-alat kantor, perabot
6. 4 3 2 1
dengan ruangan
7. Penempatan lemari arsip 4 3 2 1
8. Penempatan ruangan pimpinan 4 3 2 1
9. Meningkatkan keakraban sesama pegawai 4 3 2 1
10. Kebersihan ruangan 4 3 2 1

Bila instrumen tersebut digunakan sebagai angket dan diberikan kepada 30


responden, maka sebelum dianalisis, data dapat ditabulasikan seperti pada tabel 6.1
(terlampir). Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertimggi) = 4 x 10
x 30 = 1200. Untuk ini skor tertinggi tiap butir = 4, jumlah butir pertanyaan = 10 dan
jumlah responden = 30. Jika skor hasil pengumpulan data = 818. Dengan demikian
kualitas tata ruang kantor lembaga A menurut persepsi 30 responden itu 818, 1200 =
68% dari kriteria yang ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori

. . . .
sebagai berikut :

300 600
. 900
818 Cukup
1200

Sangat Kurang Sangat


tidak baik baik baik baik

Nilai 818 termasuk dalam kategori interval kurang baik dan cukup baik. Tetapi lebih
mendekati cukup baik.

Selain instrumen seperti yang telah dibicarakan di atas, ada instrumen penelitian yang
digunakan untuk mendapatkan data nominal dan ordinal.

1. Instrumen untuk menjaring data nominal


Contoh :
a. Berapakah jumlah pegawai di tempat anda bekerja ............... pegawai.
b. Berapakah orang yang dapat berbahasa Belanda ........... orang.

Metodelogi Penelitian | 5
c. Berapakah orang pemimpin yang Anda sukai .................. orang.

2. Instrumen untuk menjaring data ordinal


Contoh :
Berilah rangking terhadap sepuluh pegawai di bidang pelayanan rumah sakit
sebagai berikut.
Tabel 6.2
Rangking Terhadap Sepuluh Pegawai Di Bidang
Pelayanan Rumah Sakit

Nama Pegawai Rangking Nomor


A ...............................
B ...............................
C ...............................
D ...............................
E 1
F ...............................
G ...............................
H ...............................
I ...............................
J ...............................
Misalnya pegawai E adalah yang paling baik kinerjanya, maka pegawai tersebut
diberi rangking 1.

B. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial


maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat
laporan daripada melakukan penelitian. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (variabel penelitian). Instrumen-
instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak
tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Seperti variabel-variabel dalam ilmu
alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter. Jumlah instrumen penelitian
tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan utnuk diteliti. Misalnya
akan meneliti tentang Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Kerja Lembaga Terhadap
Produktivitas Kerja Pegawai. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat, yaitu :

1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan.


2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja.

Metodelogi Penelitian | 6
3. Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja pegawai.

C. Cara Menyusun Instrumen


Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umunya dan khususnya bidang
administrasi yang sudah baku sulit ditemukan. Titik tolak dari penyusunan adalah
variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut
diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur.
Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.
Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan matrik
pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen. Untuk bisa menetapkan
indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas
dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya.
Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh
indikator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi,
membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenisnya, dan konsultasi pada orang
yang dipandang ahli.

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi objek yang diteliti. Selanjutnya, hail penelitian
yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek
kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah. Instrumen yang
valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid 1.
Contohnya yaitu meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan
teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang. Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen berbentuk test untuk
mengukur prestasi belajar dan instrumen yang non-test untuk mengukur sikap. Instrumen
1
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Metodelogi Penelitian | 7
yang berbentuk test jawabannya adalah salah atau benar, sedangkan instrumen sikap
jawabannya adalah positif atau negatif. Instrumen yang valid harus mempunyai validitas
internal dan eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas internal atau eksternal, bila
kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa
yang diukur. Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan
merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Misalnya meteran yang
putus dibagian ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama
(reliabel) tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan karena instrumen (meteran) tersebut
rusak.
Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan
fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Validitas internal instrumen yang
berupa test harus memenuhi construct validity dan content validity. Sedangkan instrumen
yang nontest cukup construct validity.2

E. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen


1. Pengujian Validitas Instrumen
a. Pengujian Validitas Kontruksi (Construct Validity)
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur
sebuah konstruk sementara. Konstruk, secara definitif, merupakan suatu sifat yang
tidak dapat diobsevasi, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui satu atau
dua indera kita. Contoh suatu konstruk dalam lingkup pendidikan teknologi
kejuruan misalnya, implikasi orang terampil atau memiliki skill, dapat dilihat
dengan melalui tingkah laku dia ketika seseorang tersebut melakukan
pekerjaannya. Konstruk tidak lain adalah merupakan temuan atau suatu
pendekatan untuk menerangkan tingkah laku.
Proses melakukan validasi konstruk dapat dilakukan dengan cara melibatkan
hipotesis testing yang dideduksi dari teori yang menyangkut dengan konstruk yang
relevan.

b. Pengujian Validitas Isi


Yang dimaksud dengan validitas isi adalah derajat di mana sebuah tes
mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi
memerlukan dua aspek penting, yaitu valid isi dan valid samplingnya. Valid isi
mencakup khususnya, hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-item itu
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,(Bandung: ALFABETA, 2010), cet. Ke-10, hal.
92-123

Metodelogi Penelitian | 8
menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur. Sedangkan
validitas sampling pada umumnya berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu
sampel tes merepresentasikan total cakupan isi. Validitas isi juga mempunyai peran
yang sangat penting untuk tes pencapaian. Validitas isi pada umunya ditentukan
melalui pertimbangan para ahli.

c. Validitas Konkuren
Validitas konkuren adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan
dengan skor lain yang telah dibuat. Tes dengan validitas konkuren biasanya
diadministrasi dalam waktu yang sama atau dengan kriteria valid yang sudah ada.
Cara-cara membuat tes dengan validitas konkuren dapat dilakukan dengan
beberapa langkah seperti berikut :
1) Adminsitrasikan tes yang baru dilakukan terhadap guru atau anggota
kelompok.
2) Catat tes baku yang ada termasuk berapa koefisien validitasnya jika ada.
3) Hubungkan atau korelasikan due skor tes tersebut.

Metode pembeda merupakan validitas konkuren yang melibatkan penentuan


suatu tes. Jika skor tes dapat digunakan untuk membedakan antara orang yang
memiliki sifat-sifat tertentu yang diinginkan dengan seseorang yang tidak memiliki
sifat tersebut3. Untuk menguji daya pembeda secara signifikan digunakan rumus t-
test sebagai berikut :4

Dimana

d. Validitas Prediksi
Validitas prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat
memprediksi tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas
atau pekerjaan yang direncanakan. Validitas prediksi suatu tes pada umumnya
ditentukan dengan membangun hubungan antara skor tes dan beberapa ukuran
keberhasilan dalam situasi tertentu yang digunakan untuk memprediksi

3
Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara,2003), hal. 123-124
4
Sugiyono, Op.Cit., hal.128

Metodelogi Penelitian | 9
keberhasilan, yang selanjutnya disebut dengan predictor. Sedangkan tingkah laku
yang hendak diprediksi pada umumnya disebut sebagai criterion. Dalam membuat
validasi prediksi, suatu tes biasanya mempunyai sekuensi seperti berikut :
1) Mengidentifikasi dan mendefinisikan secara teliti criterion yang hendak
diinginkan.
2) Ketika kriteria telah diidentifikasikan dan ditentukan, prosedur selanjutnya
menentukan validitas prediksi suatu tes dengan cara seperti berikut :
1. Buat item tes sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
2. Tentukan grup yang dijadikan subjek dalam pilot study.
3. Identifikasi criterion prediksi yang hendak dicapai.
4. Tunggu sampai tingkah laku yang diprediksi muncul dan terpenuhi
dalam grup yang telah ditentukan.
5. Capai ukuran-ukuran criterion tersebut.
6. Korelasikan dua set skor yang dihasilkan.5

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

a. Test-retest
Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden
ataupun derajat yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah hasil sebauh tes dari
waktu ke waktu. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan
waktunya yang berbeda. Pengujian cara ini sering juga disebut stability. 6
Reliabilitas test-retest dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Selenggarakan tes pada suatu grup yang tepat sesuai dengan rencana.
2. Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu,
lakukan kembali penyelenggaraan tes yang sama dengan grup yang sama
tersebut.
3. Korelasikan hasil kedua tes tersebut.7

b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda,
tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir saja); Berapa tahun
pengalaman kerja anda di lembaga ini ?. pertanyaan tersebut dapat ekuivalen
dengan pertanyaan berikut : Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini ?.
pengujian reliabilitas dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya
dua, pada responden yang sama, waktu yang sama, instrumen berbeda.

5
Sukardi, Op.Cit., hal.125-126
6
Sugiyono, Op.Cit., hal.130
7
Sukardi, Op.Cit., hal. 129

Metodelogi Penelitian | 10
Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data
instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen.

c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen
yang equivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi ini merupakan
gabungan antara tes-retest dan equivalent.

d. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan
teknik belah dua dari Spearman Brown, KR 20, KR 21 dan Anova Hoyt. Berikut
diberikan rumus-rumusnya.
1) Rumus Spearman Brown

Dimana:
= reliabilitas
2) Rumus KR. 20 (Kuder Richardson) internal seluruh instrumen
= korelasi product moment antara belahan pertama dan
kedua

Dimana :
k = jumlah item dalam instrumen
pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1
qi = 1 pi
3) Rumus KR.21
s2i = varians total

Dimana:
K = jumlah item dalam instrumen.
M = means skor total.
S2t = varians
4) Analisis total. Hoyt (Anova Hoyt)8
Varians

Dimana:
MKs = mean kuadrat antara subyek.
MKe = mean kuadrat kesalhan.
Ri = reliabilitas instrumen.

8
Sugiyono, Op.Cit., hal. 130-132

Metodelogi Penelitian | 11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akanm menghasilkan data kuantitatif. Berbagai
skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, Pendidikan dan Sosial
yaitu skala likert, skala Guttman, Rating Scale dan Semantic Defferential. Dalam
pembuatan instrumen penelitian pada umumnya perlu mempunyai dua syarat penting yaitu
valid dan reliabel.

B. Saran
Berdasarkan uraian diatas mengenai skala pengukuran dan instrumen penelitian, maka
pemakalah menyampaikan sarannya sebagai berikut :
1. Untuk pendidik, agar lebih fokus dalam menilai sikap peserta didiknya (siswa)
berdasarkan skala pengukuran yang telah tersedia.
2. Untuk mahasiswa, agar lebih teliti dalam membuat sebuah instrumen penelitian
dalam proses penelitian yang dilakukan.

Metodelogi Penelitian | 12
DAFTAR PUSTAKA

Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R & D. Cet. Ke-10. Bandung :
ALFABETA.

Metodelogi Penelitian | 13

Você também pode gostar