Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TUJUAN WIWAHA
Tujuan utama wiwaha adalah: untuk memperoleh keturunan/
sentana terutama yang suputra, yaitu anak yang hormat
terhadap orang tua, cinta kasih terhadap sesama, dan berbakti
kepada Tuhan.
Dalam nitisastra disebutkan bahwa orang yang mampu
melahirkan anak yang suputra lebih tinggi keutamaannya dari
membuat 100 yadnya.
Dalam Manawa DHARMA SASTRA, Wiwaha disamakan dengan
Samskara.
3. Bermasyarakat
HAKEKAT WIWAHA
Hakekat Perkawinan disamakan dengan yadnya, sehingga
orang yang memasuki ikatan perkawinan menuju grhasta
asrama adalah lembaga suci yang perlu dijaga keberadaannya
dan kemuliaannya.
Pernikahan atau wiwaha dalam Agama Hindu merupakan yadnya dan perbuatan dharma.
Wiwaha (pernikahan) merupakan momentum awal dari Grahasta Ashram yaitu tahapan
kehidupan berumah tangga. Dalam adat Hindu di Bali merupakan upaya untuk mewujudkan
hidup Grhasta Asmara, tugas pokoknya menurut lontar Agastya Parwa adalah mewujudkan
suatu kehidupan yang disebut Yatha sakti Kayika Dharma yang artinya dengan
kemampuan sendiri melaksanakan Dharma. Jadi seorang Grhasta harus benar-benar mampu
mandiri mewujudkan Dharma secara profesional haruslah dipersiapkan oleh seorang Hindu
yang ingin menempuh jenjang perkawinan. Grahasta Ashram secara sah dimulai pada saat
seorang lelaki dan seorang wanita mengangkat sumpah untuk hidup bersama dengan direstui
dan disaksikan oleh kedua orang tua/wali, diberkati dengan mantra suci Weda oleh pinandita,
dan dicatat oleh Parisadha Hindu Dharma.
Weda mengatakan bahwa pernikahan dalam Hindu adalah suatu perbuatan suci. Ada dua
maksud utama di dalamnya. Pertama, Tuhan memberkati lelaki dan perempuan untuk saling
mencintai sebagaimana Dewa Smara (sama seperti dengan Adam) dan Dewi Ratih (sama
seperti Hawa). Kedua, manusia diberi kesempatan untuk bereinkarnasi melalui keturunan
yang dihasilkan oleh sepasang lelaki dan perempuan. Itulah sebabnya mengapa melahirkan
keturunan masuk dalam prioritas pernikahan bagi masyarakat Hindu di Bali.
1. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang Perkawinan No.
1 Tahun 1974 pasal 1).
2. Perkawinan ialah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang perempuan
untuk waktu yang lama (Buku Pokok Pokok Hukum Perdata)
3. Perkawinan merupakan hubungan hukum antara seorang pria dengan seorang wanita,
untuk hidup bersama dengan kekal yang diakui Negara (Wirjono Projodikoro).
4. Perkawinan ( wiwaha) adalah sosial institution atau pranata sosial yaitu kebiasaan
yang diikuti resmi sebagai suatu gejala-gejala sosial. tentang pranata sosial untuk
menunjukkan apa saja bentuk tindakan sosial yang diikuti secara otomatis, ditentukan
dan diatur dalam segala bentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia, semua itu
adalah institution (Harry Elmer Barnes dari segi social kemasyarakatan)
Tujuan pernikahan.
Pada dasarnya manusia selain sebagai mahluk individu juga sebagai mahluk sosial,
sehingga mereka harus hidup bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Tuhan
telah menciptakan manusia dengan berlainan jenis kelamin, yaitu pria dan wanita yang
masing-masing telah menyadari perannya masing-masing. Telah menjadi kodratnya sebagai
mahluk sosial bahwa setiap pria dan wanita mempunyai naluri untuk saling mencintai dan
saling membutuhkan dalam segala bidang. Sebagai tanda seseorang menginjak masa ini
diawali dengan proses perkawinan. Perkawinan merupakan peristiwa suci dan kewajiban bagi
umat Hindu karena Tuhan telah bersabda dalam Manava dharmasastra IX. 96 sebagai berikut:
Prnja nartha striyah srstah samtarnartham ca manavah
Untuk menjadi Ibu, wanita diciptakan dan untuk menjadi ayah, laki-laki itu diciptakan.
Upacara keagamaan karena itu ditetapkan di dalam Veda untuk dilakukan oleh suami dengan
istrinya.
Adapun 3 tujuan pernikahan menurut ajaran Hindu menurut kitab Kitab
Manavadharmasastra yaitu:
2. Praja, kedua mempelai mampu melahirkan keturunan yang akan melanjutkan amanat
dan kewajiban kepada leluhur. Melalui Yaja dan lahirnya putra yang suputra seorang
anak akan dapat melunasi hutang jasa kepada leluhur (Pitra rna), kepada Deva (Deva
rna) dan kepada para guru (Rsi rna).
Tujuan lain dari pernikahan menurut ajaran Hindu adalah membentuk keluarga ( rumah
tangga) yang bahagia dan kekal maka dalam agama Hindu sebagaimana diutarakan dalam
kitab suci Veda perkawinan adalah terbentuknya sebuah keluarga yang berlangsung sekali
dalam hidup manusia. Hal tersebut disebutkan dalam kitab Manava Dharmasastra IX. 101-
102 sebagai berikut:
Anyonyasyawayabhicaroghaweamarnantikah,
Hendaknya supaya hubungan yang setia berlangsung sampai mati, singkatnya ini harus
dianggap sebagai hukum tertinggi sebagai suami istri.
Hendaknya laki-laki dan perempuan yang terikat dalam ikatan perkawinan, mengusahakan
dengan tidak jemu-jemunya supaya mereka tidak bercerai dan jangan hendaknya melanggar
kesetiaan antara satu dengan yang lain
Pada keluarga dimana suami berbahagia dengan istrinya dan demikian pula sang istri
terhadap suaminya, kebahagiaan pasti kekal
Tujuan dari sebuah pernikahan adalah untuk membentuk sebuah keluarga yang bahagia.
Keluarga yang berbahagia kekal abadi dapat dicapai bilamana di dalam rumah tangga terjadi
keharmonisan serta keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri, masing-masing
dengan swadharma mereka. Keduanya (suami-istri) haruslah saling isi mengisi, bahu
membahu membina rumah tangganya serta mempertahankan keutuhan cintanya dengan
berbagai seni berumah tangga, antara lain saling menyayangi, saling tenggang rasa, dan
saling memperhatikan kehendak masing-masing. Mempersatukan dua pribadi yang berbeda
tidaklah gampang, namun jika didasari oleh cinta kasih yang tulus, itu akan mudah dapat
dilaksanakan.
Mameyam astu posyaa, mahyam tvaadaad brhaspatih, mayaa patyaa prajaavati, sam jiiva
saradah satam
Engkau istriku, yang dianugrahkan Hyang Widhi kepadaku, aku akan mendukung dan
melindungimu. Semoga engkau hidup berbahagia bersamaku dan anak keturunan kita
sepanjang masa.
Suami hendaknya berusaha tanpa henti untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran
bagi keluarganya, menafkahi istri secara lahir dan batin, merencanakan jumlah keluarga,
menjadi pelindung keluarga dan figur yang dihormati dan ditauladani oleh istri dan anak-
anaknya.
Wahai mempelai wanita, jadilah nyonya rumah tangga yang sesungguhnya, dampingilah
(dengan baik) ayah ibu mertuamu, dampingilah (dengan baik) saudara saudari iparmu.
Wahai wanita, lahirkanlah keturunan yang cerdas, gagah, dan berani, pujalah selalu Hyang
Widhi, jadilah insan yang ramah dan menyenangkan kepada semua orang, dan peliharalah
dengan baik hewan peliharaan keluarga.
Seorang istri hendaknya selalu setia kepada suami, rajin dan taat dalam menjalankan puja
bhakti kepada Hyang Widhi, melahirkan dan memelihara anak-anak agar cerdas gagah dan
berani, selalu menopang keluarga dan menjalankan aturan dengan baik, berbicara dengan
lemah lembut kepada semua orang, menghormati keluarga mertua, menjaga dan mengatur
harta keluarga, tanaman, dan hewan peliharaan milik keluarga dengan baik. Bila demikian,
niscaya keluarganya akan bahagia dan sejahtera selalu.
Om Awignam Astu, Sam Jaaspatyam Suyaman Astu Devah
Lelaki dan wanita adalah belahan jiwa, yang melalui ikatan pernikahan dipersatukan
kembali agar menjadi manusi yang seutuhnya karena diantara keduanya dapat saling
mengisi dan melengkapi. Semoga ikatan pernikahan kami langgeng, setia dan tidak
terpisahkan.