Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Analisis Masalah
I. Tn M, umur 40 tahun seseorang lakilaki bekerja sebagai buruh
bangunan, sejak lima bulan yang lalu teraba benjolan di leher kanan
sebesar telur puyuh, benolan tidak nyeri, badan terasa demam tapi
tidak terlalu tinggi dan mudah berkeringat, nafsu makan menurun dan
berat badan masih normal. VV
a) Apa saja struktur yang terlibat pada kasus?
Jawab: Pada kasus timbul benjolan di leher. Leher terdiri atas
berbagai struktur yang memungkinkan timbulnya benjolan,
seperti kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, kelenjar ludah,
trakea, laring, kelenjar paratiroid, otot, arteri, vena, saraf dan
kulit. Banyak hal yang dapat menyebabkan timbulnya benjolan,
seperti pembengkakan dari kelenjar-kelanjar di atas, kista,
kanker, infeksi, alergi dan pertumbuhan kulit berlebihan. Pada
kasus kemungkinan terjadi pembesaran KGB.
b) Mengapa benjolan tidak terasa nyeri dan bagaimana
mekanismenya?
Jawab: Benjolan tidak terasa nyeri menunjukkan bahwa
pembengkakan yang terjadi pada struktur tersebut bukan
disebabkan infeksi. Sebagaimana yang kita ketahui infeksi akan
menimbulkan respon inflamasi akut yang akan menghasilkan
mediator inflamasi berupa prostaglandin, dimana akan
menstimulasi bradikin mensensitisasi serabut saraf C sehingga
menimbulkan nyeri. Pada kasus tidak terjadi nyeri karena tidak
terjadi infeksi yang memicu inflamasi akut.
c) Apa saja penyakit yang dapat menimbulkan adanya benjolan
pada kasus?
Jawab: beberapa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya
benjolan di leher sbb:
- TBC
- Limfoma
- Tumor KGB
- Gondok
- Gondongan
- Kista
- Kanker
- Infeksi
II. Tuan M sempat berobat ke dokter umum, diberi obat juga dilakukan
pemeriksaan darah dan rontgen dada, namun benjolan tidak mengecil
dan semakin membesar. V
a) Mengapa Tn M sudah diberikan obat tetapi benjolan tidak
mengecil dan semakin membesar?
Jawab: Berarti obat yang diberikan tidak sesuai dengan penyakit
yang dialami sehingga tidak terjadi kesembuhan yang
diharapkan. Benjolan semakin besar mungkin terjadi jika
penyakitnya bersifat progresif, sehingga akan terus membesar.
b) Apa obat yang bisa diberikan Dokter umum pada kasus?
Jawab: Kalau curiga infeksi, bisa diberi antibiotic. Kalau curiga TB
bisa diberi OAT. Namun, sebaiknya sebelum memberikan obat
pastikan dulu penyakit sehingga tujuan pengobatan dapat
tercapai.
c) Apa tujuan dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen pada
kasus?
Jawab: Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya infeksi, akan terlihat peningkatan leukosit. Rontgen dada
dilakukan mungkin untuk memastikan kecurigaan adanya TBC.
Keadaan spesifik:
Thoraks:
Gambar : Palpasi
kelenjar limfe
submental dan
submandibular15
Palpasi kelenjar jugularis dapat dimulai di superficial dengan melakukan
penekanan ringan dengan menggerakkan jari-jari sepanjang musculus
sternokleidomastoideus. Pada palpasi yang lebih dalam, ibu jari ditekan di bawah
musculus Sternokleidomastoideus pada kedua sisi sehingga dapat di palpasi
kelenjar yang terdapat di sub atau retro dari muskulus ini. Bila pemeriksaan ini
negatif atau meragukan, maka pemeriksa harus berdiri di belakang penderita
kemudian ibu jari digunakan untuk menggeser musculus Sternokleidomastoideus
ke depan sementara jari yang lain meraba pada tepi anterior muskular tersebut.
Perabaan secara bilateral dan simultan selalu dianjurkan untuk menilai perabaan
antara kedua sisi. Palpasi kelenjar leher ini agak sulit pada orang gemuk, leher
pendek dan leher yang berotot. Terutama bila kelenjarnya masih kecil.
Gambar : Palpasi kelenjar limfe rantai kelenjar jugularis
Palpasi kelenjar limfa asesorius dilakukan dengan menekan ibu jari pada tepi
posterior m. Trapezium ke depan dan jari-jari ditempatkan pada permukaan
anterior muskulus ini.
Aspek Klinis
i. Faktor resiko
Kelainan kromosom, imunidefisiensi, infeksi EBV, terpapar bahan kimia seperti pestisida
dan herbisida, ataupun inflamasi kronis seperti tiroiditis hashimoto
ii. Pathogenesis
Pada limfoma, terjadi perkembangan dan pembelahan sel yang abnormal pada limfosit
khususnya limfosit B. Rangsangan antigen yang sesuai akan membuat sel limfosit B
menjadi bentuk aktif dan berproliferasi. Limfosit B aktif menjadi imunoblas yang
kemudian berubah menjadi sel plasma, kemudian membentuk immunoglobulin. Pada
kasus limfoma terjadi perubahan morfologi dari sitoplasma yang awalnya sedikit atau
kecil menjadi bersitoplasma banyak atau luas pada sel plasma. Pembelahan berlangsung
cepat dan terus-menerus tanpa disertai kematian sel yang seharusnya sudah terprogram
membuat jumlah sel lebih banyak dari seharusnya sehingga memberikan manifestasi
adanya nodul atau tonjolan pada permukaan kulit. Pembelahan yang terus-menerus pada
kasus dapat dikibatkan oleh translokasi suatu kromosom, infeksi EBV, terpapar bahan
kimia seperti pestisida dan herbisida, ataupun inflamasi kronis seperti tiroiditis
hashimoto. Jika proses ini berlangsung terus menerus tanpa adanya pengobatan maka
ukuran dari benjolan lama kelamaan akan semakin membesar.