Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Mrs. Adis, 17 years old pregnant woman G1P0A0 38 weeks pregnancy, was brought by
her husband to the puskesmas pembina plaju due to convulsion 3 hours ago about 2
minute.
a. Bagaimana hubungan usia dan kehamilan pertama dengan keluhan kejang pada
kasus? 1 2 3
a) Usia
Duckitt melaporka peningkatan risiko preeklampsia dan eklampsia hampir
dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih pada primipara
maupun multipara. Usia muda tidak meningkatkan risiko secara bermakna
(Evidence II, 2004).
Robillard dkk melaporkan bahwa risiko preeklampsia dan eklampsia pada
kehamilan kedua meningkat dengan peningkatan usia ibu.
Choudhary P dalam penelitiannya menemukan bahwa eklampsia lebih
banyak (46,8%) terjadi pada ibu dengan usia kurang dari 19 tahun.
b) Nulipara
Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan dengan usia
kehamilan lebih dari 28 minggu atau belum pernah melahirkan janin yang mampu
hidup diluar rahim. Hipertensi gestasional lebih sering terjadi pada wanita
nulipara.8 Duckitt melaporkan nulipara memiliki risiko hampir tiga kali lipat (RR
2,91, 95% CI 1,28 6,61) (Evidence II, 2004).
c) Kehamilan pertama oleh pasangan baru
Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru dianggap sebagai faktor
risiko, walaupun bukan nulipara karena risiko meningkat pada wanita yang
memiliki paparan rendah terhadap sperma.
d) Obesitas sebelum hamil dan Indeks Massa Tubuh (IMT) saat pertama kali
Antenatal Care (ANC)
Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia dan risiko semakin besar dengan
semakin besarnya IMT. Obesitas sangat berhubungan dengan resistensi insulin,
yang juga merupakan faktor risiko preeklampsia. Obesitas meningkatkan rsisiko
preeklampsia sebanyak 2,47 kali lipat, sedangkan wanita dengan IMT sebelum
hamil >35 dibandingkan dengan IMT 19-27 memiliki risiko preeklampsia empat
kali lipat. Pada studi kohort yang dilakukan oleh Conde-Agudelao dan Belizan
pada 878.680 kehamilan, ditemukan fakta bahwa frekuensi preeklampsia pada
kehamilan di populasi wanita yang kurus (IMT< 19,8) adalah 2,6% dibandingkan
10,1% pada populasi wanita yang gemuk (IMT> 29,0).
b. Apa penyebab dan mekanisme darikejang pada kasus? 345
c. Apa makna klinis kejang menit? 678
d. Apa dampak kejang terhadap ibu dan janin? 9101
3.4 Luaran Maternal
3.4.1 Komplikasi Maternal
1) Paru
Edema paru adalah tanda prognostik yang buruk yang menyertai
eklampsia. Faktor penyebab atau sumber terjadinya edema adalah : (1)
pneumonitis aspirasi setelah inhalasi isi lambung jika terjadi muntah pada saat
kejang; (2) kegagalan fungsi jantung yang mungkin sebagai akibat hipertensi
akibat berat dan pemberian cairan intravena yang berlebihan.
2) Otak
Pada preeklampsia, kematian yang tiba-tiba terjadi bersamaan dengan
kejang atau segera setelahnya sebagai akibat perdarahan otak yang hebat.
Hemipelgia terjadi pada perdarahan otak yang sublethal. Perdarahan otak
cenderung terjadi pada wanita usia tua dengan hipertensi kronik. Yang jarang
adalah sebagai akibat pecahnya aneurisma arteri atau kelainan vasa otak
(acute vascular accident, stroke). Koma atau penurunan kesadaran yang
terjadi setelah kejang, atau menyertai preeklampsia yang tanpa kejang adalah
sebagai akibat edema otak yang luas. Herniasi batang otak juga dapat
menyebabkan kematian. Bila tidak ada perdarahan otak yang menyebabkan
koma dan dengan pemberian terapi suportif yang tepat sampai penderita kembali
sadar umumnya prognosis pada penderita adalah baik.
3) Mata
Kebuataan dapat terjadi setelah kejang atau dapat terjadi spontan
bersama dengan preeklampsia. Ada dua penyebab kebutaan, yaitu :
a. Ablasio retina, yaitu lepasnya retina yang ringan sampai berat.
b. Iskemia atau infark pada lobus oksipitalis. Prognosis untuk kembalinya
penglihatan yang normal biasanya baik, apakah itu yang disebabkan
oleh kelainan retina maupun otak, dan akan kembali normal dalam
waktu satu minggu.
4) Psikosis
Eklampsia dapat diikuti keadaan psikosis dan mengamuk, tapi
keadaan ini jarang terjadi. Biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai
dua minggu, tetapi prognosis untuk kembali normal umumnya baik, selama
tidak ada kelainan mental sebelumnya.
5) Sistem hematologi
Plasma daeah menurun, viskositas darah meningkat, hemokonsentrasi,
gangguan pembekuan darah, disseminated intravascular coagulation (DIC),
sindroma HELLP.
6) Ginjal
Filtrasi glomerulus menurun, aliran plasma ke ginjal meningkat, klirens
asam urat menurun, gagal ginjal akut.
7) Hepar
Nekrosis periportal, gangguan sel liver, perdarahan subkapsuler.
8) Uterus
Solusio plasenta yang dapat menyebabkan perdarahan pascapartum.
Abrutio plasenta yang dapat menyebabkan DIC.
9) Kardiovaskuler
Cardiac arrest, acute decompensatio cordis, spasme vaskular menurun,
tahanan pembuluh darah tepi meningkat, indeks kerja ventrikel kiri naik,
tekanan vena sentral menurun, tekanan paru menurun.
3. According to her husband , on her last ANC, the midwife found that her blood pressure
was high, and advice to deliver the baby in the hospital.
a. Apa dampak tekanan darah tinggi pada ibu terhadap kehamilan dan proses persalinan?
123
b. Apa indikasi dilakukan proses persalinan di rumah sakit? 456
c. Apa saja yang termasuk pemeriksaan ANC dan kapan dilakukan pemeriksaan
ANC? 789
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan
antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan
sebagai berikut : (Depkes, 2009).
a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan 14
minggu Tujuannya :
1) Penapisan dan pengobatan anemia
2) Perencanaan persalinan
3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14 28
minggu Tujuannya :
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2) Penapisan pre eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan
3) Mengulang perencanaan persalinan
c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan
setelah 36 minggu sampai lahir.
Tujuannya :
1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
3) Memantapkan rencana persalinan
4) Mengenali tanda-tanda persalinan
Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan tertentu.
Penanganan umum
a. Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan
diastolik diantara 90 100 mmHg
b. Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload
d. Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
e. Jika jumlah urin <30 ml per jam:
Infus cairan dipertahankan 1 l/8 jam
Pantau kemungkinan edema paru
f. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
g. Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam
h. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Jika ada tanda edema paru,
stop pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya furosemid 40 mg IV
i. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak
terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
Antihipertensi
a. Obat pilihan adalah hidrazalin, yang diberikan 5 mg IV pelan pelan selama 5
menit sampai tekanan darah turun
b. Jika perlu, pemberian hidrazalin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM setiap 2
jam
c. Jika hidrazalin tidak tersedia, dapat diberikan
Nifedipine 5 mg sublingual. Jika respons tidak baik setelah 10 menit, beri
tambahan 5 mg sublingual
Labetolol 10 mg IV, yang jika respons tidak baik setelah 10 menit, diberikan
lagi labetolol 20 mg IV
Persalinan
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri,
tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah
mencapai stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu. Pada perawatan
pascapersalinan, bila terjadi persalinan vaginam, monitoring tanda-tanda vital.
a. Pada eklampsia, persalinan harus terjadi dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
b. Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam, lakukan
seksio sesarea
c. Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa:
Tidak terdapat koagulopati
Anastesia yang aman / terpilih adalah anastesia umum
d. Jika anstesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil,
lakukan persalinan pervaginam
Jika serviks matang, lakukan induksi oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dekstrose
10 tetes/ menit atau dengan prostaglandin.
Cara persalinan:
Sedapat mungkin persalianan diarahkan ke pervaginam :
Penderita belum inpartu;
a. Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop lebih dari 8
b. Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol, induksi persalinan
harus mencapai kala II dalam waktu 24 jam, bila tidak induksi persalinan
dianggap gagal, harus segera disusul dengan pembedahan secara cesar.
c. Indikasi dilakukan pembedahan caesar:
1. Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam
2. Induksi persalinaan gagal
3. Terjadi maternal distress
4. Terjadi fetal distress
5. Bila umur kehamilan < 33 minggu
Bila penderita sudah inpartu
a. Perjalanan persalinan diikuti
b. Memperpendek kala II (menggunakan forcep/vakum)
c. Pembedahan caesar dilakukan apabila didapati maternal distress dan fetal
distress
d. Primigravida direkomendsikan pembedahan caesar.
Perawatan postpartum
a. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir
b. Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih >110 mmHg
c. Pantau urin.
Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap jika:
a. Terdapat oligouria (<400 ml/24 jam)
b. Terdapat sindrom HELLP (Hemolysis, Elevaterd Liver Enzyme, Low Platelets
Counts)
c. Koma berlanjut lebih dari 24 jam sesudah kejang.
k. Edukasi dan pencegahan 9101
Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya PE pada
perempuan hamil yang mempunyai risiko terjadinya PE. PE adalah suatu sindroma
dari proses implantasi sehingga tidak secara keseluruhan dapat dicegah. Pencegahan
dapat dilakukan dengan nonmedikal dan medikal. (Angsar MD, 2009)
1) Pencegahan dengan non medikal
Pencegahan nonmedikal ialah pencegahan dengan tidak memberikan obat. Cara yang
paling sederhana ialah melakukan tirah baring. Restriksi garam tidak terbukti dapat
mencegah terjadinya PE. Diet suplemen yang mengandung (a) minyak ikan yang kaya
dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA, (b) antioksidan: vitamin C,
vitamin E, -karoten, N-Asetilsistein, asam lipoik, dan (c) elemen logam berat: zinc,
magnesium, kalsium.
2) Pencegahan medikal
Pemberian kalsium: 1.500 - 2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko
tinggi terjadinya PE. Selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari, magnesium 365
mg/hari. Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah PE ialah aspirin dosis
rendah rata-rata di bawah 100 mg/hari, atau dipiridamole. Dapat juga diberika
antioksidan: vitamin C, vitamin E, -karoten, N-Asetilsistein, asam lipoik.
l. Komplikasi 234
m. Prognosis 567
n. SKDI 8910
3B Gawat Darurat.
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyealmatkan nyawa atau mencegah
keparahan danatau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien. Selanjutnya lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul B. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi 4. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Prawirohardjo.
Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiraharjo, 1994.
Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Essentials of Medicine. Jakarta: Media
Aesculapius.