Você está na página 1de 13

SKENARIO 3

LAPORAN HASIL DISKUSI

FORUM GROUP DISCUSSION

SKENARIO 3
Anjing Kampung Kencing Darah

Disusun Oleh:

Aditya Harinto Purbandaru

14/367818/KH/8187

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2015

1|FKH UGM 2015


SKENARIO 3

I. Judul Diskusi : Anjing Kampung Kencing Darah

II. Tujuan Pembelajaran :

a. Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mampu memahami MK, yang dipelajari melalui implementasi
integrasi, dan sinergi antar MK untuk saling melengkapi/meningkatkan/mempertajam
dan berbagai konsep keilmuan, ketrampilan dan perilaku.

b. Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa mampu memahami secara lebih bermakna MK Anatomi Terapan,
Histologi Sistem Organ Hewan, Fisilogi Veteriner II, Ilmu Pemuliaan Hewan,
Bakteriologi dan Mikologi Veteriner, dan Ilmu Penyakit Parasit Veteriner yang saling
disinergikan dan diintegrasikan dalam suatu skenario untuk diskusi.

c. Tujuan pembelajaran Skenario III


Mahasiswa mampu mendiskusikan cara memprediksi kelainan gangguan dan
analisis hubungan struktur histologi dan fungsi organ saluran urinasi.
Mahasiswa mampu mendiskusikan terjadinya dehidrasi pada anjing dan proses
homeostasis dalam tubuh hewan.
Mahasiswa mampu memahami berbagai cacing yang menginfeksi anjing dan
dapat menimbulkan penyakit dalam saluran pencernaan anjing. Dilihat dari
etiologi, gejala klinis, diagnosis, terapi dan pencegahannya.

III. Skema Pembelajaran

2|FKH UGM 2015


SKENARIO 3

FGD

Skenario III

Anatomi Histologi Fisiologi Ilmu Bakteriologi Anatomi


Terapan Sistem Organ Veteriner Pemuliaan dan Mikologi Terapan
Hewan II Hewan Veteriner

Sinergi dan integrasi antar mata kuliah

untuk membangun pemahaman secara lebih dalam dan komprehensif

untuk mencapai kompetensi

Skenario III

Memprediksi kelainan dan analisis hubungan antar struktur histologik dan fungsi orrgan
saluran urinasi, homeostasis tubuh, diagnosis dan penanganan penyakit parasit saluran urin,
dalam konteks terpadu dan holistik

a. Bahasan Diskusi
A. Penyakit-penyakit Parasit Cacing Pada Anjing dan Kucing
a. Dioctophyma renale

3|FKH UGM 2015


SKENARIO 3

- Etiologi
Morfologi mulutnya sederhana, tanpa bibir, tetapi dikelilingi oleh
lingkaran 6 papilla. Esofagusnya panjang dan sempit dan sedikit melebar
di posterior. Bursa yang panjang berbentuk lonceng, berotot, dan tidak
didukung oleh jari-jari. Terdapat spikulum tunggal yang panjang. Ujung
posterior cacing betina tumpul, dan terdapat satu ovarium. Telurnya elips,
coklat, berkulit tebal, dan ditutupi oleh lekukan-lekukan kecil kecuali di
kedua ujungnya.

- Gejala Klinis
Akut, Anemia, gangguan pernafasan. Pada anak anjing yg menyusu i
mengakibatkan anemia berat, diare berdarah, berlendir, sesak nafas. Bisa
anoxia karena anemia. Kronis, Kurus (BB), bulu kusam nafsu makan
turun, pica (makan benda asing), Gangguan pernafasan, terdapat lesi pada
kulit
- Diagnosis
ii. gejala klinis pada anak anjing yg masih menyusu gejala lebih
berat
iii. Perjalanan penyakit
iv. Pemeriksaan tinja telur cacing
v. Pemeriksaan darah

4|FKH UGM 2015


SKENARIO 3

- Terapi dan Pencegahan

Anthelminthika: Tenium, Mebendazole, Fenbendazole, diclorfos.). Dosis


tinggi Fenbendazole mencegah infeksi prenatal, diberikan 3 mgg sblm &
setelah beranak.

b. Ancylostoma caninum

5|FKH UGM 2015


SKENARIO 3

- Etiologi
Berbentuk seperti kait (ujung anterior melengkung). Menyebabkan angka
kesakitan kematian yang tinggi karena cacing menghisap darah saluran
pencernaan. Contoh : A.caninum (anjing), A.tubaeforme (kucing), A
brazilliense (anjing & kucing). Distribusi : daerah tropis & lembab
- Gejala Klinis
Akut, Anemia, gangguan pernafasan. Pada anak anjing yg menyusu i
mengakibatkan anemia berat, diare berdarah, berlendir, sesak nafas. Bisa
anoxia karena anemia. Kronis, Kurus (BB), bulu kusam nafsu makan
turun, pica (makan benda asing), Gangguan pernafasan, terdapat lesi pada
kulit
- Diagnosis
vi. gejala klinis pada anak anjing yg masih menyusu gejala lebih
berat
vii. Perjalanan penyakit
viii. Pemeriksaan tinja telur cacing
ix. Pemeriksaan darah
- Terapi dan Pencegahan

Anthelminthika: Tenium, Mebendazole, Fenbendazole, diclorfos.). Dosis


tinggi Fenbendazole mencegah infeksi prenatal, diberikan 3 minggu
sebelum & setelah beranak ( bisa untuk Toxocara & Ancylostoma). Lantai
kandang harus kering, dibersihkan tiap hari.

c. Dirofilaria immitis

6|FKH UGM 2015


SKENARIO 3

- Etiologi
Hospes : anjing, kadang2 kucing
Hospes Intermedier/vektor : nyamuk
Lokasi : sistem cardiovasculer
Cacing dewasa di ventrikel kanan, arteri pulmonalis & vena cava

- Gejala Klinis
Pada infeksi berat anjing lemah, tidak aktif. Batuk ringan tapi kronis, Pada
stadium lanjut bisa batuk darah. Sesak nafas, edema, acites. Sindroma
vena cava akut mengakibatkan hemoglobinuria, ikterus, collaps

- Diagnosis
Tanda dan gejala gangguan jantung/ cardiovasculer, adanya mikrofilaria
dlm darah, foto thorax, penebalan arteri pulmonalis, hipertropi pd
ventrikel kanan, dilakukan Angiography
- Terapi dan Pencegahan
Obat-obatan utk gangguan jantung. Thiacetarsamide iv 2x/ hari salama 3
hari untuk membunuh cacing dewasa. Anjing harus istirahat 2-6 minggu,
hati-hati dalam penggunaan obat tersebut. Dithiaziamine, levamizole
peroral selama 10-14 hari. Evermectin single dosis. Operasi untuk
mengambil cacing dewasa. Dilakukan kontrol terhadap nyamuk.
d. Taenia taeniaeformis / Taenia multiceps (Taeniasis)
- Etiologi
Cacing dewasa bs mencapai 100cm
Hospes : anjing & anjing liar
Siklus hidup, oncosphere (telur berembryo) , termakan Hospes perantara
(domba,sapi), melalui peredaran darah, ke otak & medula spinalis ,
menjadi larva (coenurus cerebralis). Setelah larva masak bisa cepat

7|FKH UGM 2015


SKENARIO 3

dikenali sbg cysta yg besar ( 5cm) berisi cairan dan calon scolex.
Coenurus perlu waktu 8 bln utk masuk ke sistem saraf pusat, saat
berkembang terlihat gejala klinis.

- Gejala Klinis
Tergantung lokasi cyste, Syndroma Gid : ber-putar2, gangguan
penglihatan, paraplegia, pincang, hipersensitif. Operasi bs dikerjakan bila
cyste ada dipermukaan otak, tp pd umumnya tdk bs diobati

- Diagnosis
Segmen atau telur taenia di tinja dan menemukan ccg pd nekropsi.

- Terapi dan Pencegahan


Untuk cacing dewasa dengan praziquantel, mebendazole, fenbebdazole,
nitroscanate, niclosamide, bunamidine. Kontrol dilakukan dengan jangan
makan hewan/ organ hewan yang mengandung larva.

e. Dypilidium caninum

- Etiologi
Hospes : anjing & kucing, jarang pd manusia
Hospes perantara : pinjal ( Ctenocephalides canis, C.felis, Pulex irritans ),
kutu ( Tricodectes canis )
Lokasi : - usus halus, cysticercoid di kutu & pinjal
Distribusi : seluruh dunia

- Gejala Klinis
Cacing dewasa bersifat non pathogen, Segmen yg berada di anus
menyebabkan anjing sering manggaruk daerah perineum atau menggosok2
anus ke lantai

- Diagnosis
Ditemukan segmen disekitar perineum, Jika segmen masih baru, bisa
diamati bentuknya yg spt biji mentimun & 2 alat genital ditepinya, dengan

8|FKH UGM 2015


SKENARIO 3

kaca pembesar. Jika segmen sdh kering & mengkerut, pecahkan segmen,
lihat dibawah mikroskop

- Terapi dan Pencegahan

B. Homeostasis dan Dehidrasi yang terjadi di dalam tubuh


1. Homeostasis yang Terjadi di Dalam Tubuh

Homeostasis adalah proses yang terjadi dalam tubuh untuk mempertahankan


kestabilan cairan dan asam-basa tubuh baik secara intrasel maupun ekstrasel.
Lingkungan internal tubuh yang perlu dipertahankan diantaranya adalah
konsentrasi molekul nutrisi, konsentrasi O2 dan CO2, Konsentrasi zat sisa, pH,
Konsentrasi cairan, garam dan elektrolit, suhu, volume dan tekanan.

Ion Hidrogen adalah ion yang menentukan tingkat keasaman, atau pH, zat alir
tubuh. Penyimpangan pH yang keluar dari kisaran normalnya akan mengganggu
metabolisme dan fungsi sel.

Penyangga tubuh, yakni paru-paru dan ginjal, akan melindungi tubuh dari
kehancuran yang ditimbulkan oleh ion hidrogen dari berbagai sumber. Beban ion
hidrogen yang paling kuat adalah selama pengankutan karbondioksida (CO2) dari
jaringan tubuh ke paru-paru. Ion H juga merupakan produk metabolisme yang
membentuk asam sulfat dan asam fosfat, metabolisme lemak dan oksidasi tidak
lengkap terhadap glukosa dan membentuk asam laktat. Ion H dari sumber-sumber
itu harus secara terus menerus dibuangoleh ginjal meskipun kuantitasnya lebih
kecil dibanding yang dihasilkan oleh CO2 saat diangkut darah.
Ketika hewan sakit, beban ion H kepada tubuh sering bertambah karena
bertambahnya penghancuran jaringan (Katabolisme), karena ginjal tidak berhasil
membuang ion H. Ion H hilang dari tubuh terjadi pada saat muntah-muntah.

9|FKH UGM 2015


SKENARIO 3

Haemoglobin merupakan buffer darah terpenting karena banyak gugus


imidazol dalam histidin dalam globin mempunyai pK yang mendekati pH darah.
Buffer lainnya dengan pK optimum ialah sistem HPO42-H2PO4. Protein plasma
juga merupakan buffer skala kecil dalam darah. Buffer yang dilakukan intrasel
dilakukan oleh protein dan fosfat organik. Buffer ini memberikan kira-kira lima
kali kapasitas buffer yang disediakan oleh zat alir ekstrasel.

2. Fisiologis Terjadinya Dehidrasi

Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air/elektrolit yang


disertai output yang melebihi intake sehingga jumlah air/elektrolit dalam
tubuh berkurang atau pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan.
Meskipun yang hilang terutama cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai
gangguan elektrolit.

Penyebab timbulya dehidrasi bermacam-macam, selain penyebab timbulnya


dehidrasi, dehidrasi dapat dibedakan menjadi 2 hal yaitu :

a. Eksternal (dari luar tubuh )

Penyebab dehidrasi yang berasal luar tubuh yaitu :


1. Akibat dari berkurangya cairan akibat panas yaitu kekurangan zat
natrium;kekurangan air;kekurangan natrium dan air.
2. Latihan yang berlebihan yang tidak dibarengi dengan asupan minuman juga
bisa.
3. Sinar panas matahari yang panas.
4. Diet keras dan drastis.
5. Adanya pemanas dalam ruangan.
6. Cuaca/musim yang tidak menguntungkan (terlalu dingin).
7. Ruangan ber AC , walaupun dingin tetapi kering.
8. Obat-obatan yang digunakan terlalu lama.

b.Internal (dari dalam tubuh)


Sedangkan penyebab terjadinya dehidrasi yang berasal dari dalam tubuh
disebabkan terjadinya penurunan kemampuan homeostatik. Secara khusus, terjadi
penurunan respons rasa haus terhadap kondisi hipovolemik dan hiperosmolaritas.

10 | F K H U G M 2 0 1 5
SKENARIO 3

Disamping itu juga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus, kemampuan fungsi
konsentrasi ginjal, renin, aldosteron, dan penurunan respons ginjal terhadap
vasopresin. Selain itu fungsi penyaringan ginjal melemah, kemampuan untuk
menahan kencing menurun, demam, infeksi, diare, kurang minum, sakit, dan stamina
fisik menurun.

C. Struktur Histologis dan Fungsi Sistem Urinaria


1. Ginjal (ren)
Dibungkus oleh kapsula fibrosa mengandung serabut otot polos pada bagian
dekat organ. Organ terbagi menjdai bagian korteks dan medulla. Terdapat
nefron yang terdiri dari korpuskulum renale, tubulus konvolutus proksimal,
tubulus konvolutus distal dan ansa nefroni yang berfungsi menjadi bagian
utama dari organ dalam proses pembentukan urin. Sistem duktus kolektivus
mempunyai fungsi utama mengumpulkan, mengkonsentrasikan dan
menyalurkan urin keluar dari ginjal, terusun dari tubulus konektivus, tubulus
renalis arkuatus, tubulus koligens rektus, dan duktus papillaris.

- Korteks
Pars konvoluta terdiri dari, korpuskulum renale yang teridiri dari
glomerulus dan kapsula glomeruli, polus vaskularis dan polus
tubularis. Dan tubulus kontortus proksimal yang dibatasi sel berbentuk
kuboid kaya tepi sikat, nukleus kecil, bulat, terletak dibasal atau
parabasal, lumen kecil dan batas sel kurang jelas. Tubulus konvolutus
distal lebih jarang ditemukan dibandingkan tubulus konvolutus
proksimal. Tubulus renalis arkuatus, dibatasi oleh sel kuboid tercat
lemah, nukleus bulat, besar, dan tercat gelap.
Pars raidata terdiri dari ansa nefroni dan tubulus koligens rektus. Ansa
nefroni terdiri dari tubulus rektus proksimalis, tubulus atenuatus (pars
descendens dan ascendens), dan tubulus rektus distalis. Panjangnya
segemen ini menentukan kemampuan hewan mengkonservasi air.

11 | F K H U G M 2 0 1 5
SKENARIO 3

Nefron jugstamedullaris mempunyai segmen tipis yang ujungnya jauh


masuk ke dalam medulla, dapat mencapai papilla medulla\. Kemudian
ada tubulus koligen rektus pada pars radiata, dibatasi oleh epitelium
kuboid tercat pucat, nukleus besar, bulat, tercat gelap.
- Medulla
Terdiri dari zona eksternal dan zona internal. Zona eksternal terletak
dekat korteks dan terdiri dari ansa nefroni yang pendek dan tubulus
koligens rektus. Zona internal berisi nefron panjang. Didalamnya
terdapat ansa nefroni panjang, tubulus koligens rektus dan duktus
papillaris.
2. Vesika Urinaria

3.
Menciri sebagai organ tubuler. Lumen dibatasi oleh sel epitelium transisional,
lamina muskularis mukosae tipis, tunika submukosa mengandung jaringan ikat
longgar. Tunika muskularis terdiri dari otot polos tiga lapis. Lamina muskularis
longitudinalis internal dan eksternal dan lamina muskularis sirkularis
intermedia (Tebal;). Korpus dan apeks dibungkus tunika serosa sedangkan
kollum dibungkus tunika adventisia.

b. Kesimpulan
A. Dari ciri-ciri cacing yang dijelaskan pada skenario, dapat disimpulkan bahwa
cacing yang menginfeksi anjing pada skenario adalah cacing Dioctophyma renale
yang berpredileksi pada ginjal anjing.
B. Dinding telur yang mempunyai spina menyebabkan kelukaan pada bagian saluran
kemih anjing shingga terjadi hematuria pada anjing.

12 | F K H U G M 2 0 1 5
SKENARIO 3

C. Migrasi cacing dari saluran pencernaan ke hati dan ginjal dapat menyebabkan
kelukaan dan infeksi pada usus sehingga terjadi diare pada anjing yang berdampak
terjadinya dehidrasi.
D. Pada hati, cacing membuat hati mengalami sirosi yang membuat hati mengalami
peradangan, serta cacing ysng banyak dapat menyumbat kandung kemih hingga
bocor, kedua hal itu diduga yang menyebabkan anjing mengalami ascites.

c. Luaran Pembelajaran
A. Mengetahui berbagai macam penyakit parasit pada anjing dan kucing
B. Mengetahui proses homeostasis yang terjadi didalam tubuh dan proses

terjadinya dehidrasi
C. Mampu menerapakan cara identifikasi gangguan pada sistem urinaria
D. Mengetahui struktur dan fungsi histologis dari sistem urinaria

d. Daftar Pustaka
Konig, HE. 2004. Veterinary Anatomy of Domestic Mamals. Schattauer :GmbH
Stuttgart

Berry, S.L.2009. Update On Infectious Claw In Cattle. California : University of


California
Anderson, H. 2012. Live Stock In Breeding Principles. Elsevier : Amsterdam.

Madigan MT, Martinko J.M, Parker J. 2000. Brock Biology Of Microorganisms 9th.
Prentice-Hall

Kaufmann, J. 1996. Parasitic Infections of Domestic Animals: A Diagnostic Manual.

TCF : Berlin.

13 | F K H U G M 2 0 1 5

Você também pode gostar