Você está na página 1de 5

1.

TEMA
Tema cerpen yang berjudul Kartu Pos dari Surga ini menurut saya adalah tentang
kejujuran.

Ulasan : Hal ini disebabkan karena di zaman sekarang ini kejujuran sulit untuk
didapatkan. Banyak faktor yang membuat orang untuk berbohong (tidak jujur), salah
satunya faktor konteks sosial seperti yang terjadi dalam cerpen ini. Faktor konteks
sosial adalah adanya konteks sosial tertentu yang membuat orang melakukan
kebohongan, contohnya berbohong demi kebaikan seperti yang dilakukan oleh sang
ayah, Marwan terhadap anaknya yang bernama Beningnya. Marwan berbohong
kepada Beningnya mengenai kepergian istrinya, Ren dikarenakan pesawat Ren yang
jatuh ke laut dan mayatnya tak pernah ditemukan. Marwan terus berbohong kepada
Beningnya karena ia belum berani memberi tahu dan tidak ingin melihat kesedihan
anak kesayangannya itu.

2. ALUR (PLOT)
Cerita ini diawali dengan kedatangan seorang gadis kecil yang baru pulang sekolah
bernama Beningnya. Sesampainya dirumah, dengan tergesa gesa ia langsung berlari
menuju kotak pos yang kosong. Kemudian ia bertanya kepada pembantunya, Sari
mengenai kartu pos tersebut. Sari kebingungan dan tidak tahu harus menjawab apa.
Malamnya, Marwan yang tidak lain ayah dari Beningnya ditanya oleh Beningnya.
Beningnya bertanya mengenai kartu pos dari Mamanya. Dengan berbagai alasan,
Marwan menjawab pertanyaan anaknya tersebut. Seketika ia teringat istrinya yang
suka mengirimkan kartu pos kepada anaknya apabila ia sedang bekerja. Tiba-tiba pintu
terketuk dan membuat Marwan bangkit. Ternyata itu Beningnya yang membawa kotak
kayu pemberian mamanya untuk menyimpan kartu pos. Ia tidak bisa tidur dan
meminta untuk diantar ke rumah tukang pos karena sebelumnya Marwan berbohong
dan mengatakan kepada Beningnya bahwa kartu pos tersebut ada di tukang pos yang
tak bisa mengantar dikarenakan sakit. Marwan tiba-tiba berpikir, bagaimana caranya ia
untuk memberi tahukan bahwa sebenarnya mamanya sudah meninggal dalam
perjalanan. Keesokan harinya, Marwan menuliskan kartu pos tersebut berasal dari
mamanya. Dan ternyata si Beningnya mengetahui bahwa kartu pos tersebut bukan
tulisan mamanya. Mata Beningnya berkaca-kaca. Cerita ini diakhiri dengan
kemunculan cahaya yang terang keperakan di kamar Beningnya yang dikira Marwan
dan Sari adalah kebakaran. Ternyata cahaya tersebut menjadi penanda sebagai
kedatangan mama Beningnya ke hadapan anaknya tersebut dengan meninggalkan
ssepotong kain serupa kartu pos yang ternyata berupa kain kafan.

Ulasan: Tema alur ini adalah alur campuran atau flashback. Hal ini dapat dilihat dari
perkenalan cerita yang menggunakan alur maju. Lalu, ditengah cerita sang ayah,
Marwan menceritakan kembali bagaimana Ren (Ibu Beningnya) melewati masa anak-
anak dengan selalu dikirimkan kartu pos oleh ayahnya. Hanya dengan dikirimkan
kartu pos Ren sangat senang, sama halnya dengan apa yang dirasakan putrinya
sekarang yang bernama Beningnya.Setelah itu alur yang digunakan lagi adalah alur
maju.

3. PENOKOHAN
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan
dalam sebuah cerita. Di dalam cerita ini, ada beberapa tokoh yang mendukung
jalannya cerita ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah :
a. Beningnya
Merupakan tokoh utama dalam cerpen ini. Ia selalu menanti kedatangan kartu pos
dari mamanya. Tokoh ini sangat menyukai kartun Pokoyo. Sifat dari tokoh ini pada
cerpen yaitu baik, mempunyai keyakinan atas kepercayaannya, cerdas. Hal ini
terbukti pada saat Beningnya mendapatkan kartu pos, ia mengetahui bahwa kartu
pos itu bukan tulisan mamanya, serta penyabar, terlihat ketika ia selalu berlapang
dada menunggu kedatangan kartu pos dari mamanya tersebut.

b. Marwan
Merupakan tokoh yang berperan sebagai Ayah dari Beningnya. Pada cerpen, tokoh
ini merasa kesulitan untuk memberitahu kepada anaknya mengenai keadaan
Ibunya yang sebenarnya. Tokoh ini menutupi kejujuran dengan kebohongan karena
takut melihat anaknya sedih.

c. Ren
Merupakan tokoh yang berperan sebagai Ibu Beningnya. Tokoh ini ingin agar
anaknya merasakan kebahagiaan yang sama seperti yang dirasakannya ketika ia
mendapat kartu pos dari ayahnya. Pekerjaan tokoh ini, membuatnya sering
berpergian jauh dan lama. Tokoh ini memiliki kegemaran mengirimkan kartu pos
dari daerah yang disinggahinya.

d. Sari
Merupakan tokoh pembantu yang berperan sebagai pembantu rumah Beningnya.
Tokoh ini memiliki sifat yang baik hati, ia membantu Marwan menutupi
kebohongannya agar Beningnya tidak bersedih.

e. Ita
Merupakan tokoh pembantu yang berperan sebagai teman kantornya Marwan.
Tokoh ini pemberi saran yang kurang baik yaitu menyuruh seorang ayah menutupi
kejujuran pada anaknya. Terlihat pada saat ia berkata bilang saja mamanya
pergi...,

4. LATAR/SETTING
a. Latar Tempat
Cerita Kartu Pos dari Surga ini terjadi di suatu tempat atau daerah yang
zamannya sudah modern. Tempat tersebut adalah :
Rumah Beningnya
Merupakan tempat Beningnya bersama ayahnya Marwan dan pembantunya
Bi Sari bertempat tinggal. Di rumah ini, tepatnya dikamar Beningnya Ren
menampakkan diri ke Beningnya.
Sekolah
Merupakan tempat Beningnya menuntut ilmu, dan juga tempat Beningnya
melamun membayang-bayangkan kedatangan kartu pos dari Mamanya.
Kantor Marwan
Hal ini dibuktikan pada saat Marwan makan siang bersama Ita dan Marwan
menanyakan tentang bagaimana cara ia menjelaskan semuanya kepada
Beningnya.

b. Latar Waktu
Peristiwa yang terjadi dalam cerpen Kartu Pos dari Surga ini terjadi di zaman
atau kalangan masyarakat yang sudah modern. Hal ini dibuktikan pada kutipan
Marwan meledek istrinya dan berkata Hari gini masih pake kartu pos?. Meski
baru play group, Beningnya sudah pegang ha-pe. Sekolahnya memang
mengharuskan setiap murid punya hand phone agar bisa di cek sewaktu-waktu,
terutama saat bubaran sekolah, untuk berjaga-jaga kalau ada penculikan.

c. Latar Sosial
Latar sosial pada cerita ini dapat dilihat pada kutipan :
Mobil jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung meloncat
menghambur. Hati-hati! teriak sopir. Tetapi, gadis kecil itu malah mempercepat
larinya. Seperti capung ia melintas halaman. Ia ingin segera membuka kotak pos
itu.
Dalam kutipan diatas terlihat bahwa sesampai Beningnya sangat bersemangat
untuk mengecek kotak pos itu, sampai tidak merespons perkataan pak sopir.

5. SUDUT PANDANG

Dalam cerita ini, sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga yaitu dia,
karena dalam cerpen Kartu Pos dari Surga ini mempersoalkan siapa yang
menceritakan atau dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat.

6. GAYA BAHASA

Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen ini adalah kiasan. Dapat kita lihat dalam
kata dan kalimat yang digunakan dalam cerpen ini, antara lain :
Beningnya
Memiliki arti seorang yang masih kecil, masih polos dan tidak ada dosa.
Seperti Capung Melintas Halaman
Memiliki arti bahwa Beningnya berlari kencang tanpa melihat keadaan
sekitar lagi.
Mulutnya Langsung Kaku
Mengartikan bibir yang tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Sahabat Pena
Pertemanan yang terjadi hanya di dunia maya saja, sebelumnya tidak
pernah bertatap muka langsung.
Mata Beningnya yang Berkaca-Kaca
Mengartikan sepasang mata yang akan mengeluarkan air mata, atau ingin
menangis.
Cahaya yang Terang Keperakan
Mengartikan bahwa cahaya disini bukan cahaya biasa, tetapi cahaya disini
adalah cahaya yang memberikan sebuah pesan. Pengarang memberikan arti
bahwa ada sesuatu keganjilan yang datang, yang seperti pada umumnya
jika cahaya terang datang tetapi bukan cahaya lampu menandakan sesuatu
gaib yang datang.
Sepotong Kain Serupa Kartu Pos
Pengarang memberi tanda untuk mengartikan maksud dari judul dan
kalimat terakhirnya berkaitan dan memiliki arti yang sama namun berbeda
fungsi. Pada kalimat diakhir memperkuat persepsi atas judul dengan cerita-
cerita pada bagian klimaks cerita dengan menggunakan tanda tanda
sebelumnya.
7. AMANAT

Pesan yang dapat diambil dari cerpen Kartu Pos dari Surga ini adalah berusahalah
untuk jujur, walau terkadang itu menyakitkan. Jujurlah kepada siapapun, termasuk
kepada anak kecil, karena jika kebohongan itu terus ditutupi semakin lama semakin
menyakitkan.

Você também pode gostar